1
8
Resource-Based Learning
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
PENGARUH IMPLEMENTASI METODE RESOURCE-BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
DAN DISPOSISI MATEMATIK SISWA
(Penelitian Eksperimen di Kelas VIII MTs Al-Istiqomah Bandung)
Oleh:
Intan Susilawati
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dalam upaya menguji salah satu metode pembelajaran yaitu Resource-Based Learning yang diasumsikan tepat untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematik siswa. Penelitian ini didasarkan pada kemampuan Pengetahuan Awal Matematika (PAM) siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (a) gambaran proses pembelajaran matematika menggunakan metode Resource-Based Learning, (b) perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa yang menggunakan metode Resource-Based Learning pada kategori kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah dengan kelas konvensional, (c) peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning pada kelas eksperimen berdasarkan tingkat PAM yang kategorinya Tinggi, Sedang, Rendah,dan konvensional (d) sikap disposisi matematik siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode Resource-Based Learning. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan di kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, dan VIII-D MTs Al-Istiqomah Bandung dengan pokok bahasan "Kubus dan Balok". Sampel penelitian ini terdiri dari 153 orang. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (a) pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning pada ketiga kelas eksperimen mengalami peningkatan aktivitas di setiap pertemuan dengan kriteria peningkatan pada pertemuan pertama cukup dan kriteria peningkatan baik pada pertemuan kedua dan ketiga, (b) terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa antara yang menggunakan metode Resource-Based Learning pada kategori kelas Tinggi, Sedang, Rendah dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, (c) kemampuan penalaran matematik pada siswa dengan kategori PAM tinggi, sedang dan rendah mengalami peningkatan dengan kriteria peningkatan sedang, (d) sikap disposisi matematik siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Resource-Based Learning.
Kata kunci: Metode Resource-Based Learning, Kemampuan Penalaran Matematik, Pengetahuan Awal Matematika (PAM), Disposisi Matematik
Pendahuluan
Dari hasil studi pendahuluan berdasarkan pemberian soal tes uraian sebanyak 5 soal yang meliputi indikator kemampuan penalaran. Berikut salah satu soal studi pendahuluan :
Gambar 1.1 Soal Studi Pendahulu-anGambar 1.1 Soal Studi Pendahulu-anPerhatikan segi empat tali busur ABCD berikut.
Gambar 1.1 Soal Studi Pendahulu-an
Gambar 1.1 Soal Studi Pendahulu-an
CCDD
C
C
D
D
BBAA
B
B
A
A
Dengan kegiatan menalar berikut, diharapkan kalian mampu menemukan hubungan antara dua sudut yang saling berhadapan.
Segi empat tali busur ABCD tersusun atas dua pasang sudut keliling yang berhadapan. Tuliskan kedua pasang sudut keliling tersebut.
Berdasarkan Gambar 1.1, diketahui sebuah lingkaran dengan empat tali busur yang menyambung dan menghasilkan segiempat (segiempat tali busur). Soal nomor 1 bagian a) penalaran generalisasi yaitu proses menarik kesimpulan secara umum berdasarkan data terbatas. Data yang diketahui pada soal ini terbatas yaitu
bahwa segi empat tali busur ABCD tersusun atas dua pasang sudut keliling yang berhadapan. Siswa belum mampu menyebutkan sudut dengan benar kebanyakan siswa menulis titik bukan sudut atau " " hanya beberapa siswa yang menjawab dengan benar. Jawaban nomor 1 bagian a siwa diharapkan menjawab sudut A berhadapan dengan sudut C atau penulisan matematikanya " A berhadapan dengan C". Setelah menganalisis hasil jawaban siswa, banyak siswa kurang memahami konsep-konsep matematika yang mengakibatkan kemampuan penalaran siswa rendah dalam proses menarik kesimpulan secara umum dari data terbatas. Selain generalisasi, indikator lainnya seperti menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau penalaran analogi masih tergolong rendah.
Survey yang dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (JICA-IMSTEP) pada tahun 1999 di Bandung juga menemukan bahwa sejumlah kegiatan bermatematika yang dipandang sulit oleh siswa maupun oleh guru matematika SLTP adalah justifikasi atau pembuktian , pemecahan masalah yang memerlukan penalaran matematika, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta-fakta yang diberikan (Anriani, 2011). Akibatnya, kemampuan penalaran dan kompetensi siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Selain kemampuan penalaran matematik siswa yang rendah ada faktor lain juga yang mempengaruhi yaitu disposisi matematik siswa. Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari.
