BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam ibadah kita dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik itu nilai pendidikan, moral, aqidah, keimanan, dan lain-lain. Tujuan pendidikan Islam adalah mendidik manusia untuk beribadah kepada Allah swt, membentuk manusia bertaqwa kepada-Nya, serta mendidik manusia agar memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam ibadah.
Allah telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu untuk beribadah kepada-Nya, sebagai mana terdapat dalam firman-Nya:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (Adz Dzariyat 56)
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan social, habluminallah, dan habluminan naas, meliputi pikiran, perasaan, dan pekerjaan. "Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam". (Al An'am 162).
Ibadah disebut benar manakala terpenuhi dua syarat yaitu ikhlash karena Allah dan mengikuti aturan syariat. Allah berfirman: "yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al Mulk 2).
Nilai dalam hal ini adalah konsep yang berupa ajaran-ajaran Islam, dimana ajaran Islam itu sendiri merupakan seluruh ajaran Allah yang bersumber Al-Qur'an dan Sunnah yang pemahamannya tidak terlepas dari pendapat para ahli yang telah lebih memahami dan menggali ajaran Islam. Peran ibadah dalam mendidik manusia agar menjadi manusia yang berakal berfikir sistematis dan menggunakan pikirannya secara terus menerus yang merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai media mendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat ibadah
Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara', ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :
Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadiibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik danhati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah berfirman, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh." (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari'at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari'atkan-Nya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari'at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah )
B. Nataij Ibadah (hasil-hasil Ibadah)
Ibadah yang shahih akan menghasilkan dan melahirkan sikap dan perilaku yang positif dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi bekal dan pegangan dalam mengemban amanah sebagai hamba Allah khususnya tugas da'wah. Diantara dampak dari ibadah adalah sebagai berikut:
Meningkatnya Keimanan. Ulama ahlu sunah wal jamaah sepakat bahwa iman mengalami turun naik, kuat dan lemah, pasang-surut, menguat dengan amal shalih dan melemah dengan maksiat. Allah berfirman: "sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakal:".( Al Anfal 2.)
Semakin kuat penyerahan diri kepada Allah (Islam). Ketika kaum muslimin menhghadapi kekuatan sekutu pada perang ahzab keyakinannya akan kemenangan yang dijanjikan Allah semakin mantap dan keislaman mereka semakin kuat. "dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: inilah yang dijanjikan Allah dan rasulNya kepada kita, dan benarlah Allah dan RasulNya dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan". (Al Ahzab 22)
Ihsan Dalam Beribadah. Yaitu asy syu'ur bii uroqobatillah (merasa selalu diawasi Allah) sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadits Bukhari.
"الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك َ"
"Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Allah Melihat kamu." (HR.Bukhari).
Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah dalam beribadah, maka dia berusaha maksimal melalukannya sesuai dengan petunjuk syari'at dan ikhlas karena-Nya, inilah yang dimaksud dengan ihsan di dalam surat Al-Mulk ayat 2
Ikhbat (tunduk). Ibadah yang sebenarnya manakala dilakukan dengan kesadaran dan dorongan hati,bukan formalitas dan rutinitas belaka. Tunduk dan patuh baru akan tumbuih apabila didasari pemahaman yang dalam dan keimanan yang kuat sebagaimana firmanNya: "dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadaNya. (Al Hajj 54)
Tawakal. Ibadah yang benar berdampak kehidupan seseorang ketika menghadapi tantangan hidup terutama tantangan da'wah, para nabi ketika menghadapi penolakan da'wah kaum mereka, mereka menyerahkan semua itu kepada Allah. Hud 56
Mahabbah (rasa cinta). Seorang mukmin dengan beribadah dapat merasakan cinta
kepada Allah dan allah mencintainya. Lihat AsSajdah 15-16
Taubat. Kata-kata yang paling sering diungkapkan oleh orang yang beriman terutama yang aktif berda'wah di jalan Allah adalah memohon ampunan dari dosa dan kesalahan. "Tidak ada do'a mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran 147).
