KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI PEMBORAN DAN PELEDAKAN LAPISAN INTERBURDEN B2-C B2-C GUNA MENDAPATKAN MEN DAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN DI PIT MT- 4 PRE-BENCH TAMBANG AIR LAYA (TAL) TAMBANG PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN
TUGAS AKHIR
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Pertambangan Diploma 3 (D3) Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih
Oleh :
Wawan Saputra 20103131
YAYASAN PENDIDIKAN PRABUMLIH PRABUMLIH SEKOLAH TINGGI ILMU TEKNIK PRABUMULIH 2014
HALAMAN PERSETUJUAN Judul Tugas Akhir :Kajian Teknis Rancangan Geometri Pemboran dan Peledakan
Lapisan
I n t e r b u r d e n
B2-C
Guna
Mendapatkan Fragmentasi Batuan Di Pit Mt- 4 Pre- Tambang Bench
Air Laya (Tal) PT Bukit Asam
(Persero), Tbk Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Diajukan Oleh
: Wawan Saputra
Nim
: 20103131
Jurusan
: Teknik Pertambangan Prabumulih
Perguruan tinggi
: Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih
Prabumulih, Dosen Pembimbing I
Februari 2014
Dosen Pmbimbing II
(AHMAD HUSNI, S.T.)
(Ir. M. AMIN ALKURDI)
Mengetahui SEKOLAH TINGGI ILMU TEKNIK T EKNIK PRABUMULIH Ketua,
(Ir. M. AMIN ALKURDI)
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Pertambangan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Te knik Prabumulih
Pada,
Februari 2014
Tim Penguji : Ketua
: Ir. M. Amin Alkurdi
(…………………................)
Anggota
: 1. Suhardiman Gumanti, S.T.
(…………………................)
2. Ahmad Husni, S.T.
(…………………................)
3. Diah Purnama Sari, S.T.
(…………………................)
4. Obie Mario Dona, S.T. S.T.
(…………………................)
Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Prabumulih Ketua,
(Diah Purnama Sari, S.T.)
Motto : Yang membuat hidup saya berkesan dan menyenakan adalah jika saya dapat menyelesaikan tugas-tugas saya tanpa menunda-nundanya. Kudetikasikan Kepada :
Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, kekuatan dan kesabaran.
Ayahanda dan Ibunda (Hermanto, dan Ema Wati) tercinta, terutama ibundaku yang senantiasa selalu mendo’akan, serta
memberikan motivasi dan semangat keberhasilanku.
Adik-adikku (Ita salfitri, imel dan sella) tersayang, tersayang, yang selalu memberikan semangat hidup dan selalu mendoakan demi tercapainya cita-citaku.
Semua keluarga dan teman-teman senasib seperjuangan yang selalu saling membantu demi kelancaran studi dengan tanpa pamrih.
Kekasih
tercinta
(Sastria
Ningsih,
S.Pd)
yang
akan
mendampinggi hidupku yang selalu setia mendukung serta memberikan dorongan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Dosen-dosen Teknik Pertambangan dan Almamater,2010 yang selalu kubanggakan dan kuingat sepanjang hayat.
KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI PEMBORAN DAN D AN PELEDAKAN LAPISAN INTERBURDEN B2-C B2-C GUNA MENDAPATKAN MEN DAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN DI PIT MT- 4 PRE-BENCH TAMBANG AIR LAYA (TAL) TAMBANG PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN
ABSTRACK (Wawan Saputra, 20103131, 2013 147 Halaman ) Kegiatan peledakan PT.Bukit Asam (persero), Tbk PIT PIT MT-4 PREBACH Tambang Air Air Laya (TAL) bertujuan untuk membongkar interburden B2C jenis jenis Batu Pasir (sandstone) dan Clay Silstone guna untuk penambangan batu bat u bara pada lapisan C dengan nilai kalori kalor i 6500 Kcal – 7000 – 7000 Kcal. Pola pemboran yang digunakan untuk peledakan lapisan Batu Pasir (sandstone) dan Clay Silstone yaitu salang-seling (staggered pattern) dan pola boranya vertikal vertikal sedangakan pola peledakan mengunakan pola peledakan hole by hole dengan sistem delay 500 ms(in hole) untuk surface surface delay 75 ms , 25 ms, dan 17 ms dengan mengunakan detonator listrik dan nonel DenganTingkat keberhasilan dari pengeboran dan peledakan bisa dinilai dari tercapainya tujuan peledakan itu sendiri kegiatan peledakan di tambang air laya bertujuan untuk menghasilkan fragmentasi-fragmentasi batuan interburden sesuai dengan kebutuhan alat muat alat angkut untuk kegiatan loading selanjutntya. dengan ukuran spasi rata-rata 7.085 meter meter kedalaman ledak rata rata 7.54 meter Tingkat fragmentasi hasil peledakan aktual dengan ukuran ≥100 cm(boulder) berdasarkan perhitungan teoritas didapat ukuran Fragmentasi sebesar 29%, sedangkan untuk target persentase yang diinginkan diinginkan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Di lokasi PIT MT-4 PRE-BENCH yaitu 10% untuk bongkahan (Boulder) dari ukuran ≥100 cm. Berdasarkan geometri aktual atau geometri saat ini disimpulkan bahwa yang tidak tidak lolos ayakan pada ukuran ≥100 cm adalah 29% berarti butuh penagganan lebih lanjut dengan sedikit sedikit perubahan geometri pelerdakan untuk mendapatkan target tersebut. K a t a K u n c i ; F r ag ag m e n t a s
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma III pada Jurusan Teknik Pertambangan. Judul tugas akhir ini adalah
“KAJIAN
TEKNIS
RANCANGAN
GEOMETRI
PEMBORAN
Dan
PELEDAKAN PADA LAPISAN INTERBURDEN B2-C GUNA MENDAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN
DI PIT MT-4 PRE-BENCH TAMBANG AIR LAYA
(TAL) PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN”.
Akan tetapi berkat tekat penulis penulis serta bantuan bantuan dari berbagai berbagai pihak, maka laporan ini dapat diselesaikan dalam bentuk yang sederhana ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak Ir. M. Amin Alkurdi, S.T. selaku
Ketua sekolah Tinggi Ilmu Teknik
Prabumulih 2. Bapak Ahmad Husni, S.T. selaku pembantu ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih merangkap sebagai Pembimbing Utama
3. Ibu Rodiah Nursani, S.Si selaku Pembantu Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih 4. Bapak Dedy Yansen, S.Si selaku Pembantu Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih 5. Ibu Diah Purnama Sari, S.T. selaku ketua Jurusan Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih 6. Suhardiman Gumanti, S.T. Terima Kasih Bapak Atas Bimbingannya 7. Bapak Devry Hernawan Surya
Negara, S.T. Terima Terima Kasih Kasih Bapak Atas
Bimbingannya 8. Seluruh dosen dan staf sekolah Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih 9. Bapak Ir. Rustam Aminudin selaku Manager Manager Penunjang Penunjang Tambang 10. Bapak Ketut Junaedi, ST, selaku Asisten Manager Pemboran dan Peledakan 11. Bapak Ir. Saptoro Tutuko selaku Asisten Manager Pemboran dan Peledakan 12. Bapak Yoseph Pessiwarisa, selaku Tata Usaha Pemboran dan Peledakan. 13. Bapak Amin, selaku supervisor Peledakan beserta bese rta rekan-rekan Pak Saleh, Pak David, Pak Subandi, Pak Zulhendri, Pak Tasmil Pak Dasril, Pak Bambang, Pak Edi, Pak Djumali, Pak Asep (PT. Dahana).
14. Bapak Mazhabillah Mazhabi llah selaku sel aku Group Leader PT. Pama Persada Nusantara beserta rekan-rekan bang Riko, bang Candra, bang Lay, bang Dony, bang Deny, bang Charles, 15. Bapak Flavio yang telah banyak membantu. 16. Rekan-rekan seperjuangan Mahmudin (AKAMIGAS), Toni Da Kosta (AGP), Saudah Saipul Islam NZ(STIT Prabumulih), Pita Eka Ramel (UNSRI), Sardi (STIT Pabumulih), Pabumulih), Stanly (STTMI Bandung), Afrizal Afrizal (STIT Prabumulih). 17. Seluruh staf st af dan karyawan di Satuan Kerja Ker ja Penunjang Tambang PT. Bukit Asam (persero) (persero) Tbk. 18. Teman- teman angkatan 2010 Politeknik Geologi dan Pertambangan “AGP” Bandung, thanks buat supportnya guys. 19. Buat keluarga kel uarga tercinta, tercin ta, terima kasi h atas doa dan dukungan duku ngan baik moril maupun materil materil serta selalu memberikan memberikan semangat, special thanks buat ibunda tercinta. 20. Semua pihak piha k yang telah tel ah banyak membantu membant u dalam dala m menyelesaikan menyelesaik an tugas akhir yang tidak dapat disebut satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan mengucapkan terima kasih dan semoga semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Prabumulih,
Februari 2014
Penulis
Wawan Saputra
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL LEMBAR PENGESAHAN .................................................... .............................................................................. ................................. ....... i ABSTRAK .................................................. ............................................................................ .................................................... ................................ ...... ii KATA PENGANTAR ...................................................................... ............................................................................................ ...................... iii DAFTAR ISI ............................................................. ...................................................................................... ........................................... .................. vi DAFTAR GAMBAR ...................................................... ................................................................................. ........................................ ............. ix DAFTAR TABEL .................................................................... ............................................................................................. .............................. ..... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................. ............................................................................. ...................................... ........... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................... ............................................................................. .................................... .......... 1
1.1.
Latar Belakang Belakang ................................................. ........................................................................... ................................ ...... 1
1.2.
Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ....................................................... ....................................................... 2
1.3.
Pembatasan Pembatasan Masalah................................................ ...................................................................... ...................... 3
1.4.
Metodologi Metodologi Penulisan ................................................ ....................................................................... ....................... 3
1.5.
Manfaat penelitian ................................................... ........................................................................... ........................ 3
........................................................................... .................................... .......... 5 BAB II KEADAAN UMUM ................................................. 2.1.
Sejarah Perusahaan Perusahaan .................................................. ......................................................................... ....................... 5
2.2
Lokasi dan Topografi Topografi ................................................. ........................................................................ ....................... 6
2.3.
Geologi dan Statigrafi ............................................................. ...................................................................... .......... 9 2.3.1. Geologi ........................ .................................................. .................................................... ................................ ...... 9 2.3.2. Statigrafi....................... Statigrafi ................................................. .................................................... .............................. .... 11
2.4. Struktur Geologi ..................................................................... ................................................................................. ............ 15 2.5.
Hidrologi dan Hidrogeologi ...................... ................................................. ....................................... ............ 18 2.5.1. Hidrologi....................... Hidrologi ................................................. .................................................... .............................. .... 18 2.5.2. Hidrogeologi.......................... Hidrogeologi ................................................... ............................................... ...................... 20
2.6. Cadangan dan Kualitas Batubara ...................................... ...................................................... ................. 21 2.7. Sistem dan Metode Penambangan ............................................ .................................................... ........ 23 BAB III DASAR T EORI ......................................................... ................................................................................... .............................. .... 26
3.1. Pemboran Pemboran ................................................... .............................................................................. ....................................... ............ 28 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4. 3.2.
Pola Pengeboran Pengeboran ................................................ ................................................................ ................ 29 Arah Pengeboran (Drill Direction) ....................................... ....................................... 31 Diameter Lubang Bor ................................................... ........................................................... ........ 33 Produktifitas Produktifitas Pemboran Pemboran .................................................. ...................................................... .... 35
Peledakan Peledakan ................................................... ............................................................................. .................................. ........ 40 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. 3.2.5. 3.2.6. 3.2.7. 3.2.8.
Rancangan peledakan peledakan ................................................ ........................................................ ........ 40 Geometri Geometri Peledakan ................................................... ........................................................... ........ 40 Arah dan Pola Pola Peledak Peledakan an .................................................. .................................................. 51 Waktu tunda........................................... tunda..................................................................... .............................. .... 54 Sifat Bahan Peledak .................................................. .......................................................... ........ 54 Peralatan Peledakan Peledakan .................................................. .......................................................... ........ 59 Perlengkapan Perlengkapan Peledakan .................................................... .................................................... 60 Analisa Hasil Peledakan .................................................. ...................................................... .... 62
BAB IV PEMBAHASAN PEMBAHASAN ................................................. ........................................................................... ...................................... ............ 70 4.1. Pemboran Pemboran dan Peledakan Peledakan Aktual ................................................. ..................................................... .... 70 4.1.1. Pemboran Pemboran Lubang Lubang Ledak Ledak ................................................... ................................................... 70
4.1.1.1. Pola Pengeboran Pengeboran ................................................ .................................................... .... 70 4.1.1.2. Kecepatan Kecepatan pengeboran pengeboran ............................................ ............................................ 71 4.1.1.3. Volume Volume setara ................................................. ......................................................... ........ 71 4.1.1.4. Effisiensi Effisiensi Pemboran ................................................ ................................................ 71 4.1.1.5. Kedalaman Dan Produksi Alat Bor ................. ......... ............... ....... 72 4.1.2. Peledakan ................................................................................. 72 4.1.2.1 Spesifikasi Perlengkapan Peledakan dan Peralatan Peledakan ......................................................................72 4.1.2.2. Geometri peledakan ................................................ ................................................ 72 4.1.2.3. Kebutuhan Lubang Ledak dan Bahan Peledak ....... 73 4.1.2.4. Pola Peledakan dan Rangkaian Rangkaian Peledakan ............ ....... ..... 74 4.1.2.5. Analisis Hasil Heledakan Heledakan ......................................... ......................................... 74 4.1. Pemboran dan Peledakan Usulan Berdasarkan Menurut Teori (R.L. Ash) .................................................. ............................................................................. ....................................... ............ 76 4.2.1. Pemboran Pemboran ................................................. ........................................................................... .......................... 76 4.2.1.1. Kecepatan Peledakan Pemboran ................ ........ ................ .......... .. 76 4.2.1.2. Volume Volume Setara ................................... ........................................................ ..................... 76 4.2.1.3. Produktivitas Pemboran Peledakan ................ ........ ............... ....... 76 4.2.2. Peledakan Peledakan ..................................................... ........................................................................... ...................... 77 4.2.2.1. Geometri peledakan 77 4.2.2.1.1. 4.2.2.1.1. 4.2.2.1.2. 4.2.2.1.2. 4.2.2.1.3. 4.2.2.1.3. 4.2.2.1.4. 4.2.2.1.5. 4.2.2.1.5.
Burden dan dan Spacing Spacing ................................ 77 Tinggi Jenjang Jenjang ......................................... ......................................... 77 Stemming Stemming ................................................ ................................................ 77 ................................................. 77 Subdriling ................................................. Kolam Isian ............................................ ............................................ 78
4.2.3. Kebutuhan Bahan Bahan Peledak ...................................................... 78 4.2.4. Pola Peledakan dan Arah Peledakan ................................... 78 4.2.5. Analisa Hasil Hasil Peledakan .......................................................... 79 4.2.5.1. Fragmentasi ................................................................. 79 4.2.5.2. Flaying Rock ................................................................ 79 4.2.5.3. Getaran ....................................................................... 79
4.2.5.4. Gas Beracun Hasil Peledakan .................................. 79 4.3.
Perbandingan Geometri dan Fragmentasi Aktual dan Usulan........ ....... . 80 4.3.2. 4.3.3.
Perbandingan Geometri ........................................................ 80 Perbandingan Fragmentasi Aktual dan Usulan ................ ........ .......... .. 81
BAB V PENUTUP................................................. ........................................................................... ............................................... ..................... 8 0
5.1.
Kesimpulan Kesimpulan .................................................. ............................................................................ .................................. ........ 82
5.2.
Saran .................................... ............................................................. .................................................... ............................... .... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Peta lokasi PT. Tambang Tambang Batubara Bukit Asam-UPT Asam-UPT .................................. 8 2. Tata letak Izin Usaha Tambang (IUP) PTBA Unit Penambangan Tanjung Enim .................................................................................................................... 9 3. Stratigrafi dan litologi batubara Tambang Air Laya ...................................... 17 4. Bagan alir penambangan batubara PT. Tambang Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim .................................................................................................. 25 5. Pola Bujur Sangkar .......................................................................................... 29 6. Pola Persegi Panjang ...................................................................................... 29 7. Pola Zigzag Bujur Sangkar ............................................................................. 30 8. Pola Zigzag Persegi Panjang .......................................................................... 30 9. Arah pengeboran ............................................................................................. 33 10. Geometri Peledakan ........................................................................................ 41 11. Pola Runtuhan Batuan Box Cut ...................................................................... 52 12. Pola Runtuhan Batuan V Cut ......................................................................... 52 13. Pola Runtuhan Batuan Corner Cut ................................................................. 53
14. SANDVIK Tipe Ti pe D245S D24 5S ..................................................................................... 86 15. ANFO (Amonium Nitrate Fuel Oil) ................................................................ 97 16. Power gell ......................................................................................................... ......................................................................................................... 98
17. Detonator Listrik ............................................................................................. 99
18. Leading Wire .......................... ..................................................... ...................................................... ..................................... .......... 101 19. Surface Delay................................................. ........................................................................... ......................................... ............... 102
20. In Hole Delay ................................................. ........................................................................... ......................................... ............... 103 21. Blasting Machine .................................................... .............................................................................. ................................ ...... 104
22. Blasting Ohmmeter. ...................................................................................... 105
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
I.
Data curah hujan untuk PT.Bukit Asam (Persero), tbk .......................... 19
II.
Permeabilitas Permeabilita s lapisan batuan pada Tambang Air Laya ......................... 21
III.
Sifat bahan fisik peledak ............................................................................ 55
IV.
Kecepatan detonasi (VOD) bahan peledak (Konya, 1990) ................... 57
V.
Bobot Nilai Tiap Parameter Untuk Untu k Penentuan Indeks Kemampuan Ledakan Menurut Lilly (1986) ........................................... 67
VI.
Skala Asap ................................................................................................. 69
VII.
Efek Racun Versi NO 2 .............................................................................. 69
VIII.
Perbandingan Geometri Aktual dan Usulan ........................................... 80
IX.
Perbandingan Fragmentasi Aktual dan Usulan ...................................... 81
X.
Waktu Edar Pemboran .............................................................................. 87
XI.
Waktu Kerja ................................................................................................ 93
XII.
Waktu Hambatan Pengeboran ................................................................. 94
XIII.
Geometri Peledakan ................................................................................ 106
XIV.
Interval Kelas Burden ............................................................................... 109
XV.
Interval Kelas Spasi ................................................................................. 110
XVI.
Interval Kelas Kedalaman Lubang Ledak .............................................. 111
XVII.
Interval kelas Tinggi Jenjang ................................................................... 112
XVIII.
Interval kelas Power Charging ................................................................ ................................................................ 113
XIX.
Interval kelas Subdriling ........................................................................... ........................................................................... 114
XX.
Interval kelas Stemming .......................................................................... .......................................................................... 114
XXI.
Interval kelas Diameter ........................................................................... 115
XXII.
Interval kelas Jumlah Lubang Ledak (Hole) ........................................ 116
XXIII.
Interval kelas Amonium Nitrat (AN) ....................................................... 117
XXIV.
