HIKMAH IBADAH DAN THOHAROH DALAM KEHIDUPAN Diselesaikan Untuk Melengkapi Tugas Tugas Mata Kuliah Agama Islam II Dosen : Sukma Perdana Prasetya, S.Pd, MT
Disusun Oleh : 1. Zamroni
111111006
2.
111111000
Islahul Ma’rufi
SEKOLAH TINGGI TEKNIK QOMARUDIN BUNGAH GRESIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI 2011
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmad serta Hadayahnya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang Kehidupan”” dengan baik dan berjudul “ Hikmah Ibadah dan Thoharoh dalam Kehidupan tepat waktu. Sholawat serta Salam semoga selalu tercurahkan Kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan Petunjuknya kepada Seluruh alam,sehingga alam,sehingga Ilmu yang sekarang kita peroleh tidak terlepas dengan jasa Beliau. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini.Penulis juga menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang sempurna.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.Amiin.
Gresik, 05 Oktober 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………………………………. Judul …………………………………………………………………….ii Kata Pengantar…………………………………………………………………… Pengantar……………………………………………………………………ii ii Daftar Isi…………………………………………………………………………. Isi………………………………………………………………………….iii iii BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………... Belakang……………………………………………………………… ... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. M asalah…………………………………………………………….. 2 C. Tujuan………………………………………………………………………… Tujuan………………………………………………………………………… 3 BAB II: PEMBAHASAN………………………………………………………. 4
A. Konsep Kurikulum Pendidikan Berkarakter…………………………………. Berkarakter …………………………………. 4 B. Kunci Sukses Kurikulum Pendidikan Berkarakter…………………………... Berkarakter…………………………... 7 C. Deskripsi Model Kurikulum Pendidikan Berkarakter………………………. Berkarakter………………………. 12 BAB III: PENUTUP………………………………………………………….. 16
A. Sim pulan…………………………………………………………………….. 16 B.Saran………………………………………………………………………….. 19 DAFTAR DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... PUSTAKA…………………………………………………………... 20
iii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari sejak dulu sampai sekarang kita sebagai muslim tentu saja mengetahui akan kewajiban kita, dan banyak yang mengartikan dan mengetahui bahwa kewajiban kita didunia yakni hanya untuk beribadah. Pemikiran seperti itu memang tidak salah karena sudah tertulis dalam alkitab, akan tetapi bagaimana dengan orang islam yang hanya ikut-ikutan dan belum paham betul akan islam. Bahkan yang lebih parahnya lagi kita sebagai hambah-Nya tidak mengetahui tujuan kita beribadah serta hikmah ibadh itu sendiri. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Arti ibadah? 2. Apakah Apakah hikmah dibalik ibadah itu sendiri? 3. Apa Thoharoh itu? Bagaimana untuk melakukan Thoharoh? C. TUJUAN 1. Menjelaskan arti ibadah 2. Menjelaskan tujuan dan hikmah ibadah 3. Menjelaskan apa arti thoharoh dan cara untuk thoharoh
iv
BAB II PEMBAHASAN I. IBADAH A. Arti Ibadah Ibadah berarti merendahkan diri, penyerahan diri, ketaatan dan berbakti sepenuhnya. Jadi ibadah kepada Allah SWT berarti, menerima kesan dari sifatsifat Ilahi dan meresapkan serta mencerminkan sifat-sifat itu dalam dirinya sebagai bentuk pernyataan iman kepada tauhid Ilahi yang diwujudkan dalam perbuatan B. Hikmah Ibadah Hikmah ibadah dalam kehidupan antara lain: l ain: 1. Tidak Syirik,
..dan melainkan bersujudlah
kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung. 2. Memiliki ketakwaan,
Hai
manusia, sembahlah Tuhan Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga j uga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
v
3. Terhindar dari kemaksiatan, ...
.. Sesungguhnya
shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada. 4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini. 5. Tidak kikir, dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat. 6. Merasakan keberadaan Allah SWT,
Yang Dia
melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa ALLAH SWT sedang memperhatikannya. 7. Meraih martabat liqa Illah, .....
Tangan Allah ada diatas tangan
mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali vi
dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah. 8. Terkabul Doa-doanya, Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepadaNYA. 9. Banyak saudara,
..... Ibadah selayaknya dikerj dikerjakan akan
secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya. 10. Memiliki kejujuran,
...
Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. ... Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim] 11. Berhati ikhlas,
.... Dan mereka
tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al [ Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai vii
amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya.
,
Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau
ulang hingga tiga kali (HR Muslim) 12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dan teratur),
khusyu (sempurna),
dawam (rutin
terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan. II. THOHAROH Pengertian thaharah secara harfiah artinya adalah bersih atau suci dari segala kotoran, baik berupa kotoran dzahir (kongkrit) seperti najis dan yang lain atau kotoran yang bersifat ma'nawi (abstrak) seperti halnya perbuatan maksiat.
Artinya: "Di dalamnya (masjid Quba ') ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih" (QS. AtTaubah 108) 10 8) Sedang thaharah menurut istilah syara' adalah menghilangkan hal-hal yang menjadi penghalang untuk melakukan sholat yang berupa hadats atau najis dengan menggunakan menggunak an air atau debu. [1] Dengan pengertian lain yang disampaikan oleh As-Syaikh Muhammad Ibnu Qosim, thaharah menurut syara ' adalah mengerjakan sesuatau yang menyebabkan menyebabkan seseorang diperbolehkan untuk melakukan shalat seperti menghilangkan hadats dan najis. [2] Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa thaharah atau bersuci itu ada dua macam,. Pertama bersuci dari hadas, yang hal ini hanya tertentu pada viii
badan. Kedua bersuci dari najis. Pada bagian yang kedua ini yang menjadi obyeknyaa adalah badan, pakaian dan juga tempat. obyekny Dalam kitab-kitab fiqih dijelaskan bahwa tata cara menyucikan hadas terbagi pada tiga hal. Pertama adalah mandi, yang berfungsi untuk menyucikan hadas besar. Kedua, menyucikan hadas kecil yang dilakukan dengan cara berwudlu. Ketiga adalah pengganti dari mandi dan dan wudlu bila keduanya keduanya tidak mungkin mungkin dilakukan dilakukan karena adanya udzur atau halangan, yaitu tayamum. ta yamum. Sedangkan Sedangkan menyucikan najis juga diklasifikasikan pada 3 cara yaitu mencuci / membasuh, mengusap dan percikan air pada benda yang terkena najis. [3]
A. Bahan untuk menyucikan Benda yang dapat menyucikan ada dua macam, yaitu air da debu. Air bisa digunakan untuk menyucikan najis juga hadas. Sedangkan debu hanya untuk tayamum dan campuran air ketika mencuci najis mughallazhah. B. Macam-macam Air Ditinjau dari segi penggunaan sebagai sarana bersuci ( thaharah ), air terbagi menjadi empat macam: 1. Air suci yang bisa menyucikan dan tidak makruh digunakan. Dalam kitab-kitab fiqih, air jenis ini bisaa disebut dengan "air mutlak", yakni air suci yang tidak memiliki qayyid permanen (embel-embel / batasan yang mengikat), juga tidak tercampur oleh benda lain sehingga dapat mengubah nama atau status air tersebut. Maksud dari qayyid permanen yang bisa menghilangkan ke- mutlaq -an air disini adalah adalah nama tambahan tambahan yang tidak bisa terlepas. Air yang bisa masuk dalam kategori ini adalah tujuh macam air yang keluar dari perut bumi atau yang turun dari langit (air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber, air es atau salju, dan air embun.). Tujuh macam air di atas hukumnya suci, bisa menyucikan dan tidak makruh digunakan, asal tidak termasuk dalam 3 kategori air yang akan dijelaskan berikutnya. 2. Air suci yang tidak bisa menyucikan. Yang masuk dalam kategori ini adalah: a. Air musta'mal , yaitu air yang sudah digunakan, digunakan, yaitu air yang sudah digunakan digunakan untuk menghilangkan hadats atau najis. Air ini hanya bisa digunakan untuk kebutuhan selain bersuci, seperti minim, memasak dan lain sebagainya [4] ix