Roja (mengharap rahmat Allah). Seorang mukmin dalam beramal hanya mengharapkan rahmat Allah,"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,
Berdo'a. orang yang beriman ketika beribadah selalu meminta kepada Allah, tidak meminta kepada selain-Nya.
Khusyu'. Orang yang beriman itu ketika disebut nama Allah hatinya tunduk dan khusyu kepada Allah. "dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' (al Isra 107-109)
C. Halawah Ibadah (Manisnya Ibadah)
Tidak diragukan lagi bahwa setiap ibadah memiliki kelezatan, jika tidak maka tidak ada kemanisan di dalamnya. Dan di antara dalil-dalil atas lezatnya ibadah adalah sabda Nabi SAW :
ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا و ب الإسلام دينا و بمحمد رسولا
"Akan merasakan manisnya iman orang-orang yang ridla Allah sebagai Rabb dan Muhammad sebagai Rasul." Dan sabdanya:
ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان: أن يكون الله و رسوله أحب إليه مماسواهما وأن يحب المرء لا يحب إلا الله, وأن يكره أن يعود في كفر بعد أن أنقذه الله منه كما يكره أن يقذف في النار
"Tiga hal yang barang siapa yang ada di dalamnya akan mendapatkan manisnya iman, hendaklah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya pada yang lainnya. Hendaklah ia benci kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagimana ia membenci untuk dicampakkan ke neraka". Dan di dalam riwayat imam Ahmad dari Abu Razin Al Aqili :
"Jika Anda sudah menjadi demikian maka sesungguhnya manisnya iman telah masuk di dalam hatimu sebagaimana manisnya air kepada orang yang harus pada hari yang sangat panas."
"Salah seorang diantara Anda merasakan manisnya iman sehingga aku lebih ia cintai dari anaknya, bapaknya dan nyawanya yang ada di antara rusuknya dan manusia semuanya"
Tanda-Tanda Yang menunjukan seorang mu`min Yang telah merasakan lezatnya ibadah :
Bersegera dalam ketaatan
Seorang mu`min ketika dia menjumpai salah satu dari ibadah dia akan bergegas menyambutnya karena cinta atas kedatangannya, sebagaimana ketika datangnya waktu shalat atau ketika mendekati bulan Ramadhan atau haji atau jihad atau yang lainnya .
Sahabat Adi bin Hatim (wafat: 68 H) berkata:"Tidaklah datang waktu shalat itu kecuali aku sudah siap dan ia tidak datang kecuali aku sudah bersiwak ".Dia telah siap untuk shalat sebelum waktunya dan bersiwak ketika memasukinya.
Dan pemimpin para tabi`in Said bin Musayib (wafat: 94 H) berkata: "Tidaklah seorang mu`adzin mengumadankan adzan sejak tiga pulah tahun kecuali saya berada di masjid." Kalau bukan karena kerinduanya ketemu dengan Allah maka ia tidak mungkin bergegas ke masjid sebelum adzan selama tiga puluh tahun. Adapun imam qori' `Asim bin Abi Najud al Asa (wafat: 128 H) setiap kali lewat masjid ia berkata :"Mari kita tempati karena sesungguhnya kebutuan kita tidak akan lewat", kemudian ia masuk dan shalat. Inilah kerinduan dan kebutuhannya terhadap sholat setiap waktu.
Dan berkata Muhammad bin Samaah at-Taimi al-Kufi (wafat: 233 H) :"Saya tingal di sini selama empat pulah tahun dan tidak pernah ketingalan takbiratul ihram kecuali ketika hari kematian ibuku",dan ini dibawah derajat yang pertama, karena yang disebut takbir yang pertama bukan mendatangi azdan,
Dan bahwasannya sahabat Abdullah bin rawahah jika ia ingin keluar rumah ia shalat dua rakaat dan jika ia masuk rumah ia shalat dua rakaaat dan ia tidak meningalkannya.