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematik siswa peneliti mencoba menerapkan metode Resource-Based Learning. Resource-Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang langsung menghadapkan siswa dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian dengan sumber belajar. Dalam hal ini siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar dan guru terlibat dalam setiap langkah proses belajar, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi, serta memberi bantuan apabila diperlukan dalam memperbaiki kesalahan.
Dalam Penelitian ini perlu diketahui bagaimana kemampuan awal siswa diberikanlah tes Pengetahuan Awal Matematika (PAM) berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa tinggi, sedang dan rendah. Dalam hal ini, faktor pengetahuan awal matematika (PAM) memiliki kontribusi dalam memahami materi yang akan didapat siswa dalam proses pembelajaran. Konsep awal yang diterima siswa berupa prasyarat untuk memasuki konsep selanjutnya. Pengetahuan awal ini akan berpengaruh pada materi yang akan diterima selanjutnya dan akan menggambarkan bagaimana proses belajar mengajar akan berjalan. Pengetahuan awal matematika (PAM) juga berfungsi sebagai variable control.
Berdasarkan uraian masalah dan pendapat-pendapat yang telah diungkapkan diatas, penulis mengajukan suatu penelitian yang berjudul "Pengaruh Implementasi Metode Resource-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Disposisi Matematik Siswa" dengan harapan dapat berguna sebagai usaha perbaikan pembelajaran matematika di sekolah
B. Pembahasan
Data PAM siswa diperoleh dari tes Pengetahuan Awal Matematika yang diberikan kepada ketiga kelas eksperimen sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning. Data hasil tes ini akan digunakan sebagai variabel pengontrol untuk melihat Kemampuan Penalaran Matematik siswa.
Dari ketiga kelas eksperimen yakni kelas Eksperimen-1 (VIII-A), kelas Eksperimen-2 (VIII-B), dan kelas Eksperimen-3 (VIII-C) akan dikelompokkan berdasarkan PAM menjadi kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM tinggi (EKS-Tinggi), kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM sedang (EKS-Sedang), dan kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM rendah (EKS-Rendah).
Selanjutnya untuk mengelompokan siswa kedalam tiga kelompok pengetahuan awal matematika, dengan kelompok siswa kemampuan PAM Tinggi (EKS-Tinggi), kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM sedang (EKS-Sedang), dan kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM rendah (EKS-Rendah) maka dilakukan pengelompokan siswa dengan kriteria seperti pada tabel 3.5 dibawah ini:
Kelas
Rata-rata
Standar Deviasi (SD)
Rata + 1 SD
Rata – 1 SD
Atas
Bawah
Eksp-1
25,55
7,318
>33
<19
Eksp-2
26,89
7,082
>34
<20
Eksp-3
26,56
6,676
>34
<20
Berdasarkan tabel 3.5 maka siswa dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat pengetahuan awal mereka. Pada kelas Eksperimen-1 diperoleh 9 orang yang digolongkan tinggi, 20 orang sedang dan 9 orang rendah. Pada kelas Eksperimen-2 diperoleh 11 orang yang digolongkan tinggi, 19 orang sedang dan 8 orang rendah. Sementara pada kelas Eksperimen-3 diperoleh 9 orang yang digolongkan tinggi, 22 orang sedang dan 8 orang rendah. Sehingga diperoleh kelompok siswa kemampuan PAM Tinggi (EKS-Tinggi) sebanyak 29 orang, kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM sedang (EKS-Sedang) sebanyak 61, dan kelas eksperimen dengan kelompok siswa kemampuan PAM rendah (EKS-Rendah) sebanyak 25 orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
Pengetahuan Awal Matematika-PAM Siswa
Kelas Eksperimen
Kelas Eksperimen Berdasarkan PAM
Jumlah
Siswa
Eksp.1
Eksp.2
Eksp.3
Tinggi (T)
9
11
9
EKS-Tinggi
29
Sedang (S)
20
19
22
EKS-Sedang
61
Rendah (R)
9
8
8
EKS-Rendah
25
Total
38
38
39
Total
115
Indikator kemampuan penalaran induktif menurut Sumarmo (2014: 33) yaitu:
Penalaran transduktif yaitu proses menarik kesimpulan dari pengamatan terbatas dan diberlakukan terhadap kasus tertentu.
