KASUS ASMA Krist, seorang ibu muda dengan 2 orang anak bekerja pada sebuah took swalayan. Minggu lali membeli seekor kucing cantik. Beberapa hari ini ia mengeluh nafasnya berbunyi. Ia menderita asma selama beberapa tahun, tetapi hamper tidak pernah mengalami masalah serius karena selalu menggunakan Inhaler secara teratur. Ia menyadari kaalu asma tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan masalah seris pada dirinya. Akan tetapi kali ini ia dibawa ke bgn emergensi rumah sakit oleh suaminya karena selama bebera pa jam ini mengalami susah bernafas, ia juga bingung dan disorientasi. Diagnosa: Asma akut karena allergen Rencana : masuk rumah sakit, terapi O2 aliran tinggi, ti nggi, salbulamol nebulizer, oral prednisone Riwayat obat: salbutamol 1 atau 2 semprotan 3 – 4 4 x sehari bila diperlukan, salmeterol 2 semprotan 2x sehari, Beclometason 2 semprotan 2 x sehari secara teratur. Pertanyaan: 1. Apa Pencetur asma orang ini? Mengapa demikian? Apa resikonya bagi pasien bila tidak cepat ditangani ? apa pula factor yang memperbesar resiko penyakit ini? 2. Jelaskanlah logika pengobatan diatas sesuai dengan keluhan pasien dan mekanisme kerja obat2nya! Mengapa tidak diberikan antihistamin? 3. Identifikasilag DRP pada kasus ini bila ada ! 4. Apa sasaran pengobatan pasien ini? 5. Apa saja interfensi anda agar fungsi pelayanan farmasi anda terpenuhi sesuai dengan rencana pengobatan pasien ini? Jelaskanlah dengan alasan yang sesuai! JAWABAN 1. Pencetus asma pasien : allergen aller gen yaitu bulu kucing. Pencetus asma bisa di kelompokkan kepada dua kelompok yaitu penyempitan saluran nafas dan inflamasi. Pada pasien ini berarti tejadi tej adi inflamasi. Dimana pasien yang alergi terhadap bulu kucing akan mengalami mengalami reaksi inflamasi sebagai berikut. Allergen yang masuk untuk pertama kalinya tidak akan akan menimbukan reaksi alergi, tetapi tubuh membuat antibody tertentu yang akan belkerja jika tubuh terpapar lagi dengan zat yang sama. Pada paparan kedua antibody yan terdapa di permukaan sel mast akan bereaksi dengan antigen (bulu kucing ) dan sel mas akan pecah dan menghasilkan agen inflmasi seperti histamine, sitokin, leukotrien, eosinofil, neutrofil, faktor kemotaksis, leukotrien C4, D4 dan E4, prostaglandin, platelet activating factor. yang menyebabkan bronkokontriksi (asma). Resiko bagi pasien yang tidak cepat ditangani: bisa menyebabkan lumpuh atau kematian karena kurangnya asupan O2 yang dibutuhkan tubuh. Faktor yang memperbesar resiko penyakit - Infeksi virus saluran nafas (yang ( yang paling sering adalah rhinovirus, virus yang lainnya adalah :syncytial virus, parainfluenza virus, coronavirus, dan influenza virus) - Faktor lingkungan dan pekerjaan (ozone, sulfur dioksid, dan komponen umum dari polusi udara) - Faktor stress, depresi dan psikososial - Rhinitis dan sinusitis - gastroesophageal reflux disease - hormone wanita - makanan, obat-obatan dan additive (Dipiro, 2008)