Interval kelas Fuel Oil (FO) .................................................................... 118
XXV.
Interval kelas Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) ................................. 119
XXVI.
Interval kelas Volume (BCM) ................................................................. 120
XXVII.
Interval kelas Powder Factor ................................................................... 121
XXVIII.
Pembobotan Massa Batuan (Perhitungan) .......................................... 123
XXIX.
Ukuran Ayakan Aktual ............................................................................. 130
XXX.
Ukuran Ayakan Geometri Usulan ........................................................... 147
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
halaman
A. SPFESIFIKAS SPFESIFIKASII ALAT BOR BOR ............................................................................. 86 B. WAKTU EDAR PEMBORAN DI PRE-BANCH TAL TAL .................................... 87 C. PERHITUNGAN VOLUM SETARA SETARA ................................................................ 91 D. PERHITUNGAN W AKTU KERJA EFEKTIF DAN EFES EFESIENSI IENSI PEMBORAN ..................................................................................................... 93 E. PRODUKTIFITAS PEMBORAN .................................................................... 96 F. SPESIFIKASI PERLENGKAPAN PELEDAKAN DAN PERALATAN PERALATAN PELEDAKAN PELEDAKAN ..................................... .............................................................. ......................... 97 G. GEOMETRI PELEDAKAN AKTUAL AKTUAL DI PIT PRE BENCH PADA TANGGAL 1 S/D 30 APRIL 2013 ................................................................ 106 H. FAKTOR BATUAN ......................................................................................... 123 I. PERHITUNGHAN TINGKAT FRAGMENTASI BATUAN AKTUAL .......... 125 J. PERHITUNGAN PEMBORAN USULAN .................................................... 132 K. PERHITUNGAN GEOMETRI PELEDAKAN PELEDAKAN USULAN DENGAN MENGUNAKAN RUMUS R.L.ASH ............................................. 134 L. PERHITUNGAN PEMAKAIAN BAHAN PELEDAK USULAN .................... 138 M. PERHITUNGAN TEORITIS TINGKAT FRAGMENTASI BATUAN DENGAN GEOMETRI USULAN .......................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Batubara merupakan energi alternatif yang memegang penting dalam kebutuhan hidup sehari-hari, disamping disamping
memiliki harga yang relatif murah
dibandingkan dengan bahan bakar yang lainya. Selain itu batubara lebih efektif untuk kegiatan produksi yang lebih besar maupun kecil. Dalam kegiatan untuk mencapai target produksi batubara pada pada penambangan penambangan PT.Bukit Asam (persero), (persero ), Tbk.
Menggunakan dua metode yakni metode convensional dan metode
pada metode convensional alat tambang utama yang digunakan continuos mining pada adalah Backhoe PC-2000,PC1250 sebagai alat gali muat, Bulldozer-ripper sebagai alat pendorong dan pembersih lahan serta Dump Truck dan HD-850 sebagai alat angkut. Sedangkan metode continous mining mengunakan Bucket Whell Excavator (BWE), sebagai alat gali muat dan Belt Conveyor
sebagai
sarana transportasi material. Dalam operasi penambangan batubara dengan kedua metode tersebut convensional dan system continous mining harus ditunjang dengan kegiatan
penunjang agar keberlangsungan produksi tetap terpenuhi, dan alat gali muat bisa terjaga dan terawat terutama pada bucket alat tersebut salah satunya dengan kegiatan peledakan.
Untuk mendapatakan hasil peledakan sesuai dengan apa yang diinginkan perlu diperhatikan juga dimensi-dimensi peledakan dalam pertambangan tersebut sehinga dalam peledakan mendapatkan hasil ledakan yang optimal. Maka dari itu, didalam hal ini penulis ingin mengkaji perancangan peledakan sebagai penunjang produksi tambang batubara PT.Bukit Asam (persero), Tbk.
1.2.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Dalam pemecahan interburden jenis batuan clay silstone dan batuan sandstone ini tentunya sangat dibutuhkan alat-alat penunjang tambang untuk
mengurai batuan agar lebih mudah dalam penagganan selanjutnya, maka dari itu dalam penulisan tugas akhir ini penulis mempunyai maksud dan tujuan adapun maksud dan tujuan sebagai berikut: Maksud
dari
judul
KAJIAN
TEKNIS
RANCANGAN
GEOMETRI
PENGEBORAN DAN PELEDAKAN PADA LAPISAN INTERBURDEN B2-C GUNA MENDAPATKAN FRAGMENTASI BATUAN ini adalah bagaimana merancang
peledakan sehingga hasil dari peledakan itu sendiri mendapatkan pecahan batuan yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga kegiatan selanjutnya dapat dikerjakan oleh alat gali seperti Backhoe PC-2000,PC1250 dan Bucket whell excavator (BWE).
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kegiatan peledakan terutama dalam rancangan peledakan untuk peledakan batuan penutup (interburden) sehingga dengan adanya alat penunjang seperti peledakan
akan tercapainya target produksi dan menghasilkan fragmentasi-fragmentasi batuan yang mudah dalam kegiatan pengalian pemuatan serta pengangkutan nantinya.
1.3.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada Alat Penunjang Tambang (APT) berupa pengeboran dan peledakan sampai dengan tahapan material yang dihancurkan sampai fragmentasi yang diinginkan dapat dikerjakan untuk kegiatan pembukaan interburden.
1.4.
Metodologi Penulisan
Didalam menggabungkan
melaksanakan antara
penelitian
teori-teori
yang
permasalahan didapatkan
dari
ini,
penulis
perkuliahan,
perpustakaan (perpustakaan di kampus dan PT.Bukit Asam (persero), Tbk) dan internet (data sekunder) dengan data-data yang ada di lapangan, berupa peninjauan dilakukan dengan mengamati langsung kegiatan dilapangan (data primer) yang merupakan hasil orientasi dan observasi lapangan pada PT.Bukit Asam (persero), (persero), Tbk. Tbk.
1.5.
Manfaat penelitian
Dengan
melakukan
penelitian
dalam
merancang
peledakan
untuk
interburden tersebut maka penulis pada khususnya dapat mengetahui gambaran
umum tentang bagaimana kegiatan peledakan yang ada di PT.Bukit Asam (persero), Tbk. Dimana peledakan sangat mendukung kegiatan penambangaan sehingga dapat melanjutkan penambang batubara dengan target produksi yang diinginkan serta alat-alat pendukung juga dapat berumur panjang untuk beroperasi dalam kegiatan penambangan seperti alat gali contoh; backhoe, dragline, Bucket whell excavator (BWE), dan lain-lain.
BAB II KEADAAN UMUM
2.1.
Sejarah Perusahaan PT. Bukit Asam (persero) Tbk mengawali kegiatan eksplorasi pada tahun 1951
sampai tahun 1981 dan mulai berproduksi pada tahun 1919. PT. Bukit Asam (persero),Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara yang didirikan pada tanggal 2 maret 1981 berdasarkan peraturan pemerintah No. 42 Tahun 1980 dengan kantor pusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Lembaga – Lembaga – lembaga lembaga yang mengurus adalah;
a. Tahun 1919 – 1919 – 1942 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda b. Tahun 1942 – 1942 – 1945 1945 oleh Pemerintah Militer Jepang c. Tahun 1945 – 1945 – 1947 1947 oleh Pemerintah Republik Indonesia d. Tahun 1945 – 1945 – 1945 1945 oleh Pemerintah Belanda (Agresi II) e. Tahun 1949 – 1949 – sekarang sekarang oleh Pemerintah Republik Indonesai f. Tahun 1959 – 1959 – 1960 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN) g. Tahun 1961 – 1961 – 1967 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU) Perusahaan Tambang Batubara
h. Tahun 1968 – 1968 – 1980 1980 oleh PN. Tambang Batubara i.
Tahun 1981 – 1981 – sekarang sekarang oleh PT. Bukit Asam (persero),Tbk Dalam Repelita III Pemerintah Indonesia membuat Proyek Pengembangan
Pertambangan dan Pengangkutan Batubara (P4BA), yang meliputi kegiatan:
1. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam (PT.BA) 2. Pengembangan Pelabuhan Batubara (PT.BA) 3. Pengembangan Angkutan Darat (Perumka) 4. Pengembangan Angkatan Laut (PT. ANN / PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna) Tujuan proyek ini terutama untuk memasukan kebutuhan batubara bagi PLTU Suralaya, Jawa Barat. Selain itu juga untuk memenuhi industri lainnya baik di dalam maupun luar negeri.
2.2.
Lokasi dan Topografi PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit Pertambangan Tanjung
Enim (PTBA-UPT) terletak di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi tersebut dihubungkan dengan jalan darat ke arah barat daya sejauh 200 Km dan jalur kerata api sejauh 165 Km dari kota Palembang. Secara
geografis
lokasi
PT.
Tambang
Batubara
Bukit
Asam
(Persero)
Unit
Pertambangan Pertambangan Tanjung Enim (PTBA-UPT) terletak pada posisi 3 042’30” LS – 3 – 3047’30” LS dan 103 045’00” BT – 103050’10” BT atau pada koordinat utara magnetik X : 363.750 – 365.500 dan Y : 587.600 – 588. – 588. 700 (lihat gambar 1). Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki oleh PTBA-UPT seluas
7.700
Ha
yang meliputi wilayah Tanjung Enim dan sekitarnya (lihat gambar 2) yang terdiri dari Tambang Air Laya (TAL) dan Non Air Laya (NAL). Luas daerah penggalian TAL yang telah berproduksi sejak tahun 1986 adalah sekitar 560 Ha. Seiring dengan rencana peningkatan produksi maka TAL akan dikembangkan ke arah selatan (TAL Selatan Extension) Extension ) pada tahun 2008 serta kearah utara (TAL Utara E xtension E xtension)) yang telah berproduksi sejak tahun 2003.
Topografi TAL secara umum berupa dataran rendah di bagian utara dan timur serta berupa dataran tinggi dibagian selatan dan barat. Ada beberapa bukit yang membentuk dataran tinggi dibagian daerah TAL diantaranya: Bukit Murman, Bukit Munggu, Bukit Tapuan dan Bukit Asam yang merupakan elevasi tertinggi yaitu 232,0 m diatas permukaan air laut. Elevasi terendah adalah –115 –115 m yaitu pada dasar galian TAL awal Mei 2005. Sungai terdekat yang mengalir di daerah TAL adalah Sungai Enim (Air Enim) di sebelah timur dan Sungai Lawai (Air Lawai) berada di sebelah barat. Sungai Enim mengalir ke utara di sekitar TAL Utara Extension dengan elevasi dasar sungai sungai 40 40 m, sedangkan Sungai Lawai yang elevasinya di Sungai Enim .
65
m mengalir ke arah timur dan bermuara
LOKASI PENELITAN
PETA LOKASI DAERAH PENELITAN PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK
Sumber: Satker Pemetaan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk.
Gambar 1 Peta Lokasi PT. Tambang Batubara Bukit Asam-UPT
Lokasi Penelitia
Sumber: Satker pemetaan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk . Gambar 2 Tata Letak Izin Izin Usaha Pertambangan (IUP) PTBA Unit Penambangan Tanjung Enim
2.3.
Geologi dan Statigrafi
2.3.1. Geologi Penyelidikan geologi yang dilakukan oleh MENNHARDT (1918) menyimpulkan bahwa lapisan batubara yang berada pada daerah IUP PTBA Tanjung Enim terbentuk dalam proses pengendapan fasies paludal (rawa) hingga fasies channel atau bar dan
menempati tepi barat bagian selatan cekungan Sumatra Selatan Sub-Cekungan Palembang. Lapisan batubara tersebut tersingkap dalam 12 (dua belas) lapisan yang terdiri dari urutan tua sampai muda diantaranya terdapat 5 (lima) lapisan utama yaitu: Lapisan Keladi, Lapisan Merapi, Lapisan Petai, Lapisan Suban dan Lapisan Manggus. Masing-masing lapisan tersebut dikenal sebagai Lapisan D, Lapisan C, Lapisan B, Lapisan A, serta 7 (tujuh) lapisan Gantung (hanging seam). Adapun penyebaran penyebaran batuan yang ada di daerah Tanjung Enim terdiri dari 4 (empat) satuan batuan, yaitu: 1. Formasi Muara Enim Formasi Muara Enim yang merupakan indikasi adanya batubara
(coal
measure) atau sebagai formasi pembawa batubara (coal bearing formation) formation) dicirikan oleh batulempung, batulanau dan batupasir yang dominan. Endapan yang berumur kuarter ini belum sempat mengalami pemadatan yang sempurna. Diatas formasi Muara Enim tersebut secara tidak selaras juga dijumpai endapan sungai tua.
2. Formasi Kasai Formasi ini hanya tersingkap tipis dan secara khas dicirikan oleh tufa berwarna putih seperti yang tersingkap di daerah Air Laya Putih, Klawas dan Suban yang disertai sedikit lempung dan pasir halus. 3. Intrusi Batuan Beku Intrusi Batuan Beku yang muncul berupa batuan andesit dan membentuk beberapa bukit disekitar daerah penelitian seperti Bukit Asam, Bukit Tapuan dan Bukit Murman serta penyambung Bukit Munggu, sedangkan didaerah Suban sampai Air
Laya berbentuk kubah (dome) (dome) yang umumnya dicirikan oleh dominasi batupasir dan batulanau. 4. Satuan Endapan Kuarter Satuan Endapan Kuarter atau endapan sungai tua pada umumnya terdapat di daerah lembah dan diendapkan secara tidak selaras diatas formasi batuan sebelumnya. Formasi ini dicirikan oleh batulempung, pasir lepas dan gravel yang tersingkap di daerah Air Laya bagian utara. 2.3.2. Stratigrafi Statigrafi lapisan batubara di daerah Pre-Bench pada umumnya hampir sama dengan statigrafi TAL, yaitu formasi Muara Enim. Formasi ini menurut hasil eksplorasi Shell Mijnbouw N.V dan Reinbroun Colsulting GMBH Colsulting GMBH terdiri atas 3 (tiga) kelompok besar yaitu: lapisan tanah penutup (overburden), (overburden) , kelompok lapisan utama batubara yang terdiri dari 5 (lima) lapisan yaitu; Mangus Atas (A1), Mangus Bawah (A2), Suban Atas (B1), Suban Bawah (B2) dan lapisan Petai (C) serta kelompok ketiga adalah “lapisan antara” lapisan batubara (interburden) , yaitu terdiri dari interburden A1 interburden A1 -A2, A2 - B1, B1-B2 dan interburden B2 interburden B2 - C seperti yang terlihat pada gambar 2.3. Litologi dan ketebalan dari masing-masing kelompok dan lapisan pada Formasi Muara Enim tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lapisan Tanah Penutup Jenis tanah penutup yang paling dominan adalah batu lempung dan dibeberapa tempat disertai dengan batupasir halus serta batulanau tufaan yang bentonitik. Tebal lapisan overburden overburden ini antara 85 - 150 meter dan didalamnya ditemukan beberapa lapisan batubara gantung (hanging seam) dengan seam) dengan tebal tiap lapisan 0,5 meter. Selain itu
secara sporadish juga sporadish juga dijumpai clayironstone berupa lensa-lensa yang kadang berbentuk cakram dengan ketebalan 5 - 20 cm dan panjang 30 - 60 cm. 2. Lapisan Batubara Ketebalan seluruh lapisan batubara pada Formasi Muara Enim sekitar 33 – 50 – 50 meter dengan kemiringan (dip) (dip) lapisan antara 8 0 – 200. Lapisan batubara tersebut terdiri dari: a. Lapisan Batubara Mangus Atas (A1) Umumnya dicirikan oleh adanya lapisan pengotor berupa pita tanah liat (clayband) setebal 20 – 20 – 30 30 cm berwarna putih keabu-abuan. Tebal lapisan batubara A1 antara 6,5 – 6,5 – 10 10 meter, berwarna hitam kusam. b. Lapisan Batubara Mangus Bawah (A2) Pada lapisan ini mempunyai ciri khusus yaitu adanya silikaan (silicified) (silicified) yang sangat keras di bagian atas/permukaan dengan ketebalan sekitar 20 – – 50 meter, sedangkan di bagian tengah dijumpai lapisan pengotor berupa tanah liat halus yang mengisi ruang-ruang kosong yang ada atau bidang diskontinu. Tebal lapisan batubara A2 ini mencapai 8 – 13 – 13 meter. c. Lapisan Batubara Suban Atas (B1) Lapisan batubara yang tebalnya antara 8 – – 12 meter ini tidak memiliki ciri khusus dan hanya dikenali dari jaraknya terhadap lapisan batubara A2 (interburden A2 – B1) yang B1) yang ada dibagian atas serta lapisan batubara B2 (interburden (interburden B1 – B2) – B2) yang terletak dibagian bawah. d. Lapisan Batubara Suban Suban Bawah (B2)
Lapisan batubara ini tebalnya 4 – – 5 meter dan mengandung satu lapisan tipis batulempung halus berwarna abu-abu gelap kehitaman. e. Lapisan Batubara Petai (C1) Lapisan batubara ini merupakan lapisan batubara tunggal yang umumnya tidak memiliki lapisan pengotor atau ciri khusus, ketebalannya mencapai 7 – 10 – 10 meter.
3. Lapisan Antara Lapisan Batubara (Inteburden) a. Lapisan Antara Antara batubara A1 dan A2 (Interburden A1 – A1 – A2) A2) Lapisan ini dicirikan dengan adanya batupasir tuffaan berwarna putih dan abu-abu terang. Secara keseluruhan memperlihatkan adanya struktur
graded bedding
dengan batupasir konglemerasi pada bagian dasar dan batupasir halus di bagian atas. Tebal lapisan ini antara 2 – 5 – 5 meter. b. Lapisan Antara batubara A2 dan dan B1 (Interburden A2 – A2 – B1) B1) Jenis material pada lapisan interburden A2 – – B1 ini antara lain terdiri dari batulempung, batulanau dan sisipan tipis batupasir berwarna abu-abu terang, beberapa tempat kadang dijumpai lensa-lensa clayironstone yang sangat keras setebal 5 – 20 – 20 cm, berwarna coklat kemerahan. Lapisan interburden A2 interburden A2 – – B1 B1 yang lebih dikenal dengan “Suban Marker” ini mempunyai ketebalan antara 15 – 23 meter. c. Lapisan Antara Batubara B1 dan B2 (Interburden (Interburden B1 – B1 – B2) B2)
Tebal lapisan ini antara 2-5 meter, berupa batulempung dengan sisipan tipis batulanau karbonan berwarna abu-abu kehitaman dan bersifat menyerpih. d. Lapisan Antara Batubara B2 dan C (Interburden B2 – B2 – C) C) Lapisan interburden B2 – – C didominasi oleh batu pasir berbutir halus sampai sedang,
berwarna
abu-abu
terang
dengan
sisipan
lapisan-
lapisan
tipis
batulempung lanauan. Pada lapisan ini juga selalu dijumpai lensa-lensa batu lanau silikaan (Silicified siltstone) siltstone) yang sangat keras setebal 20 – – 60 cm yang tersebar tidak merata. Lapisan Interburden
B2 –C –C ini
mempunyai ketebalan lapisan sekitar 44 – 73 – 73 meter.
2.4.
