1.
Katerisasi jantung Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis (Judkins) atau arteri brachialis (Sones) yang didorong sampai ke aorta assendens dan diarahkan ke arteri koronaria yang dituju dengan bantuan fluoroskopi (Woods, Froelicher, Motzer & Bridges, 2009). Diagnostik invasif kardiovaskuler adalah suatu tindakan pemeriksaan diagnosik untuk menentukan diagnosa secara invasif pada kelainan jantung dan pembuluh darah. Dikatakan invasif, karena tindakan ini memasukkan selang/tube kecil (kateter) ke dalam jantung, melalui pembuluh darah baik vena atau arteri. Kateterisasi jantung adalah suatu pemeriksaan jantung dengan memasukkan kateter ke dalam sistem kardiovaskular untuk memeriksa keadaan anatomi dan fungsi jantung. Angiografi koroner atau penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koronaria merupakan tindakan yang paling sering digunakan untuk : a.
Menentukan lokasi, luas dan keparahan sumbatan dalam arteri koronaria
b. Dapat memberikan informasi tentang lokasi lesi atau a tau sumbatan pada koroner c. Memberikan informasi derajat obstruksi, d. adanya sirkulasi kolateral e.
luasnya gangguan jaringan pada area distal koroner yang tersumbat dan jenis morfologi les (Price & Wilson 2006).
Macam Kateterisasi Jantung Menurut
Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001)
pemeriksaan kateterisasi jantung terbagi atas: a. Kateterisasi jantung kanan (untuk kelainan pada jantung kanan), misalnya Stenosis Pulmonal. b. Kateterisasi jantung kiri(untuk kelainan pada jantung kiri), misalnya penyakit jantung koroner, koartasio aorta. c. Kateterisasi jantung kanan dan kiri (untuk kelainan jantung kanan dan kiri), misalnya Tetralogi Of Fallot, transposisi arteri besar. Lebih lanjut Rokhaeni, Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) menyebutkan bahwa pemeriksaan kateterisasi menurut pada intinya terbagi atas 2 tindakan yaitu.
a. Angiogram/angiography Yaitu memasukkan media/zat kontras ke dalam suatu rongga (ruang jantung/pembuluh darah), untuk meyakinkan suatu anatomi/aliran darah, kemudian merekam/mendokumentasikannya ke dalam film/CD/video sebagai data. b.
Penyadapan
Yaitu
tindakan
menyadap/merekam/mendokumentasikan
tekanan,
kandungan oksigen, sistem listrik jantung, tanpa menggunakanmedia kontras. Indikasi dan Kontra Indikasi Kateterisasi Jantung dan Angiografi Koroner Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu a. Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis. b. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya. c. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah. d. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat-obatan. e. Gagal jantung kongestif. f. Gambaran EKG abnormal (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke atas, as imtomatik. g. Treadmill test positif. h. Evaluasi bypass koroner. i. Abnormal irama (bradi/takhikardia). j. Kelainan katub jantung. k. Kelainan jantung bawaan. l. Kelainan pembuluh perifer. Kontra indikasi
Dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe (2001) Tidak ada yang mutlak, hanya bergantung pada kondisi saat itu, yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat kontras (mungkin menjadi mutlak).
Risiko kateterisasi jantung antara lain:
a. Memar/kebiruan b.
Perdarahan
c. Serangan jantung d. Stroke e. Kerusakan pada arteri dimana kateter dimasukkan yang membutuhkan perhatian medis khusus (pseudoaneurisma) f. Ritme jantung yang tidak teratur (aritmia) g.
Reaksi alergi terhadap obat atau zat pewarna
h.
Robekan jaringan jantung atau arteri Anda
i.
Kerusakan ginjal
j.
Infeksi
k.
Bekuan darah
Kemungkinan Komplikasi
1. Pneumotoraks akibat insersi yang terlalu dalam 2. Perdarahan pada tempat insersi 3. Aritmia yang mengancam jiwa 4. Pungsi pembuluh darah besar atau jantung dengan kateter 5. Kerusakan balon selama insersi Penatalaksanaan Perawatan Pasien
1. Kaji dan pantau kecenderungan tanda-tanda vital pasien dan parameter hemodinamik 2. Catat semua parameter hemodinamik
setiap jam dan beri tahu dokter tentang
perubahan pada kondisi pasien 3. Yakinkan bahwa transduser dinolkan ke atmosfer, sedikitnya setiap pergantian tugas 4. Pantau tempat insersi apakah terdapat infeksi dan ganti balutan setiap 72 jam 5. Pantau bentuk gelombang PA (arteri pulmonal) apakah ada tanda-tanda migrasi kateter. Bila kateter mengapung ke dalam (ke arah distal), bentuk gelombang berubah menjadi bentuk gelombang baji permanen. Jika kateter mengapung keluar (ke arah proksimal), bentuk gelombang menunjukkan grafik ventrikel kanan. Beri tahu dokter jika kondisi itu bahaya karena bahaya. 6. Pantau EKG secara kontinu. Aritmia ventrikel dapat mengindikasikan migrasi kateter ke dalam vena ventrikel
7. Ganti selang tekanan, termasuk sistem jembatan dan luer lok, setiap 72 jam. Gunakan teknik aseptik ketat. Pastikan semua stopcock steril 8. Bila spesimen darah sedang diambil melalui sistem kateter AP, yakinkan bahwa sistem ini dibilas secara seksama setelah setiap pengambilan darah untuk mencegah pembentukan bekuan dalam kateter 9. Yakinkan bahwa kantong tekanan sistem selalu di gembungkan sampai 300 mmHg untuk mencegah pembentukan bekuan dan menjamin bentuk gelombang yang jelas setiap waktu 10. Yakinkan bahwa balon kempis secara pasif setelah setiap pembacaan baji. Jika tidak usahakan secara manual dengan mengempiskan balon dan spuit. Bila tahanan normal atau tidak terasak maka terjadi kebocoran 11. Bila menggunakan kateter PA oximetri atau SVO2 : -
Monitor SVO2 dan kabel tersedia dan berfungsi
-
Konektor optis disambungkan ke kabel dan monitor dan dikalibrasi sebelum mengeluarkan kateter dari kemasan
-
Sistem SVO2 dikalibrasi dengan menggunakan metode in vivo setiap 24 jam
DAFTAR PUSTAKA Woods, S. L., Froelicher, E. S., Motzer, S. U., & Bridges, J. E. (2009). Cardiac Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC Rokhaeni Heni, Purnamasari Elly, Rahayoe Anna Ulfah. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Bidang Pendidikan dan Latihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”. S. Kidd, Pamela & ann sturt,patty. (2010). Pedoman keperawatan emergensi edisi 2. Jakarta : EGC