tugas bahasa indonesia: hubungan antara membaca dan menulis
Full description
HUBUNGAN ANTARA ILMU dan AGAMA Menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma....
zxcv bnnmasdfghjklqwwertyiopFull description
Semoga membantuDeskripsi lengkap
ProdukDeskripsi lengkap
dgdthfgh
Laboratorium Fisika satu Jurusan Fisika UNGFull description
makalah pknDeskripsi lengkap
Hubungan Antara Intelektual Dan Tingkah Laku
hubungan antara pariwisata dan lingkungan
Deskripsi lengkap
Full description
ADELIADeskripsi lengkap
akuntansi
Full description
Hubungan Antara Mutagenisitas dan Karsinogenisitas Karsinogenisitas
Beberapa penyelidik telah memperlihatkan hubungan antara karsinogen dengan mutagen. Contohnya, McCann dkk. (1975) melaporkan penelitian mereka mengenai mutagenesitas 300 zat kimia dengan uji salmonella/ mikrosom. mikrosom. Hasilnya dibandingkan dengan laporan karsinogenisitas atau nonkarsinogenisitas zat-zat ini. Dengan uji itu mereka menunjukkan korelasi yang tinggi antara kedua efek toksis itu : 90% (156/175) karsinogen juga bersifat mutagen. Hanya sedikit zat nonkarsinogen yang memperlihatkan sifat mutagenisitas. Dari 18 karsinogen yang memberi hasil negative-palsu, beberapa terbukti membutuhkan aktivasi metabolic lain (contohnya, sikain dan 1,2-dimetilhidrazin tidak bersifat karsinogen kar sinogen pada hewan bebas kuman, menunjukkan adanya kebutuhan akan aktivasi oleh flora usus). Karsinogen lainnya, misalnya aminotriazol, tiosetamid, dan tiourea bersifat goitrogen dan menyebabkan tumor tiroid lewat mekanisme non-mutagen. Lainnya, misalnya auramin, bersifat karsinogen hanya karena pengotornya. Mutagenisitas dietilstilbestrol tidak dapat diuji sebagaiman mestinya dalam system ini Karena toksisi tasnya pada bakteri itu. Baru-baru ini, Mason dkk. (1989) menghimpun informasi mengenai hubungan antara karsinogenisitas pada hewan pengerat dan mutagenisitas yang ditentukan oleh S. typhimurium. Korelasi ini bervariasi antar 55 dan 93%. Efek turunan turunan pada waktu ini tidak ada korelasi langsung antar uji laboratorium untuk mutasi turunan dan pengalaman manusia. Namun, kalau suatu zat telah terbukti dapat bersifat mutagen dalam berbagai jenis system uji termasuk mutasi turunan pada mamalia utuh, zat itu harus dianggap sebagai suatu mutagen manusia kecuali kalau ada bukti sebaliknya. Selain itu, bagi banyak zat kimia, misalnya zat ttambahan makanan, pestisida, kosmetik dan sebagian besar obat yang pajanannya dapat dihindari, informasi yang sangat sedikit cukup sebagai alasan untuk penundaan penggunaannya (Flamm, 1977). Pada masa kini belum ada metode terpercaya yang tersedia untuk memperkirakan risiko akibat mutagen berdasarkan kekuatannya (National Research Council, 1983). Seperti telah disebut diatas, penyelidik tentang mutagenesis adalah suatu disiplin baru. Pengetahuan yang dengan cepat dapat diperoleh dalam bidang ini mungkin sekali akan mempengaruhi tafsiran mengenai pentingnya hasil suatu pengujian mutagenisitas disamping mempengaruhi seleksi system uji untuk menyaring berbagai toksikan.