BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor atau kista ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena pertumbuhan yang abnormal abnormal dijaringan yang yang terdapat di tempat ovarium ovarium misalnya pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium, korpusluteum, sel telur atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel, kista tekalitein, teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista denokarsinoma, kista ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar sel oleh sebab tertentu, tumbuh abnormal dan membungkus sel telur tersebut sehingga membentuk kista.
Kista atau tumor ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Menurut data statistics by country for ovarian cancer tahun 2011 mengatakan bahwa insiden kanker ovarium di Indonesia adalah 20.426 kasus dari 238.452.952 populasi Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang pada pubertas. Menurut data Rumah Sakit Umum Daerah pada tahun 2010 terdapat 17 penderita kista ovarium dan pada tahun 2015 jumlah penderita kista ovarium meningkat hingga hingga mencapai 217 penderita.
Sedangkan di ruangan delima RSUD dr.H.Abdul Moelok kasus tumor ovarium merupakan salah satu kasus yang membutuhkan perhatian serius dikarenakan terjadi peningkatan kunjungan kasus di tiap harinya. Pengobatan tumor ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan tumor. Sekitar 98% lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50% yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah 1
pembedahan untuk mengangkat tumor adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan tumor yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Dampak tumor ovarium terhadap status kesehatan reproduksi wanita perlu diperhatikan dengan serius.Gejala yang di rasakan pada pasien umumnya tidak khas yang paling sering ada keluhan nyeri perut, perut buncit, kemudian gangguan fungsi saluran cerna, berat badan turun secara nyata, rasa tertekan pada rongga panggul, siklus menstruasi yang memanjang dan memendek, nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak, gangguan saluran kencing, nyeri pinggul pada waktu menstruasi, mual, muntah, infertilitas. ( tidak subur), dampak yang lebih parah jika kasus ini tidak segera diatasi adalah perdarahan
intra
tumor,
perputaran
tungkai,
infeksi
pada
tumor
yang
menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari – hari, robekan dinding kista, hingga keganasan kista ovarium yang bisa menyebabkan kematian.
Penatalaksanaan medis yang harus segera dilakukan adalah pengangkatan tumor melalui operasi, Adapun perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan tumor yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
Berdasarkan latar belakang diatas pada pasien setelah operasi tumor ovarium perlu dilakukan juga tindakan keperawatan
secara komprehensif, sehingga
penulis tertarik untuk mengambil judul ”Asuhan keperawatan pada Ny.F dengan post operasi Tumor ovarium di ruang Delima Nifas RSUD dr.Hi..Abdul Moelok provinsi lampung tahun 2018. 2018.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definis tumor (kista) ovarium ? 2. Apa etiologi dari tumor (kista) ovarium ? 3. Bagaimana patofisiologi dari tumor (kista) Ovarium? 4. Apa saja manifestasi manifestasi klinis dari tumor (kista) ovarium ? 5. Apa saja klasifikasi dari tumor (kista) ovarium ? 6. Apa saja komplikasi dari tumor (kista) ovarium ? 7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penunjang dari tumor (kista) ovarium ? 8. Bagaimana penatalaksanaan untuk tumor (kista) ovarium? 9. Bagaimana asuhan keperawatan dari tumor (kista) ovarium ?
C Tujuan
1.
Untuk mengtahui konsep dasar keperawatan pada pasien post operasi tumor (kista) ovarium
2.
Untuk memberikan Asuhan keperawatan pada ny. F dengan post op tumor (kista) ovarium secara komprehensif.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Andang, 2013). Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014). Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja (Setyorini, 2014). Kista
ovarium
merupakan
pembesaran
dari
indung
telur
yang
mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas (Manuaba, 2009). Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan kental.
2. Etiologi Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014). Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
4
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu: a. Faktor internal 1) Faktor genetik Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi. 2) Gangguan hormon Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista. 3) Riwayat kanker kolon Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya. b. Faktor eksternal 1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan didalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik. 2) Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia
terganggu,
terjadi
kanker,
peredaran
darah
tersumbat,
kemandulan, cacat janin, dan lain-lain. 3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel
5
darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lainlain. 4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat. 5) Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain. 3. Patofisiologi Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013). Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
6
Patway kista ovarium.
