BAB II PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI
Adenoid merupakan pembesaran jaringan limfoid pada dinding posterior dari nasofaring dan termasuk dalam cincin Waldeyer sebagai salah satu dari sistem prtahanan tubuh. Secara fisiologis adenoid mengalami hipertrofi pada masa anak-anak biasanya terlihat pada anak usia 3 tahun, lalu akan mengalami resolusi resolusi spontan dan menghilang pada usia sekitar 14 tahun. tahun. Apabila sering sering terjadi infeksi saluran nafas bagian atas maka dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan sumbatan pada mulut tuba eustachius. II.2 INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI II.3 ETIOLOGI
Adenoid adalah pembesaran subepitelial dari limfosit pada minggu ke 16 kehamilan. Secara fisiologis, normalnya pada saat lahir nasofaring dan adenoid banyak di temukan organisme yang terdapat pada bagian atas saluran pernafasan yang mulai aktif setelah lahir. Organisme-organisme
tersebut
adalah
lactobacillus,
streptococcus
anaerobik,
actynomycosis, lusobacteriurn dan nocardia mulai berkembang. Flora normal yang ditemukan pada adenoid antara lain streptococcus alfa-hemolytic, corynebacterium, staphylococcus, staphylococcus, neissria, m icrococcus dan stomatococcus. Etiologi Etiologi pembesaran adenoid Sebagian besar disebabkan oleh infeksi yang berulang pada saluran nafas ba gian atas pola pertumbuhan normal untuk jenis jaringan. Jarang, hipertrofi hipertrofi adalah k arena tenggorokan berulang infeksi oleh virus flu, strep throat, mononukleosis, mononukleosis, dan di ma sa lalu, difteri. The infeksi akut biasanya disebut seba gai tonsilitis, tonsilitis, yang tumbuh-tumbuh adenoide adenoide mendapatkan sedikit pengakuan karena mereka tidak dapat dilihat dilihat tanpa instrumen khusus. Gejala terma suk sakit, cerah merah, sering ulserasi amandel, pembesaran kelenjar getah bening (Kelenjar) di bawah rahang, demam, dan ketidaknyamanan umum. dapat di ringkas menjadi dua yaitu secara fisiologis fisiologis dan faktor infeksi. Secara fisiologis fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa puncaknya yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup membesar akan menyebabkan g ejala. Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami infeksi kronik atau rekuren pada saluran pernapasan atas atau ISPA (2,3,5)
Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun.(1,2,3) Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan mengabatkan sumbatan pada koana, sumbatan tuba eustachius serta gejala umum. Akibat sumbatan koana maka p asien akan bernapas lewat mulut sehingga terjadi : a. Jika berlangsung lama m enyebabkan palatum durum lengkungnya menjadi tinggi dan sempit, area dentalis superior lebih sempit dan memanjang daripada arcus dentalis inferior hingga terjadi malocclusio dan overbite (gigi incisivus atas lebih menonjol ke depan). b. Muka penderita kelihatannya seperti anak yang bodoh, dan dikenal sebagai facies adenoidea. c. Mouth breathing juga m enyebabkan udara pernafasan tidak disaring dan kel embabannya kurang, sehinnga mudah terjadi infeksi saluran pernafasan bagian ba wah. d. Pada sumbatan, tuba eu stachius akan terjadi otitis media serosa baik rekuren maupun otitis medis akut residif, otitis media kronik dan terjadi ketulian. Obstruksi ini juga menyebabkan perbedaan dalam kualitas suara.(1) Gejala umum ya ng ditemukan pada hipertrofi adenoid yaitu ga ngguan tidur, tidur ngorok/mendengkur, retardasi mental dan pertumbuhan fisis kurang dan dapat menyebabkan sumbatan pada jalan napas bagian atas yang dapat mencetuskan kor pulmonale dimana sukar disembuhkan dengan penggunaan diuretik tetapi memberikan respon yang cepat terhadap adenoidektomi.(1,2,3) II. EPIDEMIOLOGI Pada awal tahun 1960 dan 1970 -an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi, adenoidektomi atau g abungan keduanya setiap tahunnya di Amerika serikat. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996, diperkirakan anakanak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi, dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%) menjalani tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani tonsilektomi saja. Tren s erupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72 per 100.000 pada tahun 1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun 1996 (3.200 operasi).(4)