Struktur Geologi Struktur geologi yang dijumpai pada Pre-Bench Pre-Bench adalah merupakan bagian dari
struktur geologi Tambang Air Laya secara umum (Sumatra selatan bagian tengah) yang dibagi dalam 3 kelompok seperti yang terlihat pada (gambar 3) yaitu : 1. Struktur yang terjadi sebelum intrusi, merupakan perlipatan dengan arah barat/barat laut sampai selatan/tenggara, dimana lipatan tersebut merupakan bagian dari Antiklinorium Muara Enim. Terjadi dua buah patahan yang cukup besar (mayor) di sebelah timur yaitu bagian utara dan selatan. Patahan di bagian utara dinamakan “Fault A” arah dari selatan ke utara dengan penurunan sampai 65 meter, dan patahan yang menempati bagian selatan adalah “Fault E” , arah dari utara ke selatan dengan penurunan sebesar 40 meter di sebelah timur. Struktur patahan ini adalah akibat dari gaya tektonik yang terjadi sebelum intrusi. 2. Struktur yang y ang terjadi bersamaan dengan intrusi, i ntrusi, yaitu mengakibatkan mengak ibatkan terjadinya terjadin ya struktur antiklin yang berupa dome dome (kubah) yang pusatnya berada di Tambang Air
Laya dengan arah utara-selatan. Kearah utara yaitu antiklin Klawas (disebelah utara Tambang Air Laya Utara Extension) dan kearah selatan adalah antiklin Murman serta antiklin Bukit Munggu. Struktur ini merupakan fenomena geologi yang utama di Tambang Air Laya dan sekitarnya. Dengan adanya struktur dome tersebut mengakibatkan lapisan batuan mengalami kemiringan ke segala arah dengan kemiringan berkisar antara 80 – 80 –200. 200. Selain itu intrusi yang terdapat dibawah Tambang Air Laya tersebut tersebut juga mengakibatkan mengakibatkan timbulnya timbulnya sesar-sesar sesar-sesar minor dengan dengan pola radier dengan arah utara-selatan. Selain mempengaruhi terjadinya struktur patahan pola radier juga mengakibatkan banyaknya patahan yang tidak menerus. Struktur sesar yang ada berupa patahan normal yang mempengaruhi timbulnya patahan minor.
Massa
E N E C O I L P
Y R A I T R E T
Format ion N I O I A T S A A M K R O F
F A K
Layers
4 M
Lithologi
JELAWATAN
ENIM
KEBON
B
R E B P M U E O M M I N R N O G E I T G A A N R M R A A U O C A B M F O I R L M E P E B L M O I A E M P M
) B . P M (
) A . P M (
BENUANG
3 M
MANGUS MANGUS SUBAN
PETAI
E N E C O I M
T A N K O A I N T E A B M R R I O F A
++ - - - + + + + .-.-.-.-. + + - - - - - + + - - - ----- + + - - - - - + + v-v-v-v++
Claystone, silicified
> 120
KELADI
++
silt lenses. bentonite layers few siltstone layers.
4-5
+ + -.- .- -. + + . . . . . . . ++ + . .. . 25 - 40 + + + . . . . . ++ - - - - - ++ - - - - + + 7 - 10 ++ + + - - - - - -
1 M
Discription rave, sa rave, san n oca covera coverages ges Hanging Seam
++ 6,5 - 10,0 ++ + + v - v - v - v + + . v . v . v . v 0,5 - 2 ,0 ++ 9,0 - 12,9 ++ + + .-.-.-.-. + + - - - - ++ 15 - 23 ++ - - - - - + + .-.-.-.-. + + 8 - 12 ++ + + - - - - - 2-5 + + .-.-.-.-.++
MERAPI
F A B
(m)
- - - - - - ++ ---- + + - - - - - -
------
BURUNG
2 M
Thickness
o ..o ….o. + + ..o…o + + ++ - - - ++
....... -.-.-.-.-.-.
A1 Coal ,
small
tuffaceous claystone intercalations. Claystoe, bentonic, sandstone - tuffaceous. A2 Coal,
top silicified.
Siltstone, claystone, sandstone intercalations. with Suban Marker B1 Coal,
small carbonaceous silty claystone intercolations. Claystone, siltst one layers. B2 Coal, lences of carbonaceous claystone on the base. Siltstone, Sandstone, layers, Andesit sill. Claystone C Coal,
small carbonaceous clay siltstone intercalation. Claystone, sandstone, siltstone.
Not Scale Remark :
------.-.-.-. .-.-.-.-
Claystone
Siltstone
+++++
Coal
+++++
Andesite Andes ite
Gravel
. . . . Sandstone .....
v v v v v v v v
Tuffavceous
Sumber : Satker Geologi (PTBA-UPT ) (PTBA-UPT )
Gambar 3 Stratigrafi dan Litologi Batubara Tambang Air Laya
3. sesar-sesar sesar-s esar normal yang umumnya menempati sebelah timur sepanjang Tambang Air Laya sampai Tambang Air Laya Utara Extension Extension dan sebagian di sebelah tenggara, barat daya serta barat laut. Arah sesar umumnya tenggara-barat laut dan sebagian barat daya-timur laut. Keadaan ini menunjukan bahwa arah umum sesar di Tambang Air Laya dan sekitarnya adalah terpusat terpusat ke puncak dome dome dan berakhir pada sesar yang terjadi sebelum dan pada saat intrusi. Selain sesar juga dijumpai adanya struktur geologi yang berupa kekar (Joint), (Joint), dimana kekar pada Tambang Air Laya dan Tambang Air Laya Selatan adalah kekar geser (Shear Joint) Joint) yang berpasangan satu sama lain. Hal ini menunjukan bahwa kekar tersebut terbentuk akibat adanya gaya kompresi (gaya tekan) yang terjadi sebelum atau sesudah intrusi.
2.5.
Hidrologi Hidrologi dan Hidrogeologi Hidrogeologi
2.5.1. Hidrologi Lokasi Pre-Bench khususnya serta daerah Tanjung Enim umumnya adalah beriklim teropis dengan suhu rata-rata 19 0 – 330C dengan kelembaban udara rata-rata 57% - 85%. Curah hujan tahunan yang diperoleh dari stasiun pengamatan PTBA yang berada di lokasi TAL Utara Extension Extension menunjukkan bahwa curah hujan tahunan (2003-2012)
) sampai (3288 ) (lihat tabel I). Rata-rata curah hujan bulanan (lihat tabe l ) yang paling tinggi terjadi pada bulan januari (434,5 ) dan terendah pada bulan juli (94.2 ). Musim kemarau berlangsung pada bulan Juniberkisar antara (2832
Oktober dan musim hujan berlangsung pada bulan Nopember-Mei.
Tabel I Data Curah Hujan Untuk PT.Bukit Asam (Persero), Tbk Satuan:
TAHUN
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop Nop
Des
Jumlah
2003
394
487
434
467
210
12
103
152
109
281
237
402
3288
2004
426
416
242
366
129
60
65
58
165
272
277
533
3009
2005
507
441
751
308
234
90
223
308
223
320
283
127
3815
2006
474
576
92
314
203
94
138
15
17
39
207
441
2610
2007
401
375
162
543
151
100
89
69
184
192
366
426
3058
2008
418
180
279
428
124
142
16
83
141
336
178
391
2716
2009
310
195
199
334
192
87
89
86
107
210
148
457
2414
2010
429
469
398
373
333
127
132
130
190
245
335
153
3314
2011
216
219
216
351
338
153
44
44
57
188
454
305
2585
2012
220
402
163
189
180
104
43
43
97
367
319
705
2832
2013
550
260
334
355
505
Rata²
434.5
402
327
403
260
96.9
94.2
98.8
129
245
280 2 80
394
3164.5
Min
216
180
92
189
124
12
16
15
17
39
178
127
2004
Max
550
576
751
543
505
153
223
308
223
367
454
705
3815
2004
Sumber: Satker Pentam PT.Bukit Asam (persero), (persero), Tbk
2.5.2. Hidrogeologi Aliran pengisian akuifer berasal dari sebelah barat yang berasal dari Sungai Klawas yang mengalir kearah timur menuju Sungai Enim melewati Sungai Klawas di Tambang Air Laya Utara Extension Extension serta dari sebelah selatan Tambang Air Laya yang terjadi karena adanya rekahan akibat intrusi magma, oleh karena itu arah aliran menuju kedua arah yaitu ke utara melalui Air Laya menuju Sungai Klawas dan kearah timur
melalui Sungai Klawas menuju Sungai Enim. Letak akuifer yang potensial pada lapisan interburden B2 –C –C dengan tipe confined pressure (akuifer pressure (akuifer terkekang). Permeabilitas pada daerah penelitian umumnya dipengaruhi oleh struktur sesar dan kekar serta gradasi butiran pada lapisan B2 – B2 –C C atau tekanan gas untuk lapisan batubara. Harga permeabilitas pada Tambang Air Laya dan sekitarnya berkisar antara 5,725 x 10 -10 sampai 5,038 x 10 -8 (lihat tabel II). Tabel II Permeabilitas Lapisan Batuan Pada Tambang Air Laya
Lapisan
Jenis Material
permeabilitas (k)
Overburden A1
Silty Claystone
2,588 x 10 -9
Claystone
5,038 x 10 -8
Siltstone
2,426 x 10 -7
Interburden A1-A2
Tuffaceous
5,472 x 10 -9
Interburden A2-B1
Silty Claystone
8,884 x 10 -10
Interburden B1-B2
Silty Claystone
5,725 x 10 -10
Interburden B2-C
Clayey-Silty Clayey-S ilty Sandst One
3,131 x 10 -9
Di bawah C
Clay Siltstone
4,550 x 10 -8
2.6. Cadangan dan Kualitas Batubara Total cadangan batubara di Air Laya adalah 249,360 juta ton. Kualitas batubara yang terdapat pada Tambang Air Laya pada umumnya adalah Sub-Bituminus Sub-Bituminus (SRC)
sampai Bituminus Bituminus (LMC).Pada beberapa tempat terutama pada Pre-Bench Pre-Bench kualitas batubaranya mencapai Antracite mencapai Antracite (ANC), (ANC), hal ini karena pengaruh intrusi batuan beku yang muncul sampai permukaan. Jenis atau kualitas batubara yang diproduksi oleh PTBA-UPT dibedakan berdasarkan permintaan pasar (konsumen) yang akan menggunakan produk tersebut yaitu: 1. Batubara Antracite (ANC), yaitu batubara yang mempunyai nilai TM <18%(ar), VM < 15% (db) dan CV > 7500 Kcal/kg (adb). Jenis ini digunakan sebagai bahan bakar pada peleburan timah, besi, alumina, nikel (Aneka Tambang) dan sejenisnya. 2. Batubara Lumut (LMC), (LMC), yaitu batubara yang mempunyai nilai TM <15%(ar), VM > 23% (adb) dan CV > 6500 Kcal/kg (adb). Batubara jenis ini dipakai untuk
blending
(menaikkan kadar/kualitas) dan juga digunakan sebagai bahan bakar pabrik semen atau dieksport. 3. Batubara Uap ( Steam Coal /SRC), /SRC), yaitu batubara yang mempunyai nilai TM 7%28%(ar), VM 15%-40% (ar) dan CV 5000-6500 Kcal/kg (ar). Batubara jenis ini digunakan untuk bahan bakar PLTU, briket, pabrik kertas, industri kecil dan sejenisnya. 4. Dry Coal , adalah batubara yang mempunyai kondisi fisik maupun kualitas berada diantara Batubara Lumut dan Antracite. Antracite. Batubara Dry Coal digunakan khusus untuk bahan blending guna memperoleh kualitas (peringkat) batubara yang sesuai dengan permintaan pasar. Nilai VM antara 16 – 16 –22% 22% sedangkan nilai TM dan CVnya sama dengan spesifikasi Antracite spesifikasi Antracite maupun maupun Batubara Lumut.
2.7.
Sistem dan Metode Penambangan Penambangan yang dilakukan di wilayah PTBA Tanjung Enim yang terdiri dari
Tambang Tambang Air Laya Laya dan Non Air Laya hingga saat ini menggunakan sistem “tambang terbuka” (Open Pit-Strip Mine). Mine ). Metode penambangan yang digunakan pada Tambang Air Laya
adalah
“Continuous Mining” (penambangan berkelanjutan) dengan alat gali dan muat ( digging and loading ) menggunakan Bucket Wheel Exavator (BWE) serta dibantu metode peledakan untuk membongar material yang keras (>5.500 MPa). Sebagai alat angkut/transportasi digunakan jaringan Belt Conveyor (Conveyors System). Untuk Tambang Non Air Laya, Pre-Bench dan Tambang Air Laya Utara Extension menggunakan metode penambangan “Konvensional” (Shovel and Truck). Truck) . Sebagai alat gali dan muat digunakan Power Shovel (Back Hoe) yang dibantu Bulldozer Ripping (penggaruan). Selain itu juga digunakan metode peledakan untuk membongkar batubara maupun lapisan interburden interburden yang memiliki kuat tekan diatas 5500 kPa. Metode peledakan yang digunakan adalah hole by hole untuk detonator nonel dan row by row untuk detonator listrik. listrik . Metode ini dipilih dengan tujuan untuk mengurangi efek getaran (vibrasi) (vibrasi) terhadap lereng-lereng tambang terutama didaerah final slope slope dan untuk memperbaiki / memperkecil ukuran butir hasil pembongkaran.Sebagai alat angkut digunakan gabungan antara Dump Truck dan Conveyors System. System. Mekanisme dari seluruh rangkaian penambangan tersebut diperlihatkan dalam bagan alir penambangan batubara seperti yang terlihat pada (Gambar 4) Spesifikasi alat tambang utama, yaitu alat-alat berat yang digunakan pada Tambang Air Laya 1 adalah sebagai berikut:
1. Untuk alat produksi tanah/batuan penutup ( interburden) interburden ) : a. Bolldozer Caterpillar D 8 R sebagai sebagai alat gali dan atau ripping (penggaruan). b. Exavator / Back Hoe Komatsu type/model PC. 2000 sebagai alat gali dan muat (loading). (loading).
c. Dump Truck HD 773 E untuk alat angkut tanah/batuan menuju tempat penimbunan/pembuangan.
2. Alat produksi produksi batubara: batubara: a. Exavator/Back Hoe Komatsu type/model PC. 800 s/d PC200 sebagai alat gali dan muat (loading). (loading) .
3. Dump Truck Scania P420 untuk alat angkut batubara menuju stock pile. pile. 4. Alat Penunjang Penunjang Tambang: Tambang: Alat penunjang penunjang tambang tambang terutama dalam pembuatan pembuatan dan perawatan jalan produksi akan digunakan Motor Grader Komatsu type / model GD 705A atau Catterpillar type/model 135 H.
Spesifikasi alat-alat berat tersebut sangat diperlukan dalam perancangan kemantapan lereng karena dimensi alat-alat produksi akan mempengaruhi dimensi lantai kerja dan jenjang yang akan dibuat.
S T O C K P IL E M
PIT GROUP :
AIR LAYA PIT
BENCH I
BENCH II
C O N V E Y O R E X C A V A T IN G
T B
•MTBU - P1 •MTBU - P2 •BUKIT KENDI
OUT SIDE DUMP
C O A L C O N V E Y O R
CONVEYOR
SPREADER 701
DISTRIBUTION CONVEYOR DUMPING
POINT
BENCH III C CC- 10 10 C
C OA OA L C ON ON VE VE YO YO R
C -1
STOCK PILE II
1 BENCH IV
BENCH V
I E L I P K C O T S
SPREADER 702
RAIL WAY TLS II
NON BWE TAL CC-12
TLS I
STOCK PILE BANKO
COAL CONVEYOR
TLS III
BANKO PIT
TO MINE MOUTH POWER PLANT COAL_HAND/2-1420/MATT’S
Sumber: Satker Pentam Pentam PT.Bukit Asam (persero), (persero), Tbk Tbk
Gambar 4 Bagan Alir Penambangan Batubara PT. Tambang Batubara Bukit Asamtanjung Enim
BAB III DASAR TEORI
Bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat cair, gas atau campuranya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lainnya yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi (KEPPERS RI NO. 5 tahun 1988). Menurut (Manon, 1976) membedakan bahan peledak industri menjadi dua kelompok yaitu:
1. Bahan peledak kuat ( High Explosives) , mempunyai kecepatatan detonasi 1600-7500 m/detik, sifat reaksinya detonasi (propagasi gelombang kejut) dan menghasilkan efek menghancurkan ( Shattering Effect) 2. Bahan peledak
lemah (Low Explosives), kecepatan reaksinya kurang dari
1600 m/detik, sifat reaksinya deflagarasi (reaksi kimia yang sangat cepat, dan menimbulkan efek pengangkatan (Heaving Effect)) Peledakan pada pertambangan adalah suatu cara untuk menghancurkan dan melepaskan batuan dari batuan induknya dengan tingkat fragmentasi tertentu. Maka dalam penambangan batubara untuk membuka material penghalang sebagai penutup batubara adalah dengan mengunakan bahan peledak untuk sebagai pemberaianya dalam kegiatan ini dikenal dengan istilah metode pemboran dan peledakan.
Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk membongkar batuan dari keadaan aslinya kedalam ukuran – ukuran –ukuran ukuran tertentu, guna memenuhi target produksi dan memperlancar proses pemuatan dan pengangkutan. Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan penambangan apabila: 1. Target produksi terpenuhi (dinyatakan dalam ton/hari ton/hari atau ton/bulan). 2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan yang berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak (disebut powder factor factor ). ). 3. Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah (kurang dari 15 % dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan). 4. Diperoleh dinding batuan yang yang stabil dan rata (tidak ada over break , over hang , retakan-retakan). 5. Aman. 6. Dampak terhadap lingkungan ( flyrock, getaran, kebisingan, gas beracun, debu) minimal. Untuk memenuhi kriteria-kriteria diatas, diperlukan kontrol dan pengawasan terhadap teknis pemboran dan peledakan guna mempersiapkan lubang ledak dalam suatu operasi peledakan. Maka dari itu didasar teori ini akan memberikan gambaran umum tentang teori-teori yang mendasari perencanaan masalah pemboran dan peledakan. 3.1. Pemboran Pemboran adalah pembuatan lubang yang berukuran tertentu pada bahan padat dengan mengunakan peralatan yang sesuai untuk suatu tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan pemboran adalah membuat lubang dengan mengunakan alat bor dengan tujuan tertentu kegunaanya antara lain: 1. Untuk kegiatan sipil 2. Untuk kegiatan penelitian / eksplorasi 3. Untuk kegiatan air tanah 4. Untuk kegiatan minyak dan gas bumi 5. Untuk kegiatan pemboran peledakan Tujuan pemboran adalah sebagai kegiatan peledakan ditunjukan sebagai pemecah interburden atau lapisan batuan antara batubara atas dengan batubara bagian bawah.
Sebelum
melalukan
pengeboran
untuk
kegiatan
peledakan
maka
kita
memperhatikan geometri pengeboran terlebih dahulu yaitu: 3.2.9. Pola Pengeboran Pola pengeboran adalah suatu susunan letak lubang ledak dimana pengaturan disesuaikan dengan ukuran burden dan spacing dari geometri peledakan yang sudah direncanakan. Adapun pola pemboran yang paling umum yang bisa diterapkan pada tambang terbuka yaitu: 1. Pola bujur sangkar ( square patterm), patterm ), yaitu jarak burden dan spasi sama.
