YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA Alamat: Jln. Karnal Victory, Sorong-Papua Barat Barat
“
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI ”
JUBAIDA SUNETH JAIMAH MACAP
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh ligkungannya . Selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Pernyataan seperi “saya kuat seperti seekor kerbau” atau “tidak pernah satu haripun saya sakit dalam hidup saya” menunjukkan bahwa pemikiran orang tersebut tentang kesehatan adalah positif. Pemikiran seperti ini penting untuk persepsi diri seseorang. Persepsi diri yang negatif misalnya saja ditunjukkan dengan pernyataan seperti “saya tidak akan pernah sembuh”. Perawatan dirumah sakit, penyakit, pembedahan, perpisahan dari keluarga, dan faktor lainnya dapat juga mempengaruhi konsep diri. Misalnya, amputasi anggota gerak atau payudara dapat mengakibatkan perubahan citra tubuh. Adaptasi terhadap kejadian diatas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh kedalam konsep fisik diri, yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan untuk memberikan dukungan finansial, oleh karenanya juga mempengaruhi nilai diri dan peran didalam keluarga. Perubahan ini dapat menganggu konsep diri.
B. Tujuan
1.
Mampu mengetahui pengertian dari konsep diri.
2.
Agar mampu mengidentifikasi dan menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan, mengimplementasikan tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan memahami konsep diri yang berbeda dari tiap individu serta memberikan pendidikan kesehatan.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur hidup manusia termasuk biologis, psikologis dan sosial (Kusumawati dan Hartono, 2010). Lajut usia suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapa saja (Nugroho, 2008). Menurut Pujiastuti dan Budiono (2003) seseorang yang telah berumur lebih dari 60 tahun. Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang merupakan proses alamiah yang tidak dapat dihindari (Maryam, 2002) Lanjut usia terdiri dari beberapa penggelompokan umur diantaranya sebagai berikut : 1.
Usia pertengahan Middle age 45-59 tahun,
2.
lansia 60-74 tahun (elderly),
3.
lansia tua 75-90 tahun (old),
4.
usia sangat tua (very old).
Lanjut usia dalam kehidupannya sehari-hari akan banyak mengalami kemunduran dan perubahan-Perubahan. Meliputi perubahan fisik, psikologis, perubahan mental, kognitif dan perubahan spiritualdan ekonomi Masalah fisik yang ditemukan pada lansia adalah: Mudah jatuh dan mudah lelah. Kekacauan mental akut, nyeri dada, berdebar-debar, sesak nafas, pembengkakan, sulit tidur, pusing, dan perubahan-perubahan pada mental atau psikososial sehingga akan mempengarui konsep diri ( Nugroho, 2008).
Konsep diri merupakan gambaran tentang diri kita, tentang apa yang kita pikirkan dan kita rasakan dan merupakan kumpulan dari berbagai pengalaman dan utamanya dalam hubungan dengan orang lain interactional with other (Tasmara, 2006). Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005). Konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu gambaran diri (body image)/citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, dan id entitas diri. 1. Gambaran Diri (body image) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dikombinasi dengan pengalaman baru pada setiap individu (Stuart & sundeen, 1998). Gambaran diri atau citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dari perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu (Tarwoto dan wartonah, 2003). 2. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan/disukanya atau sejumlah aspirasi, tujuan, dan nilai yang ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2005). Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
standar perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi (Tarwoto dan wartonah, 2003). 3. Harga Diri Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Suliswati, 2005). Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dan dihormati oleh orang lain. Serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat, 2012).
4. Peran diri Peran adalah serangkaian pola perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti (Suliswati, 2005). Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto dan wartonah, 2003). Menurut Stuart & Sundeen (1998) penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan, konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan perannya, kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya, serta pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan. 5. Identitas Diri Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain (Hidayat, 2012). Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan dan peran (Suliswati, 2005). Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri (Tarwoto dan wartonah, 2003).
Faktor-faktor
yang
memengaruhi
konsep
diri
adalah
tingkat
perkembangan dan kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stressor, usia, keadaan sakit, dan trauma (Tarwoto dan wartonah, 2003). Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto dan wartonah (2003) adalah: 1. Citra tubuh yang positif dan akurat kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu. 2. Ideal dan realistis Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang ingin dicapai. 3. Konsep diri yang positiif Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam kehidupannya sehari-hari. 4. Harga diri tinggi Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan. 5. Kepuasan penampilan peran Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan serta dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen. 6. Identitas jelas Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
Karakteristik konsep diri rendah antara lain, menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu, tidak mau berkaca, menghindari diskusi tentang topic dirinya, menolak usaha rehabilitasi, melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat, mengingkari perubahan pada dirinya, peningkatan ketergantungan pada yang lain, tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, dan menangis, menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya, tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan terlarang dan alcohol, menghindari kontak sosial, kurang bertanggung jawab (Tarwoto dan wartonah, 2003). Respon psikologis terhadap stress dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian. Ada empat
tingkatan cemas yaitu, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, hingga panik (Tarwoto dan wartonah, 2003). 1.