Di Indonesi a, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun, data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terli hat pada jumlah operasi tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit Fatmaw ati dalam 3 tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. IV. ANATOMI Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal k e VI. Pada bagian a tas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, pada bagia n depan berhubungan dengan mulut mel alui istmus orofaring, sedangkan laring di bawah berhubungan melalui additus lar ing dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. bagian ini merupakan bagian dinding faring y ang terpanjang. Dinding laring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus o tot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring)(3 )
Gambar 1: anatomi faring dan pembagiannya(4) Atap nasopharynx sesuai dengan dasar dari corpus ossis sphenoidalis yang mengandung sinus sphenoidalis. Batas depan dari nasopharynx adalah choana yang mer upakan muara dari cavum nasi. Dinding belakangnya sesuai dengan vertebra sevikalis I dan II. Batas bawahnya dibentuk oleh palatum molle dan rongga nasofaring terpisah dari orofaring pada waktu menelan oleh kontraksi otot -otot palatum malle (m.tensor veli palatini dan m.levator veli palatini) bersama deng an m.constrictor faringis superior.(2,3,4) Nasofaring relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan struktur seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan ress esus faring yang disebut fossa Rosenmuller. Kantong Rathke yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri. Torus tubarius merupakan suatu refleksi mukosa fa ring, di atas penonjolan kartilago tuba eustachius, koana, foramen jugulare yeng dilalui oleh n. Glosofaring, n.vagus, dan n.asecorius spinal saraf cranial dan v. jugularis intema, bagian atas petrosus os temporalis dan foramen laserum serta muara tuba eus tachius.(2,3)
Gambar 2: anatomi faring dan stuktur sekitarnya(6)
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang ter sebar dalam fossa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.(2,4)
Gambar 3: Cincin Waldeyer(4) Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut ter susun teratur seperti suatu segmen t erpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bur sa faringeus. Adenoid tidak mem punyai kriptus. Jaringan adenoid terdiri atas rangka jaringan ikat fibrosa, yang menunjang ma ssa limfoid. Jaringan ini terisi pembuluh darah dan penbuluh limfe, sedangkan di beberapa tem pat terdapat kelompok-kelompok kelenjar mukosa di dalam septa yang bermuara kea rah permukaan. Kelenjar mukosa sering terdapat di dalam adenoid pada permukaan dasarnya. Ditengah-tengah jaringan ikat halus terdapat kum pulan sel-sel leukosit atau sel -sel limfoid , bergabung menjadi jaringan limfoid y ang membentuk a denoid. (2) Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fossa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan meng alami regresi.(7,8,9)
Gambar 4 dan 5: adenoid dan letaknya (12) Struktur anatomis yang penting dalam klinik : Pada dinding lateral nasofaring di belakang concha nasi inferior terdapat muara dari tuba auditiva yang disebut ostium tubae yang dibatasi di dorsal dan kranialnya oleh tonjolan yang disebabkan oleh m.levator veli palatini yang melekat pada cartilago tubae auditiva dan disebut torus tubarius atau levatorwurst. Pada bayi muara tuba ini terletak setinggi dasar cavum nasi sehingga s elalu dilewati sekret hidung yang mengalir ke nasofaring karena itu mudah teejadi infeksi telinga tengah melalui tuba ini pada bayi yang pilek.(2) Di dorsal torus tubarius terdapat lekukan ke latera l dari rongga nasofaring yang didebut fossa Rosenmuller (recessus faringeus), jaringan limfoid di sekitar muara tuba dan di fossa