Sumber : search google.com
Gambar 5
Pola Bujur Sangkar 2. Pola persegi panjang ( rectangular patterm), patterm ), yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih besar dibandingkan dengan burden
Sumber : search google.com
Gambar 6 Pola Persegi Panjang 3. Pola zig-zag (staggered patterm), patterm ), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang berasal dari pola bujur sangkar maupun pola persegi panjang.
Sumber : search google.com
Gambar 7 Pola Zigzag Bujur Sangkar
Sumber : search google.com
Gambar 8 Pola Zigzag Persegi Panjang Menurut hasil penelitian dilapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi
yang
dihasilkan
pada
pemboran
selang-seling
lebih
optimal
dalam
mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan. 3.2.10. Arah Pengeboran (Drill Direction ) Arah pemboran pemboran untuk lubang lubang ledak yang yang paling umum umum dipakai dalam penaban penabangan gan terbuka adalah pemboran vertikal dan pemboran miring. Tetapi biasanya perusahaan tambang yang mengunakan alat bor jenis putar-tumbuk menerapakan sistem pemboran miring, akan tetapi pada perusahaan tambang terbuka yang mempunyai daerah operasi yang besar cenderung mengunakan sistem pemboran tegak. Untuk menentukan arah pemboran, diperlukan perhatian keuntungan dan kerugian dari masing-masing arah pemboran, adapun keuntungan dan kerugian untuk arah lubang tembak miring yaitu:
1.
Keuntungan dari sistem pemboran miring adalah: a. Fragmentasi hasil peledakan lebih lebih baik baik dan seragam
b. Tinggi jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif lebih rata c. Mengurangi pecah berlebihan pada baris lubang tembak bagian belakang (back break) d. Memperkecil bahaya longsoran pada jenjang, sehingga keamanan untuk para pekerja dan alat lebih aman e. Bidang bebas yang terbentuk menjadi menjadi lebih besar f.
Powder faktor lebih rendah, ketika gelombang gelombang kejut yang yang dipantulkan untuk menghacurkan batuan pada lantai jenjang lebih efisien
g. Produksi wheel loder tinggi karena tampilkan hasil peledakan (muckpile) lebih rendah dan seragam h. Subdrilling lebih pendek, sehingga pengunaan energi peledakan lebih efisien dan getaran yang dihasilkan lebih kecil
2.
Kerugian dari sistem pemboran miring adalah: a. Kesulitan dalam menentukan sudut kemiringan yang yang sama antar lubang tembak sangat dibutuhkan lebih banyak ketelitian dalam pembuatan lubang bor. b. Panjang lubang ledak dan waktu yang dibutuhkan untuk pemboran lebih panjang. c.
Mengalami kesulitan dalam pengisian handak
d.
Dalam pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk semakin besar.
Keuntungan dan kerugian untuk sistem pemboran tegak adalah: 1. Keuntungan lubang ledak tegak adalah: a.
Pemboran dapat dilakukan lebih mudah dan lebih akurat
akan
b.
Untuk tinggi jenjang sama lubang ledak akan lebih pendek jika dibanding dengan lubang ledak miring
2. Kerugian lubang ledak tegak adalah: adalah: a.
Kemungkinan timbulya tonjolan pada lantai jenjang (remnant toe) besar.
b.
Kemungkinan timbulnya retakan kebelakang jenjang (back break) dan getaran ganah lebih besar.
c.
Lebih banyak menghasilkan bongkahan pada daerah disekitar stemming. stemming .
Sumber: search google.com
Gambar 9 Arah Pengeboran 3.2.11. Diameter Lubang Bor Pemilihan diameter lubang ledak dipengaruhi oleh besarnya laju produksi yang direncanakan. Pemilihan Pem ilihan ukuran uku ran lobang bor secara sec ara tepat adalah penting p enting untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah. Diameter lubang tembak berpengaruh pada penentuan jarak burden burden dan jumlah bahan peledak yang
digunakan pada setiap lubang tembak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang tembak antara lain: 1. Volume massa batuan yang akan di bongkar 2. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian 3. Tingkat fragmentasi yang diinginkan 4.
Mesin bor yang tersedia (hubunganya dengan biaya pemboran)
5. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan. peledakan . Diameter lubang tembak berpengaruh terhadap panjang
stemming . Untuk
menghindari getaran tanah dan batuan terbang ( flyingrock) flyingrock) maka lubang tembak yang berdiameter besar harus mempunyai stemming yang yang panjang. Sedangkan lubang tembak yang berdiameter kecil maka stemming yang digunakan menjadi lebih pendek agar tidak terjadi bongkahan pada hasil peledakan. Jika stemming terlalu panjang maka energi ledakan tidak mampu menghancurkan batuan daerah disekitar stemming tersebut. tersebut. Diameter lubang tembak juga dibatasi oleh tinggi jenjang. Untuk tinggi jenjang tentu terdapat batas minimum diameter lubang tembak tentu pula, apabila batas minimum ini tidak tercapai maka akan terjadi penyimpangan yang berlebihan yang bersifat merusak, yaitu pemecahan yang tidak merata disepanjang lantai jenjang serta akan menyebabkan getaran tanah.
3.2.12. Produktifitas Pemboran Kemampuan produksi (produktifitas) (produktifitas) alat bor sangat mempengaruhi besar kecilnya lapisan tanah penutup yang akan dibongkar dalam satu tambang. Untuk mengetahui produktifitas alat bor ini harus dilakukan pengamatan langsung di lapangan.
Dalam menghitung kemampuan produksi alat bor tersebut maka harus dihitung kecepatan pemboran, efisiensi kerja alat pemboran, volume setara, adalah sebagai berikut : 1.
Kecepatan pemboran Kecepatan pemboran merupakan kecepatan rata-rata pemboran termasuk semua
hambatan yang terjadi selama dilakukan pemboran. Dalam menentukan kecepatan pemboran harus diketahui waktu edar pemboran. Waktu edar pemboran adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang bor dari permukaan sampai kedalaman tertentu. Waktu edar pemboran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan menjumlahkan setiap seti ap bagian waktu dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mesin bor, yaitu:
Dimana:
= waktu edar pemboran (menit) Pt = waktu mengambil posisi (menit) Bt = waktu membor dari permukaan sampai kedalaman kedalaman tertentu (menit) Lt = waktu untuk mengangkat, menembah, dan melepas batang bor Ht = waktu untuk mengatasi hambatan Kecepatan pemboran untuk berbaga berbagaii kedalaman lubang tembak dapat dihitung dengan persamaan berikut: Vt =
Vt = kecepatan pemborannya pada pada kedalaman tertentu (meter/detik) H = kedalaman lubang bor (meter) Ct = waktu edar pemboran (detik)
Proses pembuatan lubang ledak menemui hambatan-hambatan antara lain: a. Hambatan yang tak terduga seperti terjepitnya batang bor, kerusakan pada sambungan selang udara. b. Hambatan yang dihindari seperti lokasi pemboran yang belum dipersiapkan serta se rta pengisian pelumas dan solar pada mesin bor atau kompesor dengan waktu yang tidak teratur. Cepat atau lambatnya laju pemboran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor yang berhubungan berhubungan dengan alat alat bor dengan dengan pemberian tekanan udara dari kompresor, yaitu: 1. Tekanan udara yang diberikan 2. Konsumsi udara yang diberikan 3. Berat alat bor, dimana alat bor yang mempunyai kontruksi lebih berat akan memberikan kecepatan pemboran pemboran yang lebih besar jika dibandingkan dengan alat bor yang mempunyai kontruksi ringan 4. Berkurangnya efisiensi alat bor, misalnya misal nya karena umur umur alat sudah tua atau berkurangnya ketajaman mata bor (bit) b. Faktor yang berhubungan dengan lubang ledak, yaitu: 1. Kemiringan lubang ledak 2. Ukuran diameter lubang ledak 3. Kedalaman lubang ledak c. Faktor yang berhubungan dengan struktur batuan, yaitu: 1. Adanya rekahan pada batuan
2. Kemiringan dari struktur batuan 3. Kemampuan batuan untuk menggerus mata bor akibat adanya suatu kecepatan penembusan sehingga mata bor semakin tumpul 4. Mudah tidaknya batuan untuk ditembus alat bor d. Faktor yang berhubungan dengan operasi kerja, yaitu ; 1. Ketinggian lokasi kerja 2. Keterampilan Keterampil an operator dalam mengoperasikan alat bor 3. Penempatan alat bor
2.
Volume setara Kemampuan alat bor yang dipakai dalam membuat lubang tembak dapat
diperkirakan dengan mengunakan volume setara. Volume setara merupakan suatu angka yang menyatakan tiap meter atau feet kedalam lubang bor akan setara dengan jumlah volume atau berat satuan tertentu yang akan diledakkan volume setara ini dapat dinyatakan dalam bcm/m, cuft/ft atau ton/m, ton/ft. Volume setara dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Diamana:
Untuk menghitung besarnya volume setara lebih dahulu harus diketahui volume batuan yang terbongkar dengan persamaan:
Diamana :
Maka persamaan volume setara akan didapat
3. Efisiensi pemboran Merupakan perbandingan antara kedalam lubang ledak yang dapat dicapai secara nyata dalam waktu kerja yang tersedia terhadap kedalaman lubang ledak yang seharusnya dapat diperoleh dalam waktu kerja yang dinyatakan dalam persen, untuk menghitung efisiensi pemboran dapat mengunakan rumus:
Dimana ;
4. Kemampuan produksi alat bor Kemampuan produksi alat bor dapat ditentukan mengunakan parameterparameter efisiensi kerja alat bor, kecepatan pemboran dan volume setara dari alat bor
tersebut, kemampuan produksi alat bor dan dihitung dengan mengunakan persamaan sebagai berikut:
Diamana:
3.3.
Peledakan
3.3.1. Rancangan peledakan merancang peledakan disini adalah mencakup seluruh prosedur perhitungan dan gambar dalam penentuan yaitu : 1. Geometri peledakan 2. Pola pemboran dan peledakan 3. Kebutuhan bahan peledak 4. Produksi peledakan 5. Penenganan pasca produksi 3.3.2. Geometri Peledakan
Geometri peledakan sangat berpengaruh dalam mengontrol hasil peledakan, karena jika geometri peledakannya baik akan menghasilkan fragmentasi batuan yang sesuai dengan kebutuhan produktifitas. Dalam operasi peledakan ada tujuh standar dasar geometri peledakan yaitu: burden, spacing, stemming, subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang kolam isian dan tinggi jenjang. Untuk menentukan geometri peledakan dengan metode yang dikemukakan RL.Ash dan C.J. Konya
a. Lubang Ledak Vertikal
b. Lubang Ledak Miring
A N G J E N J C A K ENCH ) P U N B TOP (
S
G N ) A L B ( U K L A M D O E L L O K
B
CRES
T
T
H
S E BA ) G B DA N E F A C E B I D E ( F R
PC
E T O
G N J A N ) A I J E H L A N T OR BENC ( F LO
J
Sumber : Satker Pentam PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Gambar 10 Geometri Peledakan
42
Keterangan gambar:
B = Burden S =Spacing T =Stimming J = Subdrilling H = Kedakaman Lubang Ledak (Hole Depth) PC = Panjang Kolam Isian (Charge Length) L =Tinggi Jenjang (BenchcHeight)
Geometri peledakan menurut R. L. Ash Ash 1.
Burden (B) Burden Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free ( free face) face ) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row ( row ) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan delay detonator dari tiap -tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan
free face yang baru. Burden Burden juga
berpengaruh pada fragmentasi dan efek peledakan Burden Burden merupakan variabel yang sangat penting dan kritis dalam mendesain peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan jenis batuan yang dihadapi, terdapat jarak maksimum burden agar burden agar hasil ledakan menjadi baik. Jarak burden sangat burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor yang digunakan. Burden
adalah
dimensi
yang
pertama
kali
ditentukan .
Untuk
menentukan barden, R.L. ASH.(1967) berdasarkan pada acuan yang dibuat secara empiric yaitu adanya batuan standart dan bahan peledak standart. Batuan standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft bahan peledak standart memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000fps. Apabila batuaan yang akan diledakan sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standart maka digunakan burden ratio (kb) standart yaitu 30. Tetapi apabila batuan yang akan diledakan tidak sama dengan batuan standar dan bahan peledak dipakai bukan pula bahan peledak standar maka harga Kbsandar itu harus dikoreksi mengunakan faktor penyesuaian (adjustment faktor). Jika :
97
(inch) (ft) atau Bobot isi batuan standart Bahan peledak : = 1,20: = = 30 Faktor penyesuaian (adjustment factor)
Batuan yang akan diledakan (
Bahan peledak yang akan dipakai (
Maka : Kb terkoreksi =
Dengan
D= bobot isi batuan yang akan diledakkan handak yang akan dipakai SG = BJ handak Ve=VOD handak Ve=VOD handak yang dipakai Jadi :B
meter
2. Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row). Spacing Spacing adalah merupakan fungsi dari pada burden burden dan dihitung setelah burden burden ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari 98
ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah ( boulder ) dan tonjolan (stump) stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Ukuran spacing dipengaruhi oleh : a. Cara peledakan yang digunakan adalah serentak atau berurutan b. Fragmentasi yang diinginkan c. Delay interval Prinsip dasar cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah sebagai berikut: a. Peledakan serentak , S = 2B b. Peledakan berurutan dengan delay interval lama lama (secon delay), S=B c. Peledakan dengan milisecon delay , S antara 1 B hingga 2B d. Peledakan terdapat kekar yang yang tidak saling saling tegak lurus, S = 1,2B-1,8B e. Apabila peledakan menggunakan pola equilateral dan dan berurutan tiap lubang ledak dalam baris yang sama, S = 1,15 B
Ks = S/B Ks = spacing spacing ratio (1,00-2,00) 3. Stemming Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting), dimana stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga air blast dan flyrock dapat terkontrol. Untuk bahan stemming batuan hasil dari crushing jauh lebih baik dari pada cutting rock (material bekas
99
pemboran). pemboran). Namun dalam dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Dimana stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk menghancurkan batuan di sekitar
stemming tersebut, dan
stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil. Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari peledakan, jika stemming terlalu terlalu panjang, maka: a. ground vibration high (getar tinggi) b. Lemparan kurang c. Fragmentasi area jelek d. Suara kurang Jika stemming terlalu pendek: a. Fragmentasi diarea bawah jelek b. Terdapat toe di floor (tonjolan di floor) c. Terjadi flying rock (batu terbang) d. Suara keras ( noise) or (airblast) Kt = T/B Kt = Stemming ratio (0,75-1,00) T = Kt.B Kt.B (meter ). ). 4. Tinggi Jenjang Bench High Tinggi (Tinggi Jenjang) berhubungan erat dengan parameter geometri peledakan dan ditentukan terlebih dahulu atau terkadang ditentukan kemudian setelah parameter atau aspek-aspek lainnya diketahui. Tinggi jenjang
100
maksimum biasanya dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat muat. Umumnya peledakan pada tambang terbuka dengan diameter lubang besar, tinggi jenjang berkisar antara 10 -15 m. pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah kestabilan jenjang-janjang sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan. Dapat disimpulkan bahwa dengan jenjang yang pendek memerlukan diameter lubang bor yang kecil, sementara untuk diameter lubang bor yang besar dapat diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi. 5. Subdrilling Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai (toe ( toe), ), karena dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang yang akan bekerja secara maksimum. Kj =J/B Kj = Subdriling Ratio (0,2-0,3) J
=Kj.B (meter)
6. Kedalaman Lubang Ledak Blast Hole Depth Depth (Kedalaman Lubang Ledak) Kedalaman lubang ledak sangat berhubungan erat dengan ketinggian jenjang,
burden burden dan arah
pemboran. Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari besarnya stemming dan panjang kolom isian bahan peledak.
101
lubang ledak biasanya
disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Kh = H/B Kh = Hole depth ratio
(1,5-4,0)
H = Kh. Kh. B (meter) A = luas daerah daerah yang yang diledakan diledakan L = Tinggi Jenjang dr = Bobot Isi Batuan
7. Distribusi Distribus i bahan peledak Distribusi bahan bahan peledak peledak dalam lubang ledak ledak merupakan merupakan faktor
penting
dalam keberhasilan suatu peledakan. Hal ini mengingat supaya dapat mungkin seluruh energi bahan peledak pada saat dilakukan peledakan biasa dimanfaatkan secara maksimal untuk sejumlah masa batuan yang akan diledakan.
a. Tinggi kolam isian bahan peledak Power Charging (PC) (PC) Tinggi kolam isian bahan peledak merupakan selisih antara kedalaman lubang ledak dengan stemming . Persamaanya dapat ditulis sebagai berikut:
PC = Tinggi kolam isian bahan peledak (m) H = Kedalaman lubang ledak (m) T = Stemming (m) (m ) b. Loading density (de) 102
Loading density ialah jumlah isian handak permeter panjang kolam isian.
/SG de = 0,508 de = 71,63
de = loading denstiy
(kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inchi) SG = Berat jenis bahan peledak (0,85 gr/cc) c. Berat bahan peledak dalam lubang ledak (E) Berat bahan peledak dalam satu kolam isian bahan peledak merupakan fungsi dari diameter bahan peledak, density bahan peledak dan panjang kolam isian bahan peledak. Berat bahan peledak tersebut (loading factor) setiap factor) setiap satu lubang ledak dapat dihitung dengan formula berikut ini: E = PC
Dimana: E = berat bahan peledak peledak setiap lubang ledak (Kg) PC = panjang kolam isian bahan peledak (m) De = loading density (Kg/m) Loading density adalah adalah berat bahan peledak setiap meter kolam isian. Nilai dari loading density ini dapat dicari mengunakan persamaan berikut:
Dimana : De = diameter lubang ledak (inch) SG = Specific gravity bahan peledak (Kg/m) 103
1,48 = konversi lbs/ft menjadi kg/m d. Powder Factor (PF) Powder Factor (PF) atau dalam istilah lan lan disebut dengan spesific charge charge adalah suatu bilangan yang menunjukan bahan peledak yang digunakan untuk membongkar sejumlah volume batuan. Powder Factor (PF) ini merupakan salah satu petunjuk untuk memperkirakan baik atau tidaknya suatu operasi peledakan. Hal ini disebabkan harga Powder Factor (PF) ini dapat diketahui tingkat efisiensi bahan peledak untuk membongkar sejumlah batuan. Penentuan nilai Powder Faktor dapat diketahui dengan persamaan berikut:
Dimana
PF = Powder Factor (kg/ )
V = Volume Material yang diledakan (
E = Berat bahan peledak setiap lubang ledak (Kg) N = Jumlah lubang ledak Volume material yang dilakukan, dapat diketahui dengan mengunakan rumus berikut : W=A
L
Dimana :
A = luas daerah daerah yang yang diledakan ( L = Tinggi jenjang (m) 3.3.3. Arah dan Pola Peledakan
104
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antar lubang – lubang –lubang lubang ledak dalam satu baris dengan lubang ledak pada baris berikutnya ataupun antar lubang ledak satu dengan yang lainnya. Pola peledakan ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan batuan (Gambar dibawah ini), pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Box Cut, yaitu pola peledakan peledakan yang arah runtuhan batuannya batuanny a ke depan dan membentuk kotak
Sumber : search google.com
Gambar 11 Pola Runtuhan Batuan B o x C u t 2. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf “V“
Sumber : search google.com 105
Gambar 12 Pola Runtuhan Batuan V Cut
3. Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuanya kesalahan satu sudut dari bidang bebasnya.