Penalaran analogi yaitu proses menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses atau data;
Penalaran generalisasi yaitu proses menarik kesimpulan secara umum berdasarkan data terbatas;
Memperkirakan jawaban, solusi atau kecendrungan: interpolasi dan ekstrapolasi;
Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada.
Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Beberapa contoh soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan Penalaran induktif matematik siswa adalah sebagai berikut:
Indikator kemampuan proses menarik kesimpulan dari pengamatan terbatas dan diberlakukan terhadap kasus tertentu.
Contoh soal:
Sebuah balok PQRS.TUVW
Gambarlah salah satu bidang diagonal pada balok tersebut
Berbentuk apakah bidang diagonal pada balok tersebut, jelaskan?
Sebutkan nama-nama bidang diagonalnya!
Berapa banyak diagonal bidang pada sebuah balok tersebut?
Dalam soal tersebut siswa diminta untuk bernalar menggambar balok. Dari gambar diketahui nama-nama bidang diagonal balok PQRS.TUVW dan kemungkinan berbentuk seperti apa bidang diagonal pada balok tersebut. Selain itu dalam soal ditanyakan banyak diagonal bidang karena bidang diagonal dan diagonal bidang berbeda tidak ada kemungkinan sama.
Indikator kemampuan Penalaran analogi yaitu proses menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses atau data.
Contoh soal:
Perhatikan permasalahan dibawah ini.
Hubungan antara … dengan gambar 2:Hubungan antara … dengan gambar 2:Hubungan antara a3 dengan gambar 1:Hubungan antara a3 dengan gambar 1:
Hubungan antara … dengan gambar 2:
Hubungan antara … dengan gambar 2:
Hubungan antara a3 dengan gambar 1:
Hubungan antara a3 dengan gambar 1:
Dalam soal ini siswa menyatakan menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses atau data diketahui dalam soal gambar 1 diketahuinya adalah volume kubus maka serupa ke dalam gambar 2 titik-titik yang diisinya adalah volume kubus pada gambar 2.
Indikator kemampuan proses menarik kesimpulan secara umum berdasarkan data terbatas
Contoh soal:
Perhatikan pola gambar di bawah ini! Dengan mengikuti pola pada gambar1,2,3. Hitunglah luas permukaan balok pada gambar yang ke-4 kemudian tanpa menghitung satu persatu tentukan luas permukaan gambar ke-10?
Dalam soal tersebut siswa diminta menghitung luas permukaan tanpa menghitung satu persatu pola gambar berikutnya. Siswa diharapkan mampu mengetahui bahwa gambar 1 berhubungan dengan gambar 2 yaitu gambar 2 panjang, lebar, dan tingginya 2 kali gambar pertama dan begitupun panjang, lebar, dan tingginya gambar 3 yaitu 3 kali gambar 1. Untuk menentukan luas permukaan gambar ke 4 maka 4 kalinya gambar 1 dan begitupun gambar 10 yaitu 10 kali gambar 1.
Indikator lainnya yaitu memperkirakan jawaban, solusi atau kecendrungan: interpolasi dan ekstrapolasi; memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada; dan Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur. Penalaran yang peneliti ambil yaitu penalaran induktif.
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas data posttest diketahui bahwa data dari keempat kelompok data berdistribusi normal dan variansi keempat kelompok data homogen, maka untuk mengetahui perbedaan diantara kelas EKS-Tinggi, kelas EKS-Sedang, kelas EKS-Rendah dan kelas kontrol dilakukan uji perbedaan rata-rata menggunakan uji one way ANOVA (ANOVA Satu Jalur).
Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 20 diperoleh output seperti pada Tabel 3.14 berikut.
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
566.001
3
188.667
26.621
.000
Within Groups
1055.999
149
7.087
Total
1622.000
152
Berdasarkan Tabel 3.14 Terlihat bahwa nilai F hitung adalah 14,308 dengan nilai sig adalah 0,000. Karena nilai sig < 0,05 ( 0,000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematika antara siswa yang belajar dengan metode Resource-Based Learning dan metode konvensional.