Rosenmuller ini disebut tonsil tubaria. Sering terjadi pendangkalan fossa ini o lch pertumbuhan tumor ganas nasofaring. (2) Pada pertemuan antara atap dan dinding dorsal nasofaring terdapat adenoid (tonsillla faringeal) yang terdiri dari jaringan limfoid berbentuk lipatan -lipatan vertikal. (2) Pada bagian atas dari dinding dorsal ini kadang-kadang ada suatu cekungan atau kantong yang disebut bursa faringeal yang jinak mer adang menyebabkan penyakit Thornwaldt (bursitis nasofaringeal) dengan gejala utama postnasal discharge. ( 2) V. FISIOLOGI Fungsi faring yang terutama i alah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untuk artikulasi. Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan j aringan limfoid bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid memproduksi IgA sebagai bagian penting system pertahanan tubuh garis depan d alam memproteksi tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan molekul asing.(10) VI. PATOGENESIS Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sang at kecil. Pada anak berumur 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid (pharyngeal tonsil) merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang menfagosit kuman -kuman patogen. Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai peranan penting sebagai org an yang khusus dalam respon imun humoral maupun selular, seperti pada bagia n epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian ekstrafolikuler. Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan m erupakan respons terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patog en.(2,5) Adenoid dapat membesar seukuran bola ping -pong, yang meng akibatkan tersumbatnya jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha yang keras untuk bernafas sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang terbuka. Adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara
Gambar 6: pembesa ran adenoid dan proses obstruksi (http://hennykartika.wordpress.com/2008/02/23/tonsilektomi/) Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba eustachius yang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan. VII. GEJALA KI.INIS
Pasien dengan adenoid hipertrofi biasanya datang dengan keluhan rhinore, kualitas suara yang berkurang (hiponasal), dan obstruksi nasa l berupa pernapasan lewat mulut yang kronis (chronic mouth breathing), mendengkur, bisa terjadi gangguan tidur (obstructive sleep apnea), tuli konduktif (merupakan penya kit sekunder otitis media rekuren atau efusi telinga tengah yang per sisten) dan muka adenoid.(1,2,5) Gambar 7: facies adenoid (http://www.otorrinoweb.com/_izquie/glosario/f/facies_adenoidea.htm) Hipotensi alveolar bisa terjadi akibat gangguan pada jalan udara di oral dan nasofaring yang perlangsungannya lama dan hal itu menyebabkan terjadiny a hipertensi pada arteri pulmonal, cor pulmonale, dan hiperkapnia.(2,3) VIII. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan : Anamnesis Pemeriksaan Fisis (1,5, 8, 9) Directa: Dengan melihat transoral langsung ke dalam nasofaring setelah palatum molle di re traksi. Dengan rhinoskopi anterior melihat gerakan kea tas palatum molle waktu mengucapkan "i" yang terhambat oleh pembes aran adenoid, hal ini disebut fenomena palatum molle y ang negatif Indirecta: Dengan cermin dan lampu kepala m elihat nasofaring dari a rah orofaring dinamakan rhinoskopi posterior. Dengan nasofaringioskop, suatu alat seperti scytoskop yang mempunyai sistem lensa dan prisma dan lampu diujungnya, dimasukkan lewat c avum nasi, seluruh nasofaring dapat dilihat. Palpasi Jari telunjuk yang dimasukkan ke nasofaring dapat meraba adenoid yang membesar. gambar 8: teknik palpasi untuk meraba
pembesaran adenoid (6)
Pemeriksaan penunjang: a. Radiologi (4,5) Pengambilan foto polos leher lateral juga bisa membantu dalam mendiagnosis hipertrofi adenoid jika endoskopi tidak dilakukan karena ruang postnasal k adang sulit dilihat pada anak-anak, dan dengan pengambilan foto lateral bisa menunjukkan ukuran adenoid dan derajat obstruksi.
