Portofolio II Pengantar Arsitektur " 52
BAB I
HAKEKAT ESTETIKA, PRINSIP ESTETIKA, TEORI LANGGAM DAN TAPAK
Hakekat Estetika
Arsitektur merupankan ilmu perpaduan dari ilmu pengetahuan dan seni. Seperti yang telah dijelaskan oleh terori Vitruvius yang menepatkan arsitektur sebagai disiplin ilmu yang memanfaatkan secara bersama rasio/logika dan emosi/perasaan. Dalam hal ini membuat arsitektur menjadi bersifat multi-disiplin dan beragam, antara pendekatan seni yang didasar nilai –nilai estetis . Atau dengan kata lain arsitektur adalah hasil karya seni bangunan. Karya seni bangunan tersebut masuk dalam karya seni terapan .
Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike yang artinya hal-hal yang dapat dilihat dengan jelas oleh indera dan kemungkinan bertentangan dengan "noeta" (sesuatu yang logis). Aisthetiki juga dapat dihubungkan secara halus dengan aisthanome yang berarti merasa.
Estetika sendiri memiliki beberapa pengertian seperti:
Kamus oxford
Keindahan adalah nilai – niai yang menyenangkan pikiran, mata dan telinga
Socrates
Sesuatu itu indah kalau sesuai dengan tujuan atau fungsi atau kegunaanya
Plato
Bentuk menjadi indah dalam proporsi, dimana unsurnya disatukan harmonis, ditujukan kepada bentuk yang ideal
Schopenhauer
Keindahan adalah sesuatu yang struktural
baugrten
Bentuk sempurna yang ada pada alam
Ditinjau dari sejarahnya, estetika merupakan salah satu cabang filsafat yang mulai dikembangkan sejak jaman yunani kuno yang diawali oleh munculnya teori keindahan menurut Socrates (keindahan bentuk berdasar pada fungsi ), Plato (keindahan bentuk berdasar pada proporsi), Baum garten (bentuk sempurna yang ada pada alam) ada perkembangan selanjutnya ruang lingkup estetika tidak hanya mencakkup teori keindahan saja tetapi berkembang pula ke arah terapan.
Estetika dalam arsitekur menurut Ishar dalam bukunya Estetika dan Kedudukannya Dalam Perancangan Arsitektur (1992:74-76) adalah nilai-nilai menyenangkan mata dan pikiran yang berupa nilai bentuk dan ekspresi. Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu yang disebut prinsip estetika. Estetika adalah sebuah bahasa visual yang tidak sama dengan beberapa bahasa estetika yang tidak visual, seperti bahasa itu sendiri. Estetika meskipun berkaitan dengan 'rasa' saat melihat bangunan juga dapat dibangun melalui aplikasi teori arsitektur. Inilah mengapa estetika patut dibahasakan dan dibahas dalam alat yang bernama komunikasi. Estetika dapat dimengerti dan dikembangkan melalui pemahaman berbagai hal menyangkut teori estetika, menjadi dasar bagi banyak cabang seni. Estetika dalam arsitektur memiliki banyak sangkut paut dengan segala yang visual seperti permukaan, volume, massa, elemen garis, dan sebagainya, termasuk berbagai order harmoni, seperti komposisi, proporsi, keseimbangan, dan seterusnya.
Dalam De Architectura, Vitruvius menekankan tentang 3 poin yang harus dimiliki bangunan untuk menciptakan bangunan yang baik. Salah satunya adalah Venustas atau yang dikenal dengan Estetika. Estetika merupakan bagian penting yang membedakan antara arsitektur dengan bangunan pada umumnya. Untuk mengukur keestetisannya melibatkan rasa dan nalar dari yang mengamati sehingga terdapat berbagai macam pendefinisian tentang keindahan sendiri. Vitruvius mengatakan dua hal yang menyangkut estetika adalah :
Pengaturan (Arrangement)
Yaitu menempatkan objek sesuai pada tempatnya dan menghasilkan efek keindahan, dinyatakan dengan refleksi dan khayalan.
Eurythmy
Yaitu kecantikan den kebugaran
Namun melihat berbagai dimensi yang mempengaruhi bagaimana seorang manusia mengapresiasi keindahan, estetika hanyalah sebuah media untuk mencoba menjelaskan apa yang disebut indah, namun tidak pernah bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dalam benak seseorang berkaitan dengan sensasi keindahan. Dalam teori tentang estetika, dicoba dijelaskan berbagai sisi yang 'tersentuh' oleh keindahan sebuah obyek.
Determinasi estetika dalam pikiran tidak melulu ditumbuhkan melalui faktor-faktor eksternal yang hadir dari luar seorang subyek, namun juga hadir dari perangkat pengenalan dalam dirinya. Karenanya arsitektur tidak selalu cukup hanya dipelajari melalui ilmu estetika yang dangkal dan obyektif semata, perlu pendekatan subyektif untuk mengetahui sebuah preferensi.
Keindahan memang subyektif, dalam diri setiap orang, pendapat tentang nilai estetika sebuah bangunan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain; subyektifitas diri sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan 'limbic' dalam otak kita sehingga merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek arsitektural. Kenikmatan yang didapatkan itu menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu 'indah'.
Pengaruh dari lingkungan atau masyarakat tentang apa yang disebut indah. Antara lain: pendidikan, apa yang ditanamkan dunia edukasi tentang keindahan, mungkin merupakan suatu pandangan yang ditekankan terus-menerus dan boleh jadi mengakar pada diri kita, serta metode untuk mengapresiasi suatu obyek juga merupakan suatu metode yang ditekankan secara terus-menerus. Opini yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan melalui media, estetika diperkenalkan sebagai konsensus dalam skala tertentu, apakah regional, kolonial, dan disebarluaskan dengan berbagai cara. Terkadang estetika yang diperkenalkan dimaksudkan untuk mendukung sebuah industri terkait tren arsitektur, seperti industri perumahan. Estetika yang merupakan ideal suatu teritorial berbasis tradisi juga dapat memberi pengaruh teramat besar. Pilihan yang diberikan oleh situasi, hanya pilihan yang memungkinkan akan dipilih digunakan dalam rancangan
Paul Alan Johnson dalam the Theory of Architecture, Concepts, Themes, and Practice (1994) menyatakan bahwa arsitektur merupakan penemuan dari ide-ide estetik. Hal ini menunjukkan adanya kaitan yang sangat erat antara arsitektur dan estetika
Sosok Bangunan
Sosok dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti bentuk wujud atau rupa rangka. Sosok bangunan berarti wujud atau rupa dari sebuah bangunan. Dalam sosok bangunan akan hadir sebuah estetika. Sosok pada bangunan dapat diperlihatkan dari permainan garis dan bidang, permainan seperti maju-mundur, permainan kesan massiv dan lubang pada wajah bangunan permainan garis vertical dan horizontal pada tampang bangunan. Sosok bangunan ialah suatu bagian dari bangunan yang merukan pencerminan dari keseluruhan bangunan, mulai dari fungsi hingga estetikanya. Apa yang diwalikan dalam sosok bangunan merupakan refleksi cita – cita murni yang ditemukan dalam semua unsur yang berada dalam bangunan tersebut. Atau dengan kata lain sosok bangunan adalah wajah dari bangunan tersebut yang menjadi yang menggambarkan dari keseluruhan bangunan.