b. Air buah atau tumbuh-tumbuhan seperti air kelapa dan air s emangka. c. Air mutlak yang tercampur benda suci yang larut, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan mencolok pada sifat air. Jika perubahannya hanya sedikit maka tetap bisa menyucikan. Yang tidak masuk dalam kategori ini (bisa menyucikan) adalah: a. Air yang berubah karena terlalu lama diam. b. Air yang berubah sifatnya karena tertular oleh benda yang mendampinginya, misalnya air yang berbau busuk karena di dekat air itu ada bangkai. c. Air yang berubah karena benda yang terendam (mujawir) di dalam air asal benda itu dan tidak larut dan bisa dibedakan dari airnya dengan mata telanjang. d. Air yang yang berubah sebab tercampur benda yang memang lazim bersinggungan bersinggunga n dengan air, semisal debu dan lumut. Empat kategori ini masih tetap bisa menyucikan meskipu terjadi perubahan mencolok pada bau, warna maupun rasa dari air itu. i tu. 3. Air suci dan dapat menyucikan namun makruh digunakan. [5] Air ini makruh digunakan karena efek negatif yang ditimbulkan, yaitu air yang panas karena terkena sinar matahari dan wadahnya terbuat dari bahan yang dicetak dengan menggunakan api, seperti besi dan sejenisnya. Begitu juga makruh, menggunakan air yang terlalu panas dan terlalu dingin. Hukum makruh tersebut tidak terjadi bila airnya sudah dingin. 4. Air Najis. Yang dimaksud di sini adalah air yang terkena najis. Air bisa menjadi najis karena dua kemungkinan. Pertama, jika airnya banyak (mencapai dua qullah ) lalu terkena najis, maka air tersebut menjadi najis apavila terjadi perubahan pada salah satu sifatnya. Bila tidak terjadi perubahan sama sekali maka tetap suci. Kedua, jika airnya sedikit, sedikit, kemudian terkena najis, baik terjadi perubahan perubahan sifat atau tidak. tidak. Air bisa disebut sedikit saat tidak mencapai dua qullah . Tentang ukuran dua qullah masih terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Menurut Imam Nawawi dua qullah = 174,580 liter (ukuran wadah bersegi empat = 55,9 55,9 cm cm Imam Rafi'i = 176,245 liter (ukuran wadah bersegi empat empat = 56,1 cm cm
), menurut menurut ) [6]
x
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan kita sebagai hamba beribadah adalah sebagai rasa patuh, tunduk dengan segala kerendahan hati kepada Allah Sang Khalik, meskipun Allah tidak membutuhkan
persembahan
kita
tapi
kita
sebagai
makhluk-Nya
sudah
diwajuibkan untuk senantiasa selalu beribadah kepada, seperti dalam Firman-Nya yang artinya, "Dan kami tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu (Allah)". Sedangkan Sedangka n prioritas beribadah adalah sangat banyak, yakni: 1. Ibadah di dalam syari'at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. 2. Ibadah di dalam Islam tidak disyari'atkan untuk mem-persempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan Akan tetapi ibadah itu disyari'atkan dis yari'atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah. 3. Ibadah dapat mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaa kesempurnaan n manusiawi. 4. Bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah / shalat melebihi segalagalanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi'at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demi-kian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. 5. Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah Swt, masuk Surga dan selamat dari siksa neraka. B. SARAN DAN KRITIK Penyusun mengetahui mengetahui sedikit banyak bahwa buah karya yang yang dipergunakan untuk untuk memenuhi tugas Agama Islam II, maka penulis sangat mengharapkan kritik atau saran dari para pembaca. kritik dan saran untuk penulis adalah sesuatu yang sangat berarti untuk menjadi yang lebih baik.
xi
DAFTAR PUSTAKA Dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu Al-Qardlawi. Yusuf. 1998. Ibadah Dalam
Slamet dan M.Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV PUSTAKA SETIA MS-Word ord ver 0.0.1 Taufiq. 2003. AlQuran di MS-W
www.nurmadina.blogs.com www.UstadKholid / Ibadah.htm www.AbuAfif www .AbuAfif / MylitleNotes M ylitleNotes / Ibadah.htm http://www.soni69.tripod.c http://www .soni69.tripod.com/Islam/ibadah.htm om/Islam/ibadah.htm http://www.scribd.com/do http://www .scribd.com/doc/51037713/Mak c/51037713/Makalah-SHI-Bab-Hada alah-SHI-Bab-Hadas-NEW s-NEW http://fiqh-am.blogspot.com/2008/06/bersuc http://fiqh-am.blogspot.c om/2008/06/bersuci-menyucikan-na i-menyucikan-najis.html jis.html http://education.poztmo.com/2010/10/thah http://education.poztmo. com/2010/10/thaharah-macam-maca arah-macam-macam-air. m-air.html html
xii