Sumber : search google.com
Gambar 13 Pola Runtuhan Batuan C o r n e r C u t Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut : 1.
Pola peledakan peledakan serentak, adalah suatu pola pola peledakan peledakan yang terjadi terja di secara secara serentak untuk semua lubang tembak
2.
Poal peledakan berurutan, adalah sutau pola yang menerapkan peledakan dengan waktu dengan waktu tunda antara baris satu dengan baris lainnya
106
3.3.4. Waktu tunda Waktu tunda merupakan penundaan waktu peledakan untuk peledakan antara baris yang dapat dengan baris yang belakangnya dengan mengunakan delay detonator keuntungan keuntungan melakukan waktu tunda ialah : 1.
Fragmentasi Fragmentas i batuan hasil peledakan akan lebih seragam dan baik
2.
Mengurangi timbulnya getaran tanah dan flyrock
3.
Mengurangi jumlah muatan yang meledak secara bersamaan
4.
Menyediakan bidang bebas baru untuk peledakan berikutnya
5.
Arah lemparan dapat diataur
6.
Mengurangi airblast
7.
Batuan hasil peledakan ( muckpile) tidak menumpuk terlalu tinggi Untuk penyalaan dengan waku tunda adalah untuk mengurangi jumlah
muatan yang meledak dalam waktu bersamaan, dan memberikan tenganggan waktu pada material yang dekat dengan bidang bebas untuk dapat meledak secara sempurna serta untuk menyediakan ruang atau bidang bebas baru bagi baris lubang tembak berikutnya. 3.3.5.
Sifat Bahan Peledak Hasil dari peledakan dipengaruhi juga oleh sifat bahan peledak yang
digunakan sifat terdiri dari sifat-sifat dan sifat detonasi.
107
1. Sifat-sifat fisik a.
Bobot isi Bobot isi berhubungan erat dengan massa bahan peledak yang menempati ruang dalam lubang tembak. Energi yang disuplai oleh bahan peledak merupakan fungsi dari jumlah massanya, semakin tinggi bobot isi semakin besar energi peledaknya. Batuan masih sebaiknya menggunakan bahan peledak dengan bobot isi dan kecepatan detonasi tinggi, sedangkan untuk batuan yang banyak kekarnya berlaku sebaiknya, bobot isi dari berbagi bahan peledak dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel III Sifat Bahan Fisik Peledak
Bahan Peledak
Bobat isi
ANFO lepas
0,75 – 0,75 – 0,85 0,85
ANFO pneumatic pneumatic
0,80 – 0,80 – 1.10 1.10
ANFO BI rendah rendah
0,20 -- 0,75 0,75
Emulsi
1,1 – 1,3 1,1 – 1,3
Campuran Emulusi
1,0 – 1,0 – 1,35 1,35
Watergels & Slurriens
1,0 – 1,0 – 1,3 1,3
a. Sensitivitas Sensitivitas adalah ukuran kemudahan bahan peledak untuk diinisiasi atau energi minimum yang dibutuhkan untuk meledakan suatu bahan peledak dan sering dinyatakan dalam Cap sensitivitiy. Sensitivitas sensitivitiy. Sensitivitas suatu bahan peledak tergantung dari komposisi bahan peledak, diameter bahan peledak dan temperatur. b.
Ketahanan terhadap air 108
Ketahanan terhadap air merupakan parameter kemempuan suatu bahan peledak berada dalam air dengan tidak merusak atau mengubah dan mengurangi kepekaanya. Bahan peledak jenis
watergel dan
emulusion mempunyai emulusion mempunyai ketahana air yang sangat baik. c. Karakteristik Karakterist ik gas peledakan Detonasi bahan peledak komersial diharapkan menghasilkan uap air
dan
nitrogen (
Namun
kadang –
kadang muncul gas tambahan yang tidak diharapkan, yaitu gas-gas beracun seperti karbon monoksida (CO) (CO) akibat nerasa oksigen negatif, dan nitrogen dioksida (
) akibat neraca oksigen positif. Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan resiko terbentuknya gas-gas beracun tersebut antara lain priming, komposisi bahan peledak, dan waktu penyalaan yang tidak tepat, muncul air, kurangnya tekanan pengurungan, dan adanya reaksi dengan batuan (bijih sulfida atau karbonat). 2. Sifat-sifat Sifat-s ifat detonasi a. Kecepatan detonasi Kecepatan detonasi merupakan suatu ukuran kecepatan gelombang detonasi merambat sepanjang kolam bahan peledak, dinyatakan dalam m/s atau ft/s. ft/s. Kecepatan detonasi merupakan komponen utama dari energi kejut dan bertangung jawab terhadap pemecahan batuan. Kecepatan detonasi bervariasi, tergantung dari diameter, bobot isi, ukuran partikel bahan peledak, dan tekanan pengurungan. Kecepatan detonasi dari berbagi produk bahan peledak ditunjukan pada (tabel IV).
109
Tabel IV Kecepatan Detonasi (VOD) Bahan Peledak (KONYA, 1990) Bobot isi
Kecepatan detonasi berdasarkan diameter(De) dalam satuan (m/s) De = 1,25 De = 3 inch De = 9 inch
Tipe
Granular dinamit
0,8-1,4
2240-6080
gelatin dianamit Cartridge slurry Bulk slurry
1,0-1,6 1,1-1,3 1,1-1,6
3840-8000 4160-6080
Air emplaced emplaced ANFO
0,8-1,0
Poured ANFO Packaged ANFO Heavy ANFO
0,85 1,1-1,2 1,1-1,4
4480-6080 4480-6080
3840-6080
2240-3200 2240-3200
3840-9600 3840-9600
4480-4800 4480-4800
1920-1140
3200-3520 3200-3840
4480-4800 4480-4800 3520-6080
b. Tekanan Detonasi Gelombang
kejut
yang
dihasilkan
oleh
kecepatan
detonasi
merupakan tegangan tekan. Tekanan tersebut merupakan tekanan detonasi yang merupakan fungsi dari bobot isi, kecepatan detonasi dan kecepatan partikel dari bahan peledak. Untuk bahan peledak terpadatkan, bandhari (1997) memberikan nilai partikel bahan peledak = ¼ dari kecepatan detonasinya.
Sehingga
tekanan
detonasi
dapat
persamaan berikut:
Keterangan ; Pd
= tekanan detonasi (Mpa)
VOD
= kecepatan detonasi (m/s)
= bobot isi (ton/
110
diperkirakan
dengan
c. Tekanan peledakan Bahan peledak yang beraksi akan menghasilkan gas-gas peledakan yang bersifat stabil. Gas-gas tersebut menimbulkan tekanan didalam lubang tembak yang terkurung. Tekanan ini tersebut dengan tekanan peledakan (pd) yang menurut BANDHARI (1997) besarnya sekitar 45% dari tekanan detonasi. Meskipun tekanan peledakan lebih kecil dari tekanan detonasi tetapi memberikan energy yang lebih besar dalam proses peledakan suatu material, karena periode gelombang tekanan peledakan lebih besar dari pada tekanan detonasi. Tekanan peledakan bertanggung jawab dalam memindahkan massa batuan yang telah pecah karena tekanan detonasi sebelumnya. d. Kekuatan Yaitu ukuran untuk mengukur energi yang terkandung dalam bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh bahan peledak. Dua macam ukuran kekuatan yang dipakai untuk menilai bahan peledak komersial adalah: 1. Weight strength, yaitu untuk membandingkan kekuatan bahan peledak dengan dasar berat yang sama. 2. Bulk strength, yaitu membandingkan kekuatan bahan peledak atas dasar volume yang sama. 3.3.6. Peralatan Peledakan Pada saat melakukan kegiatan peledakan, diperlukan peralatan dan perlengkapan peledakan. Peralatan peledakan adalah suatu komponen peledakan
111
yang bisa dipakai lebih dari satu kali peledakan. Macam peralatan peledakan ini antara lain: a. Blasting machine Merupakan alat ledak yang berfungsi sebagai penghasil arus listrik untuk meledakan detonator listrik
. b.
Blasting nohmeter Adalah alat berfungsi berfungsi mengetes rangkaian peledakan peledakan atau mengetes mengetes berfungsi atau tidaknya detonator listrik.
c. Lead wire Kabel utama yang menghubungkan sumber tenaga listrik
(blasting
machine) dengan machine) dengan leg wire detonator wire detonator listrik. d. Tongkat Berfungsi untuk memadatkan material stemming. Tongkat ini terbuat dari kayu dengan diameter lebih kecil dari lubang ledak dan lebih panjang dari kedalaman lubang ledak. e. Cangkul Fungsinya adalah untuk memasukan material stemming ke ke dalam lubang ledak. 3.3.7. Perlengkapan Peledakan
112
Pelengkapan peledakan adalah semua semua atau alat-alat yang hanya dapat dipakai untuk satu kali peledakan, antara lain:
1.
Detonator listrik Merupakan jenis detonator dimana penyalaanya mengunakan arus listrik
yang dihantarkan melalui kabel khusus. Pada umumnya ada dua jenis detonator listrik, yaitu intaneous intaneous detonator dan delay detonator. Perbedaan kedua jenis detonator ini adalah delay detonator mempunyai suatu bagian yang disebut dengan delay element elemen t yang berfungsi memberikan waktu tunggu bagi detonator untuk meledak sedangkan instaneous instaneous detonator tidak, sehingga akan meledak langsung meledak bila dipicu. 2. Non electric detonator detonator (nonel) Nonel adalah detonator dengan tube plastik, mempunyai diameter luar 3 mm, didalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut dengan kecepatan sekitar 2000 m/s. Gelombang kejut ini mempunyai energi yang cukup untuk meledakan primery explosive explosive atau dilay
element dalam dalam detonator.
Pemakaian nonel relatif lebih aman dibandingkan dibandingkan detonator listrik. Nonel ini terbagi dari dua sistem, sistem , yaitu downline detonator downline detonator atau in hole delay yang yang dipasang didalam lubang ledak bersama bersama power gel sebagai sebagai primer dan surface dan surface delay yang dipasang dipermukaan. Dowline detonator mempunyai waktu tunda 400 ms, 475ms dan 500 ms dengan panjang tube 3 meter, 4,8 meter, 6 meter, 7,8 meter, 9 meter atau sesuai dengan pesanan. Surface delay mempunyai mempunyai waktu tunda 0 ms, 17ms, 25 ms, 42 ms, dan 67 ms dengan panjang tube 9 meter. 3. Leg Wire 113
Leg wire adalah wire adalah kabel yang dipasang setiap detonator listrik, fungsinya adalah untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian peledakan dan dihubungkan kesumber arus listrik pada blasting machine.
4. Cordtex Merupakan sejenis sumbu yang berfungsi untuk meledakan bahan peledak utama atau menghantarkan gelombang detonasi. Sumbu ledak berisi bahan peledak yang sangat kuat dan peka seperti PETN dan bisa menghasilkan gelombang ledak dengan kecepatan 6700 m/s.
5. Bahan Peledak Bahan peledak utama yang dipakai untuk mengisi lubang ledak adalah ANFO. 6. Dinamit Dinamit ini bersama dengan downline downline detonator akan dirangkai menjadi primer yang berfungsi penggalak utama bahan peledak. 7. kantong plastik Kantong plastik ini merupakan istilah untuk membungkus bahan peledak (ANFO) apabila lubang ledak dalam keadaan basah. 3.2.8. Analisa Hasil Peledakan 1. Tingkat Fragmentasi Batuan Untuk mengetahui apakah operasi peledakan telah berjalan sesuai rencana dan hasil peledakan telah sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu
114
dilakukan analisis terhadap hasil peledakan. Secara umum hasil peledakan meliputi: a. Memperbesar atau memperkecil geometri peledakan untuk peledakan selanjutnya. b. Menambah atau mengurangi jumlah bahan peledak yang digunakan untuk peledakan selajutnya. c. Kombinasi dari keduanya Kepentingan fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada tingkatan yang luas fragmentasi merupakan ukuran dari suksesnya peledakan, hal ini mempengaruhi kegiatan operasional dan perawatan dari operasi selanjutnya serta termasuk pengoperasian alat berat seperti pengalian atau pemuatan dan pengakutan. Oleh karena itu pengeboran dan peledakan sangat berhubungan dengan optimasi boperasi operasi selanjutnya. Fragmentasi yang buruk menghasilkan menghasilkan
ovesize ovesize
atau
bongkahan
besar
yang
membutuhkan
pengahancuran sekunder untuk mengurangi ukuranya sampai waktu dapat diolah, serta aman dan efisien dengan alat-alat angkut dan muat. Faktor fragmentasi batuan dapat digologkan dalam tiga kelompok parameter: a. Parameter peledak, mencakup densitas, kecepatan detonasi, volume gas dan energi yang tersedia. b.
Parameter pembuatan lubang ledak, mencakup diameter lubang lubang ledak, stemming, de-coupling , serta tipe titik inisiasi.
c. Parameter batuan yang berhubungan dengan densitas batuan, kekuatan (compressive dan tensile).
115
produksi berlebih dari batuan undersize atau undersize atau ukuran halus juga tidak diinginkan karena mengindikasikan pengunaan berlebih yang tidak berguna dari bahan peledak, pengurangan ukuran dapat dicapai dengan pengunaan instalasi crushing yang sesuai. Bagaimanapun dalam kondisi tertentu fragmentasi dapat diperbaiki dengan mengadopsi salah satu atau lebih langkah-langkah sebagai berikut (diterapkan pada peledakan I bench). a.
Mengurangi sepacing Mengurangi sepacing antar antar lubang yang saling sejajar dalam baris
b.
Mengurangi jarak burden. burden .
c.
Mengunakan detonator short detonator short delay. Sangat penting mengetahui fragmentasi hasil peledakan secara teoritas
sebelum
peledakan
dilakukan.
Peramalan
fragmentasi
dengan
memperhitungkan faktor geologi disamping beberapa parameter peledakan lainnya biasanya dilakukan dengan cara Kus-Ram (cunningham, 1983) cara ini terdiri dari 2 persamaan yaitu: 1. Persamaan kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata rata- rata dari hasil peledakan dalam cm.
X = Ao
*+ * +
Dimana : X
= rata-rata ukuran fragmentasi fragmentasi (cm)
Ao = factor batuan batuan (rock factor) a. 7 untuk batuan medium strength b. 10 untuk batuan keras yang berjoint imtensif 116
c. 13 untuk batuan keras dengan sedikit joint sebaiknya antara (8-12) (8- 12) V
= volume batuan yang terbongkar (bcm) ( burden x spacing x tinggi bench)
Q = Jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak (kg) E
= Relative weight strenght bahan peledak, untuk (ANFO = 100, TNT = 115) Untuk menghitung faktor batuan (RF), terlebih dahulu dilakukan
pemboran batuan berdasarkan nilai Blastability index (BI). Parameter yang digunakan dalam digunakan dalam pemboran batuan dapat dilihat pada (Tabel V) setelah itu nilai balastability balastability index (BI) (BI) dan faktor batuan (RF) dicari dengan persamaan sebagai berikut: Nilai blastibbility index (BI): (BI):
Nilai Rock Factor (RF) : RF = 0,12 x BI 2. Persamaan Rosin-Ramler Rosin-Ramle r utuk mencari material yang tertahan pada saringan, yaitu ;
()
) (
Dimana ; Rx = Persentasi material yang tertahan pada ayakan (%) Xc = Karakteristik Karakteristik dari ukuran ukuran batuan batuan X
= Ukuran Screen Screen (cm)
n
= Index keseragaman 117
Nilai
“n”
mengindikasikan
tingkat
keseragaman
distribusi
ukuran
fragmentasi hasil peldakan. Nilai “n” umumnya antara 0,8 sampai2 ,2 dimana semakin besar nilai “n” maka ukuran fragmentasi semakin seragam sedangkan jika nilai “ n” rendah mengindikasikan mengindikasikan ukuran fragmentasi fragmentasi kurang seragam. seragam. Besarnya n didapatkan dengan persamaan berikut;
n=
+ * + * + * + *
Diamana: De = Diameter bahan peledak (mm) W = Standard deviasi dari keakuratan pemboran (m) = 0 A
= Ratio perbanding perbandingan an spasi dengan Burden
PC = Panjang Isian (m) L
= Tinggi jenjang (m) Tabel V Bobot Nilai Tiap Parameter Untuk Penentuan Indeks Kemampuan Ledakan Menurut Lilly (1986)
1. ROCK MA SSS DESCRIPTION (RMD)
Ratin g
1.1 Powder/ friable 1.2 Blocky 1.3 Totally masive
10 20 50
2. JOINT PLA NE SPACING (JPS)
Rating
2.1 Close (<0,1m) 2.2 Intermediate(0,1-1,0m) 2.3 Wide(>1,0)
10 20 50
3. JOIN PLANE ORIENTATION ORIENTATION (JPO)
3.1 Horizontal 3.2 Dip out of face
Rating
10 20 118
3.3. Strike normal to face 3.4 Dip into face 4.
30 40
SPECIFIK GRA VITY INFLUENCE (SGI)
SGI= 25 x bobot isi -50 RATING OF 1TO 10 (MOHS SCALE)
5. HARDNE SS (H)
2. Back Break Back break yang terjadi disekitar lubang ledak akan merubah material pasat dibelakang lubang ledak menjadi retakan. Hal ini disebabkan karena tingginya tekanan detonaso. Ukuran daerah ini tergantung pada jenis bahan peledak dan material yang diledakan. 3. Flying rock Flying rock adalah adalah merupakan terlemparnya batuan akibat operasi peledakan yang disebabkan oleh distribusi energi yang kurang baik bila lemparan batuan dominan kearah vartikel kolom stimming terlalu dangkal, sedangkan apabila pelemparan batuan domain ke arah horisontal (jauh) berarti burden terlalu burden terlalu kecil.
4. Misfire Misfire Misfire adalah keadan dimana bahan peledak yang dipasang di dalam lubang ledak tidak meledak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bahan peledak itu sendiri, detonator atau kawat penghantar. Untuk menghindari terjadinya mifire perlu mifire perlu dilakukan perawatan perlengkapan peledakan selain ketelitian regu peledak dalam menjalankan tugasnya. 5. Getaran Getaran yang timbul pada operasi peledakan perlu diketahui karena akan mempengaruhi kestabilan lereng disekitarnya dan dapat menimbulkan dampak
119
terhadap lingkungan. Untuk mengurangi getaran tersebut dapat dilakukan penyalaan tunda (delay).