Nabi saw telah memuji Abdullah bin rawahah (wafat: 6 H) dalam sabdanya :
رحمه الله أخي عبد الله بن رواحة كان أينما أدركته الصلاة أناخ
"Semoga Allah merahmati saudaraku Abdullah bin Rawahah yang mana setiap aku menemuinya ia sedang shalat"
Dan dia (Abdullah bin Rawahah) rkh berusaha mencintai ketika ia kembali dan meninggalkan rumahnya dalam keadaan berdzikir kepada Allah di samping itu ia tidak ingin mengahirkan shalat dari waktunya meskipun dalam keadaan sibuk atau dalam safar, semua itu karena cintanya pada shalat dan bermunajat.
Dan jika itu terjadi pada shalat maka seluruh amalan yang lainnya pun akan demikian juga dan Abu Bakar selalu mendahului Umar ra dalam kebaikan sebagaimana yang telah maklum.
Oleh karena itu sesungguhya syetan berjuang agar seorang mukmin mengakhirkan ketaatan sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih:
يقعد الشيطان على قا فيه رأس أحدكم إذا هو نام ثلاث عقد يضرب على كل عقدة: عليك ليل طويل فارقد, فإن استيقظ فذكر الله تعلى احلت عقده, فإن توضأ انحلت عقده, فإن صلى انحلت عقده كلها فأصبح نشيطا طيب النفس, و إلا خبيث النفس كسلان
"Syetan duduk di atas kening di antara salah satu dari kalian jika ia tidur tiga ikatan. Dia memukulkan setiap tiga ikatan itu dengan berkata:' Malammu pajang maka tidurlah', jika Anda bangun dan mengingat Allah Ta'ala maka terurailah ikatan yang pertama, kemudian jika ia berwudhu terurailah ikatan yang kedua, jika ia sholat terurai ikatan semuanya (yang ketiga) maka pagi itu menjadi bagi yang menyenangkan dan jika tidak seperti itu, pagi itu menjadi jelek dan memalaskan"
Dan sesungguhnya bersegera kepada ketaatan bukan termasuk tergesa -gesa yang tercela akan tetapi Rasulullah SAW menjelaskan:
أن التؤدة في كل شيئ خير إلا في عمل الاخرة
"Sesungguhnya santai dalam segala sesuatu itu baik kecuali dalam amal akhirat."
Alangkah baiknya sifat Yunus bin Ubaid sesungguhnya tidaklah datang perintah Allah kecuai ia dalam keadaan siap. Maka dia selalu dalam keadaan wudlu agar tidak ketinggalan sholat sunnah atau wajib kapan saja masuk waktunya. Dan dia juga seorang yang zuhud di dalam dunia dan dia telah menulis wasiat menyambut kematiaanya, begitu pula ketika akan keluar berjihad. Demi Allah sesungguhnyna ia adalah derajat yang besar bagi siapa yang dikehendaki Allah untuknya.
Dan jika Anda sanggup wahai saudaraku seiman untuk tidak didahului seorang dalam kebaikan maka kerjakanlah sebagaimana yang diwasiatkan kepadamu. Dan janganlah Anda menjadi orang yang selalu mendahului dalam perkara dunia dari mereka dan orang yang paling akhir dari mereka dalam amlan-amalan akhirat. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda :
لا تكن اول داخل إلى السوق ولا اخر خارج منه
"Janganlah Anda menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan orang yang terakhir keluar darinya",
Yang demikian itu karena pasar adalah rumah syetan. Dan hadits tersebut merupakan peringatan bagi seorang mukmin untuk tidak berloma-lomba dalam perkara dunia, tetapi hanya berlomba-lomba dalam urusan akhirat. Kepada Allahlah kita minta pertolongan.