Gambar 6: g ambaran radiologis foto polos kepala lateral (http://imaging.consult.com/image/topic/dx/Head_and_Neck?title=Adenoidal_and_Tonsilla _ Hypertrophy) b. Endoskopi (7,11) Endoskopi yang flexible membantu dalam mendiagnosis adenoid hipertrofi, infeksi pada adenoid, dan insufisiensi velopharyngeal (VPi), juga dalam menyingkirkan penyebab lain dari obstruksi nasal.
Gambar 7: gambaran endoskopi adenoid (11) IX. PENATALAKSANAAN Tidak ada bukti yang m endukung bahwa adanya pengobatan medis untuk infeksi kronis adenoid, pengobatan dengan menggunakan antibiotik sistemik da lam jangka waktu yang panjang untuk infeksi jaringan limfoid tidak berhasil m embunuh bakteri. Sebenarnya, banyak kuman yang mengalami resistensi pada penggunaan antibiotik jangka panjang. Beberapa penelitian menerangkan m anfaat dengan menggunakan steroid pada anak dengan hipertrofi adenoid. Penelitian menujukkan bahwa selagi menggunakan pengobatan dapat mengecilkan adenoid (sampai 10%). Tetapi jika pengobatan tersebut itu dihentikan adenoid tersebut akan terulang lagi. Pada anak dengan efusi telinga tengah yang per sisten atau otitis media yang rekuren, adeinoidektomi meminimalkan terjadinya rekuren. Indikasi adenoidektomi adalah : (5) a. Sumbatan Sumbatan hidung yang menyebabkan bernafas melalui mulut
Sleep apnea Gangguan menelan Gangguan berbicara Kelainan bentuk wajah muka dan gigi (adenoid face) b. Infeksi Adenoiditis berulang/kronik Otitis media efusi berulang/kronik Otitis media akut berulang c. Kecurigaan neoplasma jinak/ganas Adenoidektomi dan tonsilektomi dilakukan dengan anestesi g e neral dan penyembuhan terjadi dalam waktu 48 hingga 72 jam. Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap mempertimbangkan "manfaat dan risiko". Keadaan tersebut antara l ain: 1. Gangguan perdarahan 2. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat 3. Anemia 4. Infeksi akut yang berat
Teknik adenoidektomi terbagi atas dua cara y aitu 5): 1. Eksisi melalui mulut Merupakan teknik yang paling banyak di gunakan. Aden oid di keluarkan melalui mulut setelah mulut dibuka dengan menggunakan suatu alat dan menarik langit -langit mulut. Suatu cermin digunakan untuk melihat a denoid karena adenoid terletak pada rongga hidung bagian belakang melalui pendekatan ini beberapa instrumen dapat dimasukkan. Cold Surgical Techniques(5) Curette adenoid : Merupakan patokan dan metode konvensional yang sukses dilakukan. Alat adenoid currete mempunyai sisi yang tajam dan bengk ok. Untuk mengangkat adenoid
digunakan mata pisau yang tajam setelah terlebih dahulu memposisikan nasofaring. Perdarahan dapat dikontrol dengan elektrocauter. Adenoid Punch : Penekanan pada adenoid dengan menggunakan satu instrumen bengkok yang mempunyai celah dan ditempatkan di at as adenoid kumudian celah i tu ditutup dan pisau bedah mengangkat adenoid. Magill Forceps : Adalah suatu instnunen yang berbentuk bengkok yang digunakan untuk mencabut jaringan sisa pada adenoid. Elektrocauter dengan suction bovie : Teknik kedua dengan menggunakan elektrocauter dengan suatu suction bovie y ang berfungsi untuk mencabut jaringan adenoid. (5) Surgical microdebrider : Ahli bedah lain sudah menggunakan m etode microdebrider, sebagian orang menganggapnya l ebih efektif. Perdarahan pasti terjadi pada pengangkatan tetapi sebagian besar dilaporkan perdarahan dengan menggunakan tradisional currete. Mikrodebrider memindahkan jaringan adenoid yang sulit di jangkau oleh teknik lain. (5)
Gambar 8: microdebrider adenoidectomy (http://www.xomed.com/xomed_iil_headandneck1.html)
Laser : Dapat digunakan untuk reseksi adenoid. Teknik ini menghindarkan scar pada nasofaring.
