KATARAK PADA DEWASA 1. Pengertian Katarak adalah suatu kekeruhan lensa (lens opacity). Katarak dapat disebabkan
terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air
dan elektrolit serta dapat pula disebabkan denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik ( misalnya diabetes), merokok, dan herediter. Katarak diklasifikasikan sebagai berikut: Katarak nuklear Katarak kortikal Katarak subskapsular
(Optometric Clinical Practical Guideline: Care of the adult patient with
cataract.
American
Optometric
Association.
http://www.aoa.org/documents/optometrists/CPG-8.pdf)
2004.
2. Anamnesis Apakah terjadi penurunan tajam penglihatan perlahan. Apakah pasien mengeluhkan penurunan sensitivitas kontras yaitu
sulitnya melihat benda di luar ruangan pada cahaya terang. Apakah adanya pandangan jauh yang tiba-tiba kabur dan semakin lama semakin besar koreksi sferis (-5/-6 D) akibat
naiknya indeks refraksi. Apakah miopisasi mengakibatkan penderita prosbiopia mampu membaca dekat tanpa harus mengenakan kacamata (“second
sight”). Apakah ada diplopia monocular, Kekuningan lensa progresif yang
mengakibatkan penderita sulit membedakan corak warna. Apakah penderita silau ketika melihat kearah sumber cahaya. Riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit jantung iskemik, penyakit paru obstruktif kronik, kelainan perdarahan, supresi adrenal yang disebabkan pemakaian kortikosteroid sistemik perlu
ditanyakan. Riwayat mata
sebelumnya
:
trauma, inflamasi, ambliopia,
glaukoma, kelainan saraf mata atau penyakit retina, riwayat operasi mata, riwayat pekerjaan, riwayat social ekonomi dan ketergantungan obat.
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan visus (Snellen chart) dengan koreksi terbaik dan
pinhole. Pemeriksaan funduskopi untuk menilai segmen posterior. Pemeriksaan Shadow Test dengan membuat sudut 45 0 arah
sumber cahaya (senter) dengan dataran iris. Pemeriksaan reflex pupil langsung dan tidak langsung (+).
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan
melalui
anamnesis
serta
oftalmologi. Anamnesis riwayat perjalanan penyakit pasien. Tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi
pemeriksaan
Pemeriksaan segmen anterior dengan senter atau slit lamp didapatkan kekeruhan lensa. Pemeriksaan shadow test (+) didapatkan katarak imatur jika bayangan iris yang jatuh pada lensa. Sementara shadow test (-) menunjukkan katarak sudah matur.
5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lampu celah (slitlamp) biomikroskop untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa mengalami
elongasi ke anterior. Pemeriksaan lapang pandang konfrontasi dilakukan pada pasien dengan riwayat glaucoma, gangguan saraf optik atau kelainan
retina. Biometri untuk menentukan kekuatan lensa LIO
6. Tatalaksana Bila visus sama atau lebih baik dari 6-12, diberikan kacamata
dengan koreksi terbaik, Non-bedah (untuk memperlambat
penurun sorbitol, pemberian aspirin, antioksidan vitamin C dan E. Indikasi bedah : pasien yang pekerjaannya memiliki ketentuan
pertumbuhan
katarak)
:
standar minimum fungsi penglihatan, apabila penglihatan terbaik setelah koreksi tidak mencapai standar, katarak monocular terdapat gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa
silau
yang
sangat
mengganggu,
dan
simtomatik
anisometrop. Bila visus sudah mengganggu kegiatan sehari-hari walaupun masih 6/12 dapat dilakukan operasi katarak, atau apabila ada indikasi lain. Operasi dilakukan dengan teknik fakoemulsifikasi bila kondisi mata memenuhi kriteria fako atau ECCE, pemsangan IOC.
Ukuran lensa tanam (IOL) dihitung berdasarkan data keratometry dan biometri A scan, atau dapat juga dengan menjumlahkan power IOL +20D.
7. Edukasi Pasien.
Yang
bertanggung
jawab
terhadap
penjelasan mengenai keadaan mata
pasien
psien. Perlu
diberi
tidaknya
tindakan bedah/operasi, risiko bila dilakukan/tidak dilakukan operasi, prognosis tajam penglihatan, perawatan pasca bedah (kemungkinan amblyopia) dan rehabilitasi pasca penglihatan
bedah. Pasien/penanggung
concent Evaluasi penyakit penyerta/konsul ulang ke Departemen terkait
jawab
pasien
menandatangani
inform
bila diperlukan.
8. Prognosis 9. Kepustakaan Suhardjo SU, Sasongko MB, Anugrahsari S. Lensa mata dan katarak. Dalam: Suhardjo Su, Hartono, editor. Ilmu kesehatan
mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu kesehatan Mata FKUGM; 2012. Irawati Y, Pambudy IM. Katarak. Dalam: Chris Tanto, et al, editor. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.