Bahan, Tekstur, dan Warna
Bahan, tesktur, dan warna merupakan salah satu yang dapat memunculkan nilai estetika dalam sebuah karya arsitektur seperti yang dikemukan oleh Ishar estetika dalam arsitektur adalah nilai-nilai yang menengkan mata dan pikiran yang berupa nilai– nilai bentuk dan ekspresi. Nilai yang menengkan mata dan pikiran sebuah karya arsitektur dapat dilihat niilai estetikanya dari salah satunya.
Bahan
Bahan atau materi banguanan adalah materi atau bahan yang digunakan untuk mendirikan sebuah bangunanan. Bahan bagunan yang dipakai merupakan salah satu unsur penentu dari kekuatan sebuah banguan tersebut. Sebelum mewujud rancangan seorang arsitek harus tahu bahan apa yang akan digunakan. Yang mana bahan tersebut akan menunjang dari stuktur yang arsitek buat dalam sebuah bangunan. Tidak hanya sebagai penunjang sebuah struktur bangunan bahan bangunan juga digunakan untuk memperkaya nilai estetika dalam sebuah bangunan tesebut dan juga dalam bahan bangunan menimbulkan kesan yang ekpresi bagi penikmatnya serta kesan material yang hadir menambakan kualitas arsitekturnya.
Bahan bangunan satu dengan yang lain akan memimbulkan nilai estetis yang berbeda pada bangunan misalnya bahan bangunan yang digunakan ialah bata. Bata pada umunya digunkan untuk mengisi pengisi dinding yang nanti tidak akan terlihat, karena tertutup finishing dinding seperti plester dan aci. Tetapi boleh saja kita memilih untuk menampilkan bata tersebut tanpa finishing, bata yang sengaja diekpose akan memberi nilai estetika yang lain dari pada batang tertutup oleh finishing. Bata yang di ekpose memberi kesan unik, etnik dan natural pada bangunan tersebut.
Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan tertentu misal;
Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.
Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.
Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya dapat memberi kesan hidup dan ringan.
Tekstur
Tekstur merupakan gambaran mengenai permukaan dari suatu benda yang dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu seperti mengkilap, buram, halus, licin, dan kasar.
Tekstur adalah karaktek permukaan suatu bentuk, tekstur mempengaruhi baik perasaaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya yang menimpa permukaan bentuk tersebut, Fungsi tekstur adalah member persesi pada manusia , tekstur juga memikili kesan pada sebuah bangunan, serta tekstur juga akan menambah kualiitas pada wajah bangunan.
Tekstur juga merupakan titik- titik halus atau kasar yang tidak teratur sedangkan corak adalah titik – titik halus atau kasar pada permukaan tekstur. Susunan dari tekstur lebih teratur kemudian dikenal sebagai pattern atau corak.
Titik yang tersusun dalam tekstur bisa terdiri dari macam – macam :
Warna
Bentuk
Sifat atau karakter
Tekstur terdiri atas 2 bentuk yaitu
Tekstur halus
Yaitu tekstur yang memiliki permukaan halus bila dirasakan oleh indera peraba. Atau dengan kata lain tekstur halus ini member kesan halus. Kesan tersebut bias ditimbukan oleh pemakain warna-warna yang member kesan lembut.
Tekstur kasar
Yaitu tekstur yang memiliki karakter permukaan bidang bila dirasakan menggunakan indera perabaakan terasa kasar atau tekstur yang terbentuk dari elemen dan corak yang berbeda baik segi bentuk maupun warna
Tekstur juga dapat dibedakan menjadi;
Tekstur alam
Misalnya tekstur pada kayu , artificial dll
Tekstur buatan
Tekstur yang sengaja dibuat oleh manusia, misalnya ukiran.
Gambar 1 Tekstur Dinding Semen Gambar 2 Tekstur Kaca Gambar 3 Tekstur Alumunium
Gambar 4 Tekstur Kayu Gambar 5 Tekstur Dinding Bata Gambar 6 Tekstur Pasir
Warna
Warna merupakan itensitas dan nilai dari suatu permukaan bentuk. Dalam perancangan warna berfungsi sebagai:
Menambah kualitas dan dapat memberikan nilai tambah pada sebuah rancangan
Sebagai media komunikasi yang memiliki arti untuk memberikan kesan dan menyalurkan informasi kepada pengamat
Untuk menutupi kelemahan atau kekurangan suatu permukaan bentuk atau benda yang dianggap kurang menarik
Memberikan ekspesi pada pikiran jiwa \ manusia yang melihatnya. Warna memberikan efek untuk menghidupkan suatu interior atau eksterior, warna juga mensyaratkan karakter penghuni bangunan tersebut karakter, juga dapat menciptakan suasana yang kita harapkan. Di bawah ini beberapa karakter warna ditunjukkan dalam sifat;
Kuning = bebas, ceria
Kuning-hijau = tenang, menyenangkan
Hijau = tenang, ramah cendekia
Hijau-biru = angkuh, mantab
Biru = keras, dingin
Biru-ungu = sombong, suka menghayal tanpa kendali
Ungu = tinggi, ekstrim
Ungu-merah = tegang, peka
Merah = panas, melelahkan urat syaraf
Jingga = gembira, bergairah
Jingga-kuning = lincah bergairah
Abu-abu = menenangkan
Biru telor asin = dapat dimakan, buah
Biru-hitam = menekan
Coklat hitam = menolak, menghindar, menjijikan
Ros kulit telor ayam = ringan tangan, menyambut tamu, ramah
Gambar 7 Spektrum Warna
Prinsip/Asas Estetika
Asas atau prinsip estetik sering disebut pula prinsip desain dalam proses mencipta karya. Karena selain unsur seni rupa juga ada unsur estetik, yaitu asas atau prinsip untuk mengubah atau merencana dalam proses mencipta nilai-nilai estetik dengan penerapan unsur-unsur seni rupa.
. Di dunia ini setiap orang punya prinsip estetik yang berbeda-beda. Yang dipengaruhi oleh beberapa factor. Baik dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. Dari lingkungan individu tersebut dapat terpengaruh dengan zaman dan bangsanya. Seperti yang terdapat dalam seni tradisional dan kesenian modern.
Bentuk Estetika
Keindahan bentuk memiliki dasar tertentu, yang disebut prinsip estetika seperti keterpaduan, keseimbangan, proporsi,skala, irama dan urutan.Pencapaian keindahan bentuk ini didukung pula oleh pemenuhan aspek-aspek fisik atau teknis fungsi dan struktur.
Kesatuan (Unity)
Dalam berkarya prinsip utama yang harus dipenuhi ialah prinsip kesatuan, untuk itu dalam merancang secara sempurna perlu dipikirkan keutuhan dan kesatuan antara semua unsur seni rupa disamping keutuhan antara unsur seni dan gagasan (idea) sebagai landasan mencipta. Sebagai contoh penampilan prinsip kesatuan dalam karya seni rupa; desain dalam arsitektur mencerminkan prinsip kesatuan apabila ada kesatuan antara bagian-bagian bentuk dari struktur bangunan, ada kesatuan antara ruang-ruang dan penggunaan warna, ada kesatuan antara bentuk bangunan dengan lingkungan, ada kesatuan antara bentuk dan fungsi bangunan sesuai dengan ide dasar.
Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desain. Ide yang dominan akan membantu kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan/untuk mendukung tema.
Tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi.
Keterpaduan dari yang paling sederhana sampai ke yang rumit.
Keterpaduan bentuk-bentuk geometris.
Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kualitas yang terdapat dalam setiap objek dimana daya tarik visual dari kedua bagian masing-masing yang memiliki pusat keseimbangan atau pusat perhatiannya adalah sama.
