PENDAHULUAN Latar Belakang
Mawar adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter (Arya, 2010). Bunga mawar dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 900 m dpl. Dibawah ketinggian ini kuncup menjadi kecil. Kisaran tumbuh bunga mawar adalah 700-1200 m dpl. Bunga mawar membutuhkan suhu berkisar 15-300 C, dengan kelembaban udara rata-rata 50-60%. Tanaman mawar membutuhkan cahaya penyinaran matahri penuh sepanjang hari, karena bila tempatnya terlindung akan terserang cendawan c endawan dan pertumbuhannya kurang baik. Tanah yang sesuai untuk tanaman mawar adalah tanah bertekstur dan drainase yang baik, gembur, cukup bahan organik dan tidak terlalu asam pH 6-7 (Wasilah, 2013). Jarak antara gen satu dengan gen lainnya yang berangkai disebut Jarak Peta. Adapun peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer disebut Peta Relatif. Untuk membuat peta kromosom harus menggunakan individu trihibrid yang berangkai yang diujisilang. Umumnya pembuatan peta kromosom banyak dilakukan pada organismeorganisme yang cepat menghasilkan keturunan, mudah dipelihara,
dan memiliki jumlah kromsom sedikit, misalnya pada lalat Drosophila melanogaster (Arisuryanti dkk , 2007). Pada prinsipnya pembuatan peta kromosom-X sama dengan pembuatan peta kromosom autosom, namun yang perlu diperhatikan bahwa karena pada pewarisan kromosom kelamin selain melihat fenotip juga melihat jenis kelamin, maka individu betina trihibrid disilangkan dengan individu jantan normal dan keturunan yang dihasilkan semua individu betina akan normal, namun pada individu-individu yang jantan akan mempunyai fenotip yang bermacam-macam. Oleh karena itu dalam pembuatan peta kromosom kelamin-x difokuskan pada pengamatan individu-individu jantan (Pratama, 2016). Dalam budidaya tanaman hias yaitu bunga mawar dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui biji, stek, okulasi, cangkokan dan membelah anakan. Namun untuk lebih praktis sebaiknya digunakan cara stek. Cara stek ini dianggap ampuh karena dapat membuat bunga mawar menjadi tumbuh banyak (Mangoendidjojo, 2003). Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa dapat mengetahui adanya gen berangkai, pindah silang dan dapat menentukan jarak gen pada kromosom. Kegunaan Penulisan
Kegunaan dari penulisan paper ini adalah salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas :Dicotyledonae, Ordo : Rosanales, Famili : Rosaceae, Genus : Rosa Spesies : Rosa sp. Mawar memiliki system akar serabut, yaitu akar lembaga yang mati, disusul dengan tumbuhnya akar-akar liar yang ukuranya sama besar dari pangkal batang. Bentuknya yang
seperti
serabut
maka
dinamakan
akar
serabut
(radix adventicia)
(Mudyantini, 2001). Pada umumnya mawar memiliki duri berbentuk seperti pengait pada batang yang berfungsi sebagai pegangan sewaktu memanjat tumbuhan lain. Beberapa spesies yang tumbuh liar di tanah berpasir di daerah pantai seperti Rosa rugosa dan Rosa pimpinellifolia beradaptasi dengan duri lurus seperti jarum yang mungkin berfungsi untuk mengurangi kerusakan akibat dimakan binatang, menahan pasir yang diterbangkan angin dan melindungi akar dari erosi.
Beberapa spesies mawar
mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak tajam (Mulyani, 2006).
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Sebagian besar spesies mawar mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong,
pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Pratama, 2016).
Bunga berfungsi menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bu nga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan dau n kelopak (Mangoendidjojo, 2003).
Bunga mawar menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan penyerbukan. Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga hitam(Arya, 2010).