6. Fumes Fumes adalah gas beracun yang dihasilkan setelah dilakukan peledakan, faktor yang menyebabkan Fumes Fumes adalah kurang bagusnya mixing bahan peledak dan terdapat air dalam lubang ledak
Tabel VI Skala Asap Level
Warna
Nomor Pantone
Level 0 Nomor gas Nox
Abu-abu terang terang 1C (RGB 244, 222, 217)
Level 1 Gas NOx ringan Level 2 Gas berwarna kuning muda /oranye Level 3 Gas berwarna oranye
Pantone 155C (RGB 244, 219, 170) Pantone 157C (RGB 237, 160, 79) Pantone 158C (RGB 232, 117, 17)
Level 4 Gas berwarna oranye/merah
Pantone 1525C (RGB 181, 84, 0)
Level 5 Asap berwarna berwarna merah/ungu merah/ungu
Pantone 161C (RGB 99, 58, 17)
Tabel VII Efek Racun Racun Versi NO 2 NO
2
(ppm) 0.04-5
Waktu Terpapar
Respon Kesehatan ambang batas bau 120
Penurunan fungsi paru, batuk dan kering tenggorokan dan mulut. Tingkat IDLH (Immediately Dangerous to Life or Health)
0.3-0.5
2 jam
20
30 menit
30
40 menit
Sensasi tergelitik di hidung dan tenggorokan
30
70 min
Sensasi terbakar dan batuk
30
2 jam
sensasi terbakar di dalam dada, sesak napas
80
3-5 min
Dada sesak
90
40 menit
Cairan di paru-paru
121
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam pengamatan dilapangan maka banyak hal yang kita dapat analisis yaitu: 4.1. Pemboran dan Peledakan Aktual 4.1.1. Pemboran Lubang Ledak Kegiatan pemboran di pit pre-bench pre-bench Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (persero) Tbk. Saat ini, mengunakan alat bor merek SANDVIK D245S. Alat ini melakukan pengeboran dengan prinsip top hammer drilling berdiameter 6,75 inch, dan panjang 9,14 meter (Lampiran A). 4.1.1.1. Pola Pengeboran pola pemboran yang digunakan saat ini adalah pola pemboran zig-zag baik itu pola zig-zag bujur sangkar maupun pola zig-zag persegi panjang. Pada kegiatan peledakan tidak dapat dipungkiri kalau hasil peledakan berupa boulder tidak dapat dihindari, akan tetapi hal tersebut dapat diminimalkan dengan teknik pemboran dan peledakan yang dianggap sesuai.
4.1.1.2. Kecepatan Pengeboran Dari pengamatan yang dilakukan, kecepatan pemboran rata-rata dalam tiap lapisan pemboran interburden adalah 49.18 meter/jam atau 8.56 menit / lubang (s / hole) hole) (Lampiran B) dan hambatan yang mempengaruhi aktivitas pemboran yang 122
berkaitan dengan kecepatan pemboran, berasal dari alat itu sendiri dan dapat secara langsung diatasi. 4.1.1.3. Volume Setara Volume setara adalah angka yang mengatakan setiap meter lubang pengeboran setara dengan jumlah volume atau berat batuan yang diledakan. Dapat dinyatakan dalam bcm/m. bcm/m. Angka sangat berguna untuk menaksir kemampuan alat bor yang digunakan untuk membuat lubang tembak. Harga volume setara (Veq) tergantung pola pemboran dan pola peledakan yang digunakan. Dari data yang dapat maka harga volume setara pemboran mencapai 45,16 bcm/meter (dilihat pada lampiran C). 4.1.1.4. Effisiensi Pemboran Untuk mengetahui effisiensi alat bor dilapangan maka harus diketahui waktu produktif (Wp) yang ada, yaitu waktu yang benar-benar digunakan oleh operator pemboran untuk membuat lubang tembak, serta waktu tidak produktif (Wtp), yaitu waktu yang digunakan oleh operator bor selain untuk melakukan kegiatan pemboran.
Wp = Wt - Wtp Sehingga effisiensi pemboran adalah = (Wp/Wt) x 100% untuk 100% untuk pekerjaan pemboran, effisiensi pemboran adalah sebesar 81,81% (lampiran D). 4.1.1.5.
Kedalaman Dan Produksi Alat Bor
Kedalama lubang bor rata-rata yang dapat dicapai pada operasi pemboran lapisan interburden interburden saat ini dengan kedalaman rata-rata sebesar 7,54 meter.
123
Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kecepatan pemboran, volume setara, dan efisiensi pemboran. Berdasarkan perhitungan maka besarnya produktivitas pemboran adalah 1798,98
(lampiran E).
4.1.1. Peledakan 4.1.1.1. Spesifikasi Perlengkapan Perlengka pan Peledakan dan Peralatan Peledakan Adapun Spesifikasi Spesifikasi Perlengkapan Perlengkapan Peledakan dan Peralatan Peledakan Peledakan yang digunakan oleh PT Bukit Asam (Persero), Tbk Tanjung Enim, lihat (Lampiran F). 4.1.2.2. Geometri peledakan Geometri peledakan rata rata aktual yang digunakan (lampiran G). a. Burden
= 6,15meter
b. Spacing
= 7,085 meter
c. Kedalaman lubang ledak = 7,54 meter d. Stemming
= 4,15 meter
e. Subdrilling
= Tanpa Subdrilling
f.
Tinggi jenjang
= 7,64 meter
g. Tinggi charging
= 3,365 meter
h. Powder factor
=
kg/m
4.1.2.3. Kebutuhan Lubang Ledak dan Bahan Peledak Jumlah lubang ledak yang dibuat untuk sekali peledakan sangat tergantung pada volume interburden yang interburden yang akan diledakan serta jarak burden dan burden dan spacing yang semakin kecil akan menambah jumlah lubang ledak yang harus dibuat. Bahan peledak yang digunakan untuk setiap lubang ledak adalah ANFO (Lampiran G) dengan perbandingan AN dan FO sebesar 94,5% dan 5,5%. Perlengkapan bahan
124
peledak yang digunakan lainnya adalah dayagel dan dan nonel in hol delay 500 ms sebagai primer, nonel surface delay sebagai penghubung nonel in hol delay 500 ms dengan yang lainnya dan detonator listrik digunakan sebagai pemicu pada awal rangkaian. Berdasarkan data yang ada selama 20 kali peledakan dihasilkan volume Interburden sebesar 371,46.9 bcm (lampiran G). Fowder factor 0,175/bcm untuk sekali peledakan (lampiran G), jumlah lubang ledak yang dibuat 1137 lubang (lampiran G) pemakaian bahan peledak AN sebesar 61.925,00 kg dan untuk fuil oil yang digunakan rata-rata rata-rat a sebanyak 3579,65 Kg (lampiran G).
4.1.2.4. Pola Peledakan dan Rangkaian Peledakan Adapun Peledakan Peledakan yang digunakan digunakan dalam sistem tunda dengan proses penyalaan hole by hole. hole . Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek getaran pada saat terjadi peledakan. Untuk pola peledakan umumnya mengunakan pola curner cut baik untuk daerah yang memiliki lebih dari dua bidang bebas ataupun yang hanya menggunakan dua buah bidang bebas. Dalam
penyambungan
rangakaian
itu
sendiri
dilakukan
dengan
menyambung tube menyambung tube nonel in hole delay ke ke conector blok blok nonel surface delay pada setiap lobang kemudian setiap tube nonel surface delay disambungkan ke conector ke conector surface delay lainnya sesuai dengan pola peledakan yang dipakai . Pada awal rangkaian, rangkaian , tube nonel surface delay delay yang pertama akan meledak dipasang detonator listrik dengan lead wire kearah wire kearah blasting machine. 4.1.2.5. Analisis Hasil Peledakan
125
Setelah menganalisis dilapangan untuk hasil peledakan masih banyak ditemui boulder dan adanya retakan dibelakang batas jenjang (backbreak). a. Flying rock Pada saat melakukan peledakan sering terlihat dengan jelas flying rock kearah vertical. Ini disebabkan karena stemming kurang kurang optimal atau kurang padat.
b. Getaran Pada saat peledakan getaran yang dirasakan relative kecil. Hal ini karena penyalaan dengan sistem hole by hole dengan hole dengan memakai nonel. c. Gas hasil peledakan peledakan Dari pengamatan dilapangan terlihat bahwa setelah dilakukan peledakan fumes yang terjadi berwarna orange. Faktor yang menyebabkan hal ini antara lain. 1. kurang bagusnya mixing bahan peledak 2. terdapat air dalam lubang ledak d. Fragmentasi Tingkat fragmentasi menunjukan distribusi ukuran batuan hasil peledakan. Dimana tingkat fragmentasi yang diharapkan sesuai dengan bucket excavator (ukuran mulut mulut bucket) bucket) ataupun sesuai dengan kapasitas dump truck dalam dalam pekerjaan loading pekerjaan loading material. material. Adapaun parameter-parameter faktor batuan yang didapatkan dilapangan lihat (lampiran H) sehingga Hasil fragmentasi saat ini dihitung secara teoritis lihat (lampiran I) untuk ukuran
126
≥100 cm yang tidak lolos ayakan adalah 29 % (lampiran I) sedangkan yang di butuhkan oleh PT.Bukit Asam (persero) tbk adalah 10% untuk bongkahan ukuran 100 cm, berarti geometri saat ini terlalu banyak bongkahan ≥100 cm.
4.2.
Pemboran dan Peledakan Usulan Berdasarkan Menurut Teori (R.L. Ash) Berdasarkan perhitungan Teori R.L. Ash maka dapat diusulkan yaitu:
4.2.1. Pemboran Setelah diketahui perhitungan geometri yang diterapakan oleh PT. Bukit Asam (persero) maka dalam usulan ini menurut Teori R.L. Ash
adalah memiliki
perbedaan, menurut usulan yang ada maka ditentukan burden 4,71meter, dan spacing 6,123 meter pola pemboran masih mengunakan sistem stagerred pattern, arah pemboran yang diterapkan masih tegak. 4.2.1.1. Kecepatan Peledakan Pemboran Berdasarkan geometri peledakan usulan menerapkan kedalaman lubang bor 7,065 meter maka diusulkan kecepatan yang didapat untuk membuat sebuah lubang bor adalah
meter/jam (lampiran J).
4.2.1.2. Volume Setara Harga volome setara yang dapat adalah sebesar 45,16 bcm/jam (Lampiran J). 4.2.1.3. Produktivitas Pemboran berdasarkan data kecepata pemboran, volume setara, dan efisiensi pemboran maka dapat diusulkan nilai produktivitas pemboran ialah sebesar 1961,3 bcm/jam. 127
4.2.1. Peledakan 4.2.2.1. Geometri Peledakan Menurut teori R.L.Ash maka yang diperoleh geometris peledakan (lampiran K) sebagai berikut: 4.2.2.1.1. Burden dan Spasing Burden dan spasi yang diterapkan dilapangan saat ini (6,15x 7,085) meter untuk usulkan disarankan mengunakan burden dan spasi (4,71 x 6,123) meter, dengan mengunakan ukuran spasi dan burden tersebut
diharapkan akan
memberikan distribusi energi bahan peledak yang baik sehingga fragmentasi batuan hasil peledakan relatif seragam. 4.2.2.1.2. Tinggi Jenjang Untuk tinggi jenjang digunakan adalah 7,64 meter, sedangkan sedangkan untuk tinggi jenjang yang yang di usulkan usulkan adalah 6,123. 4.2.2.1.3. Stemming Stemming yang digunakan saat ini adalah 4,15 meter dan untuk usulan adalah 3.3 m meter. Hal ini dilakukan mengingat kedalaman lubang bor dengan geometri sebesar 7,065 meter. Sehingga dapat mengefektifkan penetrasi energi kebatuan disekitarnya. 4.2.2.1.4. S u b d r i l i n g Pada bulan ini tanpa penambahan subdriling tetapi dalam geometri usulan subdriling dapat dapat diusulkan sedalam 0.9 m.
128
4.2.2.1.5. Kolam Isian Ukuran kolam isian yang diterapkan pada geometri sekarang ini adalah sebesar 3,365 meter dan perhitungan terhadap ukuran fragmentasinya maka diusulkan panjang kolom isian sebesar 3,769 meter. Berdasarksan perhitungan secara teoritis pemakaian jumlah lubang ledak berubah dari 57 lubang menjadi 106 hal ini dipengaruhi oleh untuk mendapatkan fragmentasi batuan yang lebih kecil dan sedikit bongkahan. 4.2.3. Kebutuhan Bahan Peledak Kebutuhan lubang ledak dan bahan peledak juga berubah karena pengaruh perubahan geometri peledakan. Berdasarkan perhitungan teori untuk memenuhi rencana peledakan sebesar 559.776 bcm per bulan ataupun rencana perharinya selama 25 hari yaitu 22.391,04 bcm diperlukan jumlah lubang ledak sebanyak 106 lubang. Berdasarkan perhitungan jumlah ANFO ANFO yang digunakan untuk peledakan dengan geometri usulan adalah sebesar = 58.4 kg/hari (Lampiran L). Powder Factor geometri usulan adalah sebesar = 0,36 kg/bcm (Lampiran L). 4.2.4. Pola Peledakan dan Arah Peledakan Pola peledakan yang diterapkan masih sesuai dengan hasil yang diterapkan dan tidak memerlukan adanya perubahan.
4.2.5. Analisa Hasil Peledakan 4.2.5.1.
Fragmentasi
Dimana tingkat fragmentasi yang diharapkan sesuai dengan
bucket
excavator (ukuran mulut mulut bucket ) ataupun sesuai dengan kapasitas dump truck
129
dalam pekerjaan pekerjaan loading material. Hasil fragmentasi saat ini dihitung secara teoritis (Lihat Lampiran M) untuk ukuran ≥100 cm yang tidak lolos ayakan adalah
(Lampiran M) sedangkan yang dibutuhkan oleh PT.Bukit Asam (persero) tbk adalah 10% untuk bongkahan ukuran 100 cm berarti dengan geometri saat menurut teoritis R.L.ASH tidak dapat memenuhi permintaan. 4.2.5.2.
Flying Rock
Berdasarkan usulan perubahan geometri yang telah dilakukan melalui perhitungan secara teori mampu meminimalkan nilai flying rock . Batas pembuatan stemming berdasarkan teori R.L.Ash yaitu antara 3.3 m s/d m s/d 4 m. 4.2.5.3.
Getaran
Getaran yang dihasilkan sesudah dilakukan perubahan geometri akan tidak jauh beda karena masih mengunakan mengunakan penerapan penerapan sistem penyalaan penyalaan hole by hole dengan memakai nonel. 4.2.5.4.
Gas Beracun Hasil Peledakan
Untuk
menghindari
terjadinya
gas
beracun
(fumes) (fumes) yang
dapat
membahayakan kegiatan penambangan maka perlu dilakukan perbaikan, salah satu yang dapat diterapkan adalah saat melakukan primering dan dan mixing.
4.3.
Perbandingan Geometri dan Fragmentasi Aktual dan Usulan
4.3.1. 4.3.1. Perbandingan Geometri Untuk mencapai target fragmentasi batuan yang diinginkan maka dapat diusulkan perubahan pada geometri. Perubahan geometri tersebut dapat kita lihat pada tabel bawah ini: Tabel VIII 130
Perbandingan Geometri Aktual dan Usulan GEOMETRI
AKTUAL
USULAN
1 2
Burden Spacing
6,15 m 7,085 m
4,71 m 6,123 m
3
Stemming
4,15 m
3.3 m
4 5
Subdrilling Subdrillin g Kedalaman Lubang Ledak
Tanpa Subdrilling Subdrillin g 7,54 m
0.9 m 7,065 m
6
Tinggi Jenjang
7,64 m
m
7
Jumlah Lubang ledak total
1137 hole
3170 hole
8
Tinggi Charging
3,365 m
3,769 m
9
Diameter lubang ledak
6,75 in
6,75 m
10
Powder Faktor
0.172 kg/bcm
0,36 kg/bcm
11
AN
61.925 kg
224.436.32 kg
12
FO
3.579,65 kg kg
10.575.521 kg
13 14
ANFO Volume interburden terbongkar
65,505.65 kg 65,505.65 kg 371.046,9
235.011,85 kg 645.887,09 bcm
4.3.2. Perbandingan Fragmentasi Aktual dan Usulan Tabel IX Perbandingan Fragmentasi Aktual dan Usulan AKTUAL
Ukuran Ayakan
Tidak
(cm)
Lolos Ayakan (%)
20 40 40 80
71 55 44 35
USULAN
Lolos Ayakan (%) 29 45 56 65 131
Tidak
Lolos
Lolos Ayakan
Ayakan
(%)
(%)
65,5 38 31 11
34,5 62 69 89
100 150 200
29
71
5,71
94,28
82 89
1 0
99 100
Dari perubahan geometri tersebut maka dapat kita ambil kesimpulan yang tidak lolos ayakan pada ukuran
100
cm
adalah
29%
berarti
butuh
penangganannya lebih lanjut dengan sedikit perubahan geometri peledakan untuk mendapatkan target tersebut . Dalam geometri usulan menurut R.L.ASH secara teoritas bongkahan ukuran 100 cm adalah 5,7%, nilai ini lebih baik dari yang ditargetkan. Sedangkan untuk target persentase yang diinginkan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Di lokasi PIT MT-4 PRE-BENCH yaitu 10% untuk bongkahan (Boulder) ≥ 100cm.
132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengamatan, pengolahan data dan pembahasan terhadap kegiatan peledakan yang dilakukan pada pit Pre-banch Pre-banch maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Produktifitas Produktifi tas pemboran sangat baik karena dapat menyelesaikan pekerjaan pemboran dengan waktu yang tersedia. 2. Untuk mencapai target produksi geometri aktual sudah lebih baik baik dari yang ditargetkan akan tetapi untuk mencapai fragmentasi pada geometri saat ini butuh perubahan geometri lebih lanjut. 3. Hasil analisis pada: a. flying rock saat ini sangat sering terjadi berdasarkan usulan geometri yang telah dilakukan melalui perhitungan perhitungan
perubahan
secara teori teori mampu
meminimalkan nilai flying rock . b. Getaran yang dihasilkan tidak jauh beda dengan geometri saat ini dan getaran saat ini sudah dikatakan cukup lebih baik karena mengunakan sistem penyalaan hole by hole dengan hole dengan memakai detonator nonel. detonator nonel. c. Fumes Fumes Hasil peledakan saat ini masih sering terjadi, ini disebabkan kurang maksimalnya dalam penagganan saat melakukan primering dan mixing. dan mixing. d. Free face saat face saat ini cukup baik sehinga getaran yang ada saat ini sudah cukup baik.
133
5.2.
Saran Setelah melakukan pengamatan dilapangan hasil dari analisa data maka
dapat disampaikan saran sebagai berikut: 1.
Untuk
memperlancar
pekerjaan
pemboran
perlu
dilakukan
penanganan
peralatan lokasi peledakan agar saat melakukan perpindahan, mencari titik bor dan pengeboranya akan lebih mudah dan lebih cepat. 2. Untuk memperkecil geteran
seminimal mungkin maka
free face
harus
diperhatikan dengan pemberian jenjang dan pemberian duming hole hole (lobang kosong) antara bench atau lereng area peledakan. Selain itu duming hole juga hole juga berfungsi sebagai pemotong atau pembatas pecahan batuan sehinga bench-nya bench- nya rata dan ketahanan terhadap lerengnya baik sehingga dapat memperkecil terjadinya longsor. 3. Jika tujuan utama adalah untuk mendapatkan hasil fragmentasi maka geometri saat ini belum mampu untuk memdapatkan fragmetasi yang diinginkan. Dan geometri usulan dapat diterapkan untuk mendapatkan hasil fragmentasi tersebut.