Keseimbangan merupakan prinsip dan penciptaan karya untuk menjamin tampilnya nilai-nilai keselarasan dan keserasian yang mendukung prinsip kesatuan dengan menggunakan unsur-unsur seni. Karena fungsinya yang menampilkan nilai-nilai keserasian dan keselarasan maka prinsip ini juga sering disebut prinsip harmoni.
Ada tiga prinsip keseimbangan:
keseimbangan formal/simetris; pada karya menampilkan nilai keindahan yang bersifat formal atau resmi. Prinsip ini sering dipakai dalam karya seni yang berlandaskan agama atau kepercayaan dan dalam lingkungan tertentu untuk mendukung nilai-nilai kejiwaan seperti keagungan, kekhidmatan, kekhusukan dan sebagainya. Contoh penampilan prinsip keseimbangan formal dalam karya senirupa ialah dalam pembuatan desain yang simetris dan statis. Desain grafis untuk piagam atau ijazah yang simetris memberikan kesan resmi dan formal. Desain simetris ini juga dapat dipakai untuk mendirikan bangunan gereja seperti bagian atap, penempatan jendela dan tiang dan lain sebagainya. Demikian pula dalam menyusun komposisi garis, bidang, bentuk dan warna untuk karya-karya senirupa yang sifatnya resmi didasarkan pada komposisi yang simetris dan statis.
keseimbangan informal/asimetris; pada karya menampilkan nilai kebalikan dari keseimbangan formal yaitu menghendaki sifat lincah, hidup, penuh dengan dinamika dan pada prinsip keseimbangan informal ini menghasilkan desain asimetris.
keseimbangan radial; disamping prinsip keseimbangan formal dan prinsip keseimbangan informal pada karya masih dapat ditemukan ciptaan yang berdasarkan prinsip keseimbangan yang lain, seperti keseimbangan radial yaitu keseimbangan yang memberikan kesan memusat atau sentral. Dalam prinsip keseimbangan radial terdapat unsur penting yang diletakkan di pusat pada rancangan desainnya. Pada karya senirupa dapat dikemukakan contoh yang banyak dijumpai pada arsitektur. Penempatan bagian-bagaian dari tiap jenjang yang tampak pada denah Candi Borobudur terasa adanya unsur utama dalam keseluruhan bangunan yang dipentingkan, yaitu induk stupa di puncak candi. Secara keseimbangan radial semua unsur dari candi itu secara fisik terpusatkan pada induk stupa di puncak.
Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan simetris antara elemen-elemen yang mempunyai hubungan yang dapat dikenal. Dalam arsitektur, pengulangan dalam visual bangunan seperti irama garis, volume interior, perbedaan warna, perbedaan gelap, bukaan, tiang dan kolom.
Dalam penciptaan karya seni untuk menekankan keseimbangan yang mendukung gerak (movement) atau arah (direction) dengan menggunakan unsur-unsur seni. Irama dapat dihayati secara visual atau auditif jika ada gerak seperti yang dapat kita hayati pula di alam, misalnya irama dari gelombang laut, gerakkan gumpalan awan, gelombang suara dari angin dan lain sebagainya. Gerak atau arah tersebut dapat menggugah perasaan tertentu seperti keberaturan, berkelanjutan, dinamika dan sebagainya. Sesuai dengan kehadiran gerak dan arah tersebut maka irama yang tampil dalam karya meliputi: irama berulang (repetitif): dapat dijumpai pada penempatan jendela atau pintu pada sebuah bangunan dengan jarak yang sama serta ukuran yang sama pula. Hal serupa dapat kita jumpai pada susunan bagian-bagian dari suatu taman yang serba berulang dan teratur sehingga menimbulkan kesan irama yang berulang.
Hakekat Irama adalah menelusuri sifat perseptual manusia dalam memandang bangunan, dimulai dari mata yang meluncur ke bagian bangunan, dari unit satu ke unit lainnya dengan teratur. Irama dapat diperoleh dengan cara :
Pengulangan (repetisi)
Garis
Bentuk misal; jendela, pintu, kolom, dsb.
Tekstur ; kasar, halus, kayu, batu, dsb.
Warna
Gradasi (perubahan)
Dimensi
Warna : dari gelap ke terang atau sebaliknya
Bentuk : perubahan bentuk secara bertahap
Oposisi
Adalah pertemuan garis pada sudut siku-siku, misalnya dalam daun pintu, lemari, dinding, dsb.
Transisi
Adalah perubahan pada garis-garis lengkung.
Radial
Adalah irama yang beradiasi pada sentral axis (sumbu sentral).
Progresif
Irama progresif dibentuk oleh perubahan yang teratur, sedemikian rupa sehingga bentuk mirip dengan yang lain. Jarak yang satu dengan yang lain hampir sama. Dengan demikian tumbuh irama progresif karena menunjukkan gerak/ perubahan progresif. Irama naik, turun, naik turun dan sebaliknya. Tidak ada bentuk dan jarak yang sama yang diulang.
Sedangkan jenis-jenis irama, antara lain;
irama silih berganti (alternatif): dipakai dalam penciptaan karya senirupa untuk tidak sekedar mengulang-ulang unsur-unsur seni dalam bentuk dan warna yang sama, tetapi mencari kemungkinan lain dalam usaha untuk menimbulkan kesan irama.
irama laju/membesar atau mengecil (progresif): lebih mudah dapat dihayati dalam seni gerak. Dalam penempatan unsur-unsur garis, bentuk dan warna pada komposisi prinsip irama laju (progresif) dapat dicapai dengan jarak dan arah tertentu.
irama lamban atau beralun/ mengalir atau bergelombang: prinsip ini kebalikkan dari irama laju yang dapat dicapai dalam karya seni.
Irama statis didapat dengan cara pengulangan bentuk, garis, dan dimensi.
Irama dinamis didapat dengan cara; pengulangan bentuk atau garis dengan perletakan yang berbeda, pengulangan bentuk/garis dengan jarak yang berbeda, pengulangan bentuk/garis dengan dimensi yang berbeda.
Irama terbuka dan tidak menentu didapat dengan cara pengulangan bentuk/garis dengan jarak yang sama tanpa permulaan dan akhiran.
Irama tertutup dan tertentu didapat dengan cara; merubah bentuk unit paling akhir, merubah ukuran/dimensi unit paling akhir, kombinasi kedua-duanya, menambahkan dengan mencolok suatu elemen di akhir irama.
Proporsi
Proporsi adalah prinsip dalam penciptaan karya untuk menekankan hubungan satu bagian dengan bagian lain dalam usaha memperoleh kesatuan melalui penggunaan unsur-unsur seni.
Proporsi sebagai prinsip dalam penentuan nilai estetik, oleh seniman dipakai untuk memberikan kesan kesatuan bentuk ekspresi. Hal ini dapat dilaksanakan berdasarkan perhitungan matetamtis dan ilmiah seperti pada seni patung Yunani dn arsitektur Mesir, tapi juga berdasarkan emosi dan intusi sesuai dengan kebebasan seniman.
Hukum proporsi yang dikenal adalah golden section dari orang Yunani yang juga dipakai kembali oleh pematung dan pelukis pada masa Rennaissance. Sejak awal masa filsafat Yunani orang telah berusaha untuk menemukan hukum-hukum geometris didalam seni, karena apabila seni (yang menurut mereka identik dengan keindahan) adalah harmoni, sedangkan harmoni adalah proporsi yang cocok dari hasil pengamatan, tentulah masuk akal untuk menganggap bahwa proporsi-proporsi tersebut sudah tertentu. Maka proporsi geometris yang terkenal dengan nama golden section itu selama berabad-abad dipandang sebagai jawaban dari misteri seni ini dan ternyata pemakaiannya amat universal, tidak sekedar didalam seni tetapi juga di alam, yang pada suatu saat diperlakukan dengan menggunakan pandangan keagamaan.