Syarat Tumbuh
Iklim
Angin tidak mempengaruhi dalam pertumbuhan bunga mawar. Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan pengeringan tanaman. Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 oC dan kelembaban 70-80 % (Arya, 2010). Tumbuhan mawar dapat ditanam di daerah sub-tropis atau beriklim dingin maupun daerah tropis atau beriklim panas dengan udara sejuk berkisar antara 18 26 derajat celcius dan kelembaban berkisar 70-80%, cek suhu udara dan kelembaban di kota Anda melalui BMKG. Tumbuhan ini dapat dibudidayakan dikedua tempat tersebut
dikarenakan
memiliki
kemampuan
adaptasi
sangat
luas
terhadap
lingkungannya (Pratama, 2016). Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik
dari pada
pengeringan tanaman (Arafah, 2010).
sinar matahari sore,
yang menyebabkan
Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-260C dan kelembaban 70-80 %. Tumbuhan ini dapat dibudidayakan dikedua tempat tersebut dikarenakan memiliki kemampuan adaptasi sangat luas terhadap lingkungannya (Mulyani, 2006).
Tanaman mawar secara umum membutuhkan suhu minimum 11°-25°C untuk perkecambahan, 22°-23 C untuk pembungaan, 20°-25°C untuk pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan sekitar tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan proses pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah atau biji (Ibrahim, 2003).
Tanah
Tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan bunga mawar adalah tanah liat berpasir dengan kandungan liat sekitar 20-30 persen, banyak bahan organik, gembur, subur, drainase dan aerasi baik. Silahkan cek kandungan tanah ditempat Anda melalui tips pada pdf ini. Juga pada tanah andosol dan latosol yang memiliki kesuburan dan sifat fisik yang cukup baik (Bayyinah, 2016). Selain itu, faktor derajat keasaman tanah pun perlu diperhatikan. Paling ideal untuk tumbuhan mawar derajat keasamannya atau PH-nya adalah 5,5-7,0. Jika PH tanah di tempat Anda tidak sesuai untuk budidaya mawar semisal hanya 5,0, maka
4
Anda harus melakukan pengapuran 2 minggu sebelum masa penanaman yakni dengan kapur dolomit, calcit atau
zeagro
dengan
dosis 4-5 ton / hektarnya
(Wasilah, 2013).
Tanah pada kondisi drainase agak terhambat mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk mawar dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarnahomogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 25 cm sedangkan, tanah pada kondisi drainase terhambat mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan (Djaenuddin dkk ,2003). Reaksi tanah (pH) yang penting adalah masam, netral, dan alkalin. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pH tanah melalui dua cara yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu pada kisaran pH rendah dan adanya unsur hara tertentu yang bersifat racun pada kisaran pH tinggi. Ketersediaan unsur hara yang dapat mencukupi kebutuhan tanaman padi berada pada kisaran pH tanah netral. Kemasaman tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur, sebelum pengapuran dilakukan, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu (Ibrahim, 2003).
Bahan kasar dengan ukuran > 2 mm, yang dinyatakan dalam persen (%), merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah. Bahan kasar yang terlalu banyak pada tanah akan menghambat perkembangan akar tanaman padi dan akan mengakibatkan kesulitan dalam pengolahan tanah, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman, bahan kasar dibedakan menjadi sedikit, sedang, banyak, dan sangat banyak, dengan ketentuan sebagai berikut : sedikit < 15 % sedang 15 % - 35 % 18 banyak 35 % - 65 % sangat banyak > 60 % (Djaenuddin,dkk, 2003).