7
4. Manifestasi Klinis Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013) Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009) B. Klasifikasi Tumor (Kista) Ovarium
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan nonneoplastik dan neoplastik. Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai : a. Kista OvariumNon-neoplastik 1) Kista Folikel Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008). Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat 60 hari. Jika muncul gejala,menghilang dalam waktu biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat 4 cm adalah pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista
pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang
8
dalam 4 cm atau kistawaktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008). 2) Kista lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008). 3) Kista stain levental ovary Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant (Yatim, 2008). 4) Kista Korpus Luteum Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga panggul terjadi selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi terakhir (Yatim, 2008) b. Kista Ovarium Neoplastik 1) Kistoma Ovarium Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus
9
segera di periksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Setiati, 2009). 2) Kista Dermoid Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu (Setiati, 2009). 3) Kista Endometriois Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014). 4) Kista denoma Ovarium Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalampertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen – elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum (Rasjidi, 2010). Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010). Kista denoma Ovarium Serosum Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
10
di periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi, 2010). C. Komplikasi
Kista Ovarium Menurut Yatim (2008), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium adalah :\ 1) Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikitsedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah (anemia). 2) Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. 3) Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan. 4) Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri). 5) Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar (konstipasi).
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain : 1) Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas. 2) Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid. 3) Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam t umor. 4) Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada
11
kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan. E. Penatalaksanaan
Cara Penanganan Kista Ovarium Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan : 1) Pendekatan pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011). 2) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2009). 3) Pembedahan Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan laparatomi (Yatim, 2008). Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut: a. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram
tidak
terlihat
tanda-tanda
keganasan,
biasanya
dokter
melakukan operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008). b. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008). c. Perawatan luka insisi / pasca operasi Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
12
Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi.
Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari selama masa pasca operasi sampai ibu diperolehkan pulang atau rujuk.
Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang di gunakan harus yang sesuai dan tidak lengket.
Pembalutan dilakukan dengan tehnik aseptic.
F. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Ovarium
1. Pengkajian Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan kista ovarium kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan perawatan selanjutnya. a. Data Biografi Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab. Wanita yang rentang terkena tumor ovarium berkisar antara usia 20 – 40 tahun. Wanita dengan pekerjaan berat mempengaruihi terjadinya tumor ovarium. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien seperti nyeri perut, perut buncit, gangguan fungsi saluran cerna, berat badan turun secara nyata, rasa tertekan pada rongga panggul, siklus menstruasi yang memanjang dan memendek, nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak, gangguan saluran kencing, nyeri pinggul pada waktu menstruasi, mual muntah dan infertilitas ( tidak subur). 3) Riwayat kesehatan dahulu
13
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami opname, kanker atau tumor pada organ lain. 4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak. 5) Riwayat kehamilan Hamil dan persalinan berapa kali, anak yang dilahirkan hidup atau mati, sehat atau tidak dan pada saat melahirkan normal atau melalui pembedahan. c. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spritual atau kebutuhan sehari-hari 1) Pola makan Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema. 2) Pola eliminasi Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus. 3) Pola aktifitas dan latihan Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya factor -faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan. 4) Riwayat penggunaan zat Kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan mempengaruhi terbentuknya kista. 5) Integritas ego Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri. 6) Neurosensori Pusing, sinkop 7) Nyeri / kenyamanan
14
Terdapat nyeri dengan derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ). 8) Keamanan Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi. 9) Seksualitas Perubahan pada tingkat kepuasan karena nyeri yang di rasakan pada waktu bersenggama. 10) Interaksi social Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
d. Pemeriksaan fisik Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda vital. 1) Kepala Adanya keluhan pusing atau sakit kepala, serta kaji warna rambut, keadaan, distribusi rambut, dan kebersihan rambut. 2) Mata Mata berkunag – kunang dan penglihatan kabur. 3) Hidung Tidak ada kelainan jadi perlu di kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman. 4) Mulut mukosa mulut dan bibir kering, fungsi pengecapan berkurang, keadaan mulut dan fungsi menelan berkurang karena mual muntah dan anoreksia. 5) Telinga Tidak ada kelainan tapi perlu dikaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran. 6) Leher Pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran kelenjar getah bening.
15
7) Daerah dada Adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah. 8) Abdomen Adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan, karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih. 9) Genitalia Eksterna Adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan kebersihan. 10) Anus Adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna. 11) Ektremitas Nyeri panggul saat beraktivitas, kontraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan.
e. Pemeriksaan penunjang 1) Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat- sifat tumor itu. 2) Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor , apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan di dalam rongga perut yang bebas dan tidak. 3) Foto Rontgen Pemeriksaan
ini
berguna
untuk
menentukan
adanya
hidrothoraks
selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pielogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon sudah disebut di atas. 4) Parasentetis
16
Telah disebut pada fungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk. 5) Hitung Darah Lengkap Penurunan Hb dapat menunjukan anemia kronis jika ditemukan adanya massa, maka kemungkinan adalah keganasan ovarium.
f. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder akibat luka post operasi 2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri 4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder dari imunosupresan 5) Resiko syok hipovolemik berhubungan denan perdarahan sekunder kanker ovarium.
g. Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder akibat luka post operasi Tujuan
: Rasa nyaman nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Eskspresi wajah klien rileks, skala nyeri berkurang, tandatanda vital stabil. Intervensi : a. Kaji pencetus intensitas, kualitas, lokasi, dan durasi nyeri. b. Monitor tanda-tanda vital. c. Berikan informasi kepada klien bahwa rasa nyeri hal yang wajar. d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi e. Berikan posisi yang nyaman. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
17
Tujuan
: Klien menerima diri setelah kehilangan ovarium
Kriteria hasil : Klien dapat menerima keadaanya. Intervensi
:
a. Kaji pengetahuan klien. b. Beri informasi tentang efek samping histerektomi. c. Beri support mental pada klien d. Dengarkan keluhan klien. e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan menerima klien apa adanya (Smeltzer & Bare, 2001) 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketrbatasan beraktifitas. Tujuan
: Klien mampu mencukupi kebutuhan ADL mandiri
Kriteria hasil : Terjadi peningkatan latihan dan aktivitas Intervensi
:
a. Kaji kemampuan pola aktivitas klien b. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari. c. Bantu pasien latihan pasif aktif secara bertahap. d. Berikan terapi sesuai advis dokter e. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder dari imunosupresan. Tujuan
: Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Intervensi
:
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi b. Monitor tanda-tanda vital. c. Tingkatkan prosedur cuci tangan. d. Kolaborasi pemberian antibiotik. e. Kolaborasi pengecekan darah rutin. (Doengoes, 1999) 5. Resiko syok hipovelamik berhubungan denan perdarahan sekunder kanker ovarium.
18
Tujuan
: Syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria hasil : Tekanan darah sistole 110 – 120 mmHg, diastole 80 – 85 mmHg, nadi 60 -80 x/menit, pernafasan 16 – 24 x/menit, akral hangat, tidak keluar keringat dingin Intervensi : a. Monitor tanda-tanda syok hipovolemik. b. Kaji adanya tanda-tanda syok hipovolemik. c. Monitor pengeluaran pervagina. d. Memonitor tanda-tanda vital
19
BAB III Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan (Tumor/kista Ovarium) di Ruang Delima RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek
A. Pengkajian
1. Identitas a. Identitas Klien: Nama : Ny. F Umur : 48 tahun-11bulan-10 hari Suku/Bangsa : Jawa Agama : Islam Pendidikan : Strata 1 (S1) Pekerjaan : Karyawan Swasta Sumber Biaya : BPJS Alamat : Sinar Mulya Dusun III Hajimena Tanggal Masuk RSUD : 20/10/2018 Kelas Rawat Inap : Kelas 3D Tanggal Pengkajian : 22/10/2018 No. Register : 56 30 62 Diagnosa Medik : Tumor (Kista) Ovarium (Post op) + P0A0 b. Identitas Penanggung Jawab: Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan Klien
: Tn. E : 62 : Laki-laki : Islam : SMA : Kebun/Tani : Sinar Mulya Dusun III Hajimena : Suami
2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang 1)
Keluhan Utama: Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti teririsiris. Klien mengatakan nyeri menyebar kedaerah perut bagian bawah, skala nyeri 6, nyeri yang dirasakan terjadi tiba-tiba dalam waktu ± 10 menit, nyeri bertambah saat Klien mengubah posisi tidurnya.
20
2)
Keluhan Penyakit: Klien mengatakan mual, muntah dan lemah.
3. Riwayat Obstetri: a. Riwayat Menstruasi Menarce umur 12 tahun, banyaknya 2-3 pembalut/hari, siklus terarur, lamanya 1 minggu, keluhan lainya yaitu nyeri bila haid datang. HPHT 02 Oktober 2018. b. Riwayat Perkawinan Klien mengatakan status sudah menikah pada umur 44 tahun, dan suami umur 59 tahun, lama pernikahan 2,5 tahun, yang merupakan pernikahan pertama. c. Riwayat Kehamilan, Persalinan nifas yang lalu Klien mengatakan selama menikah belum mempunyai anak dan belum pernah mengalami kehamilan.