4. Tingkatkan pengawasan terhadap pemboran dan peledakan terutama saat pengisian ANFO dan saat memasukan Stemming.
134
DAFTAR PUSTAKA
Koesnaryo S. 2001. Rancangan Peledakan Batuan, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, UPN”veteran” Yogyakarta. Pusat Pendidikan dan Peletihan Teknologi Mineral dan Batubara. Modul 1 , Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak Penambangan Bahan Galian, Bandung 2010. Pusat Pendidikan dan Peletihan Teknologi Mineral dan Batubara. Modul 2 Pengetahuan Dasar Peledakan, Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak Penambangan Bahan Galian, Bandung 2010. Pusat Pendidikan dan Peletihan Teknologi Mineral dan Batubara. Modul 3 peralatan peledakan, peledakan, Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak Penambangan Bahan Galian , Bandung 2010. Pusat Pendidikan dan Peletihan Teknologi Mineral dan Batubara. Modul 4 Persiapan Peledakan, Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak Penambangan Bahan Galian, Bandung 2010. Direktorat Jendral Pertambangan Umum. Pengetahuan dasar bahan peledak pertambangan pertambangan umum, umum, Pusat pengembangan tenaga pertambangan, Bandung Search Google. com
135
LAMPIRAN
136
LAMPIRAN A SPFESIFIKASI ALAT BOR
Sumber: Dokumentasi Pentam PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 14 SANDVIK Tipe D245S
1. Hole Diameter
: 172mm-230mm
2. Drill Pipe
: 9,14m
3. Hole Depth
: 45 m
4. Undercarriege
: 325 Class Excavator
5. Max pulldown
: 185 kN (47.000 lbf)
6. Engine
: 354 kw (450 hp)
7. Feed Rate
: 0-32 m/min (0-150 fpm)
8. Hois Rate
: 0-68,3 m/min (0-224) 137
9. Rotation Torque
: 8282 Nm(73.000 in-lb)
10. Operation Weigth
: 33.566 Kg (74.000 lb)
138
LAMPIRAN B WAKTU EDAR PEMBORAN PEMBORAN DI PRE-BENCH TAL Keterangan 1. Jenis alat bor
: Top Hammer Drill tipe SANDIVK Tipe D245S
2. Panjang
: 9,124 meter Tabel X Waktu Edar Pemboran
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu Mengambil Posisi (detik) 89 67 117 59 82 67 65 66 67 60 77 67 66 61 113 144 67 89 67 70
Waktu Mengebor (detik) 304 364 378 305 329 263 354 364 378 432 441 355 304 364 454 350 378 305 329 367
Waktu Mengangkat Batang Bor (detik) 10 23 11 19 18 33 51 15 19 18 33 34 22 34 24 20 34 45 56 18 139
Waktu Mengatasi Halangan (detik)
342
Cycle Time (detik) 403 454 506 725 429 363 470 445 464 510 551 456 392 459 591 514 479 439 452 455
Waktu Mengam bil Posisi (detik) 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Waktu Waktu Mengangkat Mengatasi Batang Bor Halangan (detik) (detik) 67 368 20 60 401 77 54 400 43 54 398 15 56 354 19 66 333 18 66 364 33 67 378 44 54 510 15 65 442 19 87 501 43 66 422 18 62 500 33 56 304 44 61 364 24 61 378 19 63 399 87 65 329 54 64 432 22 67 304 44 68 655 34 76 456 34 87 433 23 56 564 32 45 578 43 67 565 54 56 456 43 53 564 33 87 444 31 90 543 46 Jumlah Total Cycle Time (detik) Nilai tertinggi
Waktu Mengebor (detik)
Nilai terendah
140
Cycle Time (detik)
Waktu Mengambil Posisi (detik) 455 538 497 467 429 417 463 489 579 526 631 506 595 404 449 458 549 448 518 415 757 566 543 652 666 686 555 650 562 679 25706 757 363
Untuk mencari rata rata waktu edar pemboran dapat mengunakan statistik di bawah ini : Jumlah Kelas
: 1+ 3,3 log n : 1+3,3 log 50 : 1+3.3
1.699
: 1+ 5,6067 : 6,6067 = 7
Interval kelas
:
:
=56,28 =57
Tabel XI Statistik Waktu Edar Pemboran
Interval kelas
Xi
Fi
363 – 419 420 – 476 477 – 533 534 – 590 591 – 647 648 – 704 705 – 761
391 448 505 562 619 676 733
6 17 9 8 3 5 2
(Xi.Fi) 2346 7616 4545 4496 1857 3380 1466 50
141
25706
=
Rata-rata waktu edar pemboran =
`
= 514.12 detik / lubang = 8.56 menit/ lubang (s/hole) Kemudian
dari hasil waktu edar tersebut
digunakan untuk
menghitung kecepatan pemboran (Vt) pada alat bor top hammer drill tipe SANDVIK D245S yang
merupakan
perbandingan
antara kedalaman
lubang bor dengan waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah sebu ah lubang bor Vt
x 60 =
=
= 49.18 meter/jam
142
LAMPIRAN C PERHITUNGAN VOLUME SETARA Volume Setara adalah nilai yang menyatakan ukuran volume batuan yang berhasil diledakkan setiap meter kedalaman lubang bor. Dalam perhitungan setara digunakan rumus seperti tertara dibawah ini:
Dimana: Veq
: Volume Setara (Bcm/m)
V
: Volume Batuan yang diledakan dilapangan
H
: Kedalaman lubang bor rata-rata
N
: Banyak lubang bor
Maka volume setara pada pit pre-bench (alat bor SANDVIK D245S) adalah : Diketahui: V
: 19.410,655 (Bcm) (Lampiran F)
H
: 7,54 m (Lampiran F )
N
: 57 Lubang m (Lampiran F)
Ditanya : Veq
:….?
143
45.16 bcm /m
144
LAMPIRAN D PERHITUNGAN WAKTU KERJA EFEKTIF Dan EFESIENSI PEMBORAN a. Waktu Kerja Efektif Tabel XII Waktu Kerja
HARI KERJA
JUMLAH WAKTU KERJA (JAM)
SHIFT I
SHIFT I
SENIN
07.00-18.00
19.00-06.00
22
SALASA
07.00-14.30
15.00-22.30
22
RABU
07.00-14.30
15.00-22.30
22
KAMIS
07.00-14.30
15.00-22.30
22
JUMAT
07.00-14.30
15.00-22.30
22
SABTU
07.00-18.30
19.00-06.30
22
MINGGU
07.00-18.30
19.00-06.30
22 154
Dari tabel diatas dapat diperoleh diperoleh waktu kerja normal rata-rata rata- rata perhari, yaitu: Jam kerja rata-rata per hari =
= 22 jam/ hari = 11 jam/ shift
145
b. Efisiensi Pemboran
Untuk menentukan efisiensi pemboran maka harus dilakukan pengamatan terhadap waktu kerja yang dada dilapangan. Waktu produktif adalah waktu yang benar-benar digunakan untuk membuat lubang bor sedangkan waktu tidak prouktif waktu yang digunakan selain untuk melakukan pengeboran. Tabel XIII Waktu Hambatan Pengeboran
No 1
2
Jenis hambatan Hambatan yang dapat dihindari a. Lambat waktu kerja b. Lambat kerja selain istirahat c. Berhenti klerja sebelum waktu berakhir d. Keperluan operator Hambatan yang tidak dapat dihindari: a. Cek alat b. Pemanasan mesin c. Pengisian bahan bakar d. Pindah lokasi e. Membagi makanan f. Menunggu alat Jumlah Waktu Tidak Produktif
Waktu (menit) 10 7 50 10 3 10 10 10 3 7 120
Waktu kerja produktif = waktu kerja yang tersedia – waktu – waktu tidak produktif = 11-2 = 9 jam / shift
146
Efisiensi pemboran (Eff)
=
= 81.81%
147
LAMPIRAN E PRODUKTIFITAS PEMBORAN Produktifitas pemboran adalah suatu nilai yang menyatakan volume batuan yang akan dibongakar pada setiap batuan waktu. Perhitungan produktifitas pemboran berdasarkan pada penerapan rumus sebagai berikut:
Dimana : Pt = produksi pemboran ( ) Vt = kecepatan pemboran (meter/ jam) Veq = volume setara ( Eff
= effisiensi kerja alat bor (%)
Vt Veq
PRODUKSI PEMBORAN SANDVIK DS245S = 49.18 meter/jam Lampiran B = 975.87 bcm /m Lampiran c
Eff Pt
= 81.81% Lampiran D (%) = 49.18 meter/jam x 45,16bcm /m x 81.81% = 1798,98
148
LAMPIRAN F SPESIFIKASI PERLENGKAPAN PELEDAKAN DAN PERALATAN PELEDAKAN a. ANFO (Amonium Nitrate Fuel Oil)
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 15 ANFO (Amonium Nitrate Fuel Oil) Oil)
Merk
: AN
Buatan
: P.T Dahana Gambar B: Tasikmalaya Indonesia
Komposisi
: AN 94,5% dan FO 5,5%
Jenis
: Blasting Agen \
Wujud
: Porous Prilled (butiran) 149
Ketahanan terhadap air : Buruk
Asap
: Baik
Kecpatan detonasi
: 14,421 fps (4370 ms)
Kekuatan ledak
: 8,940 kg/
Berat jenis
: 0,85 gr/cc
Diameter lubang kritis : 1,5 inchi
Berat bersih
: 25 kg
b. Power gell
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 16 Pow er Gell
Merk
: Daya Gell
Type
: Magnum
Buatan
: P.T Dahana Tasikmalaya –indonesia 150
Kecepatan detonasi
: 4800 m/s
Ketahanan Terhadap air : Baik Diameter Dodol
:30 mm
Berat Jenis
: 1.25 gr/cc
Panjang
: 200 mm
Berat
: 182 gr
Kemasan
: Catridge Nylon Film
c. Detonator Listrik
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 17 Detonator Listrik
Merk
: Detonator Listrik No .8
Buatan
: P.T Dahana Tasikmalaya – Indonesia 151
Leg Wire
:9m
Delay
: 0-9
Resistensis
:3
Detonator delay
:
No.0 : 10 ms
No.1 : 25 ms
No .2 : 50 ms
No.3 : 75 ms
No.4 : 100 ms
No.5 :150 ms
No.6 :200 ms
No. 7 :275 ms
No. 8:350 ms
No. 9: 450 ms
152
a. Leading wire
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 18 Leading Wire
Merk
: Golden Leaves
Type
: Telp Wire
Ukuran
: 2 x 0.6 mm
106
Panjang gulungan
: 500 m
b. Nonel 1. Surface delay
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 19 Surface Delay
Merk
: Trunkline Master 107
2.
Buatan
: P.T Dahana Tasikmalaya – Tasikmalaya –indonesia indonesia
Delay time
: 17 ms dan 25 ms
Panjang Tube
:9m
In Hole Delay
108
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 20 In Hole Delay
Merk
: Bench Master
Merk
: P.T Dahana Tasikmalaya – Tasikmalaya –indonesia indonesia
Delay
: 500 ms
Panjang Tube
: 12 m 109
c. Blasting Machine
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 21 Blasting Machine
Buatan
: Korea
Merk
: Kobla 110
Type
: BC-300
Tengangan
: 1500 volt DC
Sumber Tenaga
: DC 6 V Dry Cell (Sampai 300 Detonator).
Berat
: 2 kg
d. Blasting Ohmm eter.
111
Sumber: PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk
Gambar 22 Blasting Ohmmeter
Type
: BOI 99 I – 1 – 1
Merk
: REO
Daya Kontrol
: Mengontrol sampai 200 detonator
Buatan
: Research Energy Of Ohio, Inc USA 112
Battrey
: Alkaline No.522 atau yang setara
LAMPIRAN G GEOMETRI PELEDAKAN AKTUAL DI PIT PRE BENCH PADA TANGGAL 1 s/d 30 APRIL 2013 Tabel XIV Geometri Peledakan
No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1-Apr-13 3-Apr-13 4-Apr-13 5-Apr-13 8-Apr-13 9-Apr-13 10-Apr-13 11-Apr-13 12-Apr-13
10 11
13-Apr-13 16-Apr-13
S (m)
B (m)
L (m)
Pc (m)
J (m)
7 7 7 7 7.5 7.5 7 7 7 7
6.0 6.0 6.0 6.0 7.0 7.0 6.0 6.0 6.0 6.0
4 8 8 8 8 7 7 7 7 7
3.5 3 3.8 4 3.9 2.3 3.2 3.2 3.2 3.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7
6.0
8
3.2
0
H (m)
T (m)
D (in)
7.6 7.4 8.0 7.5 7.5 7.0 7.7 7.5 7.7 7.7
4.1 4.4 4.2 3.5 3.6 4.7 4.5 4.3 4.5 3.2
6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75
7.5
4.3
6.75
113
Total Hole
An (kg)
FO (Kg)
ANFO
Vlume (Bcm)
110 85 60 50 90 50 40 30 30 36
6,400 4,450 3,425 3,050 5,225 1,600 1,875 1,600 1,500 1,700
372.48 235.45 199.33 177.51 304.1 93.12 109.12 93.12 87.30 98.30
6,772.48 4,685.45 3,624.33 3,227.51 5,529.1 1,693.12 1,984.12 1,693.12 1,587.30 1,798.30
35,112.0 26,418.0 20,160.0 15,750.0 35,437.5 18,375.0 12,936.0 9,450.0 9,702.0 11,642.4
0.19 0.18 0.17 0.20 0.15 0.09 0.15 0.17 0.16 0.15
20
1,150
66.93 66.93
1,217.93
6,300.0
0.19
Pf
S (m)
B (m)
L (m)
7
6.0
8
Pc (m)
J (m)
H (m)
T (m)
D (in)
Total Hole
An (kg)
No
Tanggal
12 13
17-Apr-13 18-Apr-13
7
6.0
9
3.3
0
7.7
4.4
14
19-Apr13 20-Apr13 22-Apr13 23-Apr13
7
6.0
8
3.3
0
7.5
4.2
18 19
24-Apr-13 29-Apr-13
8 8 8
0 0
7.5 7.3
4.1 3.7
6.75 6.75
54 66
3,200 3,750
30-Apr-13
6.0 6.0 6.0
3.4 3.6
20
7 7 7
3.25
0
7.7
4.45
6.75
108
6,150
7
6
4
2.3
0
7
3.2
6.75
20
9
4
0
8
152
67.45 67.45
0
150. 9
15 16 17
Min Max
Jumlah
3.3
0
7.7
4.4
6.75
FO (Kg)
ANFO
Vlume (Bcm)
Pf
3,015.8
16,170.0
0.18
50
2,850
165.8
6.75
42
2,400
139.6
2,539.6
13,582.8
0.18
6.75
60
180.4
3,280.4
18,900.0
0.17
203.7
3,703.7
18,900.0
0.19
133.86
2,433.8 6 2,857.1 4
14,918.4
0.16
15,120.0
0.18
186.24 218.25
3,386.24 3,968.25
17,010.0 20,235.6
0.19 0.19
357.9
6,507.9
34,927.2
0.18
66.93
1,217.93
6,300.00
0.09
372.48
6,772.48
35,437.50
0.2
3579.65
65,505.6 5 371,046.9
3,100 7
6.0
8
3.3
0
7.5
4.2
6.75
60 3,500
7
6.0
8
4
0
7.4
3.5
6.75
48 2,300
7
6.0
8
3.2
0
7.5
4.3
6.75
48
157.14 2,700
7.5 141
7 122
4.7 82.5 5
6.75 135
114
110 1137
1,150 6,400 61,92 5
3.42
Keterangan : S
: Spacing
B
: Burden
L
: Tinggi Jenjag
Pc
: Power Charging
J
: Subdrilling
H
: Kedalaman Lubang Ledak
T
: Stemming
D
: Diameter
An FO
: Amonium Nitrat Nitrat : Fuel Oil
ANFO : Amonium Nitrat Nitrat Amonium Amonium Nitrat Pf
: Power Faktor
m
: Meter
In
: Inchi
Kg
: Kilo Gram
Bcm
: Bucket Cubic Meter
Rata-rata kondisi peledakan sebelum perubahan geometri dapat dicari dengan persamaan statistk sebagi berikut : Jumlah kelas : 1+3.3 log n : 1+3.3 long 20 : 5.29 = 6 kelas
1. Burden (B)
115
Interval kelas +
Tabel XV Interval kelas B u r d e n
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
6.0 - 6.1
6.05
18
108.9
6.2 - 6.3
6.25
0
0
6.4 - 6.5
6.45
0
0
6.6 - 6.7
6.65
0
0
6.8 - 6.9
6.85
0
0
6.0 – 7.1
7.05
2
14.1
Jumlah Total
Rata-rata Burden :
20
=6.15meter
2. Spasi (S)
116
123
interval kelas :
= 0.083=0.09 Tabel XVI Interval kelas Spasi
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
7 .00 - 7.08
7.04
18
126.72
7.09 – 7.17
`7.13
0
0
7.18- 7.26
7.22
0
0
7.27 – 7.35
7.31
0
0
7.36 - 7.44
7.4
0
0
7.45 – 7.53
7.49
2
14.98
20
141.7
Jumlah Total
Rata-rata Spasi :
= 7.085 meter
3. Kedalaman lubang ledak (H) 117
Interval Kelas :
= 0.166=2 Tabel XVII
Interval Kelas Kedalaman Lubang Ledak
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
7 .00 - 7.1
7.5
1
7.5
7.2 – 7.3
`7.25
1
7.25
7.4 - 7.5
7.45
10
74.5
7.6 – 7.7
7.65
7
53.55
7.8 - 7.9
7.85
0
0
8.0 – 8.1
8.05
1
8.05
20
150.9
Jumlah Total
Rata-rata Kedalaman Lubang Ledak :
= 7.54 meter
118
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
4.0 - 4.8
4.4
1
4.4
4.9 – 5.7
5.3
0
0
5.8 - 6.6
6.2
0
0
6.7 – 7.5
7.1
5
35.5
7.6 - 8.4
8
13
104
8.5 – 9.3
8.9
1
8.9
20
152.8
Jumlah Total 4. Tinggi jenjang (L)
Interval Kelas :
= 0.83=0.9 Tabel XVIII Interval kelas Tinggi Jenjang
Rata-rata Tinggi Jenjang:
=7.64 meter 119
5. Power Charging (pc)
Interval Kelas :
= 0.25=0.3 Tabel XIX Interval kelas P o w e r C h a r g i n g
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
2.5-2.7
2.6
1
2.6
2.8 – 3.0
2.9
1
2.9
3.1 – 3.3
3.2
10
32
3.4 – 3.6
3.5
4
14
3.7 – 3.9
3.8
2
7.6
4.0 – 4.2
4.1
2
8.2
20
67.3
Jumlah Total
Rata-rata Power Charging = ::
=3.37 meter 120
6. Subdriling (J)
Interval Kelas :
= 0 Tabel XX Interval kelas Su Su b d r i l i n g
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
0
0
20
0
20
0
Jumlah Total
Rata-rata Subdriling =Tanpa Subdriling 7. Stemming
Interval Kelas :
= 0.25=0.3 Tabel XXI Interval kelas S t e m m i n g
121
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
3.2 - 2.4
3.3
1
3.3
3.5 – 3.7
3.6
4
14.4
3.8 – 4.0
3.9
0
0
4.1 – 4.3
4.2
8
33.6
4.4 – 4.6
4.5
6
27
4.7 – 4.9
4.8
1
4.8
20
83.1
Jumlah Total
Rata-rata Stemming = = :
=4.15 meter
8. Diameter (D)
Interval Kelas :
= 0 Tabel XXII Interval kelas Diameter
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
6.75
6.75
20
135
20
135
Jumlah Total
Rata-rata Diameter Diameter Lubang Ledak :
=6.75 meter
122
9. Jumlah Lubang Ledak (Hole)
Interval Kelas :
=15 Tabel XXIII
Interval kelas Jumlah Lubang Ledak (Hole)
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
20 - 34
27
3
81
35 – 49
42
5
210
50 – 64
57
7
399
65 – 79
72
1
72
80 – 94
87
2
174
95 – 109
102
2
204
20
1140
Jumlah Total
123
Rata-rata Lubang Ledak (Hole) =
=57 ea
(A N ) 10. A m o n i u m N i t r a t (A
Interval Kelas :
= 875 Tabel XXIV (A N ) Interval kelas A m o n i u m N i t r a t (A
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
1150-2024
1587
6
9522
2025-2899
2462
4
9848
2900-3774
3337
6
20022
3775-4649
4212
1
4212
4650-5524
5087
1
5087
5525-6399
5962
2
11924
20
60615
Jumlah Total
Rata-rata Amonium Nitrat (AN)= :
=3.030,75 kg 124
11. Fuel Oil (FO) (FO)
Interval Kelas :
= 50.92 Tabel XXV Interval kelas Fuel Oil (FO)
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
66.93-117.84
92.385
11
1016.235
117.85-168.76
143.305
0
0
168.77-219.68
194.225
5
971.125
219.69-270.60
245.145
3
735.435
270.61-321.52
296.065
0
0
321.53-372.44
346.985
1
346.985
20
3069.78
Jumlah Total
Rata-rata.