6
PEMETAAN KROMOSOM PADA TANAMAN MAWAR ( Rosa sp.) Pengertian Pemetaan Kromosom
Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus yang memperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom tersebut. Jarak antara satu gen dengan gen lainnya yang berangkai pada sebuah kromosom dinyatakan dengan Unit Peta dan 1 Unit Peta (map unit) = 1% Pindah Silang ( Delvian, 2010). Selain dinyatakan dengan Unit Peta (MapUnit),maka jarak antara gen-gen yang berangkai dinyatakan pula dengan Unit Morgan untuk mengenang Morgan yang menemukan adanya gen-gen yang berangkai. Satu Unit Morgan menggambarkan 100% pindah silang, maka 1% pindah silang =1 centimorgan (1cM) =1 Unit Peta (MapUnit) ( Delvian, 2010). Pemetaan kromosom adalah penugasan gen ke lokasi tertentu pada suatu kromosom. Sebuah peta gen memiliki berbagai fungsi penting seperti pemahaman anatomi dasar manusia untuk memungkinkan dokter untuk mendiagnosa penyakit pada pasien. Seorang dokter membutuhkan pengetahuan tentang di mana setiap organ terletak serta fungsi organ ini untuk memahami penyakit. Peta genom pada manusia akan memungkinkan ilmuwan untuk memahami lokasi gen sehingga fungsinya dalam genom manusia dapat dijelaskan. Sebuah peta kromosom rinci juga menyediakan metode untuk mempelajari bagaimana gen genetik terpisah dan bagaimana heterogenitas (variasi antara gen tertentu garis ibu dan mewarisi gen yang sama dengan urutan yang sedikit berbeda yang diwarisi dari ayah) dapat membantu
mengidentifikasi gen penyakit. Pemetaan gen dapat memberikan dokter informasi yang berhubungan tentang gen (Ibrahim, 2003). Para ilmuwan menggunakan beberapa metode untuk pemetaan gen ke lokasi yang sesuai. Metode-metode termasuk studi keluarga, metode sel somatik genetik, teknik sitogenetik, dan studi gen. Studi keluarga digunakan untuk menentukan apakah dua gen yang berbeda terhubung berdekatan pada kromosom. Jika gen ini dihubungkan, itu berarti mereka berdekatan pada kromosom yang sama. Selain itu, frekuensi
yang
dihubungkan
gen
ditentukan
oleh
peristiwa
rekombinasi
(menyeberang dari kromosom selama meiosis) antara lokasi yang diketahui atau penanda, dan menentukan urutan linier atau jarak genetik. Dalam sel somatik metode genetik, kromosom yang hilang dari tipe khusus dari sel dan kromosom yang tersisa yang memiliki satu gen, tetapi bukan gen yang berbeda, akan menunjukkan bahwa mereka berada pada kromosom yang berbeda. Metode ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi gen yang mengandung kromosom, dan merupakan salah satu metode pemetaan pertama kali digunakan oleh para ilmuwan (Mulyani, 2006). Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap genyang terletak pada kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka 0). Pada lokus setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan gen yang lain. Misal pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti bahwa jarak antara sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus gen q tertulis angka 10, berarti bahwa 8
jarak sentromer dengan gen q ialah 10 unit. Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara gen p dan gen q ialah 10 – 6,2 = 3,8 unit. Jarak antara gen p dan gen q disebut jarak peta. Peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer dinamakan peta relatip (Rayer, 2006). Jenis Pemetaan Kromosom