2. Eksisi melalui Hidung Satu-salunya teknik bermanfaat untuk m emindahkan adenoid melaui rongga hidung dengan menggunakan alat mikrodebrider. Dengan prosedur ini, j ika terjadi perdarahan dikontrol dengan menggunakan cauter suction. (5) X. KOMPLIKASI Komplikasi dari tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila penger okan adenoid kurang bersih. Jika terlalu dalam m enyebabkan akan terjadi k erusakan dinding belakang far ing. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan rusak dan dapat m engakibatkan oklusi tuba eustachius dan timbul tuli konduktif(5)
XI. PROGNOSIS Adenotonsillektomi merupakan suatu tindakan yang kuratif pada kebanyakan individu. Jika pasien ditangani dengan baik diharapkan dapat sembuh sempurna, kerusakan akibat cor pulmonal tidak menetap dan sleep apnea dan obstruksi jalan nafas dapat diatasi (5,12) Otitis media persisten kronik Maw and Speller, Paradise m enunjukkan bahwa sekitar 30 -50% terjadi penurunan otitis media setelah dilakukan adenoidectomy. Sinusitis kronik Studi dari Lee and Rosenfeld pada tahun 1997, menunjukkan bahwa sinusitis kronik tidak berkurang meskipun telah dilakukan pengangkata n adenoid. Namun penelitian yang lain tetap menunjukkan adanya resolusi gej ala sinusitis setelah peng angkatan adenoid. (5) Obstruksi jalan napas Adenoidektomi menghilangkan obstruksi sehingga gejala- gejala obstruksi nasal seperti sleep apnea, hiponasal menghilang dengan sendirinya. (5)
Senin, 05 Juli 2010 Adenoid hyperplasia Definisi Hiperplasia adenoide adalah overenlargement dari kel enjar getah bening yang terletak di atas belakang mulut. Deskripsi Terletak di bagian belakang mulut di atas dan di baw ah langit -langit lunak dua pasang kelenjar getah bening. Amandel di bawah ini jelas terlihat di belakang gigi belakang; yang tumbuh-tumbuh adenoide terletak tepat di atas mereka dan tersembunyi dari pandangan oleh langit-langit. Bersama keempat persenjataan pertahanan kekebalan penjaga pintu masuk utama bagi tubuh dari luar negeri penyerbu -kuman kita bernapas dan makan. Berbeda dengan sisa jaringan tubuh, jaringan limfoid akan mencapai level ukuran terbesar pada pertengahan masa k anak-kanak dan berkurang setelah itu. Di ini anak-anak cara
terbaik mampu mengembangk an kekebalan mereka ha rus bertahan hidup di dunia penuh penyakit menular.
Selain pola pertumbuhan normal, jaringan limfoid tumbuh berlebihan (hypertrophies) selama infeksi akut, karena tiba-tiba meningkatka n aktivitas kekebalan tubuh untuk melawan dari penyerbu. Seringkali tidak sepenuhnya k embali ke perusahaan ukuran mantan. Setiap infeksi berikutnya daun balik set yang lebih besar dan tumbuh -tumbuh adenoide tonsil. Untuk membuat hal -hal buruk, struktur spons-seperti hipertrofi ini kelenjar dapat menghasilkan havens am an bagi kuman dimana tubuh tidak dapat mencapai dan menghilangkannya. Sebelum antibiotik dan penurunan penyakit infeksi anak selam a beberapa generasi terakhir, amandel dan tumbuh-tumbuh adenoide menyebabkan masalah kesehatan yang lebih besar.
Penyebab dan gejala
Setelah reda infeksi akut, gejala y ang dihasilkan hanya dengan ukuran kelenjar. Sangat bes ar amandel bisa merusak pernapasan dan m enelan, meskipun sangat langka. tumbuh-tumbuh adenoide besar dapat mengganggu pernafasan hidung dan memerlukan seorang anak untuk bernapas melalui mulut. Karena m ereka hanya m engelilingi sambungan antara telinga tengah dan tabung estachius, hipertrofi juga bisa tumbuh -tumbuh adenoide menghalanginya dan menyebabkan infeksi telinga bagian tengah.
Diagnosa Sebuah pisau lidah sederhana menekan lidah memungkinkan pandangan memadai tonsil. Pembesaran amandel mungkin memiliki deep pocket (crypts) m engandung jaringan mati (Debris nekrotik). Melihat tumbuh-tumbuh adenoide membutuhkan cermin kecil atau s erat optik ruang lingkup. Seorang anak dengan telinga tengah berulang infeksi mungkin telah tumbuh-tumbuh adenoide besar. Budaya tenggorokan atau mononucleosis tes biasanya akan mengungkapkan identitas dari kuman.
Pengobatan Dulu praktek standar untuk men ghilangkan amandel dan / atau tumbuh-tumbuh adenoide setelah beberapa episode tenggorokan akut a tau telinga infeksi. operasi ini disebut amandel
dan adenoidectomy (T dan A). Opini berubah disadari bahwa jaringan ini bermanfaat b agi pengembangan imunitas. Misalnya, anak-anak tanpa ama ndel dan menghasilkan tumbuhtumbuh adenoide hanya separuh kekebalan ter hadap vaksin polio oral. Selain itu, pengobatan infeksi telinga dan tenggorokan dengan antibiotik dan infeksi telinga berulang dengan drainase bedah melalui gendang telinga (tympanostomy) telah sangat berkurang kejadian operasi pengangkatan kelenjar getah bening ini.
Pengobatan Alternatif Ada banyak botani / herbal yang dapat digunakan sendiri atau dalam rumus untuk lokal membantu amandel dan tumbuh-tumbuh adenoide fungsi kekebalan mereka pada pembukaan rongga mulut dan untuk nada kelenjar ini. Menjaga Eustachio tabung terbuka merupakan sebuah kontribusi penting untuk fungsi optimal di amandel dan tumbuh -tumbuh adenoide. Alergi makanan sering k ali menjadi penyebab untuk infeksi telinga berulang, sebag ai tonsilitis dan adenoiditis. Identifikasi dan penghapusan makanan alergi (s) dapat sangat membantu dalam alle-viating penyebab masalah. Tonsilitis akut juga manfaat dari gargles garam hangat. Prognosa tumbuh-tumbuh adenoide hipertrofi adalah bagian normal dari pertumbuhan up dan harus dihormati karena peranan penting mereka dalam perkembangan imunitas. Hanya ketika ukurannya menyebabkan masalah deng an menghalangi pernapasan atau tengah telinga drainase permintaan mereka intervensi. Pencegahan Pencegahan bisa diarahkan ke ev aluasi prompt dan tepat pengobatan sakit tenggorokan untuk mencegah pertumbuhan berlebih adenoide jaringan. Menghindari anak -anak lain dengan penyakit pernapasan akut juga akan meng urangi penyebaran ini penyakit umum.
Daftar Pustaka BUKU
Ballenger, John Jacob. Disorders of the Nose, Throat, Ear, Head, and Neck. Philadelphia: Lea & Febiger, 1991. Otitis Media with Effusion. In Nelson Textbook of Pediatrics, ed. Richard E. Behrman. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996. Tonsils and Adenoids. In Nelson Textbook of Pediatrics, ed. Richard E. Behrm an. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996. Weil, Andrew. Natural Health, Natural Medicine. Boston: Houghton Mifflin Co., 1995.