Memanjangkan sholat
Orang yang merasakan lezatnya ibadah maka ia tidak merasakan berapa panjang waktu yang ia lewati.bahkan waktu berjam-jam seakan-akan hanya dalam hitungan menit.akan lewat waktu yang panjang sebagimana beberapa menit saja.
Waktu yang dihabiskan untuk kesenangan menjadi satu jam
Sehari dihabiskan untuk kejahatan sea-akan setahun.
Maka dari itu baginda Rasulullah SAW mendirikan malamnya dengan Surat Al Baqarah dan Ali Imran dan An Nisa dalam satu rekaat tanpa merasakan waktu yang panjang karena larut dalam kenikmatan bermunajat.
Dan demikianlah para sahabat dan para tabiin dalam kebaikan. Dan sesungguhnya khalifah Utsman bin Afan (wafat: 35 H) mengkhatamkan Al Qur'an dalam satu rekaat. Sebagaiman yang diketahui darinya.[21] Dan yang demikian tidak akan terjadi kecuali hilangnya rasa capek dengan merasakan kenikmatan Al qur'an dan ia berkata:"Seandainya hati kalian itu suci maka kalian tidk mungkin kenyang dengan firman Rabb kaian."
Dan begitu pula Tamim Ad Dari (wafat: 40 H) [23]dan Sa'id bin Jubair (wafat: 95 H) dan Imam Abu Hanifah An Nu'man (Wafat: 150 H) mereka mengkhatamkan AlQur'an dalam satu rekaat. Sebagaimana yang dikatakan Imam Nawawi (wafat: 676 H), dan itu mungkin terjadi di malam yang panjang pada musim dingin. Dan dikatakan sebagi waktu yang barokah.
Dan bahwasannya Abu Ishak Asy Sya'bi (wafat: 127 H) ketik ia menginjak tua dan tidak kuat berdiri sehingga dibangkitkan dan jika manusia membangkitkannya maka ia membaca seribu ayat dan ia berkata:"Saya telahlemah dan tulang-tulangku telah rapuh dan sesungguhnya aku hari ini tidak mendirikan sholat kecuali dengan membaca Al Baqorah dan Ali Imran. Subhanallah.
Subhanallah ! Ketika ia dalam kadaaan lemah ia tetap mendirikan sholat dan tidak beranjak rukuk kecuali setelah membaca Al Baqarah dan Ali Imran dan membaca keduannya membutuhkan satu jam seperempat.
Di antara mereka adalah tabi'in Sa'id bin Musayyib yang disebutkan sesungguhnya ia shalat dhuhur dengan memakai wudlunya shalat 'isyak selama lima puluh tahun. Dan dialah pemimpin para tabi'in dan bukanlah yang ia kerjakan itu kemungkaran, yang ia mengingkarinya. Dan yang demikian itu bukan hanya setahun atau dua tahun, jikalau hal itu kita anggap sesuatu yang wajib bagi kita maka jumlah yang demikian itu tidak seberapa.
Dan di antara salafus shalih ada yang bersungguh dalam beribadah sehingga jika dikatakan kepadanya sesungguhnya besuk hari kiamat ia tidak bisa menambah di dalam ibadahnya karena sesungguhnyaa ia telah mempersembahkan darinya lebih banyak dari apa yang ia mampu. Dari mereka Abu Muslim Al Khaulani (wafat: 62H) yang berkata :"Jika dikatakan kepadaku api jahannam menyala-nyala aku tidak akan bisa menambah amalanku."
Dan dari mereka MAnsyur Bin Zadan Al Washiti (wafat: 131H) dan Sufwan bin Shalih Al Quraisydan Abdullah bin Abi Naim Al Kufi (wafat: 123 H) dan Hammad bin Salamah Al Bashri RA.(wafat: 167 H) Semoga Allah merahmati mereka.