Hukum perpaduan bebas mendel terjadi karena semua pasangan kromosom homolog saat meiosisakan berpisah secra bebas kedua kutub yang berbeda. Jadi bila gen – gen terletak pada kromosom yang berbeda maka gen-gen tersebut akan mengikuti kebebasan hukum tersebut. Pada periode 1905-1908 Batesson dan punnet untuk pertama kalinya melaporkan tentang adanya penyimpangan terhadap hukum perpaduan bebas. Mereka telah menyimpangkan kapri berbunga ungu dan berpeoleh panjang (Rayer, 2006). Buktinya adanya hubungan antara pindah silang dengan rekormendasi sifatsifat genetik dilaporkan pada tahun 1931 oleh Herriet B. Creighton dan Barbara Me Clintock yang meneliti kromosom jagung. Melalui pengamatan sitologi yang dikombinasikan dengan pengamatan morfologi dapat dilihat hubungan antara perubahan bentuk kromosom dengan perubahan morfologi tanaman. Dalam percobaan ini digunakan jagung yang pada k romosomnya 9 nya mempunyai knobhete rokromatin pada suatu jagung ( Delvian, 2010). Pindah silang adalah pertuakran segmen antara dua kromosom homolog. Peristiwa ini berlangsung pada saat pakiten. Pakiten merupakan saat seluruh bagian
kromosom berpasangan pada jarak yang paling dekat. Pada saat itu serat DNA homolog dan kromatid-kromatid yang berbeda dapat bersentuhan dan bertukar ruas (Ibrahim, 2003). Terdapat dua cara pemetaan kromosom yaitu pertama secara fisik melalui observasi mikroskopik atau peta sitologi, dan yang kedua melalui studi rekombinasi gen atau pindah silang yang disebut peta genetik. Peta sitologi merupakan peta fisik yang nyata. Jarak yang terdapat pada peta fisik merupakan jarak yang nyata, gen-gen akan ditampilkan melalui pita-pita kromatin. Peta genetik merupakan peta relatif yang didasarkan pada frekuensi rekombinasi yang tercatat. Nilai yang dihasilkan dari suatu perhitungan dapat dikoreksi oleh perhitungan lain seandainya diperoleh data tambahan. Selain kedua cara di atas, bersamaan dengan berkembangnya teknik molekular muncul peta-peta molekular tingkat DNA berdasarkan marka molekuler (Jusuf, 2001). Dalam perkembangannya, terdapat dua tipe peta pautan genetik, yakni yang bersifat universal dan bersifat terbatas. Peta pautan genetik yang bersifat universal dapat digunakan oleh pengguna yang berbeda. Bahkan pada beberapa studi pada peta yang sama dapat digunakan oleh pihak lain untuk memetakan gen dari karakter yang mereka inginkan. Sehingga peta pautan jenis ini memungkinkan untuk dapat digunakan oleh orang lain. Meski dengan melalui studi komparatif (comparative mapping) kemungkinan tersebut menjadi lebih mungkin untuk dilakukan. Namun untuk populasi pemetaan tertentu dengan gen spesifik, kiranya perlu membangun sebuah peta pautan tersendiri dan tidak bisa menggunakan peta universal untuk
10
memetakan spesifik gen pada populasi pemetaan tertentu. Hal ini dikarenakan peta universal tidak terdapat spesifik gen yang akan dipetakan tersebut. Sehingga, peta pautan yang dibuat untuk tujuan tersebut dikenal dengan peta pautan genetik terbatas. Faktanya, dengan perkembangan yang luar biasa, peta pautan genetik melalui suatu studi komparatif dapat digunakan secara universal dan saling melengkapi, seperti pada: padi, jagung, Arabidopsis,
poplar
dan
beberapa
species
Eucalyptus
(Arafah, 2010). Faktor Terjadinya Pemetaan Kromosom
Faktor terjadinya pemetaan kromosom adalah sebagai berikut, jarak antara lokus semakin jauh jarak antar lokus,semakin frekwensi rekombinan, posisi sentromer terhadap lokus semakin dekat antar lokus ke sentromer, maka
semakain
kurang frekwensi rekombinan, kontrol gen beberapa lokus gen telah diidentifikasi meningkatkan atau menurunkan frekuensi rekombinan, suhu yang ekstrim suhu tinngi atau
rendah
mempengaruhi
penggunaan bahan kimia
meiosis
atau
dan
radiasi
juga
dapat
mempengaruhi meningkatkan
rekombinasi,
pindah
silang
(Rayer, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi rekombinan : jarak antar lokus yakni semakin jauh jarak antar lokus, semakin naik frekwensi rekombinan, posisi sentromer terhadap lokus yakni semakin dekat antar lokus ke sentromer, maka semakin kurang frekwensi rekombinan, kontrol gen yakni beberapa lokus gen telah diidentifikasi meningkatkan atau menurunkan frekwensi rekombinan,beberapa lokus
ini mempengaruhi pada waktu kromosom berpasangan ketika meiosis, yang lainnya sesudah kromosom berpasangan, suhu yang ekstrim yakni suhu tinggi atau rendah mempengaruhi meiosis dan juga mempengaruhi rekombinasi, penggunaan bahan kimia atau radiasi dapat meningkatkan pindah silang (Hartana, 1992). Persentase rekombinan dapat dipakai sebagai indeks kuantitatif jarak linier antara dua pasangan gen pada suatu “peta genetic” atau peta keterpautan. Semakin jauh letak antar dua pasang gen pada sepasang kromosom homolog, maka semakin besar kemungkinan terjadinya pindah silang antar dua pasang tersebut, sehingga semakin besar proporsi meiosis yang rekombinan ( Bayyinah, 2016). Tahap awal dalam penyusunan peta genetik ialah menentukan apakah lokuslokus yang dipelajari terletak pada kromosom yang sama ataua terpisah pada kromosom yang berbeda. Pengelompokan dilakukan dengan melihat apakah lokuslokus tersebut berpautan atau bebas dengan melakukan uji chi kuadrat. Lokus-lokus yang berpautan dimasukkan ke dalam satu kelompok pautan (linkage group) dan terletak dalam
satu
kromosom. Sedangkan
lokus-lokus
yang saling
bebas
dimasukkan ke dalam kelompok pautan yang berbeda dan dianggap terletak pada kromosom
yang
berbeda
atau
pada
kromosom
yang
sama
tapi
letaknya
berjauhan. Pengujian keterpautan dapat dilakukan dengan menggunakan populasi F2 atau populasi hasil tes cros (silang uji) (Jusuf, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi rekombinan : Jarak antar lokus: Semakin jauh jarak antar lokus, semakin naik frekwensi rekombinan, Posisi
12
sentromer terhadap lokus: Semakin dekat antar lokus ke sentromer, maka semakin kurang frekwensi rekombinan, Kontrol gen :Beberapa lokus gen telah diidentifikasi meningkatkan
atau menurunkan
frekwensi rekombinan. Beberapa
lokus ini
mempengaruhi pada waktu kromosom berpasangan ketika meiosis, yang lainnya sesudah kromosom berpasangan, Suhu yang ekstrim: Suhu tinggi atau rendah mempengaruhi meiosis dan juga mempengaruhi rekombinasi : Penggunaan bahan kimia atau radiasi dapat meningkatkan pindah silang (Jusuf, 2001). Manfaat Pemetaan Kromosom
Manfaat pemetaan sel, antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. Didalam fusi sel diperlukan adanya: a) sel sumber gen (sumber sifat ideal); b) sel wadah (sel yang mampu membelah cepat); c) fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel (Wasilah, 2013). Proyek genom merupakan terobosan yang luar biasa oleh ilmuan biologi, awalnya terobosan ini bertujuan untuk membongkar kode genetic manusia. Hal tersebut dilakukan oleh Proyek Genom Manusia (Human Genome Project/HGP), yang merupakan sebuah proyek kolaborasi internasional. Proyek ini bertujuan untuk mengurutkan seluruh untai DNA pada manusia. berhubung HGP adalah proyek internasional, maka Uni Eropa dan Jepang juga terlibat. Uni Eropa memiliki database http://www.ebi.ac.uk/.
Sedangkan
jepang
memiliki
database http://www.ddbj.nig.ac.jp/ yang dapat di akses dengan mudah guna untuk mempelajari gen-gen pada manusia ataupun spesies lain missal gen dari simpanse ( Wasilah, 2013).
Dengan ditemukannya peta genetic manusia ini dapat menguntungkan terutama di bidang kedokteran. Pengetahuan mengenai efek variasi DNA pada individu dapat membawa perubahan pada cara mendiagnosis, mengobati, serta mencegah kelainan yang ditimbulkan oleh kelainan gen. Banyak penyakit penyakit yang proses penanganannya belum efektif dan efisien dikarenakan belum jelasnya berapa banyak gen yang terlibat di dalam penyakit tersebut. Contoh penyakit yang diderita seperti diabetes, jantung koroner, hipertensi, dan kanker (Arafah, 2010). Dengan diketahuinya gen yang berhubungan dengan penyakit yang diderita tentu akan mempercepat proses penanganan dan penyembuhannya, misalnya saja dengan terapi gen. Metode ini memberi harapan untuk penanganan penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti kanker, caranya menyuntikkan tambahan gen untuk merangsang kekebalan tubuh ataupun memperlambat penyebarannya, teknologi ini juga bermanfaat untuk transplasi gen (Bayyinah, 2016). Jarak antara gen satu dengan gen lainnya yang berangkai disebut Jarak Peta. Adapun peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer disebut Peta Relatif. Untuk membuat peta kromosom harus menggunakan individu trihibrid yang berangkai yang diuji silang. Umumnya pembuatan peta kromosom banyak dilakukan pada organisme-organisme yang cepat menghasilkan keturunan, mudah dipelihara, dan memiliki jumlahkromsom sedikit, misalnya pada lalat Drosophila melanogaster (Arisuryanti, 2007). Pemetaan Kromosom Pada Tanaman Mawar ( Rosa sp. )
14
Berdasarkan penyebarannya pada kromosom, jumlah marka SNP yang terpetakan pada kromosom 1 adalah yang terbanyak, yaitu 54 marka, dimana 34 di antaranya berasosiasi signifikan dengan karakter umur berbunga, 6 berasosiasi dengan karakter gabah isi, dan 14 berasosiasi dengan panjang malai. Markamarka SNP yang berasosiasi signifikan dengan karakter fenotipik penting tersebut dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa karakter sekaligus dalam pemuliaan menggunakan pendekatan molecular ( Balitbang, 2015). Menurut Benden dan Boveri (1887), jumlah kromosom pada setiap jenis organisme berbedabeda, namun bersifat tetap (konstan). Jumlah kromosom tiap jenis organisme menunjukkan banyaknya kromosom yang ada pada sebuah sel organisme tersebut. Tubuh organisme bersel banyak (multiseluler), mempunyai 2 jenis kelompok sel yaitu sel somatis (sel tubuh) dan sel gamet (sel kelamin). Jumlah kromosom pada sel gamet (sel kelamin) adalah separuh dari jumlah kromosom yang ada pada sel somatis (sel tubuh) ( Rochmah, 2009). Salah satu cara untuk mengendalikan sifat-sifat gen tanaman mawar yang ditanam tersebut adalah dengan menggunakan metode analisis quantitative trait loci atau disebut metode QTL. Pemetaan QTL adalah upaya untuk mengidentifikasi lokasi di dalam segmen DNA yang terdapat gen untuk mengendalikan suatu karakter kuantitatif yang ditargetkan. Karakter-karakter penting dalam tanaman seperti hasil dan komponen hasil, toleransi cekaman biotik dan abiotik, serta karakter agronomi yang lain pada umumnya bersifat kuantitatif sehingga karakter kuantitatif menjadi penting dalam pemuliaan tanaman. Pada dasarnya metode QTL ini digunakan untuk
menemukan hubungan antara penanda genetik dan fenotipe yang dapat diukur. Identifikasi terhadap QTL dan gen yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas bulir padi telah banyak dilakukan (Arisuryanti dkk , 2007). Mawar merupakan tanaman menyerbuk sendiri, sehingga secara alami varietas yang terbentuk berupa galur murni (inbrida). Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe mawar yang berbeda untuk menggabungkan sifatsifat unggul dari keduanya. Hasil persilangan ditanam dan secara alami akan terjadi perkawinan sendiri dalam satu tanaman. Hasilnya ditanam kembali dan akan sangat bervariasi karena terjadi segregasi gen-gen di dalamnya ( Delvian, 2010). Segregasi yang terjadi pada tanaman mawar yang dapat terlihat secara visual adalah segregasi fenotipe yang meliputi antara lain tinggi tanaman dan.jumlah anakan. Segregasi fenotipe dapat terlihat apabila tanaman padi yang ditanam di lahan budidaya memiliki tinggi yang tidak seragam dan jumlah anakan yang berbeda untuk tiap-tiap rumpun mawar. Nilai fenotipe suatu tanaman tidak hanya terdiri atas pengaruh genotipe tetapi juga oleh pengaruh lingkungan dan interaksi genotipe dan lingkungan (Falconer dan Mackay, 1996). Adanya pengaruh genotipe dan interaksi genotipe dan lingkungan ini akan mengaburkan penarikan kesimpulan mengenai nilai fenotipe tanaman. Oleh sebab itu suatu individu tanaman dengan keragaan terbaik dalam suatu populasi bersegregasi belum tentu akan menghasilkan populasi zuriat atau suatu famili dengan keragaan seperti induknya (Rayer, 2006).
16
KESIMPULAN
1. Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap genyang terletak pada kromosom itu. 2. Jenis pemetaan kromosom yaitu terdapat dua cara pemetaan kromosom yaitu pertama secara fisik melalui observasi mikroskopik atau peta sitologi, dan yang kedua melalui studi rekombinasi gen atau pindah silang yang disebut peta genetik. 3. Faktor terjadinya pemetaan kromosom adalah sebagai berikut, jarak antara lokus semakin jauh jarak antar lokus,semakin frekwensi rekombinan, posisi sentromer terhadap lokus. 4. Manfaat pemetaan sel, antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. 5. Mawar terpetakan pada kromosom 1 adalah yang terbanyak, yaitu 54 marka, dimana 34 di antaranya berasosiasi signifikan dengan karakter umur berbunga, 6 berasosiasi dengan karakter gabah isi, dan 14 berasosiasi dengan panjang malai.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah. 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Mawar ( Rosa sp.) Bogor : Bumi Aksara.429 hlm Arisuryanti, A., Handayani, N.S.N., Daryono, B.S. 2007. Peta Kromosom. Departemen Pendidikn dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor Arya, R.G. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kualitatif Dan Kuantitatif Tanaman Mawar ( Rosa sp.) Di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Universitas lampung. Lampung Bayyinah. 2016. Lingkage (Tautan) dan Pemetaan Gen. Institut Pertanian Bogor. Bogor Delvian. 2010. Keberadaan Cendawan Mikoriza Arbuskula di Hutan Pantai Berdasarkan Gradien Salinitas. Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 11 No. 2, Juli 2010: 133-142. Djaenuddin. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm. Ibrahim,Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Jusuf,M. 2001. Genetika I, struktur dan ekspresi gen. Jakarta : Sagung Seto.
300
hlm. Mangoendidjojo,R. 2003. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 220 hlm. Mudyantini, W. 2001. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh GA dan NAA terhadap Pembungaan pada Mawar (Rosa hybrida Hort.). FMIPA UNS. Surakarta Mulyani, A. 2006. Potensi Lahan Kering Masam Untuk Pengembangan Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 28 (2) : 16-17.
18
Rayer. 2006. Ilmu Tanah cetakan 6. Akademi Pressindo. Jakarta. 288 hlm. Pratama, N,D. 2016. Teknik Persilangan Menyerbuk Sendiri Pada Tanaman Mawar ( Rosa sp.). Universitas Sumatera Utara. Medan Wasilah, F,N. 2013. Pemetaan Kromosom Mawar. Institut Pertanian Bogor. Bogor