2. Logika pengobatan sesuai dengan keluhan dan gejala a. Pengobatan sebelumnya - Salbutamol 1 atau 2 semprotan 3-4 kali sehari bila diperlukan Salbutamol adalah agonis b2 yang bekerja cepat, digunakan dalam keadaan serangan. Pada pasien ini tepat digunakan salbutamol dengan bentuk bentuk sediaan inhalasi. Karena obat lebih cepat bekerja dan efek samping juga lebih sedikit. - Salmeterol 2 semprotan 2x sehari. Merupakan agonis beta kerja lama yang digunakan untuk pengobatan asma jangka lama. Tidak bisa digunakan digunakan saat serangan. - Beclametason 2 semprotan 2 kali sehari secara teratur. Merupakan antiinflasmi yang bekerja dengan menghambat enzim fosforilase sehingga agen inflamasi tidak terbentuk. Bentuk sediaan inhalasi membuat obat bekerja lebih cepat dan efek samping lebih sedikit. b. Rencana terapi : - Terapi O2 aliran tinggi : pasien yang dalam keadaan akut memang harus menggunakan O2. Karena tujuan terapi yang utama untuk akut adalah mengatasi hipoksemia, memperbaiki obstruksi udara dengan segera. Jadi penggunaan O2 adalah di anjurkan. - Salbutamol nebulizer: salbutamol merupakan agonis B2 yang bekerja cepat. Penggunaan obat merupakan pilihan utama untuk pasien asma akut. Digunakan inhalasi selama 60 menit. Jika tidak ada perubahan pada awal penggunaan, maka perlu diberikan kortikosteroid. - Oral prednison : penggunaan kortikosteroid oral memang di anjurkan untuk pasien yang menderita asma akut setelah pemberian inhalasi B2 agonis kerja cepat tidak memperbaiki gejala saat obat diberikan. Menurut pendapat saya pemberian steroid oral pada pasien ini memang perlu karena sebelumnya pasien telah diberikan agonis B saat serangan, berarti sekarang dengan agonis B2 saja tidak mencukupi untuk melancarkan pernapasan pasien, maka perlu ditambahkan kortikosteroid Kenapa tidak tid ak dipilih bentuk iv...? Menurut dipiro penggunaan iv tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan oral. Artinya sama saja digunakan oral atau iv. - Jika antihistamin diberikan sebelum paparan, antihistamin t ersebut memang akan bermanfaat, sehingga mencegah terjadinya reaksi inflamasi. Kalau pada kasus ini, pasien telah terpapar dengan antigen. Sehingga pasien tidak perlu diberikan antihistamin. Selain itu pasien juga telah diberikan kortikosteroid yang bekerja menghambat fosfolipase A. Jika terpapar lagi dengan antigen maka kortikosteroid akan bekerja menghambat pembentukan asam arachidonat dan juga menghambat pelepasan mediator inflamasi (histamin, netrofil, kemotaksis dll). Jika tetap diberikan antihismin,,,pertanyaannya adalah : histamin yang mana yang akan dihambatnya,...? sedangkan yang histamin sendiri telah dihambat pembentukannya oleh kortikosteroid. Berdasarkan hal ini, bisa disimpulkan bahwa pemberian antihistamin siasia saja. Dan pemberian antihistamin ini i ni hanya akan menambah biaya dan efek samping yang ditimbulkan kepada si pasien. 3. DRP - Menurut pendapat saya obat yang diberikan pada pasien ini telah tepat. Karena kal au dari gejala yang dirasakan pasien (bingung dan disorientasi), menandakan ia mengalami serangan asma akut yang parah. Jadi tidak masalah kalau di obati dengan O2, agonis beta dan kortikosteroid. Dari kasus ini ada data yang kurang, yaitu berapa FEV dan FVC nya. Dengan mengetahui ini bisa ditentukan tingkat serangan asmanya dan bisa dipih obat berdasrkan tingkat keparahan serangan. Berdasarkan gejala pada kasus ini sa ya kelompokkan pasien ini pada serangan asma akut berat. - Yang juga harus diperhatikan disini adalah efek samping yang timbul sel ama menggunakan kortikosteroid. Penggunaannya harus dibatasi selama 2 minggu. Dan jika harus digunakan untuk jangka lama, maka pilihlah dosis terkecil yang memberkan efek. 4. Sasaran
- Perbaikan hipoksemia signifikan - Pembalikan secara cepat obstruksi jalan udara (dalam hitungan menit) - Mengurangi kemungkinan obstruksisaat yang parah timbul kembali - Mengembangkan rencana aksi tertulis untuk penangan serangan asma akut di rumah.
5. Interfensi farmasi Peranan farmasi pada kasus ini adalah memberikan informasi kepada pasien dan juga keluarganya a.l: - Menjelaskan kepada pasien tentang sejarah penyakit, gejala-gejala dan faktor pencetus asma. - Bagaimana mengenal serangan asma dan tingkat keparahannya, serta hal apa yang harus dilakukan jika serangan terjadi. - Upaya pencegahan asma berbeda pada masing-masing individu. Yaitu dengan mengenali faktor pencetusnya seperti olahraga, makanan, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu, stres dan polusi. Pastikan pasien mengerti kenapa harus menghindari faktor- faktor yang dapat memicu gejala asma. - Menjelaskan kepada pasien bagaimana cara menggunakan obat kepada pasien dan keluarga pasien.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. SA
Umur
: 58 tahun
Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Balerejo 40A Batanghari
Pekerjaan
: Tani
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status
: Sudah menikah
BB
: 57 kg
TB
: 155 cm
II. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 25-1-2011
KELUHAN UTAMA
: sesak nafas
KELUHAN TAMBAHAN : batuk berdahak
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSAY dengan keluhan sesak nafas sejak ± 2 hari SMRS karena kehujanan. Sebelumnya pasien sering sesak nafas ji ka suasana dingin atau kelelahan. Pasien menyangkal sering sesak napas sejak kecil. Pasien mulai sering sesak napas ± pada usia 40
tahun. Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan terakhir, sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Dan hampir setiap malam sesak napas datang. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam RSAY. Pasien mendapat 4 jenis obat, namun pasien tidak tahu nama obatnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah di rawat sebanyak 3 kali dalam setahun ini karena asma. Riwayat sakit darah tinggi dan kencing manis disangkal pasien.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Di keluarga pasien ada yang punya penyakit asma (kakek). Pasien mengatakan tidak ada keluarga sedarah yang menderita hipertensi, kencing manis, maupun sakit yang lainnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sesak, berkeringat
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi
: 120 x/mnt
Frekuensi nafas
: 38 x/mnt
Suhu
: 36,8 ºC
Berat Badan
: 57 kg
Tinggi badan
: 155 cm
STATUS GENERALIS
KEPALA
Rambut
Mata
: Memutih, lurus, tidak mudah dicabut
: Konjungtiva ananemis
Sklera anikterik
Lensa jernih, pupil isokor
Reflek cahaya langsung +/+
Telinga
: Liang lapang, membran timpani intak, serumen (-)
Hidung
: Tidak ada deviasi septum, sekret (-), mukosa tidak
hiperemis, tampak penapasan cuping hidung
Mulut
: lidah kotor (-), bibir kering (-)
LEHER
Bentuk
: Simetris
Trakea
: tidak ada deviasi, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
KGB
: Tidak teraba pembesaran
JVP
TORAX
ANTERIOR
: tidak meningkat
Inspeksi
: Pergerakan nafas hemitorak kanan dan kiri sama
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama
Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: Sonor pada hemitorak kanan dan kiri
Batas jantung atas : sela iga 3 linea parasternalis kiri
Batas jantung kiri : sela iga 6 linea mid clavicularis sinistra
Batas jantung kanan
Auskultasi
: sela iga 4 linea sternalis kanan
: Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronkhi -/-
POSTERIOR
Inspeksi
: Pergerakan nafas hemitorak kanan dan kiri sama
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama
: Sonor pada hemitorak kanan dan kiri
: Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronkhi -/-
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Perut datar, simetris
: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
: Timpani
: Bising usus (+) normal
GENITALIA EKSTERNA
Kelamin perempuan, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
Superior
: Oedem -/-
Sianosis -/-
Akral dingin -/-
Turgor kulit : normal
Inferior
: Oedem -/-
Sianosis -/-
Akral dingin -/-
Turgor kulit : normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN (24-1-2011)
Hb
: 14,5 gr%
Leukosit
: 16.300/uL
Ht
: 41,5%
Trombosit
: 193.000/uL
Diff.count
: 7,8/ 1,9/ 90,3 %
LED
: 45 mm/jam
RESUME
Pasien seorang perempuan usia 58 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak ± 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien sering sesak nafas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama-la ma frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan terakhir, sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada malam hari atau saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Dan hampir setiap malam sesak napas datang. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama tiga bulan terakhir ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam RSAY. Pasien mendapat 4 jenis obat, namun pasien tidak tahu nama obatnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil:
Kepala
Hidung
: tampak nafas cuping hidung
Inspeksi
: dbn
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Torak
: dbn
: dbn
: Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronki -/-
Hasil lab Tgl 24/1/2011
Darah rutin
Leukosit
: 16.300/uL
Diff.count
: 7,8/ 1,9/ 90,3 %
LED
: 45 mm/jam
V. DIAGNOSA KERJA
Asma bronchiale persisten sedang
VI. DIAGNOSA BANDING
Bronkitis kronik
Emfisema paru
VII. PENATALAKSANAAN
1.
Tirah baring
2.
O2 2 liter/menit
3.
Ventolin nebulizer 2-3x/hari jika perlu
4.
Medikamentosa
: IFVD RL + 1 amp aminofilin XX gtt/mnt
Dexamethason 2x1 amp
Cefotaxim 2x1 g
Ranitidin 2x1 amp
VIII. RENCANA PEMERIKSANAAN
Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan faal paru
Pemeriksaan foto thorak
Pemeriksaan uji kepekaan kulit
Pemeriksaan uji provokasi bronkial
Pemeriksaan imunologis
I.
URAIAN KASUS
Nyonya SJ, ibu rumah tangga 32 thn menghidap asma sejak berumur 5 thun. Tidak merokok, minum alkohol sesekali dan mempunyai hewan peliharaan kucing. Dia mendapat pengobatan : -Beklometason 500 dua kali sehari -Salbutamol 200 mg jika diperlukan Ny. SJ menemui dokter umum ketika mengalami nafas yang pendek selama beberapa minggu. Ny. SJ mendapat pengobatan zafirlukast 20 mg dua kali sehari ditambah pemberian amoxcicilin tiga kali sehari selama seminggu. Dokter curiga pasien mempunyai infeksi ringan kemudian melanjutkan dengan masalah pengobatan. Dua bulan kemudian, dia masuk rumah sakit karena gejala mirip flu, sakit perut dan penurunan nafsu makan. Ny SJ dideteksi mempunyai penyakit kuning. Pemeriksaan fungsi Hati: Bilirubin: 44 µmol/l (normal range < 17 µmol/l) Alanin transaminase (ALT): 200 IU/l (normal range:0-35 units/l) Aspartate transaminase (AST):150 IU/l (normal range:0-35 units/l)
II.
ANALISA KASUS:
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut : Subyektif
Nama
: Nyonya SJ
Umur
: 32th
Jenis Kelamin : Perempuan an
:nafas pendek selama berminggu-minggu. penurunan nafsu
t penyakit
mirip flu, sakit perut dan
makan
: mengidap asma sejak umur 5
tahun
Riwayat pengobatan : Beklometason 500 dua kali sehari Salbutamol 200 mg jika diperlukan zafirlukast 20 mg tiga kali sehari selama seminggu Obyektif
Bilirubin: 44 µmol/l (normal range < 17 µmol/l) Alanin transaminase (ALT): 200 IU/l (normal range:0-35 units/l)
Aspartate transaminase (AST):150 IU/l (normal range:0-35 units/l) Assesment
pasien mengidap asma dan penyakit kuning yang diakibatkan oleh ADR Planning (P)
1). Tujuan Terapi :
Mencegah timbulnya gejala yang kronis dan mengganggu
Mencegah keparahanan penyakit kuning.
Mencegah morbiditas dan mortalitas akibat penyakit hati.