Cemas Ringan Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini, lahan persepsi melebar dan akan berhati-hati dan waspada, tetapi individu masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang ditemui pada kecemasan tingkat ringan ini adalah sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapangan persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi (Tarwoto dan wartonah, 2003).
2.
Cemas Sedang Kecemasan tingkat sedang pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Ditandai dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit seperti penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang, tidak mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, tidak mampu bersikap rileks, banyak bicara disertai suara yang keras dan lebih cepat (Tarwoto dan wartonah, 2003).
3.
Cemas Berat Kecemasan tingkat berat biasanya seseorang akan mengalami lapangan persepsi yang menyempit. Seorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukan
untuk
mengurangi
ketegangan.
Orang
tersebut
memerlukan banyak bimbingan untuk memperhatikan keadaannya. Ditandai dengan napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, tidak mampu menyelesaikan masalah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentaksentak atau meremas tangan, kecewa, tidak berdaya, bicara cepat, bloking, perasaan tidak nyaman (Tarwoto dan wartonah, 2003) 4.
Panik Kecemasan tingkat panik pada tahap ini lahan persepsi sudah terganggu, sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan dan tuntunan ditandai dengan napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit kepala, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, lapangan persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak dan bloking, kehilangan kendali kontrol diri, persepsi kacau (Tarwoto dan wartonah, 200 3)
B. Kasus
Tn. C 76 tahun terlihat duduk sendiri di ruang tamu rumahnya, istrinya Ny. K bulan lalu meninggal dunia karena sakit, rumah Tn. C tampak gelap berantakan dan kotor, Tn. C terlihat menggunakan sarung dan baju yang tidak rapih serta tercium bau yang tidak sedap jika duduk berdekatan dengan Tn. C. Sejak istrinya meninggal dunia Tn. C selalu sendirian ketika siang hari karena anaknya yang tinggal bersama sibuk bekerja. Terkadang cucunya yang tinggal berbeda rumah datang mengantar makanan, Tn. C merasakan kesepian dan malas melakukan aktivitas. C. Pengkajian
Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi prilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri pasien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah, keracunan identitas, dan depersonalisasi 1.
Faktor predisposisi a.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku
berhubungan
dengan
harga
diri
merupakan
meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realitis, kegagalan yang
berulang,
kurang
mempunyai
tanggung
jawab
personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. b.
Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran gender , tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
c.
Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
personal
meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial. 2.
Stresor Pencetus Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.
a.
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b.
Ketegangan peran berhubungan dengan peran/posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran : 1)
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupa individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2)
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran/kematian.
3)
Transisi peran sehat /sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh:
Kehilangan bagian tubuh
Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh
Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Prosedur medis dan keperawatan.
D. Analisa Data NO
1
DATA
Data subjekti: -
ETIOLOGI
Defisit
Penurunan
Klien mengatakan merasakan kesepian dan perawatan malas melakukan aktivitas.
-
PROBLEM
Cucu klien mengatakan istri Tn.
motivasi
diri C, Ny. K
bulan lalu meninggal dunia karena sakit Data objektif: - Rumah Tn. C tampak gelap berantakan dan kotor - Tn. C terlihat menggunakan sarung dan baju yang tidak rapih serta tercium bau yang tidak sedap jika duduk berdekatan dengan Tn. C 2
Data subjektif:
Harga diri
- Cucu klien mengatakan istri Tn. C, Ny. K rendah bulan lalu meninggal dunia karena sakit
situasional
Kehilangan istri
- Cucu
klien
mengatakan
sejak
istrinya
meninggal dunia Ny. C selalu sendirian ketika siang
hari
karena
anaknya
yang
tinggal
bersama sibuk bekerja. - Klien mengatakan merasakan kesepian dan malas melakukan aktivitas. Data objektif: -
Tn. C terlihat duduk sendiri di ruang tamu rumahnya.
Data subjektif:
3
Hambatan
- Klien mengatakan terkadang cucunya yang interaksi
Ketiadaan orang
tinggal berbeda rumah datang mengantar sosial
terdekat
makanan, Data objektif:-
E. Diagnosa Keperawatan
F.
1.
Defisit perawatan diri b.d Penurunan motivasi.
2.
Harga diri rendah situasional b.d Kehilangan istri.
3.
Hambatan interaksi sosial b.d Ketiadaan orang terdekat.
