INOKULASI VIRUS PADA PADA TELUR AYAM AYAM BEREMBRIO
Oleh : Nama NIM Kelompok Rombongan Asisten
: Annisa Aulia : B1J013003 :2 : IV : li Nu!"anah
#A$ORAN $RAK%IKM VIRO#O&I
K'M'N%'RIAN $'N(I(IKAN (AN K'B(A)AAN NIV'R*I%A* J'N('RA# *O'(IRMAN +AK#%A* BIO#O&I $R,OK'R%O 201-
I. $'N(A/#AN A. #ata! Belakang Virus adalah parasit intraselular, berukuran sangat kecil yang dapat menginfeksi sel organisme hidup. Ukuran virus sangat bervariasi, namun ukuran virus jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan bakteri. Virus hanya dapat dilihat dibawah mikroskop elektron dan tidak dapat dilihat dengan mikroskrop cahaya biasa, kecuali pox virus (Radji, !"!#. $wal tahun penelitian virus, menggunakan binatang atau hewan percobaan harus dilakukan untuk dapat mengenal virus dan hasil%hasil yang kuantitatif serta cepat, sering sulit diperoleh. &aat ini, banyak virus telah dapat dibiakan dalam biakan jaringan atau dalam telur berembrio dengan keadaan lingkungan yang dapat dikendalikan secara ketat. 'alaupun demikian pertumbuhan virus pada hewan percobaan masih tetap digunakan untuk isolasi primer virus tertentu dan untuk penelitian patogenesis virus. Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter !%!! nm. )enom virus hanya mengandung satu macam asam nukleat yaitu R*$+*$. $sam nukleat virus terbungkus dalam suatu kulit protein yang dapat dikelilingi oleh selaput yang mengandung lemak. &eluruh unit infektif disebut virion. Virus hanya bereplikasi dalam sel hidup. Replikasinya dapat intranuklear atau intrasitoplasmik (-awet, "//0#. Virus tidak dapat melakukan sintesis sendiri komponen genetik dan struktural sel virus karena sangat tergantung pada perangkat replikasi selnya. 1roses replikasi virus menggunakan komponen makromolekular dan energi sel hospes sehingga mengganggu fungsi sel hospes yang mengakibatkan kerusakan sel hospes dan penyakit infeksi. 2fek sitopatogenik merupakan salah satu kelainan sel hospes yang disebabkan oleh terjadinya replikasi virus. 2fek patogenis yaitu perubahan bentuk sel dan pelepasan dari sel%sel yang berdekatan atau dari tempat perkembangbiakannya. 1aramyxovirus menyebabkan terbentuknya sel berinti banyak yang sangat besar ( giant cell # yang disebut sinsitium. &insitium dapat terdiri dari 3% "!! nukleus dalam sitoplasma (Radji, !"!#. 4elur ayam berembrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan secara luas untuk isolasi. 2mbrio dan membran pendukungnya menyediakan keragaman tipe sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda. 5embran kulit telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang. 5embran membatasi seluruh permukaan dalam telur dan membentuk rongga udara pada sisi tumpul telur. 5embran kulit telur bersama dengan ca ngkan telur membantu
mempertahankan intregitas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas kedalam dan keluar telur. istribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan 6$5 yang sangat vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio (&enne, "/7/#.
B. %u"uan 4ujuan praktikum inokulasi virus pada telur berembrio adala h untuk memberikan pemahaman tentang macam%macam inokulasi virus, mengetahui bagaimana cara menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, dan mengetahui ciri%ciri embrio ayam yang terinfeksi Newcastle disease virus (*V#.
II.
MA%'RI (AN M'%O(' A. Mate!i
$lat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah senter, pensil, tissue, jarum pentul, cawan petri, pinset, baki, dan spuit injeksi, 8ahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah buah telur ayam yang berumur /%" hari, serum *V, dan alkohol 9!:. B. Metode
". 4elur ayam umur /%" hari sebanyak butir disiapkan. . 4elur diteropong untuk menentukan batas antara kantung udara dengan letak kepala embrio, kemudian diberi tanda dengan pensil. . Tissue yang sebelumnya telah diolesi alkohol dioleskan pada daerah kantung udara. 3. 4elur ditusuk terlebih dahulu dengan jarum pentul. ;. &erum diinokulasikan ke dalam ruang korioalantois (melewati batas kantung udara# dengan cara menusuk telur dengan spuit injeksi < inci dengan sudut 3; o6 dan diinjeksikan sebanyak !," cc, !, cc dan !, cc. 0. 8agian yang berlubang ditutup dengan lilin. 9. 4elur diinkubasi suhu /o6 selama 3 hari. 7. 4elur diamati pada hari ke%3 dan dibandingkan dengan telur yang tidak diinokulasikan virus.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
%abel 1. /asil pengamatan penga!uh inokulasi disease Virus N(V paa telu! aam be!emb!io Kelomp
Volume
ok
4i!us 55
1 2 3 7 8.
0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3
$e!ubahan 6a!na hi"au paa kaki -
#esi paa emb!io +++ ++ +++ +++
Newcastle
#esi paa otot an bulu -
Kete!angan : Negatif (-)
= Tidak Nampak
Positif (+)
= Terbentuk lesi atau memar pada embrio
(+)
= da ge!ala
(++)
= "edang
(+++)
= #an$ak
Gamba !. Embio A"am Ko#tol
Gamba $. Embio A"am "a#% di I#&e'si NDV de#%a# Vol(me )*! ++
B. Pemba,asa#
Newcastle disease Virus (*V# merupakan salah satu penyakit infeksi yang penting untuk dikaji dalam peternakan. Newcastle disease virus juga dikenal dengan nama sampar ayam atau tetelo. eteksi yang cepat dan identifikasi dari virus ini merupakan tahap yang paling efektif untuk mengontrol pertumbuhan penyakit ini (&mietanka et al., !!0#. Newcastle Disease Virus merupakan anggota pertama dari genus 1aramyxovirus (15V# yang diisolasi dari unggas pada tahun "/0. Newcastle Disease Virus biasanya berbentuk bola dengan diameter "!!=!! nm. )enome dari *V adalah suatu rantai tunggal R*$. *V mempunyai amplop yang mengandung dua protein yaitu protein hemaglutinin neuraminidase (>*# dan protein peleburan. ?edua protein ini bersifat penting dalam menentukan keganasan dan infektivitas virus. 1rotein >* melaksanakan dua fungsi, yaitu hemaglutinin mengikat selaput sel inang dan bagian neuraminidase dilibatkan di dalam pelepasan virus dari selaput sel inang. 1rotein peleburan digunakan untuk peleburan amplop virus kepada selaput sel inang, sehingga genom dari virus dapat masuk sel. Untuk melaksanakan fungsi ini, protein peleburan perlu dibelah oleh suatu protease sel inang (@uan et al., !""#. ?lasifikasi dari Newcastle disease virus dalam $di et al. (!!7# adalah sebagai berikutA )roup A )roup V ( (%# ssR*$# Brder
A 5ononegavirales
Camily A 1aramyxoviridae )enus A $vulavirus &pecies A Newcastle disease virus *V menyerang alat pernapasan, susunan jaringan syaraf, serta alat%alat reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta menular pada banyak spesies unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah# dan sangat patogen. *V dibagi dua tipe yakni tipe $merika dan tipe $sia. 1embagian ini berdasarkan keganasannya dimana tipe $sia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujan atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit mudah masuk ($di et al., !!7#. $yam yang pernah terinfeksi Newcastle Disease Virus (*V# dan tidak mengalami kematian akan memiliki kekebalan selama 0%" bulan terhadap *V. emikian juga dengan kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi. &ifat spesifik *V antara lain mempunyai kemampuan untuk mengaglutinasi dan
melisikan eritrosit ayam. &elain eritrosit ayam, *V juga mampu mengaglutinasi eritrosit mamalia dan unggas lain serta reptilia. Newcastle Disease Virus bila dipanaskan pada suhu ;0 D6 akan kehilangan kemampuan untuk mengaglutinasi eritrosit ayam, karena protein hemaglutininnya rusak. &elain itu juga akan merusak infektivitas dan imunogenesitas virus ($lexander, "/7/#. &umber infeksi untuk *V dapat berasal dari unggas yang terinfeksi atau pakan dan air yang terkontaminasi, sebagian besar transmisi virus *V melalui aerosol. 4inja dan telur yang terkena penyakit klinis, dan semua bagian dari bangkai selama infeksi akut dan pada saat kematian juga dapat bertindak sebagai sumber infeksi. $yam yang terinfeksi virulen *V mungkin mati tanpa menunjukkan tanda%tanda penyakit klinis, meskipun ayam muda lebih rentan dan menunjukkan tanda lebih cepat dari yang lebih tua. &ebagian besar penyebaran * mungkin dapat melalui agen manusia ($nebo et al., !"3#. 1atogenesis dan imunitas *V adalah pada mulanya virus bereplikasi pada epitel mukosa dari pembuluhan pernapasan bagian atas dan pembuluhan pencernaan, segera setelah terinfeksi virus menyebar lewat aliran darah ke ginjal dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan viremia sekunder, inilah yang menyebabkan viremia sekunder menimbulkan infeksi pada organ sasaran yaitu paru%paru, usus, dan system saraf pusat. ?esulitan bernafas dan sesak napas timbul akibat penyumbatan paru%paru dan kerusakan pada pusat pernapasan di otak. 1erubahan pasca mati meliputi perdarahan echomose pada laryngs, trakea, oesofagus, dan di sepanjang usus. Eesi histologi yang paling menonjol adalah nekrosis terpusat pada mukosa usus dan jaringan limfe dan perubahan hyperemia di sebagian besar organ termasuk otak ($lexander, "/7/#. 5enurut Fuckerman et al., (!!!# pengujian yang dilakukan terhadap adanya penularan virus dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaituA a. 1embiakan virus dengan hewan percobaan ( In vivo# 1embiakan virus dengan hewan percobaan digunakan untuk isolasi primer virus tertentu, untuk penelitian patogenesis virus dan onkogenesis virus. -enis hewan percobaan, umur, jenis kelamin, serta cara penyuntikannya berbeda%beda tergantung jenis virus. Virus yang sering diteliti secara in vivo pada binatang percobaan antara lain virus polio, virus rabies dan virus dengue. b. 1embiakan virus pada kultur jaringan ( In vitro# 8iakan sel yang dapat digunakan untuk membiakan virus secara in vitro adalah biakan primer dan biakan sel yang dapat hidup terus menerus. 8iakan sel
primer adalah biakan yang diambil dalam keadaan segar dari binatang. 8iakan yang berasal dari embrio ayam akan menghasilkan sel jenis fibroblast. c. 1embiakan virus dalam telur berembrio ( In ovo# 4elur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang tumbuh didalamnya tidak membentuk at anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. 6ara pembiakan virus pada telur berembrio adalah sebagai berikutA ". 5enyuntikan virus pada lapisan luar selaput korioalantois telur berembrio "! hari. 6ara penanaman ini berguna untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan dermatotropik seperti virus variola, virus vaccinia dan virus herpes. . 5enyuntikan virus ke dalam ruang amnion telur berembrio yang berumur "!%"; hari. 6ara ini terutama untuk isolasi virus influena dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru%paru embrio yang sedang berkembang. . 5enyuntikan virus pada kantung kuning telur berembrio /%" hari. 4eknik penanaman ini menggunakan penyuntikan langsung melalui lubang kecil pada kulit telur ke dalam kantung kuning telur ($di et al., !!7#. 4elur ayam berembrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan secara luas untuk isolasi. 2mbrio dan membran pendukungnya menyediakan keragaman tipe sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda. 5embran kulit telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang. 5embran membatasi seluruh permukaan dalam telur dan membentuk rongga udara pada sisi tumpul telur. 5embran kulit telur bersama dengan ca ngkang telur membantu mempertahankan intregitas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas kedalam dan keluar telur. istribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan 6$5 yang sangat vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio ($di et al., !!7#. Caktor%faktor yang menentukan keberhasilan inokulasi pada embrio ayam menurut ('illiamson et al., "/;# adalah sebagai berikutA ". Rute Gnokulasi Gnokulasi pada embrio dimana virus akan segera mendapatkan tempat untuk menginfeksi organ. >asil paling baik adalah ketika embrio mengalami abnormal organ sejak 3 jam setelah inokulasi. . &train virus
&train virus menentukan efek infeksi pada masing%masing embrio yang diinokulasikan virus. &train yang paling virulen merupakan strain yang paling baik untuk digunakan pada uji in ovo karena mudah terlihat gejalanya. . 4iter Virus 8anyaknya titer virus yang diinokulasikan merupakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan inokulasi dan akan menyebabkan efek infeksi yang terlihat jelas pada embrio yang diujikan dengan kontrolnya. 3. 4ahapan perkembangan embrio 1erkembangan embrio yang sudah mengalami tahap dewasa akan lebih resisten terhadap virus karena sudah dibekali sistem imun pada tubuhnya, sebaliknya embrio dengan umur yang lebih muda akan lebih rentan terkena virus karena sistem imunnya belum berkembang. 1raktikum ini menggunakan telur yang diberi perlakuan berbeda. $da telur kontrol dan telur uji, telur uji diinokulasikan dengan serum *V sebanyak !," cc, !, cc dan !, cc. 8erdasarkan hasil praktikum yang diperoleh oleh kelompok "%0, embrio ayam tidak ada yang mengalami perubahan warna kehijauan pada kaki dan lesi pada otot dan bulu, sedangkan lesi pada emrio dijumpai pada embrio ayam kelompok yang diinokulasi serum *V !," cc, kelompok 3 yang diinokulasikan *V !, cc, kelompok ; dan kelompok 0 yang diinokulasi serum *V !, cc. >asil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar embrio mengalami lesi pada embrio, namun tidak mengalami perubaha warna kehijauan pada kaki dan lesis pada otot dan bulu setelah diinokulasi serum *V. >al ini kurang sesuai dengan pernyataan ?aleta dan *eumann ("/9;#, embrio yang diinokulasikan *V akan mengalami reduksi pada organ%organ tertentu misalnya hati, trakhea, serta pembuluh darah. 5enurut &mietanka et al. (!!0#, *V yang disuntikkan ke dalam embrio ayam akan bermigrasi ke dalam berbagai organ yang baru terbentuk dan merusak organ tersebut, misalnya rusaknya organ hati, paru%paru, ginjal dan usus pada embrio ayam. >al ini tergantung virulensi masing%masing strain virus ini. &edangkan menurut 8eard H >anson ("/73#, ciri%ciri embrio ayam yang terinfeksi *V berupa kematian embrio, lesi pada embrio berupa kekerdilan, hemoragi cutaneus, pembesaran hati dan lien, perkembangan otot dan buku yang abnormal, pembentukan lesi pada 6$5, perubahan warna kehijauan pada kaki. 1erubahan mikroskopis yang terjadi berupa hiperemi, edema, hemorrhagi, trombosis, dan nekrosis pembuluh darah. >iperplasia sel%sel reticulohistiositik dan nekrosis multifokal pada hati.
Brgan dari embrio ayam yang diduga digunakan sebagai tempat replikasi virus antara lain kulit, paru%paru, usus, hati, ginjal dan jantung. Eesi mikroskopis yang diakibatkan oleh virus * isolat &alatiga berupa kongesti dan hemoragi pada paru%paru, kongesti pada usus, ginjal, hati, jantung juga kongesti kulit yang disertai radang. Eesi tersebut berbeda dengan lesi mikroskopis yang diakibatkan oleh virus * strain lentogenik dalam hal ini virus * Ea &ota berupa kongesti pada paru%paru, kulit, ginjal dan jantung. 2mbrio ayam yang tidak diinfeksi oleh virus * (kontrol negatif# terlihat normal. Brgan%organ dari embrio tersebut secara mikroskopis terlihat tidak mengalami perubahan (1utra et al., !"#.
IV.
K'*IM$#AN (AN *ARAN A. Kesimpulan
#erdasarkan %asil praktikum dan pemba%asan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut & ". Gnokulasi Newcastle Disease Virus yang mendapatkan hasil positif adalah pada perlakuan inokulasi !," cc, !, cc dan !, cc, yang ditandai dengan adanya lesi pada embrio (kekerdilan#. . $da tiga cara perkembangbiakan virus yaitu dengan hewan percobaan ( in vivo#, cara kultur jaringan (in vitro# dan telur bertunas (in ovo#. . 6ara pembiakan virus pada telur berembrio dapat melalui penyuntikan pada lapisan luar selaput korioalantois, ruang amnion dan kantung kuning telur.
B. *a!an &aran untuk praktikum ini adalah sebaiknya telur yang dipakai untuk praktikum umurnya sama dan berasal dari induk yang sama yaitu dengan cara memesan terlebih dahulu dua minggu sebelumnya ke peternak atau warga yang memelihara ayam. &ebaiknya juga adanya embrio telur ayam yang sehat sebagai kontrol agar dapat dengan dibandingkan dan dilihat perbedaannya dengan embrio yang terinveksi *V.
(A+%AR R'+'R'N*I di, ', staa', etut', dan *asunobu ' 200' eteksi .irus Pen$akit Tetelo /solat apangan dengan etode Nested eerse Transriptase- Pol$merase 4%ain eation' Jurnal Veteriner , 5 (3) & 12-136' le7ander, ' 8' 155' Neastle isease' alam & Pur%ase, 9' :', rp, ' 9', omermut%, 4' 9', Pearson, 8' ;' (eds)' aborator$ anual for t%e /solation and /denti<ation of ian Pat%ogens' endall9unt Publis%ing 4ompan$, /oa' 9al'& 116121' nebo, >' :', Teklemi%ael, ' #ela%e#a%a, 9abte, T', and 9unde, ' 2016' ;aluation of t%e neastle disease antibod$ leel after aination regimes in %ikens in ebre?eit griultural esear% 4enter, ;t%iopia' Journal of Veterinary Medicine and Animal Health, @(1) & A-12' #eard, 4'B' and 9anson' 156. Newcastle Disease in Disease of Poultry, 8th ed' /oa "tate Cniersit$ Press, rmes /oa' C"' 8aet?, ;' 155@' Mikrobioloi !linik ' Penerbit #uku edokteran ;:4' 8akarta' Putra, 9' 9', Biboo, ' 9', Cntari, T' dan urniasi%' 2012' "tudi esi akroskopi dan ikroskopis ;mbrio $am $ang iinfeksi .irus Newcastle Disease /solat apang $ang .irulen' Jurnal "ain Veteriner , (30)1 & DA-@A' ad!i, ', 2010' #munoloi dan Viroloi' PT /s< Penerbitan' 8akarta' "enne, ' ' 155' .irus Propagation in ;mbr$onating ;ggs' alam & Pur%ase, 9' :', rp, ' 9', omermut%, 4' 9', Pearson, 8' ;' (eds)' aborator$ anual for t%e /solation and /denti<ation of ian Pat%ogens' endall9unt Publis%ing 4ompan$, /oa' 9al& 1A@-11' "mietanka, ', inta, >' dan #li%ar?, ' ' 200@' etetion of Neastle isease .irus in /nfeted 4%iken ;mbr$os and 4%iken Tissues b$ T-P4' $ull Vet #nst Pulawy, D0 & 3-A' Billiamson, ' P', #lattner, ' 8' dan obertson, :' :' 15D3' Eators /nFuening t%e Prodution of eelopmental efets in t%e 4%ik ;mbr$o Eolloing /nfetion it% Neastle isease .irus' %he Journal of #mmunoloy, A1& 20A-213' *uan9 P', "anson, ' ', eser, :' P', Paterson, ' :', amb, ' ', and 8ardet?k$, T' "' 2011' "truture of t%e Neastle isease .irus 9emagglutinin-neuraminidase (9N) ;todomain eeals a Eour-%eli7 #undle "talk' PNA", 3@ (10) & 12-1@'
>ukerman, ' 8', #anatala, 8' ;', dan Pattison, 8' ' 2000' Princi&les and Practice of 'linical Viroloy ' 8o%n Bile$ and "ons' Ne *ork'