Genogram
Keterangan: : Klien Perempuan : Laki-Laki
: Menikah : Tinggal satu rumah
4. Riwayat Penyakit a. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan sebelumnya pernah masuk RS, saat ini Klien mempunyai Diagnosa Medis Tumor Ovarium (Post op)+P 0A0 b. Riwayat Kesehatan Dahulu
21
Klien mengatakan pernh mengalami penyakit tyfus, Klien sebelumnya belum pernah melakukan oprasi dan saat ini Klien tidak dalam pengobatan apapun c. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan tidak ber-KB, dikeluarga Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM. 5. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari a. Pola Nutrisi Sebelum sakit
: Frekuensi makan 3x sehari, tidak ada makanan pantangan, tidak ada makanan yang tidak disukai, nafsu makan baik dengan nasi biasa + sayur + lauk pauk. Saat Sakit : Klien mengatakan selama di RS, setelah post op laparotomi klien memperoleh diet makan yang berserat dan makanan yang tinggi protein, klien mengatakan mual dan muntah dengan frekuensi ±5 kali sehari sebanyak ±100 cc/setiap kali muntah dengan tekstur cair. frekuensi makan 3x sehari, nafsu makan baik, Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan RS. Klien tidak mengalami penurunan berat badan. b. Pola Eliminasi (BAB dan BAK) Sebelum sakit
Saat sakit
: Klien BAK 4-5x/hari, dengan warna kuning, bau khas urine tidak ada keluhan sakit saat BAK. BAB 1x/hari dengan warna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan saan BAB. : Klien BAK melalui kateter saat pengkajian kateter terisi ±2000 cc /hari. Kateter terpasang sejak 3 hari yang lalu. Warna urine kuning dengan bau khas urine dan tidak ada keluhan saat BAK. Setelah melakukan post op Klien mengatakan belum BAB. Balance cairan: Input – (Otput + IWL) Input: Infus : 1500 cc/24 jam Air Minum : 500 cc Ijeksi obat : 20 cc + 2020 cc Output : Urine : 2000 cc/24jam
22
Muntah : 5 × 100 = 500 cc/24 jam IWL : 15 x 65 = 40 cc/jam = 960/24jam 24 Jumlah output = 3460 cc BC = 2020 cc – 3460 cc = - 1440 cc
c. Pola Personal Hygiene Sebelum sakit
: Klien mengatakan mandi 2x/hari dengan menggunakan sabun, oral hygiene setelah makan pagi dan sore, keramas 2-3 kali seminggu. Saat sakit : Klien mengatakan sejak post op Klien hanya dikompres dengan handuk kecil 1 kali sehari oleh keluarganya oral hygiene 1x/hari dibantu keluarganya, keramas tidak dilakukan. d. Pola Istirahat dan Tidur Sebelum sakit
Saat sakit
: Klien mengatakan tidur malam ± 8 jam, Klien terkadang tidur siang 1 jam, kebiasaan Klien sebelum tidur adalah menonton TV Klien tidak mengalami gangguan pola tidur. : Klien mengatakan sering terbangun dimalam hari dengan frekuensi ± 3 kali dlam semalam dalam waktu ± 10 menit untuk bisa tidur kembali. Klien tidur malam selama ± 8 jam, dan Klien terkadang tidur siang selama 1 – 2 jam.
e. Pola Aktivitas Sebelum sakit
Saat sakit
: Klien mengatakan bekerja sebagai karyawan swasta. Aktivitas dimulai sejak subuh Klien mengatakan tidak melakukan olah raga khusus, karena merasa sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainya Klien bekerja ± 7 jam/hari, waktu luang digunakan klien untuk tinggal dirumah atau menemani anaknya. : Klien sangat berhati-hati saat bergerak, Klien meringis saat bergerak skala nyeri sedang, Klien hanya melakukan aktivitas ditempat tidur.
23
6. Aspek mental- Intelektual-Psikososial-Spiritual a. Konsep diri 1) Gambaran diri
: Pasien mengatakan menerima keadaan
penyakitnya sekarang, tetapi ingin cepat pulang. 2) Identitas diri
: Pasien menyadari dirinya sebagai istri.