Intervensi-Evaluasi N
TUJUAN DAN
O
KRITERIA HASIL
1
Setelah
dilakukan
INTERVENSI
-
Pantau
IMPLEMENTASI
tingkat
-
Memantau tingkat
S: Mengungkapkan
keinginan
asuhan keperawatan
kekuatan
dan
kekuatan
dan
selama
jam
toleransi
terhadap
toleransi
terhadap
defisit
aktivitas
7x24
masalah
perawatan diri dapat
-
-
Memantau
teratasi
atau penurunan
peningkatan
Keriteria Hasil:
kemampuan untuk
penurunan
-
Mengenali
berpakaian
kemampuan untuk
kekuatan diri
melakukan
berpakaian
Mengungkapkan
perawatan rambut.
melakukan
-
keinginan
dan
untuk
mendapatkan
atau
Pantau
defisit
-
Memantau
mendapatkan
O: pasien bisa
mengenali kekuatan diri
dan
perawatan rambut -
untuk
konseling
aktivitas
Pantau peningkatan
EVALUASI
defisit
A: Masalah teratasi
P: -
-
-
konseling
sensori,
Berpartipasi
atau
dalam pembuatan
dapat
keputusan tentang
kesulitan
rencana asuhan
berpakaian
Melatih
pasien.
yang
prilaku dapat
-
kognitif,
fisik
yang
kognitif,
fisik
dapat
dalam
yang
membuat
kesulitan
pada
dalam
berpakaian
pada
pasien
Ajarkan
pasien
penggunaan
rasapercaya diri
metode
-
atau
membuat
meningkatkan
-
sensori,
-
alternatif
Mengajarkan pasien penggunaan
untuk
berpakaian
metode
dan
perawatan
untuk
berpakaian
rambut.
dan
perawatan
Rujuk pasien dan
rambut.
keluarga
pada
layanan
sosial
-
alternatif
Merujuk
pasien
dan keluarga pada
untuk mendapatkan
layanan
bantuan kesehatan
untuk mendapatkan
di
bantuan
rumah,
jika
diperlukan
kesehatandi
Dukung
rumah,jika
kemandirian dalam
diperlukan.
berpakaian/berhias,
-
sosial
Mendukung
bantu pasien hanya
kemandirian dalam
jika diperlukan.
berpakaian /berhias,bantu pasien hanya jika
-
Bantu
pasien
diperlukan.
mengenakan pakaian
-
yang
-
Membantu
pasien
mudah dilepas dan
mengenakan
dipakai
pakaian
yang
Berikan
keaman
mudah dilepas dan
dengan
dengan
dipakai.
mempertahankan lingkungan teratur
-
Memberikan
yang
keaman
dan
dengan
dengan
pencahayaan yang
mempertahankan
baik.
lingkungan teratur
yang dan
pencahayaan yang baik
2
Setelah
dilakukan
-
Tingkatkan
sikap
-
Meningkatkan
S:
Mengatakan
asuhan keperawatan
dan persepsi sadar
sikap dan persepsi
optimisme
selama
dan
sadar dan tak sadar
masa depan
7x24
jam
tak
masalah harga diri
pasien
rendah
tubuhnya.
situasional
dapat teratasi.
-
sadar terhadap
pasien
terhadap O: Pasien dapat
tubuhnya.
Bantu
pasien
-
Membantu
pasien
Kriteria Hasil:
beradaptasi dengan
beradaptasi dengan
-
Komunikasi
persepsi
persepsi
terbuka
perubahan,
Pemenuhan peran
ancaman
pribadi
mengganggu
mengganggu
bermakna
tuntutan hidup dan
tuntutan hidup dan
Penerimaan kritik
peran.
peran.
-
-
yang
dari orang lain -
-
-
kehilangan
perasaan berguna
bermakna
Mengatakan
-
tentang
atau
stresor,
perubahan,
yang
Bantu penyelesaian
Melaporkan
optimisme
ancaman
-
yang
yang
Membantu penyelesaian kehilangan
Bantu
pasien
masa
kehilangan prenatal
yang
bermakna
-
Bantu
pasien
Menggunakan
meningkatkan
strategi
penilaian
koping
efektif -
-
Membantu
pasien
meningkatkan kehilangan prenatal
pribadi
-
Membantu
pasien
tentang harga diri.
meningkatkan
Rujuk ke sumber-
penilaian
sumber masyarakat
tentang harga diri
yang sesuai.
-
pribadi
Merujuk
ke
sumber-sumber -
Minta
bantuan
masyarakat
sumber dari rumah
-
yang
sesuai
sakit
(petugas
dinas
sosial,
sumber dari rumah
perawat
spesial
sakit
(petugas
klinis, dan layanan
dinas
sosial,
keagamaan)
perawat
spesial
jika
-
Meminta
bantuan
perlu aktivitas lain.
klinis, dan layanan
Kaji
keagamaan)jika
perubahan-
melakukan komunikasi terbuka
A: Masalah teratasi
atau
meningkatkan
depan -
stresor,
tentang
P: -
perubahan terbaru pada pasien yang
perlu aktivitas lain. -
Mengkaji
dapat
perubahan-
mempengaruhi
perubahan terbaru
harga diri rendah.
pada pasien yang dapat mempengaruhi harga diri rendah.
3
Setelah
dilakukan
- Memahami dampak
-
Memahami
S:
pasien
asuhan keperawatan
prilaku diri pada
dampak prilaku
mengungkapkan
selama
interaksi sosial.
diri pada interaksi
keinginan
7x24
jam
hambatan masalah interaksi sosial dapat
sosial. - Menunjukan
-
Menunjukan
untuk
berhubungan dengan orang lain.
teratasi
perilaku yang dapat
perilaku yang dapat
Kriteria Hasil:
meningkatkan atau
meningkatkan atau
-
memperbaiki
memperbaiki
prilaku yang dapat
interaksi sosial.
interaksi sosial.
meningkatkan atau
Mendapatkan/meni
memperbaiki
Memahami dampak
prilaku
diri pada interaksi
-
Menunjukan
gkatkan
ngkatkan
interaksi sosial.
Menunjukan
keterampilan
keterampilan
A: masalah teratasi
interaksi sosial
interaksi
dapat
(misalnya,
sosial(misalnya,ke
meningkatkan
kedekatan,
dekatan,kerjasama,
atau memperbaiki
kerjasama,
sensitivitas,
interaksi sosial.
sensitivitas,
keasertifan,
Mendapatkan/me
keasertifan,
ketulusan, dan
ningkatkan
ketulusan, dan saling
saling memahami.
keterampilan
memahami).
yang
interaksi
sosial
(misalnya, kedekatan,
kerja
sama,sensitivitas, keasertifan,ketulu san,dan
-
-
pasien
sosial
prilaku
-
- Mendapatkan/menin
O:
-
Mengungkapkan
keinginan untuk
keinginan untuk
berhubungan dengan
berhubungan
orang lain.
dengan oranglain.
- Berpartisipasi dalam
-
Berpartisipasi
dan menikmati
dalam dan
memahami).
permainan yang
menikjmati
Mengungkapkan
sesuai.
permainanyang
keinginan
saling
- Mengungkapkan
untuk
berhubungan dengan
orang
sesuai. - Kaji pola dasar interaksi antara
-
Mengkaji pola dasar interaksi
P: -
-
lain.
pasien dan orang
antara pasien dan
Berpatisipasi
lain.
orang lain.
dalam
dan
menikmati permainan sesuai.
yang
- Berikan informasi
-
Memberikan
tentang sumber-
informasi tentang
sumber di komunitas
sumber-sumber di
yang akan
komunitas yang
membantu pasien
akan membantu
untuk terus
pasien untuk terus
meningkatkan
meningkatkan
interaksi sosial
interaksi sosial
setelah pemulangan.
setelah pemulangan.
- Rujuk pasien ke
-
Merujuk pasien ke
bidang disiplin lain
bidang disiplin lain
untuk mengadakan,
untuk mengadakan,
melakukan, dan
melakukan, dan
mengevaluasi
mengevaluasi
perencanaan guna
perencanaan guna
meningkatkan atau
meningkatkan
memperbaiki
ataumemperbaiki
interaksi pasien
interaksi pasien
dengan orang lain.
dengan orang lain.
- Buat interaksi
-
terjadwal - Identifikasi
terjadwal -
perubahan tertentu - Identifikasi tugas-
Membuat interaksi
Mengidentifikasi perubahan tertentu
-
Mengidentifikasi
tugas yang dapat
tugas-tugas yang
meningkatkan atau
dapat
memperbaiki
meningkatkan atau
interaksi sosial
memperbaiki interaksi sosial
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia yang merupakan proses alamiah yang tidak dapat dihindari (Maryam, 2002) Lanjut usia terdiri dari beberapa penggelompokan umur diantaranya sebagai berikut : usia pertengahan Middle age 45-59 tahun, lansia 60-74 tahun (elderly), lansia tua 75-90 tahun (old), usia sangat tua (very old).
B. Saran
1. Perawat harus menjalin hubungan yang baik dengan klien untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang dilakukan 2. Perawat harus mennggunakan komunikasi terapeutik dan respon empati 3. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat padapasien dengan gangguan konsep diri 4. Pera2at harus mendengarkan dan mendorong pasien untukmendiskusikan pikiran dan perasaan klien
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010. Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc. NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006 . Philadelphia : NANDA International.