Dan kelezatan dalam ibadah yang dirasakan sebagian dari mereka menimbulkan angan-anagn mereka semoga Allah mengkaruniai kepada mereka sholat dalam kuburannya agar mereka dapat menikmatinya di dalam kubur sebagaimana mereka menikmatinya di dunia. Maka Allah mengabulkan permohonan mereka.
Begitu pula Tsabit bin Alfan Albanani Al Bashri (wafat : 123H) berkata:"Saya tidak mendapatkan dari hatiku sesuatu yang lebih nikmat dari nikmatnya qiyamul lail." Dan beliau juga berdoa:"Ya, Allah jika engkau memberi sholat kepada hamba-Mu di dalam kuburannya maka berikanlah sholat kepadaku di dalam kuburanku".[26] Maka Allah mengabulkannya, maka ia melihat Abu Sinan sedang sholat di liang kuburnya dan dia bermimpi sedang shalat di dalam kuburnya dengan memakai jubah hijau.
Mereka hidupkan malam-malam dengan ketaatan kepada Rabb mereka
dengan membaca Al Qur'an, memanjatkan permohonan dan permintaan
Air mata mereka mengalir membasahi pipi
laksana aliran sungai
Ketika malam datang mereka bagaikan rahib, ketika mereka berjihad
melawan musuh musuh mereka laksana satria yang gagah berani
Tampak di wajah mereka bekas sujud kepada Rabb mereka
Dan darinya terpancar cahaya yang berkilauan
Dan jika Anda wahai saudara saudariku seiman, melihat yang demikian itu adalah hal yang sangat sulit dan saya ingin seperti mereka maka Anda akan menjangkaunya Insya Allah, dan Anda harus memulainya dengan bertahap, sedikit demi sedikit maka shalatlah dengan menggunakan surat -surat pendek dan setelah berlalu beberapa hari shalatlah dengan surat-surat yang lebih panjang dari sebelumnya dan begitu seterusnya. Maka Anda akan mendapatkan dirimu siap untuk memperpanjang shalat dan janganlah Anda seperti mereka yang bersungguh-sungguh dengan tiab-tiba kemudian berhenti, karena amalan yaang dicintai Allah adalah yang terus-menerus meskipun sedikit.
Membiasakan puasa
Sebagaimana seorang ahli ibadah yang mendapatkan kelezatan dalam beribadah, ia mencintai untuk memperpanjang shalat dia juga senang membiasakan puasa, dia tidak akan berbuka kecuali pada waktu-waktu ia diperintahkan untuk berbuka dalam satu tahun seperti pada dua hari raya. Yang demikian itu karena puasa itu makanannya ruh dan akan mendekatkan manusia kepada Yang Maha Tinggi. Berkata Ibnu Qoyyim ra (wafat: 751 H):
"Diciptakan bani Adam itu badannya dari tanah dan ruhnya dari alam malaikat. Keduanya selalu beriringan maka jika badannya lapar dan menjadikannya begadang dan menegakkan untuk ibadah maka ruhnya akan mendapatkam kenyamanan dan ketenangan maka ia akan berada di mana ia diciptakan darinya. Dan apabila ia mengenyangkan badannya dan memberi kenikmatan kepadanya serta menidurkannya, sibuk untuk melayani maka kenikmatan itu akan ...di tempat yang ia diciptakan darinya.
Dan ada baiknya aku sebutkan di sini hukum berpuasa terus menerus, untuk menghilangkan kerancuan dengan hadits Rasulullah SAW:
لا صام من صام لأبد
"Tidak ada puasa bagi orang yang puasa terus menerus".