Selama sakit, pasien tidak memiliki gangguan dan perubahan identitas diri. 3) Harga diri
: Pasien tidak menunjukkan harga diri
rendah karena penyakitnya. 4) Peran diri
: Pasien mengalami gangguan peran diri,
karena tidak dapat melakukan perannya sebagai istri selama sakit. 5) Ideal diri
: Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari
penyakitnya. b. Intelektual Pasien menyatakan, pasien dan keluarga menyatakan mengetahui tentang penyakit yang dialami oleh pasien. Pasien dan keluarga mengetahui tentang nama penyakit pasien dan pengobatan yang akan dijalani oleh pasien. c. Hubungan interpersonal Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik. Hubungan pasien dengan pasien lain maupun tim kesehatan juga baik. Pasien kooperatif dan taat akan instruksi dokter. 1) Mekanisme koping Pasien menyatakan jika sakit langsung dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan segera. Biasanya pasien periksa ke dokter atau langsung ke rumah sakit. 2) Support sistem Pasien mendapat support penuh dari keluarganya untuk sembuh. Selama dirawat pasien ditunggui oleh suami. 3) Aspek mental-emosional Pasien menyatakan merasa cemas dengan penyakitnya. Tetapi pasien selalu taat dalam mengikuti semua anjuran dari tim kesehatan. Pasien
24
mengatakan
sudah
pasrah
dengan
keadaan
yang
sekarang
dialaminya. d. Hubungan sosial 1) Hubungan komunikasi
Pasien sangat menyimak dan berespon baik saat diajak berkomunikasi. 2) Faktor kultural
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga 3) Tingkat ketergantungan
Pasien masih mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. e. Aspek Spiritual Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga selalu berdoa untuk kebaikan pasien dan kesembuhan pasien. Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah shalat wajib 5 waktu dengan tepat waktu. 7. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Keadaan umun Klien baik b. Kesadaran : Composmentis (Kesadaran penuh) GCS: 15 (E:4 V:6 M:5) c. Tanda-tanda vital : TD : 120/180 mmHg N : 100 x/menit R : 28 x/menit S : 37,5OC d. Berat badan : 65, Tinggi Badan (TB) : 156 cm e. Kepala: -
Rambut : kotor dan bau karna Klien belum mencuci rambut
-
semenjak di RS Wajah : Klien pucat, Klien meringis dan klien sangat berhati-hati, bila bergerak.
-
Mata
: Mata simetris, konjugvita Anemis, Sklara Anikterik,
25
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan, kebersihan baik, mata cekung. -
Hidung : Mukosa Klien berawarna putih tidak terdapat edema dan
-
nyeri tekan, terdapat sedikit lendir. Telinga : Telinga simetris tidak ada perdarahan atau peradangan tidak ada keluhan telinga berdengung, fungsi pendengaran baik.
-
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat, lidah bersih dan tidak ada keluhan lainya seperti radang, dan sariawan dll.
f.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada distensi vena junggularis dan tidak ada gangguan menelan ditenggorokan.
g. Dada
: Mamae tidak ada keluhan pembesaran yang tampak, areola mamae berwarna coklat muda, papila mamae menonjol, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada keluhan nyeri atau bagian yang menonjol abnornal pada payudara.
h. Abdomen : Pada abdomen tampak bersih tidak ada strie, terlihat ada luka bekas operasi sepanjang ± 15 cm dan luka tertutup kasa. Arah luka memanjang dari Umbilikus kearah Simfisis, Bising Usus 8 x/menit, terdapat nyeri tekan dengan skala 6. : klien tidak ada keluhan hemeroid, tidak ada pendarahan
i.
Genetalia
j.
vagina, terpasang cateter sejak Klien operasi, kantung kateter terisi urine ± 750 cc. Ekstremitas : Tuiqor kulit baik, ekstemitas atas dan bawah simetris, tidak ada riwayat trauma pada ekstremitas, tidak ada kesulitan bergerak terpasang infus pada ekstremitas atas sinistra kekuatan otot normal, sekala kekuatan otot 5 5 5
5
k. Integumen :Turgor kulit tidak elastis, kulit teraba hangat dengan suhu 37,5oC, CRT 2 detik.
26
8. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Darah Lengkap (Tanggal 20 Oktober 2018) Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin Leukosit Eritrosit Hematokrit
9,7 10,500 4,0 30
11,5 – 16,5 g/dl 4,5 – 11,0/µL 3,0 – 5,8 juta/ µL 37 – 47%
Trombosit S6OT S6PT
454.000 23 15
154.000 – 386.000/ µL <31 U/L <31 U/L
6DS Ureum
97 21
<140 mg/ µL 13 – 43 mg/dl
Creatinin
0,60
0,55 – 1,02 mg/dl
b. Pemeriksaan Radiologi -
Foto thorax (tanggal 10-10-2018)
-
Hasil dan kesan pemeriksaan, cor tampak sedikit membesar (eTR 51%) sinesius dan difragma normal. Pemeriksaan USG (abdomen) pada tanggal 10-10-2018 Kontrol USG dengan fullblandder comform ovarial kista 76 mm uterus membesar 70 mm bagian dekstra.
c.