Dapat disimpulkan bahwa keempat kelas tersebut memiliki kemampuan penalaran matematik yang berbeda setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning . Untuk melihat rangkuman jawaban dari rumusan masalah yang kedua dapat dilihat di Tabel 3.16.
Kelas
EKS-Tinggi
EKS-Sedang
EKS-Rendah
Kontrol
EKS-Tinggi
Terdapat
Perbedaan
Terdapat
Perbedaan
Terdapat
Perbedaan
EKS-Sedang
Terdapat Perbedaan
Tidak Terdapat Perbedaan
Terdapat Perbedaan
EKS-Rendah
Terdapat Perbedaan
Tidak Terdapat Perbedaan
Tidak Terdapat Perbedaan
Kontrol
Terdapat Perbedaan
Terdapat Perbedaan
Tidak Terdapat Perbedaan
Peningkatan kemampuan penalaran matematika pada siswa yang pembelajaran matematikanya menggunakan Metode Resource-Based Learning berdasarkan Pengetahuan Awal Matematika (PAM) dapat diketahui dengan menganalisis data nilai gain, yaitu pretest dan posttest kemampuan penalaran matematika. Adapun rata-rata hasil nilai tes kemampuan penalaran siswa dapat dilihat pada lampiran dan secara deskriptif dapat dilihat pada tabel 3.18 dan gambar 3.34
Kelas
Skor Ideal
Penalaran Matematika
Presentase
Gain
Rata-rata Pretest
Rata-rata Posttest
Rata-rata Gain
EKS-Tinggi
24
5.21
17.97
0,69
69 %
EKS-Sedang
24
4.82
14.34
0,50
50 %
EKS-Rendah
24
4.32
12.8
0,43
43 %
KTR
24
3.95
12.42
0,43
43 %
Pada penelitian ini angket skala sikap disposisi matematik siswa yang telah diisi oleh siswa sebanyak 41 pernyataan. Angket tersebut disusun dengan skala model Likert dan berisi empat respon, yakni respon Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Sikap siswa dikatakan positif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu dengan melihat skor sikap siswa lebih besar dari sikap netral siswa. Berikut ini akan dijelaskan hasil pengolahan skala sikap disposisi matematik siswa untuk masing-masing sikap yang dituju
No
Aspek Indikator Disposisi Matematika (IDM)
Rata-rata Netral
Rata-rata Siswa
EKS-Tinggi
Rata-rata Siswa EKS-Sedang
Rata-rata Siswa Kelas
EKS-Rendah
1
Kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide-ide, dan memberi alasan
2,5
3,03
2,83
2,93
2
Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari metoda alternatif dalam memecahkan masalah
2,5
2,93
3,10
3,10
3
Bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika
2,5
3,10
3,08
2,84
4
Ketertarikan, keingintahuan, dan kemampuan untuk menemukan dalam mengerjakan matematika
2,5
2,93
2,99
2,79
5
Kecendrungan untuk memonitoring dan merefleksikan proses berfikir dan kinerja diri sendiri
2,5
3,06
3,34
2,94
6
Menilai aplikasi matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari
2,5
3,28
3,52
3,0
7
Penghargaan(appreciation) peran matematika dalam budaya dan nilainya, baik matematika sebagai alat maupun matematika sebagai bahasa
2,5
3,33
3,63
3,08
Rata-rata
2,5
3,09
3,2
2,95
Berdasarkan hasil analisis data skala sikap disposisi matematik siswa diketahui bahwa siswa memiliki respon positif, hal ini terlihat pada tabel 3.20 yang menunjukan rata-rata skor sikap disposisi matematik siswa lebih besar daripada sikap netral siswa dari ketiga aspek.
C. Kesimpulan dan saran
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang kemampuan Penalaran dan disposisi matematik siswa menggunakan metode Resource-Based Learning dan pembelajaran Konvensional, secara garis besar dapat disimpulkan:
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dikelas VIII-A, VIII-B maupun VIII-C yang menggunakan metode Resource-Based Learning sudah berjalan sesuai dengan aspek yang ada pada lembar observasi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas guru dan siswa yang semakin meningkat dari setiap pertemuannya. Pada pertemuan terakhir dapat dilihat persentase aktivitas guru yaitu 96,7 % dan siswa yaitu 95,8 % .
Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran yang menggunakan metode Resource-Based Learning pada kategori PAM (kelas EKS-Tinggi, kelas EKS-Sedang, EKS-Rendah) dan pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelasnya, terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa kelas EKS-Tinggi dengan EKS-Sedang. Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa kelas EKS-Tinggi dengan EKS-Rendah. Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa EKS-Tinggi dan Konvensional. Terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa kelas EKS-Sedang dengan Konvensional. Tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa kelas EKS-Sedang dengan EKS-Rendah. Tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik siswa siswa kelas EKS-Rendah dengan Konvensional. Hal ini juga dapat dilihat pada nilai rata-rata Posttest siswa kelas eksperimen (kelas EKS-Tinggi = 17,97 , kelas EKS-Sedang = 14,34 , kelas EKS-Rendah = 12,8) lebih baik daripada siswa kelas kontrol (kelas kontrol = 12,42).
Terdapat peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning dan pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dapat dilihat dari skor rerata nilai gain ternormalisasi yaitu kelas EKS-Tinggi = 0,69 , kelas EKS-Sedang = 0,50, kelas EKS-Rendah = 0,43, dan kelas Kontrol= 0,43 dengan kriteria peningkatan sedang. Berdasarkan kelas PAM dapat terlihat bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa lebih besar peningkatannya pada kelas dengan kategori PAM tinggi. Sedangkan rata-rata peningkatan pada kelas dengan kategori PAM rendah dan PAM kontrol sama.
Sikap disposisi matematik siswasiswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran Resource-Based Learning positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis skala sikap disposisi matematik siswa yang menyatakan bahwa rata-rata skor siswa dari setiap aspeknya lebih besar daripada sikap netral.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang telah dikemukakan serta berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti selama melaksanakan pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning, maka diajukan saran sebagai berikut:
Selama pembelajaran dengan metode Resource-Based Learning dalam kegiatan siswa belum mampu mengumpulkan informasi dari sumber yang telah disediakan untuk memperoleh informasi dalam menyelesaikan masalah matematika karena waktu dan tempat yang disediakan terbatas. Oleh karena itu disarankan untuk menerapkan metode ini perlu diberikan banyak waktu dan tempat untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber yang disediakan.
Selama pembelajaran untuk siswa yang kurang termotivasi untuk mencari informasi dari berbagai sumber untuk mengerjakan tugas pada lembar kerja siswa. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dalam menyediakan berbagai sumber belajar.
Untuk kegiatan sumber belajar menggunakan internet ada baiknya harus diawasi guru jika disekolah dan orangtua jika dirumah. Maka dari itu disarankan untuk tugas dengan sumber internet ada baiknya dilakukan ketika jam pelajaran sehingga anak dapat diawasi. Selain itu komputer sekolah menjaring situs yang kurang baik.
Daftar Rujukan
Anriani, Nurul. (2011). Pembelajaran dengan Pendekatan Resource-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecaham Masalah Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Thesis UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Jihad, Asep. (2006). Pengembangan Kurikulum Matematik. Yogyakarta: PT Sakti Jaya.
Juariah. (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Keterampilan Proses Matematika. Tesis UPI.
Hendriana dan Soemarmo. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama
Kariadinata, Rahayu. (2010). Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Kesumawati, N. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Lestari, F S. (2012). Penerapan Metode Resource-Based Learning (RBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematik Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar. Skripsi UIN Bandung : Tidak Diterbitkan.
Nasution, S . (2005). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara .
Nurhadi, Moh. (2015). Pengaruh Strategi Means-Ends Analysis dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self-Regulated Learning Siswa SMP. Thesis UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, H. E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sudijono, A. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematik. Individual Textbook
Jurusan Pendidikan Matematik UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Sumarmo, Utari. Pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter. Jurnal seminar nasional pendidikan matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol 1 Tahun 2011:23.
Surapranata, S. 2004. Analisis Validitas, Reiabilitas, dan Interpresasi tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Susilawati, Wati. 2012. Belajar dan Pembelajaran Matematika.Bandung: CV. Insan Mandiri
Intan Susilawati
.