Larangan Rasul tentang puasa dahr (terus menerus), menurut madzab dhahiriyyah dan Hanafiyyah dari riwayat Imam Ahmad berpendapat memakruhkannya, dan jumhur ulama berpendapat sunnah bagi yang mampu menjalakannya dan mereka adalah pengikut Imam Malik, Imam Syafei dan Imam Ahmad. Mereka berhujjah dengan perkataan shahabat Hamzaah bin Umar Al Aslami kepada rasulullah,"Sesungguhnya saya adalah laki-laki yang terus menerus berpuasa", dan Rasulullah tidaak mengingkarinya dan itu ada di Shahih Muslim. Dan ketika Ibnu Umar ditanya tentang puasa dahr ia berkata:"Kita mengikuti para pendahulu kita dari agama ini" Berkata Imam Nawawi:"Telah berkata qadli Iyadl dan yang lainnya, jumhur ulama berpendapat memperbolehkannya jika ia tidak berpuasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa. Jumhur ulama juga melarang berpuasa pada hari-hari raya daan melarang bagi orang yang berbahaya mengerjakannya.
Ibnu Rajab (wafat: 795) berkata di dalam Al Lathoif hal 146-148, dari ringkasannya orang yang dilarang berpuasa dahr ia adalah orang yang tidak merasakan puasa dan tidak berbuka, maksudnya dia tidak mendapatkan beban dari puasanya, karena yang demikian itu menjadi kebiasaanya baginya, karena badannya mempunyai baginya dan juga karena kemungkinan akan datang hari yang tidak kuat ia menjalankan puasa.
Membaca Al Qur'an
Allah mensifati orang mukmin pada sisi turunnya Al Qur'an dengan:"Orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira".(QS. At TAubah: 124)
Dan Utsman bin Affan pernah berkata:'Jika hati kalian suci kalian tidak bakal kenyang dengan firman Rabb kalian"
Oleh karena itu kita jumpai para salafush sholih yang mampu mengkhatamkan Al Qur'an dalam satu malam pada waktu yang berfadhilah, diantara nereka adalah Imam Abu Hanifah, Atha' bin Saib (wafat: 137H), Yahya bin Qathan (wafat: 198 H), dan Imam Syafei (wafat: 204 H), semoga Allah merahmati mereka.
Dan di antara mereka ada yang mengkhatamkan Al Qur'an dalam dua malam, diantaranya Sa'id bin Jubair, Aswad bin Yazid (wafat: 75H), Mus'ar bin Kadam (wafat: 152 H), semoga Allah merahmati mereka.
Dan sudah selayaknya di sini saya sebutkan hukum menghatamkan Al Qur'an kurang dari tiga hari ditinjau dari sabda Rasulullah SAW:
لم يفقه من قرأ القران في أقل من ثلاث
"Belum paham siapa yang membaca Al Qur'an (menghatamkan AL qur'an kurang dari tiga hari".
Dan Imam Ahmad berpendapat dengan riwayat dari Abu Ubaidah dan yang lainnya makruh. Sebagaian besar ulama berpendapat memperbolehkannya. Imam Nawawi berkata dalam kitab At Tibyan setelah menyebutkan pendapat para salaf dalam masalah itu:"Dan yang paling banyak apa yang kami mampu dalam satu hari satu malam 4 kali khatam dalam satu malam dan empat kali pada siang harinya. Dan yang dipilih bahwa yang demikian itu berbeda dengan perbedaan kemampuan manusia dan barang siapa dengan kecerdasannya dapat memahami seni dan makna ayat maka hendaknya ia memperpendek waktu bacaannya kerena pemahamnan yang sempurna yang ia dapatkan. Dan begitu juga bagi mereka yang sibuk menyebarkan agama dan dalam pemerintahan orang muslim atau yang selainnya dari kepentingan agama dan kesejahteraan kaum muslimin maka hendaknya ia membatasi dirinya atas kemampuannya karena kesibukan yang ia jalani.
Maka bersegargeralah wahai saudara dan asaudariku! Untuk memakan makanan ruhiyah, dari hidangan Allah ta'ala yakni al quranul karim, cukuplah bagi kamu kelezatannya, sesungguhnya al quran adalah pejaran dari Allah ta'ala maka terimalah pelajaranNya sungguh Alllah ta'ala senang memulyakan hambaNya yang beriman meski ia tidak berada dalam pendidikanNya lalu bagaiaman jika berada dalam pendidikanNya?.
bersedih atas ketaatan yang luput.