Pengobatan/ therapi Obat
Ranitidin Ceftiaxone Keteroiac Asam traneksamat Dulolax
Cara pemberian
IV IV IV IV Supositoria
Dosis
1 apl/ 8 jam 1 gr/12 jam 1 ml/12 jam 5 ml/12 jam 1 x1
9. Data Fokus Data Subjektif : - Klien mengatakan nyeri pada luka post op seperti teriris-iris. - Klien mengatakan mual dan muntah ±5 kali sehari sebanyak ±100 cc/setiap kali muntah dengan tekstur cair. - Klien mengatakan belum BAB setelah dilakukan post op.
27
- Klien sering terbangun dimalam hari ± 3 kali dan dalam waktu 10 menit untuk bisa tidur kembali. - Klien hanya melakukan aktivitas ditempat tidur. - Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak. - Klien mengatakan lemah. Data objektif: - Skala nyeri 6 (sedang) - Klien pucat - Klien meringis saat bergerak - Konjugtiva Anemis - Bibir pucat dan kering - Terdapat luka post p sepanjang ±15 cm yang tertutup kain kasa. - Klien terpasang chateter (DC). - Kulit teraba hangat dengan suhu 37,5 oC - Klien mual dan muntah. - BC : -1440 cc - Turgor kulit tidak elastic - Nadi : 100 x/menit - RR : 28 x?menit
10. Analisa Data No 1.
2.
Data
Ds : a) Klien Menyatakan nyeri pada luka post op seperti teriris-iris. b) Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak. Do: a) Skala nyeri 6 (sedang). b) Klien meingis saat bergerak. c) Terdapat luka post op ± 15 cm yang tertutup kasa, RR: 28, N: 100x Ds: a) Klien mengatakan mual dan muntah ±5 kali sebanyak ±100 cc/setiap kali muntah dengan tekstur cair . Do:
28
Masalah Nyeri akut
Etiologi Luka post op
Resiko kurang volume cairan dan elektrolit
Mual dan muntah
a) b) c) d)
Klien pucat Bibir kering. Klien mual dan muntah. Kulit teraba hangat dengan suhu 37,5 oC. e) Mata cekung. f) BC: -1440 cc.
3.
Ds: a) Klien mengatakan lemah. b) Klien hanya melakukan aktivitas ditempat tidur. c) Klien menyatakan nyeri bertambah saat bergerak. Do: a) Klien lemah. b) Klien pucat. c) Klien meringis saat bergerak. d) Terdapat luka post op ± 15 cm yang tertutup kasa. e) Terpasang DC.
Keletihan.
Kondisi fiologis (penyakit kronis).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi. 2. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan muntah 3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyekit kronis).
C. Intervensi Keperawatan No 1.
Dx 1
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri hilang/ berkurang setelah 3 hari perawatan dengan kriteria hasil: - Klien tidak
a) b) c) d) e)
29
Intervensi Kaji penyebab nyeri. Monitor TTV. Ajarkan teknik relaksasi. Atur posisi yang nyaman. Kaji skala nyeri.
Evaluasi a) Penyebab diketahui sehingga dapat dengan mudah menentukan intervensi. b) Perubahan TTV merupakan identifikasi diri terhadap perkembangan Klien .
mengeluh nyeri/nyeri berkurang - Penggunaan analgetik tidak ada/ berkurang.
f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
c) Teknik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi sehingga persepsi nyeri akan berkurang. d) Skala nyeri menunjukkan respon Klien terhadap nyeri. e) Pemberian analgenik membantu mengurangi nyeri pada Klien.
2
2
Setelah tindakan a) Monitor TTV a) Merupakan identifikasi keperawatan selama 1 b) Timbang BB dini terhadap x 24 jam diharapkan setiap hari dan perkembangan Klien. kebutuhan cairan pantau asupan b) Mengidentifikasi status dengan elektrolit cairan. cairan pada Klien terpenuhi dengan c) beri caian c) Dibutuhkan agar tidak keriteria hasil : intravena sesuai mengalami dehidrasi. a) Mukosa bibir program. d) Pemberian obat untuk lembab. d) Kolaborasi mengurangi mual dan b)Mual-muntah dalam pemberian muntah. teratasi/berkurang. therapi.
3
3
Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria hasil: a) Klien mampu beraktivitas mandiri b) TTV dalam batas Normal
a) Kaji penyebab keletihan. b) Kaji skala kemampuan beraktivitas dan skala kekuatan otot. c) Anjurkan Klien untuk mobilisasi secara bertahap. d) Anjurkan keluarga untuk memotivasi Klien agar beraktivitas. e) Ajukan Klien untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat.
30
a) Dengan mengetahui penyebab akan mudah menentukan intervensi yang tepat. b) Skala kemampuan beraktvitas dan otot menunjukan respon Klien terhadap aktivitas. c) Latihan mobilisasi secara bertahap akan mengurangi keluhan pusing akibat mobilisasi yang tibatiba. d) Dukungan dan motivasi keluarga akan memberikan semangat kepada Klien untuk beraktivitas.
e) Nutrisi yang adekuat merupakan asupan energi untuk kebutuhan aktivitas.
D. Implementasi Keperawatan No 1
Dx 1
2
Hari/tgl 22/10/18
Implementasi a) Mengkaji penyebab nyeri. ) Mengukur TTV. TD : 120/80 mmHg S : 37,5OC N : 70/m R : 24/m c) Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam). d) Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler). e) Mengkaji skala nyeri 6 (sedang). f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik (untuk mengatasi nyeri) Ketorolac 1 Apl/12 jam.
a) Mengukur TTV: Td: 120/80 S: 36,5 OC N : 70/m R: 24/m. ) Menimbang BB : 80 kg dan pantau asupan cairan. c) Memberi cairan intravena RL 20
31
Paraf
Evaluasi S : a) Klien mengatakan masih nyeri dan berusaha menggunakan tehnik relaksasi O: a). Klien meringis kesakitan saat menguah posisi tidur b) Skala nyeri 6. A: Nyeri belum teratasi dengan klien mengatakan nyeri belum berkurang P: Lanjutan Intervensi: a) Mengukur TTV. b) Mengatur posisi yang nyaman. c) Mengkaji skala nyeri. d) Kolaborasi dalam pemberian analgetik: ketorolac 1 Apl/12 jam.
S: a) Klien mengatakan mual dan muntah berkurang. O: a) TTV: TD : 120/80 mmHg S : 36,5OC N : 70/m R : 24/m.
3
2
1
23/20/18
ttS/menit dan transfusi. d) Kolaborasi dalam pemberian terapi: Ranitidin 1 Apl/8jam. 1 Kolf (darah PRC).
b) frekuansi muntah 2 kali sehari A: Mual muntah teratasi Sebagian dengan mual muntah ± 2 kali. P: pertahankan intervensi - Mengukur TTV - Memberikan cairan IVRL 20 tts/menit - Kolaborasi dalam pemberian obat (Ranitidin 1 Apl/8 jm).
a) Mengkaji penyebab keletihan ) Kaji skala kemampuan beraktivitas dan skala kekuatan otot. c) Mengajarkan Klien untuk mobilisasi secara bertahap. d) Mengajarkan keluarga Klien untuk memotivasi Klien beraktivitas. e) Menganjurkan untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat, dengan makanan yang tinggi protein dan vitamin.
S: a) Klien mengatakan masih takut saat bergerak karena nyeri terasa bila bergerak pada luka post op. O: a) Klien berusaha untuk duduk. b) Klien meringis saat bergerak. A: keletihan teratasi Sebagian dengan Klien mau berusaha untuk duduk. P: Lanjutkan intervendi - Mengajarkan Klien untuk memobilisasi secara bertahap. - Mengajarkan keluarga untuk memotivasi Klien untuk beraktivitas. - Menganjurkan nutrisi yang adekuat.
a) Mengkaji penyebab nyeri. ) Mengukur TTV:
S: Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang O: - Klien masih meringis
32
3
TD : 120/80 mmHg N : 75/m S : 37oC R : 20/m c) Mengevaluasi tehnik relaksasi (nafas dalam). d) Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler). e) Mengkaji skala nyeri, skala nyeri 5. f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ketorolac 1 Apl/12 jam.
saat mengubah posisinya - skala nyeri 5. A: Nyeri teratasi sebagian dengan klien mengatakan nyeri sedikit berkurang P: Lanjutkan intervensi a) Mengkaji penyebab nyeri. b) Mengukur TTV. c) Mengevaluasi tehnik relaksasi. d) Mengatur posisi yang nyaman (semifowler) e) Mengkaji skala nyeri. f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, keterolac 1 Apl/12 jam.
a) Mengkaji penyebab keletihan. ) Kaji skala kemampuan beraktivitas dan skala kekuatan otot. c) MengajarKlien untuk mobilisasi secara bertahap. d) Mengejarkan keluarga untuk memotivasi Klien beraktivitas. e) Mengajarkan Klien untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat.