Fuel Oil (FO):
= 153.49 kg 125
Ni t r a t F u e l O i l ( A N FO FO ) 12. A m o n i u m Ni
Interval Kelas :
= 925.8 Tabel XXVI
Interval kelas Am on ium Nitrat Fuel Oil (ANFO)
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
1217.9-2143.6
1680.75
6
10084.5
2143.7-3069.4
2606.55
4
10426.2
3069.5-3995.2
3532.35
6
21194.1
3995.3-4921.1
4458.15
1
4458.15
4921.2-5846.9
5384.05
1
5384.05
5847.0-6772.7
6309.85
2
12619.7
20
64166.7
Jumlah Total
126
Rata-rata Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO) :
=3.208.3 kg
13. Volume (BCM)
Interval Kelas :
4856 Tabel XXVII Interval kelas Volume (BCM)
Interval kelas
Xi
Fi
127
Xi.Fi
6300-11155
8727.2
3
26181.6
11156-16011
13583.5
1
13583.5
16012-20867
18439.5
12
221274
20868-25723
23295.5
0
0
25724-30579
28151.5
1
28151.5
30580-35435
33007.5
3
99022.5
20
388213.1
Jumlah Total
Rata-rata Volume Interburden yang terbongkar :
=19410.655 bcm
14. P o w d e r f a c t o r
Interval Kelas :
=0.01833 = 0.02 Tabel XXVIII ac t o r Interval kelas P o w d e r F ac
128
Interval kelas
Xi
Fi
Xi.Fi
0.09-0.1
0.095
1
0.095
0.11-0.12
0.115
0
0
0.13-0.14
0.135
0
0
0.15-0.16
0.155
5
0.775
0.17-0.18
0.175
8
1.4
0.19-0.2
0.195
6
1.17 3.44
Jumlah Total
20
Rata-rata Powder Factor yang yang terbongkar :
Rata-rata hasil statistik kondisi geometri peledakan aktual 1. Burden
: 6,15
2. Spacing
: 7,085
3. Stemming
: 4,15 meter
129
4. Subdrilling
: Tanpa Subdrilling
5. Kedalaman Lubang Ledak
: 7,54 meter
6. Tinggi Jenjang
: 7,64 meter
7. Jumlah Lubang ledak
: 57 ea
8. Tinggi Charging
: 3,365 meter
9. Diameter lubang ledak
: 6,75
10. Volume Batuan Yang Diledakan :19.410,655 bcm (terpenuhi dengan rencana 559,776 bcm)
11. Powder Faktor
:
12. AN AN
: 3.030,75 kg
13. FO
: 153,489 kg
14. ANFO ANFO
: 3.208,332 kg
LAMPIRAN H
130
FAKTOR BATUAN
Untuk
mendapatkan
Indeks (BI),
Blastability
parameter-parameter
yang
diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Diskripsi massa batuan ( RMB), dimana lokasi penambangan Pre-Bench termasuk material Blocky 2. Spasi kekar, dimana kedalaman spasi kekar di fre-bench mempunyai jarak antara rekahan antara <0,1 -1 m 3. Pola kekar batu pasir dilokasi penambangan termasuk dalam dip out to face 4. Specific gravity batu pasir adalah 2,79
5. Kekerasan batu pasir berdasarkan skala Mohs adalah 1.5 Tabel XXIX Pembobotan Massa Batuan (Perhitungan )
No
Parameter
1 2 3
Rock Mass Description (RMD) Joint Plane Spacing (JPS) Joint palne Orientation (JPO) Specifik Gravity Influence(SGI) SGI=25 x SG-50 SGI=25 X 2.79 - 50= 12.25
4 No 5
Parameter
Pembobotan Sandstone
Keterangan
20 20 40
blocky Intermediate (0.1 -1 m) Dip out to face
19.75
SGI=25 X 2.79 - 50= 19.75
Pembobotan Sandstone
Hardness
Blastability index (BI)
1.5
= 0.5(RMD+JPS+JPO+SGI+H) = 0,5(20+20+40+19.75+1.5) = 0.5(94.250 131
Keterangan Skala mohs
= 50.62 Sehingga Faktor Batuan Batuan (A0) = 0,12 x BI = 0.12 x 50.62 = 6.075
LAMPIRAN I PERHITUNGHAN PERHITUNGHAN TINGKAT FRAGMENTASI BATUAN AKTUAL Ukuran Fragmentasi hasil peledakan dapat diperkirakan dengan mengunakan persamaan Kuznetzov (1973), yaitu (1973), yaitu sebagai berikut: X = Ao
*+ * +
Dimana : X
= Rata-rata ukuran fragmentasi (cm)
Ao
= Faktor batuan batuan (rock factor)
V
= Volume batuan yang terbongkar (bcm) (burden x spacing x tinggi bench)
Q
= Jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak (kg) (kg )
E
= Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk (ANFO = 100, TNT = 115
MENGHITUNG FRAGMENTASI F RAGMENTASI BATUAN DENGAN GEOMETRI RATARATA RATA DI PRE-BENCH PRE-BENCH MT-4 TAMBA NG AIR LA YA
Diketahui:
15. Burden
: 6,15
132
16. Spacing
: 7,085
17. Tinggi Jenjang
: 7,64 meter
18. Jumlah Lubang ledak
: 57 ea
19. Tinggi Charging
: 3,365 meter
20. Diameter lubang ledak
: 6,75 Inchi = 171,5 mm
21. Faktor batuan (Ao)
: 6.075
22. Volume batuan per lubang
:BxSxH : 6,15 x 7,085x 7.54=328,54 bcm
23. Loding Density Permeter (de)
: (0,508 X
X SG kg/m)
: 19,67 24. Jumlah handak tiap lubang (Q)
: de x PC : 19,67 X 3,365 meter : 66,20
25. Standard deviasi lubang bor (w)
0
26. Nisbah spacing dan dan burden (A)
:s/b
= 7,085/ 6,15 = 1.15
Jadi :
+ *+ * = 6.075 x = Ao
= 6.075x 3.6 x2.03 x 1.09 = 48.39 Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan digunakan rumus indek keseragaman (n) dan karakteristik ukuran (Xc), dengan persamaan sebagai berikut:
133
+ * + * + * + * + * + * + *+ n = * n = [][ ][ ][ ] `n=
n = 1.7 x 1 x1.075 x 0.44 n =0.80 Perhitungan nilai karakteristik untuk (Xc) mengunakan rumus sebagai berikut;
= =
= 76.56
Perhitungan persentase bongkah adalah sebagia berikut : Diketahui e = 2.71828
) ( Untuk material berukuran ≥ 20 cm ≥ 40 cm ≥ 60 ≥ 80 cm ≥ 100 ≥ 150 cm ≥ 200 cm
1. Untuk
fragmentasi
batuan
hasil
) ( ( )
134
peledakan
≥20
cm
adalah
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi batuan berukuran 20 cm yang dihasilkan adalah
2. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥40cm adalah
) ( ( ) Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi batuan berukuran
40cm yang dihasilkan adalah 3. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥60cm adalah
) ( ( )
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi batuan berukuran 60 cm yang dihasilkan adalah
4. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥80 cm adalah
) ( ( )
135
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmenta si batuan berukuran
80 cm yang dihasilkan adalah 5. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥100 cm adalah
) ( ( )
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmenta si batuan berukuran
100 cm yang dihasilkan adalah 6. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥150 cm adalah
) ( ( )
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmenta si batuan berukuran
150 cm yang dihasilkan adalah 7. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥200 cm a dalah
) ( ( ) 136
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmenta si batuan berukuran cm yang dihasilkan adalah Jadi berdasarkan
dari perhitungan
diatas
dapat diketahui
tingkat fragmentasi
batuan pada geometri aktual adalah (lihat Tabel XXX ). Tabel XXX Ukuran Ayakan Aktual Ukuran No
Tidak Lolos Ayakan (%)
Lolos Ayakan (%)
Ayakan (cm) 1
20
71
29
2
40
55
45
3
40
44
56
4
80
35
65
Tidak Lolos Ayakan (%)
Lolos Ayakan (%)
29
71
Ukuran No Ayakan (cm) 5
100
6
150
7
200
200
82 89
LAMPIRAN J PERHITUNGAN PEMBORAN USULAN 137
1. Kecepatan Pemboran Berdasarkan waktu edar rata-rata yang diperoleh dari pengamatan sebelumny sebesar 8.56 menit/ lubang (s/hole), dan kedalaman lubang hasil hasi l geometri usulan maka dapat dihitung dengan kecepatan pemboran pemboranya pemboranya adalah :
x
meter /jam
2. Volume setara Dalam perhitungan volume setara dengan geometri usulan ialah berdasarkan perhitungan volume batuan didapat hasil dengan rumus :
45.16 bcm /m 3. Produktivitas Produktiv itas pemboran produksi pemboran SANDEVIK D245S Digunakan rumus yaitu:
Vt
=
Veq
=45.16 bcm /m
Eff
=81.81%
Maka P
= Vt x Veq X Eff
x 45.16 bcm /m x 81.81%
=
=1961,3 bcm/jam
LAMPIRAN K 138
PERHITUNGAN GEOMETRI PELEDAKAN USULAN DENGAN MENGUNAKAN RUMUS R.L.ASH Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumus R.L.ASH : Kb standar
= 30
SG ANFO
= 0.80 gr/cc s/d 0.85 gr/cc
SG standar
= 1,2
VOD ANFO
= 13120 fps = 3998,98 m/s
VOD standar
=12000 fps
De
= 6,75 inch
D sandstone
= 2,79 ton/
=174.19 = 160
D standar
1. B u r d e n (B)
a. Faktor penyesuan terhadap bahan peledak (AFı)
AF = √
or AF1 =
√
1
= 0.97
b. Faktor penyesuaian terhadap densitas batuan (AF 2)
Maka :
or = √
√
= =
√
139
= 0,946
c. Sehingga nilai terkoreksi adalah : Kb
= Kb std x Afı x AF2
= 30 x 0.97x 0,946 = 27.5 Maka dapat : Burden (B)
= =
= 15,46875 ft = 4,71 m
2. S p a c i n g (S)
S
= Ks x B
Harga nisbah spacing (Ks) berkisar antara 1 – 1 – 2. Nilai Ks yang dipakai adalah 1,3. S
= 1,3 x 4,71 = 6.63m = 6,123m
3. S t e m m i n g (T)
T
= Kt x B
Harga Kt berkisar antara 0,7 – 1. Nilai Kt yang dipakai adalah 0,7. T min
= 0,7 x 4,71 = 3,297= 3.3m
T max
=1 x 4,71
= 4,71 =4 m 4. Subdrilling (J) J
= Kj x B
J = 0,2 x 4,71 = 0.942
/ J = 0,3 x 4,71 =1.413
Nilai subdrilling ratio (Kj) antara 0,2 – 0,3, – 0,3, jadi panjang panjang subdrilling subdrilling ratio =0.942 =0.942 s/d 1.413 1.413
5. Kedalaman lubang ledak H
= Kh x B
140
Harga nisbah H berkisar antar 1,5 – 4,0 – 4,0 . H
= 1,5 x 4,71 = 7,065 m
6. Tinggi jenjang (L) L
= H – J – J = 7,065 m - 0.942 = 6.123
7. Tinggi Charging (PC)
PC
= H – T – T
= 7,065 – 3.3 = 3.769 m 8. Jumlah lubang ledak (n) Dengan dimensi Burden 4,71m , Spacing 6,123m Dan Tinggi Jenjang 6.123 m, maka dapat dihitung besar panjang jenjang minimum berdasarkan pendekatan sasaran produksi 22391,04 bcm per hari selama 25 hari
n= n=
n = 3170lubang /126 lubang per hari kondisi peledakan sesudah perubahan geometri adalah
1. Burden 2. Spasi 3. Stemming
m : m
:
: 3.3 m
4. Subdrilling
: 0.9 m
5. Kedalaman lubang ledak
: 7,065 m
6. Tinggi jenjang
:
141
m
7. Kolam isian (PC)
: 3,769 m
8. Jumlah lubang ledak
: 3170 lubang
LAMPIRAN L PERHITUNGAN PEMAKAIAN BAHAN PELEDAK USULAN 1. Loading density
de = Loading density (kg/m) De = Diameter lubang ledak (inchi) SG = Berat jenis bahan peledak (0,85 gr/cc) Maka, diperoleh nilai loading density sebesar : De
xSG = 0.508 x x 0.85 gr/cc
= 0.508 x
= 19,67 kg/m
2. Jumlah ANFO yang digunkan (E) Dimana : E
= jumlah ANFO (Kg)
de
= loading density = 19,67 kg/m
PC
= panjang kolam isian =3,769 m
Maka, diperoleh jumlah bahan peldak Per 3170 hole sebesar: E (ANFO)
= Loading Density (de) x Panjang Kolam Isian(PC) = 19,67 kg/m x 3.769 m x 3170 hole
142
= 235011.85 kg AN
=235011.85 kg x 95,5% = 224436.32 kg
FO
=235011.85 kg x 4,5% =10575.521 kg
3. Volume batuan yang terbongkar V= B x S x H x n
Dimana
B : Burden S : Spacing H : Kedalaman lubang ledak (m) N : Jumlah lubang lubang ledak
Maka V
=BxSxHxn = 4,71 m x6,123 m x 7,065 m x 3170 hole = 645887,09 Bcm
4. Powder factor Pf = E/ V
Dimana : E : Jumlah bahan peledak yang digunakan digunakan V : Volume batuan yang terbongkar BCM
Maka : Pf
= E/V = 7858.4kg /21.597.4bcm
143
= 0,36 kg/bcm
LAMPIRAN M PERHITUNGAN PERHITUNGAN TEORITIS TINGKAT FRAGMENTASI BATUAN DENGAN GEOMETRI USULAN
Ukuran
rata-rata
fragmentasi fragmentas i
hasil
peledakan,
dapat
diperkirakan diperkira kan
mengunakan persamaan Kuznetzov (1973) yaitu (1973) yaitu sebagi berikut:
X = Ao
*+ * +
Dimana : X
= Rata-rata ukuran fragmentasi (cm)
Ao
= Faktor batuan batuan ( rock factor)
V
= volume batuan yang terbongkar (bcm)
( Burden X Spacing X Tinggi Bench)
Q
= Jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak (kg)
E
= Relative weight strenght bahan peledak, untuk (ANFO = 100, TNT =
144
115
dengan
MENGHITUNG FRAGMENTASI FR AGMENTASI BATUAN B ATUAN DENGAN DENG AN GEOMETRI USULAN
Diketahui :
1. Burden
: 4,71m
2. Spacing
m : m :
3. Tinggi Jenjang 4. Jumlah Lubang ledak
: 106 lubang/hari
5. Tinggi Charging
: 3,769 m
6. Diameter lubang ledak
: 6,75 Inchi = 171,5 mm
7. Faktor batuan (Ao)
: 6.075
8. Volume Vol ume batuan per lubang
:BxSxH
9. Loding Density Permeter (de)
: 4,71m x
m x 7,065 m =203.74bcm
: (0,508 X
X SG kg/m)
: 19,67 10. Jumlah handak tiap lubang (Q)
: de x PC : 19,67 X 3,769 m meter
: 74.136 KG
11. Standart deviasi lubang bor (w)
/ 4,71 = 1.3 = Ao * + *+ = 6.075 x
12. Nisbah spasi dan burden (A)
0 :s/b
= 6.075x 2.24 x2.03 x 1.09
145
=
= 30.17
Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan digunakan rumus indek
keseragaman (n) dan karakteristik karakteristi k ukuran (Xc),
dengan persamaan persamaan sebagai berikut :
* + * + * +* +
`n=
n=
+ * + * + * + *
n=
[][ ][ ][]] ][ ][ ][
n = 1.82 x 1 x1.075 x 0.61
n =1.19
perhitungan nilai karakteristik untuk (Xc) mengunakan rumus sebagai berikut :
=
=
=
= 41.32
Perhitungan prosentase bongkah bongkah adalah sebagai berikut : Diketahui e = 2.71828 146
) ( Untuk material berukuran ≥20 cm ≥ 40 cm ≥ 60≥ 80 cm ≥ 100≥150cm ≥200 cm
8. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥20 cm adalah
) ( ( ) Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran
20 cm yang dihasilkan adalah 9.
Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥40cm adalah
) ( ( )
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran
40cm yang dihasilkan adalah 10. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥60cm adalah
147
) ( ( )
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran
60 cm yang dihasilkan adalah 11. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥80 cm adalah
) ( ) (
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran 80 cm yang dihasilkan adalah
12. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥100 cm adalah
) ( ( ) 148
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran
100 cm yang dihasilkan adalah 13.
Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥150 cm adalah
) ( ( )
= 1% Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmenta si batuan berukuran
150 cm yang dihasilkan adalah 14. Untuk fragmentasi batuan hasil peledakan ≥200 cm adalah
) ( ( )
149
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan berukuran
200 cm yang dihasilkan adalah Jadi dari perhitungan diatas dapat diketahui tingkat fragmentasi fragmentas i batuan pada geometri saat ini berdasarkasn teori R.L ASH (Lihat Tabel XXXII)
Tabel XXXII
Ukuran Ayakan Geometri Usulan
Ukuran Ayakan (cm)
Tidak Lolos Ayakan (%)
Lolos Ayakan (%)
20
65,5
34,5
40
38
62
40
31
69
80
11
89
100
5,71
94,28
150 200
150
99 100