Di antara tanda rasa kelezatan beribadah adalah seorang mukmin jika lepas darinya suatu kebaikan dia akan bersedih, bersedih sehingga terlepasnya kebaikan tersebut tidak terulang lagi. Bersedih karena yang lainnya telah mendahului menuju Allah. Sebagaiman kesedihan orang-orang yang tertinggal jihad di dalam perang 'asarah maka' lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS.9: 92). Dan sebagimana kesedihan Abdullah bin Umar ra yang tertinggal jihad, dia berkata: "saya datang meminta ikut serta kepada Rasulullah Sallahu'alaihiwasallam akan tetapi beliau tidak mengizinkan menganggap saya masih kecil, tidak pernah kulalui malam-malam seperti yang kulalui waktu itu dalam kegundahan kesedihan dan tangis karena Rasulullah tidak menerimaku, kemudian pada tahun selanjutnya saya meminta untuk ikut serta alhamdulillah bealiau mengizinkan, sebagaiaman Muadz bin jabal juga menangis ketika menjelang ajalnya seraya berkata: itulah Sa'id bin Abdul Aziz At Tanukhi ra (wafat 167 H) jika terlepas dari sholat jamaah dia menangis.
Berkata Sulaiam bin Hamzah Al Maqdisi ra (wafat 715 H):"Saya tidak pernah sholat sendirian kecuali hanya dua kali dan seolah-olah aku tidak sholat (ketika sholat sendirian tersebut).
Berangan-angan untuk mati karena kerinduannya bertemu dengan Allah untuk mendapatkan kelezatan yang besar.
Sebagian dari tanda orang yang merasakan kelezatan dalam beribadah adalah dia rindu untuk bertemu dengan Allah SWT sehingga dia betah mendengarkan dan membaca firman-firman-Nya, sholat dan memerangi hawa nafsunya, shoum untuk mendapatkan ketaqwaan kepada-Nya. Akan tetapi dia tidak akan merasakan kebahagiaan dengan melihat-Nya (karena dia masih di dunia-pent) sehingga ia terus-menerus memanjatkan doa:
و أسألك لذة ال ظر إلى وجهك الكريم و الشوق إلى لقائك
"Ya, Allah aku mohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu yamg mulia dan mohon agar aku senantiasa merindukan perjumpaan dengan-Mu"
sabda Rasulullah SAW:
إن الجنة لتشتاق إلى ثلاثة: علي, وعمار وسلمان
"Sesungguhnya jannah itu merindukan kepada tiga orang, yaitu Ali, Umar dan Salman" Jadi bukan hanya mereka yang merindukan jannah bahkan jannah sendiri yang merindukan mereka karena bersegera dan banyaknya amal mereka serta keutamaan mereka sehingga Allah menjadikan mereka dalam pemeliharan-Nya dengan nikmat dan kasi-sayang-Nya.:
Seandainya Anda mengatakan kepadaku, matilah. matilah maka saya akan mendengar dan taat
Dan akan kukatakan kepada penyeru kematian: Selamat datang.
Inilah kebenaran kerinduan bertemu dengan Allah SWT dan ketakutan dirinya atas lemahnya iman di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi bagi siapa yang cinta akan kekekalan dunia dan berhasrat menambah kebaikan serta memberi manfaat kepada kaum muslimin sesungguhnya ia akan dibalas dengan idzin Allah Ta'ala sesuai dengan niatnya. Rasulullah SAW bersabda:
لا يتمنين أحدكم الموت إما محسنا فلعله يزداد , و إما مسيئا فلعله يستعتب
" Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan mati, jika ia seorang yang baik (muhsin) siapa tahu Allah akan menambah kebaikannya dan jika dia seorang yang jahat siapa tahu dia akan berhenti".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin