Hubungan teori akuntansi normatif dan positif
Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif posi tif pada dasarnya merupakan me rupakan alat untuk menguji secara s ecara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Karena teori normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh sebab itu i tu dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori akuntansi positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Hubungan teori akuntansi normative dan positif dapat ditunjukkan dengan skema berikut: Dalam teori akuntansi normative, isi akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti, tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau ti dak. Metode ini disebut juganormative accounting research atau at au normative theory of accounting, a ccounting, yang berguna dalam membahas isu “true income” dan “decision usefulness”. Berbea dengan teori akuntansi normatif, teori akuntansi positif berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif dimulai dari suatu modal ilmiah, dan kemudian dirumuskan problem penelitian untuk mengamati fenomena yang nyata yang tidak ada dalam teori. Untuk selanjutnya dikembangkan teori untuk mrnjelaskan fenomena tersebut dan melakukan penelitian secara terstruktur dan peraturan yang standar dengan melakukan perumusan masalah, mas alah, penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistic ilmiah, sehingga diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak.
Prinsip teori akuntansi positif
Prinsip dari teori akuntansi positif beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi bermaksud untuk memprediksi dan menjelaskan praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan studi lanjutan dari teori akuntansi normatif karena kegagalan dari teori normatif dalam menjabarkan fenomena praktik yang terjadi secara real (nyata). Teori normatif merupakan pendapat subyektif (pribadi) sehingga tidak dapat diterima secara mentah harus dapat diuji secara empiris supaya s upaya memiliki dasar teori yang kuat. Terdapat tiga hipotesis oleh Watts dan Zimmerman, 1990 yang menjadi asumsi pada teori akuntansi positif diantaranya adalah: 1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis) Manajer perusahaan cenderung lebih menyukai metode yang dapat meningkatkan laba periode berjalan dengan bonus tertentu. Pilihan diharapkan dapat meningkatkan nilai bonus yang akan diterima tidak dapat menyesuaikan dengan metode yang dipilih. 2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Semakin tinggi rasio ekuitas atau hutang perusahaan maka makin besar para manajer untuk memilih metode akuntansi yang data efektif untuk menaikkan laba. Semakin tinggi rasio hutang dan ekuitas akan mendekatkan perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan kredit dan makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. 3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis) Hipotesis ini didasari asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan kondisi laba akuntansi apakah betul- betul menunjukkan monopoli laba. Selain itu, mahalnya bagi individu untuk melaksanakan kontrak dengan berbagai pihak dalam proses politik untuk menegakkan regulasi dan aturan hukum, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Pada umumnya individu yang rasional tidak mengetahui informasi yang lengkap tentang proses politik dan proses pasar. Dengan dasar cost informasi dan cost monitoring, manajer mempunyai insentif untuk memiliki laba pada periode akuntansi dalam proses politik tersebut.
Teori Normatif
Teori normatif didasarkan atas upaya pembenaran tentang apa yang seharusnya dipraktekkan. Teori normatif disebut juga Teori Apriori (bersifat deduktif) karena bukan hasil dari penelitian empiris. Hal ini disebabkan oleh pengalaman praktek langsung yang telah dilakukan misalnya pernyataan tentang laporan keuangan yang seharusnya didasarkan pada metode pengukuran tertentu atau dihasilkan melalui kegiatan “semi – research”. Teori normatif diketahui lebih berkonsentrasi pada : 1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income) Teori ini lebih berkonsentrasi pada pengukuran tunggal yang benar untuk aktiva dan laba. 2. Pengambilan keputusan (decision usefulness) Teori ini menganggap bahwa tujuan dasar akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanfaat. Di beberapa kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi tentang laba dan kemakmuran atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Konsep tersebut didasarkan pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau dari nilai pasar dari aktiva. Teori normatif ini didasarkan pada anggapan bahwa:
Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran.
Laba dan nilai dapat diukur secara tepat.
Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi).
Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Pada praktiknya teori normatif adalah pendapat subyektif (pribadi) maka sulit untuk diterima begitu saja karena harus dapat diuji secara empiris supaya dapat dikatakan sistem akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal.
Menurut Godfrey, dalam mengaitkan antara teori dengan kenyataan , dikenal tiga jenis hubungan, yaitu : 1. Syntactic Teori dirumuskan dengan garis logis. Hubungan itu dirumuskan dalam bentuk aturan seperti aturan bahasa, aturan matematik, dan lain sebagainya. 2. Semantic Teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke objek nyata.hubungan ini dituangkan dalam bentuk aturan yang sesuai atau definisi operasional. Semantic men yangkut hubungan kata, tanda, atau symbol dari kenyataan sehingga teori itu lebih mudah dipahami, realistic, dan berarti. 3. Pragmatic Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Disini pragmatis itu berkaitan dengan pengaruh kata-kata, symbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki kemampuan mempengaruhi perilaku manusia.
Tingkatan Teori Akuntansi : 1.
2.
3.
Teori Sintaktis (teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi) Teori yang mencoba menerapkan praktek akuntasi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana akuntan harus bereaksi terhadap situasi-situasi tertentu, atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu. Misal : dalam periode harga yang melambung tinggi LIFO akan cenderung menghasilkan laba yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO. Teori Semantis (teori interpretasional) Teori yang berkonsentrasi pada hubungan antara gejala(obyek atau kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukannya. Misal : Interpretasi aktiva adalah nilai tersebut menunjukkan nilai manfaat di masa yad, konsep laba, konsep nilai. Teori Pragmatik (teori perilaku/behavioral theories) Teori yang menekankan pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan, mengukur dan menilai pengaruh ekonomik, psikologis dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.