Memperbaiki kualitas hidup pasien 2). Sasaran Terapi : •
Menurunkan nilai ALT, AST dan Bilirubin
•
Menangani asma pasien
(Dipiro, 2002)
3). Strategi Terapi : Terapi Farmakologi :
Terapi Non Farmakologi :
Meminimalkan paparan alergen
Kontrol terhadap faktor pemicu serangan (debu, polusi, merokok, olah raga, perubahan suhu)
Menghindari stress fisik dan emosional.
Olah raga khusus asma 2x seminggu selama 8 minggu
Tidak boleh minum alcohol
Tidak boleh memelihara hewan peliharaan
4). Analisis Kerasionalan Terapi (4T 1W) Analisis rasionalitas terapi dilakukan dengan melakukan analisis obat-obat yang digunakan dengan lima kategori yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan waspada
terhadap efek samping obat (4T 1W). Berikut ini adalah uraian analisis rasionalitas obat yang digunakan :
Tepat
Indikasi Nama Obat
Indikasi
Metilprednisolon Asma bronkial dan penyakit
Mekanisme Aksi
Bekerja
Keterangan
melalui Tepat
saluran interaksinya dengan protein
nafas
indikasi
reseptor yang spesifik di organ mengatur
target,
untuk
suatu
ekspresi
genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan
perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir
yang
mengubah
fungsi seluler organ target sehingga
diperoleh
yang
efek
dikehendaki
(Sukandar,2008)
Tepat
Obat Nama obat
Alasan sebagai drug of choice
Keterangan
Metilprednisolon Terutama bermanfaat pada serangan Tepat obat asma akibat infeksi virus dan pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan.
Tepat
Pasien Nama Obat
Metilprednisolon
Kontra Indikasi
Hipertensi,diabetes
melitus,
Keterangan
tukak
peptik, infeksi berat atau gangguan kardiovaskuler.
Tepat pasien
Tepat
Dosis Nama Obat
Dosis Standar
Dosis yang Diberikan
Keterangan
Metilprednisolon 2- 60 gram per 60 mg, 3x selama 48 jam Tepat dosis hari (Tjay, 2007)
Waspada
Efek Samping Obat
Nama Obat
Efek Samping Obat
Saran
Metilprednisolon
Gangguan cairan dan elektrolit,
Glikosuria diatasi dengan
hiperglikemia,
diet dan pemberian insulin
glikosuria
(Anonim,2007)
atau hipoglikemik oral.
Monitoring dan Rencana Tindak Lanjut No.
1.
Monitoring
Monitoring
terhadap
Rencana Tindak Lanjut
ALT,
AST, dan Bilirubin. 2.
Monitoring Terhadap terapi
Evaluasi selanjutnya dilakukan 1-6 bulan
untuk mengobati asma pasien
untuk melihat asma dapat terkontrol, jika
di pantau 1-2 minggu.
terkontrol dengan baik tahap pengobatan dapat
diturunkan
dengan
bertahap,
sebaliknya jika asma tidak terkontrol maka terapi perlu dinaikkan dosisnya secara bertahap. 3
Memantau efektivitas terapi Jika
terapi
dengan
metilprednisolon
dan efek samping penggunaan
menunjukkan aktifitas terapi tetapi muncul
metilprednisolon
efek samping yang tidak dapat ditoleransi maka
sebaiknya
golongan
lain
obat
yang
diganti
dengan
digunakan
untuk
propilaksis asma. Dan jika asma telah terkontrol maka untuk menangani serangan asma akut dapat di atasi dengan inhalasi.
Konsultasi, Informasi dan Edukasi Pasien (KIE):
Adapun konsultasi, informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien untuk menunjang proses pengobatan pasien adalah sebagai berikut :
Memberikan informasi tentang obat baik mengenai nama obat, dosis, aturan pakai dan cara penggunaan obat.
Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien dan keluarganya tentang efek terapi dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan.
Memberikan edukasi kepada pasien dan yang merawat pasien mengenai tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi serangan asma akut.
Memberikan informasi kepada pasien untuk menhindari paparan allergen (debu, bulu binatang, asap rokok) dan menghindari perubahan suhu yang mendadak agar serangan asma tidak kambuh.
Menganjurkan kepada pasien untuk selalu membawa obat-obatan khususnya obat untuk mengatasi serangan asma kemana pun pasien bepergian untuk mencegah keterlambatan penanganan.
Menganjurkan kepada pasien untuk melakukan fisioterapi napas (senam napas) untuk melatih pernapasan.
BAB III PEMBAHASAN
Dari kasus telah diketahui diagnosa pemeriksaan dokter bahwa pasien mengidap asma dan penyakit kuning akibat ADR ( Advers Drugs Reaction) dari Zafirlukast, dimana sebelumnya pasien sudah mendapatkan pengobatan Zafirlukast
20 mg 3x sehari selama seminggu.
Zafirlukas merupakan pengobatan alternatif tahap 3 berdasarkan dari algoritma terapi asma (Ikawati,2007). Zafirlukast merupakan obat yang bersifat idiosinkrasi (efek samping tidak terjadi pada semua orang), dapat menyebabkan kenaikan serum transaminase yang merupakan bukti awal hepatotoksik (gangguan pada hati) (Sukandar, 2008). Gejala sakit perut yang dialami pasien adalah akibat dari timbulnya efek samping zafirlukast. Sehingga penggunaan zafirlukast harus dihentikan. Pemberian obat tambahan zaf irlukast dan amoksisilin oleh dokter kurang tepat seharusnya dosis dinaikan terlebih dahulu pada pengobatan awal (beklometason, salbutamol) apabila pasien belum membaik pada dosis yang telah diberikan.
Sesak yang terjadi pada pasien asma disebabkan karena penyempitan saluran udara (Bronkokonstriksi) akibat otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adnya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Diduga yang bertanggungjawab pada awal terjadin ya penyempitan adalah sel mast. Pasien tidak mengalami asma akibat infeksi karena pasien mempunyai riwayat asma sejak berumur 5 tahun. Asma pasien tersebut termasuk golongan asma alergi karena sudah terjadi sejak masa kanak-kanak dan biasanya didahului dengan gejala lain (Tjay, 2008). Menurut algoritma terapi (Dipiro, 2002) pasien masuk pada tahap 4, pengobatan utama koortikosteroid tablet tidak boleh melebihi 60 mg/hari sehingga digunakan metilprednisolon. Metiprednisolon terutama bermanfaat pada serangan asma akibat infeksi virus dan pada infeksi bakteri untuk melawan reaksi peradangan. Terapi non farmakologi, meminimalkan paparan alergen karena pasien mengalami asma alergi apabila terpapar senyawa alergen maka asma bisa kambuh. Kontrol terhadap faktor pemicu serangan (debu, polusi, perubahan suhu, olahraga, stres, kecemasan), faktor-faktor tersebut memicu dilepasnya histamin dan leukotrien sel lainya (eosinofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainya (juga leukotrien) yang menyebabkan penyempitan saluran udara . Menghindari stres fisik dan emosional yang juga memicu . Olah raga khusus asma 2x seminggu selama 8 minggu.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Efek samping zafirlukas adalah mengakibatkan Jaundis, bagaimana mekanismenya?(Elisabet Uskenat) Belum ada kepastian mengenai mekanisme tersebut, namun hanya ada laporan-laporan klinik saja. 2. Kenapa digunakan salmeterol? (Nur Afidah) Salmeterol digunakan pada pasien apabila kondisi pasien memburuk setelah penghentian zafirlukas. Namun apabila asma pasien membaik sete lah penghentian maka salmeterol tidak digunakan. 3. Kapan dilakukann senam asma? (Nggonimah Nurbaety)
2x perminggu selama 8 minggu (dari klaim asma Indonesia), senam ini efektif untuk mengurani pemakaian obat. 4. Menurut anda asma ini terinfeksi atau tidak? (Syahar Banu) Asma dalam kasus ini menurut dokter bukan termasuk asma infeksi, tetapi ada kemungkinan pasien menderita infeksi (lihat depiro 540) 5. Jika kondisi pasien membaik bagaimana dengan penggunaan prednisolon? (Imam Faozi) Jika kondisi pasien membaik 6. Perlu tidak adanya pemantauan ALT dan AST? Apakah asma dapat disembuhkan? (Devi Nisa Hidayati) Tetap diperlukan pemantauan ALT/AST. Asma sulit untuk disembuhkan. Tergantung penyebabnya, apabila pasien mengalami asma ekstrinsik maka sulit atau bahkan tidak bias disembuhkan. Namun apabila pasien terken asma instrinsik, dan penyebabnya sudah teratasi kemungkinan sembuh ada.
Tanya Jawab Penyakit Asma Tanya: Apakah asma itu ? samakah dengan alergi? Jawab :
Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif (reaksi tubuh yang berlebihan) jalan nafas. Akibatnya timbul gejala episodic berulang berupa mengi/bengek, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk-batuk mengeluarkan banayk lender. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan sumbatan (obstruksi) jalan nafas yang luas, bervariasi dan cepat pulih dengan atau tanpa pengobatan. Asma relative sama dengan reaksi alergi lainnya, hanya bedanya asma ini lebih digolongkan pada penyakit alergi yang menyerang sauran nafas. Jika penderita asma i ni terkena allergen , tubuh akan bereaksi sedemikian rupa sehingga saluran pernafasan (bagian bronchus) akan menyempit
dan mengeluarkan lender cukup banyak sehingga menjadi s esak nafas dan terdengar bunyi mengei/bengek saat bernafas.
Tanya: Apakah penyebab Asma? Jawab :
Penyebab asma kemungkinan adalah faktor lingkungan dan genetika , serta bervariasi pada masing-masing individu serta disebabkan oleh alergen berupa polutan seperti asap atau debu, makanan obat, cuaca dingin, dan stress atau emosi. Penyebab asma pada setiap orang sangat bervariasi. Bagi sebagian orang, gelaja asma adalah gangguan kecil saja. Bagi sebagian lagi asma dapat menjadi masalah utama yang sering menggangu kegiatan seharihari bahkan bisa mengancam jiwa jika asma yang dimiliki adalah asma berat.
Tanya: Bagaimana mengatasi ketika asma menyerang? Jawab :
Mengatasi asma prinsipnya menghindarkan penderita dari factor pencetusnya dan menggunakan obat asma untuk mengurangi pembengkakan saluran nafas. Pertolongan pertama pada asma adalah menempatkan penderita di ruang yang luas dan aliran udara lancar, memposisikan penderita setengah duduk (semi fowler) agar aliran udara disaluran nafas lebih lancar, memberikan minum air hangat, menghilangkan alergennya segera (misal menghangatkan penderita jika penyebab asma adalah cuaca dingin). Pengobatan asma secara cepat/jangka pendek menggunakan obat pelega saluran pernafasan seperti inhaler dan nebulizer yang berfungsi menghentikan serangan asma (salbutamol dan aminophylin). Untuk pengobatan jangka panjang yang berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan asma menggunakan obatan-obatan steroid yang berfungsi untuk tetap membuat saluran pernafasan terbuka dan mengurangi pembengkakan (CTM, Dexamethason, dan lain-la in)
Tanya: Apakah Asma dapat disembuhkan? Jawab :
Asma tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya dapat dikendalikan . perawatannya termasuk mengambil langkah untuk menghindari pemicu tertentu asma, dengan menggunakan obat jangka panjang untuk mencegahnya semakin parah dan menggunakan bantuan inhaler untuk mengendalikan gejala yang muncul. Karena asma kadang mengalami perubahan dari waktu
ke waktu, Anda harus sering berkonsultasi dengan dokter Anda guna melacak tanda-tanda dan gejala serta menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan. Asma timbul ketika di sal uran pernapasan, yang disebut saluranbronkial, terjadi radang dan mengerut atau menyempit. Otototot di dinding bronkial mengencang dan saluran itu menghasilkan lender berlebihan sehingga mengurangi kelancaran aliran udara.
Tanya: Apa sih gejala-gejala umum serangan asma? Jawab :
Gejala-gejala umum serangan asma adalah bersin-bersin, napas pendek, dada terasa sesak dan batuk. Dalam kasus yang berat, gejala bisa berkembang menjadi kesulitas bernapas, frekuensi denyut nadi yang tinggi, berkeringat dan batuk yang parah.
Tanya: Apa saja pemicu serangan asma yang paling sering ditemui? Jawab :
Sejarah asma dalam keluarga sering mengalami infeksi pernafasan saat anak-anak, paparan asap rokok bagi perokok pasif, dan rendahnya bobot lahir dapat meningkatkan resiko bagi penderita asma. Sedangkan pemicu serangan asma yang paling sering ditemui antara lain :
Polusi udara seperti asap atau uap Bau-bauan kimiawi Kecoak Udara dingin atau AC Flu (influenza) Debu atau tungau debu Latihan, aktivitas fisik atau olahraga Makanan seperti kacang atau kerang Heartburn (sensasi terbakar pada dada yang sering semakin parah pada sa at mengambil posisi berbaring atau membungkuk) Pengobatan seperti aspirin atau beta blocker Siklus menstruasi Jamur atau lumut Parfum atau deodorant Alergi binatang Stress atau reaksi emosional yang kuat seperti menangis Sulfit (bahan pengawet di beberapa jenis makanan dan minuman) Merokok Cuaca seperti kelembaban tinggi
Tanya: Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari alergi Jawab :
Untuk menghindari alergi, Anda dapat melakukan sendiri beberapa hal berikut :
Menghindari alergen yang mungkin menyebabkan gejala asma Anda. Bila Anda alergi terhadap anjing atau kucing, usahakan untuk mengeluarkan binatang tersebut dari rumah Anda dan hindari kontak dengan binatang tersebut dari rumah. Hindari juga membeli baju, perabotan atau karpet yang terbuat dari bulu binatang. Gunakan AC karena bisa membantu mengurangi serbuk sari yang beterbangan dari pohon, tanaman perdu atau rumput yang selalu saja masuk rumah. AC juga menurunkan kelembaban di dalam ruangan dan mengurangi paparan dari tungau debu pada Anda. Jika rumah tidak memiliki AC, usahakan untuk menutup jendela ketika banyak serbuk sari beterbangan atau dapat juga menggunakan kipas angin. Gunakan filter udara untuk mengontrol debu jika Anda alergi debu. Pakailah masker ketika membersihkan filter. Bersihkan rumah secara keseluruhan seminggu sekali agar debu tidak menumpuk Jangan merokok dan hindari asap rokok dari orang lain. Hindari juga semua jenis asap, bahkan dari perapian atau pembakaran daun-daun kekring. Asap bisa mengiritasi mata, hidung dan saluran bronchial. Hindari aktivitas yang mungkin memperparah gejala-gejala asma. Misal renovasi rumah seperti pengecatan Lakukan olahraga yang tepat. Olahraga secara teratur bermanfaat b agi penderita asma untuk yang mengalami asma gejala sedang. Kelebihan berat badan dapat memperparah gejala asma dan meningkatkan resiko masalah-masalah kesehatan lainnya. Hindari makanan, minuman dan aktifitas serta terlalu banyak makan yang bisa menyebabkan heartburn. Jika heartburn sering terjadi atau konstan, periksakan ke dokter. Anda mungkin perlu perawatan gastroesophageal reflux disease (GERD) atau kembalinya asam lambung ke mulut agar gejala asma mereda.
Tanya: Apakah asma selalu menurun? Jawab :
Penyakit alergi termamsuk asma diturunkan secara genetic. Penyakit alergi diturunkan secara bersilang, misalnya anak perempuan kena asma, kemungkinan besar ayahnya pengidap asma, lalu ibu dari ayahnya (nenek) itu juga pengidap asma, dan seterusnya. Tanya: Kapan meminta pertolongan medis ketika asma dating? Jawab :
Hubungi dokter jika menurut Anda gejala asma semakin memburuk. Dalam serangan asma berat, segera minta bantuan medis.