S: Klien mengatakan mulai terbiasa untuk bergerak karena nyeri sudah berkurang. O: - Klien sudah bisa duduk tanpa dibantu keluarga. -Klien aktif. A: keletihan teratasi dengan klien dapat duduk tanpa dibantu kelurga. P: Pertahankan Intervensi a) Mengkaji penyebab intoleransi aktivitas. b) Kaji kemampuan beraktivitas dan kekuatan otot. c) Mengajarkan Klien untuk mobilisasi
33
3
1
24/10/18
a) Mengkaji penyebab nyeri. ) Mengukur TTV: TD: 110/80 mmHg N : 70/m S : 36,5OC R : 20/m c) Mengevaluasi tehnik relaksasi (nafas dalam). d) Mengatur posisi yang nyaman (semo fowler). e) Mengkaji skala nyeri, 3 (ringan). f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, katerolac 1 Apl/12 jam.
34
secara bertahap. d) Mengajarkan keluarga untuk memotivasi Klien. e) Mengajarkan Klien untuk memperhatikan nutrisi yang adekuat S: Klien nengatakan nyeri berkurang. O: Skala nyeri 3 (ringan). A: Nyeri teratasi dengan klien tampak tenang skala nyeri berkurang. P: Pertahankan intervensi a) Mengukur TTV. b) Mengatur posisi yang nyaman. c) Mengkaji skala nyeri. d) Kolaborasi dalan pemberian analgetik, karerolac 1 Apl/12 jam.
BAB IV PEMBAHASAN
Kista Ovarium dapat di definisikan sebagai bentuk tumor yang terjadi di ovarium wanita. Dan apabila di lihat dari sifat tumor tersebut terdapat dua jenis yaitu yang bersifat neoplastik dan nonn neoplastik. Penyebab pasti kista ovarium ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun ada salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko yaitu: Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan payudara. Selain itu juga faktor lingkungan (polutan zat radio aktif), gaya hidup yang tidak sehat. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina. Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor. Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti : Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit. Nyeri selama hubungan seksual. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh lainnya sudah terkena. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi. Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asietas. Pada kasus Ny.F dengan post op tumor jinak (kista) ovarium di Ruang Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek telah dilakukan pengkajian sesuai dengan teori. Mulai dari anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Dalam penegakan diagnosa sudah sesuai dengan data subyektif dan obyektif yang didapat dari pengkajian. Diagnosa yang muncul juga sesuai dengan teori yaitu Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi, Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan muntah, Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyekit kronis).
35
Pada rencana keperawatan yang disusun sudah sesuai dengan teori yang mencakup observasi, nursing treatment , edukasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Salah satu edukasi yg diberikan pada klien dan keluarga adalah tentang dukungan keluarga untuk memotivasi agar rutin beraktifitas, dikarnakan klien dengan kista ovarium jelas akan berdampak pada fungsi organ reproduksi sehingga akan mempengaruhi kesuburan, hal ini jelas menimbulkan stress pada keluarga terutama pada klien, hal ini sejalan dengan penelitian Triyanto E.(2010) bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan mekanisme koping istri yang menderita kista overium di purwokerto dan didapatkan hasil dari 24 istri penderita kista ovarium mendapat dukungan suami yang cukup, 23 diantaranya mampu melakukan mekanisme koping yang adaptif dan hanya 1 yang tidak melakukan mekanisme koping yang mal adaptif . Implementasi dan Evaluasi keperawatan sudah sesuai dengan teori, terdapat diagnosa yang sudah teratasi dengan presentasi 80% yaitu Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi, Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual dan muntah, Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (penyekit kronis).
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan a. Secara garis besar Perawat mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada ibu dengan kista ovarium dan yang diberikan kepada pasien sudah sesui dengan teori dan kebutuhan pasien. b. Secara
garis
besar
perawat
mampu
menegakkan
diagnosa
keperawatan pada ibu dengan kista ovarium sesuai dengan pengkajian data subyektif dan obyektif. c. Secara garis besar Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan yang akan dilakukan sudah sesuai dengan asuhan keperawtan pada ibu dengan kista ovarium. d. Secara garis besar Perawat sudah mampu melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan pada ibu dengan kista ovarium. e. Secara garis besar Perawat mampu melakukan evaluasi dan melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada ibu dengan kista ovarium.
B. Saran a. Untuk tenaga kesehatan Dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan kista ovarium tenaga kesehatan
dalam hal ini perawat harus bias
membina BHSP (bina hubungan saling percaya) dengan pasien, sehingga pasien akan merasa nyaman dan akan membuka diri tentang keluhan-keluhan dan juga permasalahan yang sedang di hadapi
selain
tentang
penyakitnya.
Sehingga
kita
dapat
mendapatkan data dan juga diagnose keperawatan yang benar benar FALID dan UP TO DATE.
37