Seringkali golden section dipergunakan untuk menentukan proporsi yang tepat antara panjang dan lebar pada empat persegi panjang pada jendela dan pintu-pintu, pigura-pigura serta buku atau majalah. Di Bali kita kenal Hasta Kosala-Kosali yang berasal dari unit tubuh manusia untuk mengukur proporsi bangunan.
Hasta Kosala Kosali merupakan Fengshui Bali, sebuah tata cara, tata letak, dan tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali yang sesuai dengan landasan Filosofis, Etis, dan Ritual dengan memperhatikan konsepsi perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah, serta pelaksanaan yadnya.
Dalam Hindu mengenal konsep tata letak bangunan yang dipercaya akan berpengaruh kepada keberuntungan, nasib, bahkan nilai aura spiritual dan kualitas energi yang dihasilkan oleh bangunan tersebut. Masyarakat Bali menyebutnya Asta kosala-kosali dan Asta Bhumi. Asta kosala-kosali dan Asta Bhumi merupakan bentuk konsep tata bangunan yang terkemas dalam konsep keagamaan. Dalam asta kosala-kosali dijelaskan secara terperinci tentang bentuk konsep bangunan dan juga alat-alat yang digunakan dalam kegiatan masyarakat Hindu utamanya yang berhubungan dengan pendirian tempat suci. Tentang kata Asta kosala-kosali itu memiliki arti : Asta kosala-kosali adalah nama lontar/buku tentang ukuran membuat rumah, Asia kosala adalah nama lontar/buku tentang ukuran membuat menara atau bangunan tinggi, wadah, bade, usungan mayat, Kosala berarti balai atau balai kambang di tengah-tengah telaga, Asta dan hasta merupakan ukuran panjang 1 (satu) hasta yakni dari pergelangan tangan sampai siku.
Gambar 8 Golden Ratio sebagai proporsi
Gambar 9 Pengukuran dalam Hasta Kosala-Kosali
Skala
Skala adalah suatu sistem pengukuran yang menyenangkan, dapat dalam satuan cm, inchi, atau apasaja dari unit-unit yang akan diukur. Gambar skala adalah dimensi yang diapaki untuk gambar sebagai perbandingan, misalnya 1m struktur digambar 1cm dalam gambar. Jadi ukuran dalam gambar, menyatakan ukuran sebenarnya dari bangunan. Skala adalah kualitas yang membuat sebuah bangunan terlihat benar, tepat dan nyata.
Dalam arsitektur yang dimaksud skala adalah hubungan yang harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya, dengan manusia. Segala sesuatu yang kita lihat selalu dibandingkan dengan ukuran manusia. Elemen-elemen dan prinsip skala dapat menghasilkan skala-skala yang baik yaitu :
Skala akrab/intim menggunakan prinsip yang dapat menimbulkan kesan lebih kecil dari besaran sesungguhnya. Skala akrab dapat dicapai melalui: Pemakaian ornamen yang lebih kecil dari ukuran standart/biasanya, pembagian yang lebih besar (pembuatan garis bidang), penerapan skema bahan dan warna yang sederhana, bentuk datar/rata), pertimbangan pencahayaan yang redup.
Skala normal/manusiawi/alamiah dapat diperoleh dengan pemecahan masalah fungsional secara wajar. Besarnya ukuran dimana manusia bekerja adalah menurut fungsinya dan standar-standar yang ada.
Skala megah/heroic bersifat berlebihan dan dapat diperoleh dengan : penerapan satuan yang lebih besar dari biasanya, perletakan elemen yang berukuran kecil berdekatan dengan elemen yang besar sehingga tampak perbedaan ukuran besarnya, penerapan langit-langit tinggi.
Skala mencekam, manusia sulit merasakan pertalian dirinya dengan ruang. Umumnya, skala ini terdapat di alam bukan buatan manusia.
Sequence/Urut-urutan
Menurut Ishar, urut-urutan adalah suatu peralihan/perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap komposisi. Urut-urutan atau peralihan/perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan yang tak diduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-urutan dalam arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat yang dituju dan sebagai persiapan menuju klimaks. Urut-urutan pengalaman meliputi persiapan (approach), pengalaman utama (progression) dan akhiran (ending). Dalam persiapan kita membuat pembingkaian, pandangan sepintas, atau peralihan agar apa yang kita lihat tidak mengejutkan atau peringatan. Dalam pengalaman utama pengunjung merasakan apa yang dilihat/dialami setelah masuk. Pada pengakhiran pengunjung berhenti dan istirahat maka diperlukan pedoman orientasi atau klimaks.
Kekuatan klimaks dapat diperoleh dengan cara :
Membuat bentuk yang sama mirip dengan pengarahan tetapi lebih besar.
Memberi cahaya yang kontras dengan pengarahanya misal dengan memberi lampu-lampu yang menembus dinding/atap dengan memberi tirai kaca berwarna dan sebagainya.
Perubahan tinggi mendadak, tetapi tidak ada kesamaan bentuk.
Membuat bentuk yang lain sama sekali tidak mengejutkan karena ada cukup persiapan/pengarahan.
Dalam suatu karya arsitektur yang baik terdapat :
Urut-urutan dalam segi keindahan bentuk (ada proses menuju klimaks)
Urut-urutan dalam fungsi.
Urut-urutan dalam struktur.
Aksentuasi/Dominasi (Emphasis)
Merupakan prinsip dalam penciptaan karya yang mengikat unsur-unsur seni dalam kesatuan. Prinsip aksentuasi menampilkan pusat perhatian dari seluruh kesatuan karya. Ada beberapa cara dalam menempatkan aksentuasi, yaitu:
pengelompokan yaitu dengan mengelompokkan unsur-unsur yang sejenis. Misalnya mengelompokkan unsur yang sewarna, sebentuk dan sebagainya.
Pengecualian yaitu dengan cara menghadirkan suatu unsur yang berbeda dari lainnya.
Arah yaitu dengan menempatkan aksentuasi sedemikian rupa sehingga unsur yang lain mengarah kepadanya.
Kontras yaitu perbedaan yang mencolok dari suatu unsur di antara unsur yang lain. Misalnya menempatkan warna kuning di antara warna-warna teduh.
Ekspresi Estetika
Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman dan dalam arsitektur pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman melihat atau mengamati. Oleh karena itu yang dapat dilihat adalah bentuk, maka dalam arsitektur media untuk mendapatkan keindahan arsitektur adalah bentuk bangunan.
Dengan pengalaman mengamati, memasuki, menempati kita dapat merasakan sikap batin arsitek. Adapun elemen-elemennya adalah :
Karakter
Merupakan perwujudan antara ekspresi dan fungsi. Louis Sulivan : "tampak luar banguan adalah cermin dari fungsi di dalamnya". Karakter merupakan aspek utama merancang yang bersifat menyeluruh setiap keputusan di desain. Tema berkaitan erat dengan karakter. Aspek teknis menyangkut pemenuhan syarat, fungsi dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi arsitektur sebagai lingkungan buatan diantara lingkungan fisik dan budaya.
Warna
Warna dapat berperan untuk memperkuat bentuk dan mampu memberikan kepada pikiran dan jiwa manusia yang melihatnya. Warna menentukan karakter, juga dapat menciptakan suasana yang kita harapkan. Di bawah ini beberapa karakter warna ditunjukkan dalam sifat;
Kuning = bebas, ceria
Kuning-hijau = tenang, menyenangkan
Hijau = tenang, ramah cendekia
Hijau-biru = angkuh, mantab
Biru = keras, dingin
Biru-ungu = sombong, suka menghayal tanpa kendali
Ungu = tinggi, ekstrim
Ungu-merah = tegang, peka
Merah = panas, melelahkan urat syaraf
Jingga = gembira, bergairah
Jingga-kuning = lincah bergairah
Abu-abu = menenangkan
Biru telor asin = dapat dimakan, buah
Biru-hitam = menekan
Coklat hitam = menolak, menghindar, menjijikan
Ros kulit telor ayam = ringan tangan, menyambut tamu, ramah
Style/gaya
Gaya sebagai salah satu penentu keindahan ekpresi merupakan cara membangun atau merancang secara berbeda dengan yang lain. Gaya antara lain dapat ditentukan menurut sejarah misalnya : gaya romanik byzantum, barok, renaisans, gotik, internasional, post modern, dan lain-lain. Pemakaian bahan bangunan, perbedaan iklim, penerapan detail-detail sesuai pribadi arsitek.
Bahan/material
Bahan yang kita pakai dalam desain dapat menimbulkan kesan tertentu misal;
Bahan logam : menimbulkan kesan dingin, padat, keras.
Kayu berpori : menimbulkan kesan hangat.
Bahan kaca : bersifat tembus pandang dan memantulkan cahaya dapat memberi kesan hidup dan ringan.
Pemakaian bahan/material akan menimbulkan suatu motif dan tekstur.
Motif adalah ornamen dua atau tiga dimensi yang disusun menjadi pola atau ragam tertentu. Motif dapat dibentuk oleh tekstur dan bentuk. Susunan benda dalam ruang juga disebut motif. Motif mempunyai arah gerak maka penempatan motif harus sejalan dengan irama ruang. Pemanfaatan berbagai macam motif akan menimbulkan kesan kacau.
Tekstur adalah halus kasar permukaan benda, baik yang dapat dilihat atau yang dapat diraba. Tekstur kasar punya kesan maskulin dan haus mencerminkan hal-hal resmi/formal dan anggun. Tekstur kasar dan tebal cenderung membuat ruangan lebih kecil dan sempit. Tekstur licin dan ringan punya kesan luas dan terang. Tekstur kasar mempunyai intensitas lebih gelap begitu sebaliknya dengan tekstur licin.
Teori dan Langgam dalam Arsitektur
Pengertian Teori dalam Arsitektur
Arsitektur pada dasarnya tersusun dari seperangkat teori dan pernyataan yang membentuk cakupan tersendiri dan penalaran tersendiri. Dalam pemahaman ini nilai kebenaran dari teori di arsitektur dapat dikatakan sangat tidak mutlak tidak seperti halnya ilmu pengetahuan alam atau matematika. Meskipun demikian dalam pandangan ilmu pengetahuan arsitektur dapat didekatkan pada paradigma. Dimana teori arsitektur merupakan kumpulan yang kadang-kadang terkait atau didasarkan pada bidang keilmuwan lain. Arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-kesepakatan bagi para ilmuwannya terhadap teori-teori dan pernyataan yang membentuknya.
Jika arsitek lebih menaruh perhatian terhadap pemikiran-pemikiran yang berbeda di luar jangkauan tradisionalnya (master builder) sebenarnya adalah merupakan fenomena baru, arsitek mulai berteori. Diawali pada abad pencerahan arsitek yang dahulunya bungkam (karena porsi teori dan ilmu pengetahuan didominasi filsuf) mulai berubah menjadi sosok yang memperhatikan posisinya dalam masyarakat sebagai arsitek yang terpelajar dan intelektual. Penjelasan dan pemahaman-pemahaman baru ini berupa konsep-konsep yang pada dasarnya sudah merupakan dasar bagi tradisi penyusunan teori yang makin mempengaruhi perkembangan arsitek dan sebagai awal kesadaran dalam usaha meletakkan landasan dunia arsitektur kedalam kelompok ilmu pengetahuan. Tradisi ini ditandai oleh empat alasan penting (Ven, 1991: XV) :
kemunduran peranan agama
adanya pengakuan masyarakat terhadap kedudukan arsitek secara independent
adanya perubahan sikap antara klien dan arsitek, sehingga terciptanya dialog kultural yang kuat (sikap klien tidak memaksakan kehendak) dan
adanya revolusi industri.
Dalam pandangan umum, pada dasarnya tidak ada arsitek yang melontarkan sebuah teori setelah menyelesaikan karyanya yang pertama. Bila kita perhatikan, bahkan tidak setiap arsitek berani menyusun teori kecuali beberapa diantaranya, teori arsitektur dikemukakan oleh para arsitek yang telah menghasilkan banyak karya. Kebanyakan teori-teori tersebut baru diakui setelah para arsiteknya tiada, yaitu ketika karya-karya mereka diakui keberhasilannya karena mampu bertahan terhadap waktu. Pengakuan itupun tidak mutlak, juga tidak abadi. Dilain waktu, pada lain kesempatan, karya-karya mereka dijadikan titik tolak untuk menolak teori arsitektur yang mereka ajukan.
Teori secara umum memiliki banyak arti. Beberapa pengertian dan fungsi teori antara teori antara lain adalah merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup mengenai penjelasan suatu faktor. Teori Arsitektur, dalam hal ini dipahami sebagai pengandaian teori-teori yang tersusun sebagai unsur-unsur yang membentuk arsitektur sebagai ilmu pengetahuan. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang menjadikan bangunan dikumpulkan dalam satu cara, tempat dan waktu tertentu. Dalam teori arsitektur tidak dapat dirumuskan atau cara untuk meramalkan bagaimana nasib rancangannya. Misalnya: tidak terdapatnya cara untuk meramalkan bahwa menara Eiffel mulanya dianggap sebagai suatu cela di kaki langit Paris dan kemudian menjadi lambang kota yang langgeng dan asasi.
Desain arsitektur sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan dari pada kegiatan menguraikan. Arsitektur tidak memilahkan bagian-bagian, ia mencernakan dan memadukan bermacam ramuan unsur dalam cara-cara baru dan keadaan baru, sehingga hasil seluruhnya tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu, teori dalam arsitektur cenderung tidak seteliti dan secermat dalam ilmu pengetahuan yang lain (objektif), suatu ciri penting dari teori ilmiah yang tidak terdapat dalam arsitektur ialah pembuktian yang terperinci.
Teori yang berkembang di dunia arsitektur berasal dari kritikan, penafsiran, dandeskripsi dari hasil pekerjaan yang telah dihasilkan dan berhasil membangun opini masyarakat sehingga timbul pemahaman baru. Sejak pertengahan tahun 1960–an, teori arsitektur benar-benar telah menjadi interdisipliner; bergantung pada kritis. Proyek perbaikan modernisme inidisajikan sebagai pembuatan teori agenda baru untuk arsitektur, dilihat dari sudut pandangpolitik, etika, ilmu bahasa, estetika, dan fenomenologi.
Teori Arsitektur, dalam hal ini dipahami sebagai pengandaian teori-teori yang tersusun sebagai unsur-unsur yang membentuk arsitektur sebagai ilmu pengetahuan.
Teori tentang Arsitektur, teori ini berusaha menyusun definisi dan deskripsi medan pengetahuan yang tercakup dalam sebutan arsitektur . Sasarannya adalah menjelaskan kedudukan arsitektur dalam taksonomi ilmu pengetahuan yang berlaku pada periode yang bersangkutan. Contoh yang paling terkenal adalah teori arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius berikut semua modifikasi dan tiruannya. Teori-teori yang berkaitan dengan arsitektur dikemukakan untuk memperlihatkan kelemahan, ketergantungan atau kelebihan arsitektur dari bidang ilmu pengetahuan lainnya. Teori-teori dari jenis inilah yang paling banyak dijumpai sehingga memperumit pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan teori arsitektur. Sebagai contoh, teori bahasa arsitektur, fenomenologi arsitektur, pendekatan sistem, dan seterusnya. Tiap teori jenis ini dapat dilacak ke sumber ilmu pengetahuan masing-masing yang berada diluar arsitektur itu sendiri.
Teori Perancanaan dan Perancangan Arsitektur, yaitu teori yang secara aplikatif membantu didalam proses dan pelaksanaan perancangan. Misalnya adalah: teori pengolahan bentuk dan ruang. Dalam pada ini perlu dibedakan antara konsep dan metode. Konsep bisa dipahami sebagai teori yang tanpa perlu dibuktikan (sebagai landasan perancangan) sedangkan metode merupakan cara untuk membuktikan dan metode sendiri memerlukan teori sebagai alat ujinya (tidak ada metode tanpa teori).
Pengertian Langgam dalam Arsitektur
Langgam berasal dari kata "style" yang berarti gaya. Langgam terkait dengan suatu ciri, bisa berupa budaya, tokoh, peristiwa sejarah, dan sebagainya. Contohnya yaitu langgam 'le corbusier' yang disebut dengan 'corbusian', ada pula langgam 'era kemerdekaan indonesia', dan seterusnya.
Langgam arsitektur adalah bagian dari budaya sedangkan budaya adalah hasil karya dari manusia. Langgam berasal dari kata "style", atau berarti "gaya", yang kadang bertabrakan arti dengan "force". Sejak post modern, para arsitek banyak memperdebatkan tentang langgam ini yang berarti hal yang terkait dengan suatu ciri, bisa berupa budaya, tokoh, peristiwa sejarah, dan lain-lain. Sebuah karya arsitektur bisa berlanggam eropa, cina maupun nusantara. Contoh lain langgam yaitu langgam "le corbusier" yang disebut dengan "corbusian", langgam "era kemerdekaan indonesia", dan sebagainya
Macam-macam langgam yaitu:
Gambar 10 Langgam Arsitektur berdasarkan Kronologi
Klasik
Langgam Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani atau Romawi, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani. Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalam beberapa alasan, jenis arsitektur dan dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit. Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern.
Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir. Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang. Langgam klasik banyak dijumpai di benua Eropa.
Ciri-ciri arsitektur langgam klasik antara lain:
Pilar-pilar besar
Bentuk lengkung di atas pintu
Atap kubah
Terdapat ornamen dan ukiran rumit
Keseimbangan simetri
Berjenjang
Berulang
Arsitektur Venakular
Kata vernakular berasal dari bahasa latin vernakulus, yang artinya dalam negeri, penduduk asli, pribumi; dari verna yang berarti budak pribumi atau rumah buatan pribumi. Dalam kaidah arsitektur vernakular menunjuk pada tipe arsitektur yang mana asli dengan waktu atau tempat tertentu (tidak diambil atau dikutip dari yang lain).
Kadang orang bingung antara arsitektur vernakular dengan arsitektur tradisional, karena antara kedua konsep tersebut memang terdapat hubungan. Arsitektur vernakular dapat juga diambil dari solusi yang diterima secara kultural, tapi apabila hanya melalui pengulangan saja maka dapat menjadi suatu arsitektur tradisional.
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang ada di indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.
Arsitektur vernakular, berawal dari arsitektur tradisional, yaitu transformasi dari situasi kultur homogen ke situasi yang lebih heterogen dan berusaha sebisa mungkin menghadirkan citra, bayang-bayang realitas arsitektur tradisional. Rasa hormat pada tradisi "agung" dan "tinggi" biasanya cukup nyata pada arsitektur vernakular. Citra yang disajikan lebih banyak bersandar pada referensi arsitektur "rakyat" daripada terhadap bangunan keagamaan, bangunan milik bangsawan-penguasa dan sejenisnya. Referensi pada arsitektur "rakyat" yang secara fungsional sudah beradaptasi, jitu, teruji terhadap alam tempatnya berada, biasanya lebih memiliki kepekaan baik secara teknis, sosial, dan kultural.
Pada perkembangan mutakhir, di mana heterogenitas kultur menjadi dominan, arsitektur tradisional mengalami lompatan melampaui proses vernakularisasi, dan muncul dalam wujud eklektik (campur aduk) wujud tradisional, tanpa perduli pada tatanan, hirarki makna, pengertian yang terkandung pada wujud "asli"-nya. Kita bisa saksikan, masih di Bali, berbagai tradisi arsitektur, baik tradisi "agung" dan "tinggi", bahkan juga dari berbagai belahan dunia, dari puncak-puncak kebudayaan sejagat disajikan dalam kehadiran baru di dalam kerangka kultur Bali kontemporer.
Arsitektur vernakular adalah sumber daya setempat yang dibangun dengan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan khusus yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat setempat. Proses rancang arsitektur vernakular dilandasi oleh pemikiran rasional dan spiritual. Masyarakat menghargai arsitek vernakular sebagai wujud dari budaya dan kepercayaan masyarakat yang di aplikasikan ke dalam bangunan. Merancang dengan potensi arsitektur vernakular berarti mencari karakteristik arsitektur dari sebuah wilayah. Menetapkan arsitektur vernakular sebagai sesuatu yang sulit dan berbeda dengan arsitektur masa kini akan membuatnya semakin ditinggalkan oleh generasi muda arsitek. Arsitektur vernakular sendiri dianggap tidak mampu menjadi daya tarik pada masa modern saat ini. Mereka menganggap bahwa arsitektur modern lebih membudaya saat ini.
Namun, jika arsitektur vernacular di padukan dengan arsitektur modern, maka akan lebih menarik. Baik asli maupun paduan, baik diterapkan dalam aspek rinupa maupun tanrinupa, karya arsitektur masa kini yang sudah berusaha dirancang dengan penggalian adat dan budaya nusantara pantas disebut sebagai arsitektur vernakular.
Arsitektur vernacular yang mengambil konsep-konsep kebudayaan ini juga dapat mempertahankan karakteristik dari daerah tersebut. Sehingga nilai-nilai kebudayaan pada daerah tersebut tidak hilang dan dapat dilestarikan. Selain itu, penerapan konsep arsitektur vernakular juga mengurangi pemakaian energi yang berlebihan. Ini di karanakan arsitektur vernakular lebih menggunakan material-material yang ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui seperti kayu. Sehingga kesan budaya yang ditimbulkan pada arsitektur vernakular lebih muncul dengan pemakaian material kayu tersebut. Selain itu, arsitektur vernakular yang merupakan wujud baru dari arsitektur tradisional juga akan berorientasi pada kondisi alam sekitar. Sama halnya seperti arsitektur tradisional pada zaman dulu. Sehingga dapat mengurangi penggunaan pencahayaan dan pendinginan buatan.
Penggabungan konsep arsitektur vernakular dengan konsep arsitektur lainnya dapat menjadikan suatu wujud perkembangan arsitektur saat ini tanpa meninggalkan budaya suatu wilayah yang sudah ada sejak lama. Sehingga semakin memperkaya konsep arsitektur. Penerapan konsep arsitektur vernakular juga menjadikan arsitek lebih menghargai budaya dikarenakan arsitek lebih mengetahui proses terjadinya budaya pada suatu wilayah dari hasil pencarian dari dasar budaya pada wilayah yang akan digunakan untuk penerapan konsep arsitektur vernakular.
Gambar 11 Contoh Arsitektur Vernakular
Neo-Klasik
Gerakan pada akhir abad 18 dikenal dengan Neo klasik. Bentuk arsitektur yang dianggap ideal kemudian diwujudkan ke dalam bentukan berkonstruksi kolom dan ba-lok dan tidak hanya bentukan dari konstruksi dinding pemikul. Wujud arsitekturnya juga dapat ditandai dengan munculnya unsur-unsur dekoratif seperti pedimen, pedes-tal, entablature-terpotong dan sebagainya. Dalam sejumlah proyek dapat disaksikan bahwa bentukan yang kanonik masih dipakai untuk diletakkan pada posisi olahan komposisional.
Arsitektur Neoklasik lahir antara lain karena ditemukannya kembali peninggalan arsitektur Yunani dan Romawi, serta adanya perubahan politik antara lain revolusi Perancis (1789) dan Amerika (1776) menciptakan republik, dengan anggapan mengambil seni yang diasosiasikan dengan seni Yunani (demokrasi) dan Romawi (republik). Pada abad ke-18 orang (terutama yang senang benda antik dan arsitek) banyak tertarik untuk mengadakan perjalanan dan penggalian situs-situs lama, terutama Yunani.
Gaya ini merupakan gaya anti-rokoko yang dapat ditemukan pada beberapa gaya arsitektur eropa pada awal abad ke 18., dengan jelas diwakili dalam arsitektur Palladian di Georgia inggris dan Ireland, selain itu juga dapat ditemui dalam lapisan klasifikasi akhir gaya barok di Paris, di Berlin, dan bahkan di Roma, Alessandro Galilei pada bagian muka dari gadeung Giovanni di Laterano. Ini merupakan suatu arsitektur self-restraint yang sempurna, yang selektif hingga sekarang " yang terbaik" dalam mengikuti gaya bangsa Roma.
Neoklasikal pertama berkembang dan dan diperolah di London, melalui contoh dari bangunan Paris-Trained yang dirancang oleh tuan William chambers dan james " Athenian" Stuart, dan di Paris, melalui suatu generasi siswa seni Perancis yang training di Akademi Perancis di Roma dan yang dipengaruhi oleh kehadiran Charles-Louis Clérisseau dan tulisan Johann Joachim Winckelmann; itu dengan cepat diadopsi oleh lingkaran progresif di Sweden. Di Paris, banyak dari generasi arsitek neoklasikal yang pertama menerima pelatihan dalam Tradisi Perancis yang klasik melalui suatu rangkaian tentang ceramah kuliah praktis dan menyeluruh yang ditawarkan untuk dekade perkuliahan oleh Jacques-François Blondel.
Pada mulanya Italia bertaut pada Rococo sampai rejim Napoleo membawa arkeologis klasikal yang baru, yang dipeluk sebagai pernyataan politik oleh kaum muda yang progresif. Pusat dari ahli kebudayaan sejarah yunani polish adalah Warsaw di bawah aturan dari Raja polish Stanislaw Agustus Poniatowski. seniman dan arsitek yang dikenal terbaik di Poland tepatnya di Dominik Merlini, diantaranya adalah Jan Chrystian Kamsetzer, Szymon Bogumi Zug, Jakub Kubicki, Antonio Corazzi, Efraim Szreger, Kristen Piotr Aigner, Wawrzyniec Gucewicz dan Bertel Thorvaldsen.
Gaya neo klasik mengalami tantangan berat sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi. Keyakinan bahwa arsitektur adalah 'seni bangunan' yang berbeda dengan kegiatan 'engineering' mulai mengalami pergeseran, setelah muncul suatu jarak antara arsitektur dan kemajuan konstruksi bangunan.
Perubahan-perubahan inilah yang kemudian mengarah pada munculnya arsitektur modern. Arsitektur modern sendiri berprinsip pada tradisi fungsional, lebih cenderung pada pemikiran struktur daripada unsur-unsur lainnya.
Dari sekitar tahun 1800 Yunani merupakan contoh arsitektur yang segar, banyak mensketsa dan mengukir, memberi suatu daya dorong baru ke gaya meoklasikal atau yang disebut Kebangkitan kembali ilmu Yunani.
Neoclassikal adalah suatu kekuatan utama di dalam seni akademis sampai abad ke 19 dan di luar daripada itu gaya ini merupakan lawan yang tepat dari gaya Romantis dan Gotik renasisans walaupun pada akhir abad ke 19 gaya ini diklasifikasikan sebagai gaya anti modern atau bahkan gaya yang reaksioner. Pada pertengahan abad ke 19, beberapa kota besar Eropa khususnya St Petersburg dan Munich- diubah bangunannya ke dalam musium Arsitektur neoklasikal yang dijamin kebenarannya.
Contoh tokoh Arsitektur neoklasikal adalah Karl Friedrich Schinkel's dan bangunan dari Schinkel'S adalah Museum Tua di Berlin, Tuan John Soane's arsitek dari Bank Inggris di London dan bangunan baru " capitol" di Washington, DC. Arsitek skotlandia Charles Cameron menciptakan interior mewah gaya Italianate untuk warga kelahiran jerman Catherine II yang agung di Rusia yaitu bangunan St. Petersburg dengan mnggunakan gaya internasional.
Ciri-ciri arsitektur Neoklasik antara lain :
Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapi (uncluttered)
Simetris
Kolom-kolom yang berdiri bebas
Prototipe yang umumnya dicontoh adalah arsitektur kuil. Hal ini dikarenakan arsitektur kuil dianggap sebagai bentuk paling murni dari arsitektur klasik. Kolom pada kuil benar-benar berfungsi untuk menopang bangunan (bukan dekorasi).
Jadi dapat disimpulkan pada Arsitektur Neoklasik, fungsi dari kolom benar-benar menopang, bukan hanya dekorasi atau kolom yang berdiri bebas dan menopang entablatur.
Garis atap umumnya datar dan horisontal, jarang ada menara dengan fasade yang cenderung panjang dan datar akibat dari efek dari kolom yang berjajar. Proporsi klasik pada eksterior sangat penting dimana pintu dan jendela tidak mengurangi kesempurnaan nilai-nilai arsitektur klasik meskipun diletakkan di belakang kolom-kolom depan. Pintu dan jendela tidak menjadi elemen skluptural.
Di Perancis dan Italia tradisi taman formal berdasar pada pola-pola geometris dipertahankan, sedangkan di Inggris taman lebih luwes atau lebih meniru alam (membuat alam dengan skala lebih kecil).
Terdapat dua gaya bangunan yang terkenal pada periode Arsitektur Neoklasik ini, yaitu Gaya Georgia (Inggris Raya) dan Gaya Federal (Republik Amerika Serikat).
Gaya Georgia berkembang di Inggris, 1715 – 1820 dan dipengaruhi oleh gaya arsitektur Palladia. Gaya ini banyak terlihat pada penataan kota/kawasan. Sedangkan Gaya Federal berkembang di Amerika Serikat (1780 – 1820). Dengan fitur tipikal interior yang berbentuk oval, tangga melingkar yang berdiri bebas, portico yang di'bingkai' oleh kolom-kolom, profil kayu yang kecil, dan proposi yang 'langsing' (slender).
Gambar 12 Petit Trianon sebagai Contoh Arsitektur Neo-Klasik
Terdapat empat aliran dalam arsitektur Neo-Klasik yaitu;
Romantic-Clasiccism
Neo-Gothic
Greco-Roman
Neo-Renaissance
Modern
Arsitektur modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik serupa, yang mengutamakan kesederhanaa nbentuk dan menghapus segala macam ornamen. Arsitektur modern pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam abad ke 20 ini. Asal dan karakteritis arsitektur modern sampai sekarang ini masih di perdebatkan dalam kalangan arsitek. Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal sosial yang kelat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan, suatu hasil dariperkembangan sosial dan politis.
Arsitektur lainnya yang melihat gaya modern sebagai sesuatu yang di kendalikan oleh teknologi dan pengembangan produk dan dengan munculnya bahan-bahan yang dipakai dalam membangun gaya bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan pengetahuan bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalambidanga Revolusi Industri. Pada tahun 1796, Shrewsbury dengan gaya desainnya ohwisyang 'tahan api', yang mana gaya ini bersandar pada besi cor dan batu bata. Konstruksiseperti itu sangat memperkuat struktur bangunan, yang memungkinkan mereka untukmengakomodasi banyak mesin yang lebih besar.Sejarawan lain menghormati pandangan moderen sebagai suatu reaksi melawanterhadap gaya ekletik dan mencurahkan perhatian mereka kepada gaya Jaman Victoriandan gaya Seni Nouveau.
Apapun yang menjadi penyebab pada tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruhmuka bumi mulai mengembangkan gaya arsitektur mereka beralih dari arsitektur yang klasik (Gotik, sebagai contoh) dengan berbagai kemungkinan teknologi baru. Arsitek Louis Sullivan dan Frank Llyod Wright di Chicago, Viktor Horta di Brussels, Antoni Gaudidi Barselona, Otto Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di Glasgow, dan masih banyak lagi arsitektur modern lainnya berusaha membangun gaya modern pada bangunan dengan meninggalkan gaya lama.
Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows Function. Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi, perulangan yang monoton, merupakan ciri arsitektur modern. Arsitektur modern mempunyai pandangan bahwa arsitektur adalah olah pikir dan bukan olah rasa (tahun 1750), dan "permainan ruang" dan bukan "bentuk".
Ciri-ciri arsitektur dengan langgam modern yaitu;
Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam)
Merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.
Berupa khayalan, idealis
Bentuk tertentu, fungsional
Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monoton karena tidak diolah.
Less is more. Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut.
Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak.
Penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi, hal ini disebabkan karena dibutuhkan kecepatan dalam membangun setelah berakhirnya perang dunia II.
Singular (tunggal). Arsitektur modern tidak memiliki suatu ciri individu dari arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya (seragam).
Nihilism. Penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa–apanya kecuali geometri dan bahan.
Ruang pada rumah dengan gaya Arsitektur Modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.
Bahan bangunan berupa stainless steel finishing polished, aluminum anodized, kaca berwarna/tinted glass, marupakan bahan dengan jenis finishing mencirikan rumah modern dimasa-masa awal berkembangnya di Indonesia. Disaat sekarang ini banyak bahan engunan dengan teknologi modern yang menjadi komponen penting seperti galvanized metal, granitile, grc, perforated metal dan lain-lain.
Di Indonesia arsitektur modern berkembang pesat melalui Konsultan – Konsultan dibidang perencanaan akibat penguasaan mereka terhadap teknik presentasi desain melalui alat bantu teknologi komputer. Satu terobosan penting dalam bidang sajian gambar yang praktis dan nyata. Sistem modul, akurasi dimensi, pilihan warna, pencahayaan dan tekstur tersedia sedemikian rupa oleh teknologi informasi yang sedang berkembang. Desain arsitektur hadir melalui konfigurasi pilihan referensi yang telah disediakan teknologi informasi dengan cepat.Secara substantif modern merupakan satu bentuk pilihan keputusan dalam desain bangunan akibat intervensi budaya sebagai satu pola pikir, aktifitas dan gaya hidup. Sebuah cara pandang yang merefleksikan gaya hidup masyarakat masa kini yang cenderung cepat, praktis, efisien dan efektif dalam berbagai bidang. Hal ini juga dapat dilihat pada pola makan, pakaian, komunikasi dan sebagainya. Hukum ekonomi yang menekankan pada usaha yang sesedikit mungkin untuk pencapaian yang maksimal merupakan landasan penting dalam gaya hidup modern. Paham yang dianut adalah siapa cepat dia dapat dan waktu adalah uang. Tidak ada lagi jargon masyarakat Indonesia alon-alon waton kelakon (pelan asal tercapai) atau biar lambat asal selamat. Karena setiap aktifitas pencapaian hidup diukur dan berorientasi pada waktu, persaingan dan keterbatasan sumber daya dan energi. Keterlambatan adalah awal kekalahan.
Konsep modern dalam arsitektur merupakan satu pendekatan estetik yang menekankan pada hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional baik dalam estetika spatial, bentuk dan struktural. Secara spatial ruang-ruang spesifik disusun sedemikain rupa agar memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi dalam ketersusunan dan kemudahan fungsinya. Bentuk-bentuk geometris elementer yang praktis tanpa ornamen merupakan karakter utama yang mendominasi permukaan dan massa bangunan. Inovasi berbagai material seperti baja, beton, dan kaca, standardisasi dan efisiensi memberi tantangan baru dalam teknologi dunia rancang bangun. Prinsipnya semakin sederhana, maka kualitas sebuah desain, fungsi ruang yang ada, dan penyelesaian sistem struktur akan semakin lebih baik. Minimum adalah tujuan sekaligus nilai dari estetika itu sendiri. Kontinuitas rancangan sejak gagasan penentuan garis lurus, bidang datar dan pertemuan bidang serba siku tegak lurus, konstruksi volumetrik dan gubahan massa, kejujuran material, olahan cahaya dan udara, perulangan modul, sirkulasi ringkas, ruang multifungsi dan berurut serta kejelasan sistem struktur merupakan ciri utama konsep arsitektur modern.
Modern juga tampak pada sikap dan perilaku perancang dalam berargumentasi, mengenali dan menuntun klien agar menyadari dan berseda mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak penting. Hanya fungsi esensial yang dipertahankan sehingga bangunan disebut modern karena hasil sebuah proses untuk mendapatkan ruang yang betul-betul termanfaatkan. Modern tidak ditampilkan sekadar tujuan akhir bentuk tetapi juga keberhasilan dalam memurnikan fungsi itu sendiri.
Arsitektur modern adalah ekspresi masyarakat urban kontemporer yang kompetitif melalui sebuah cara hidup jujur, praktis dan sederhana secara total.
Contoh karya arsitektur modern yaitu Villa Savoye oleh Le Corbusier. Villa Savoye termasuk ke dalam arsitektur modern karena mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen. Sedangkan contoh arsitek dengan gaya modern yaitu Le Corbusier dan Frank Lloyd Wright.
Gambar 13 Tampak Depan Villa Savoye
Gambar 14 Villa Savoye Tampak Mata Burung
Berikut merupakan aliran dalam langgam arsitektur modern;
Cubism
Kubisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang bertitik tolak dari penyederhanaan bentuk-bentuk alam secara geometris (berkotak-kotak). Arsitektur aliran kubisme terinspirasi dari seni lukis yang muncul dan mulai berkembang pada tahun 1910 - 1914 di Paris. Aliran kubisme muncul karena rasa bosan terhadap aliran-aliran klasik yang penuh dengan ornamen.
Cubism adalah gerakan paling revolusioner dalam seni rupa, berkembang mula-mula di Perancis antara tahun 1907-1920-an. Cubism berasal dari seni lukis yang tidak hanya membuat bentuk dan warna dalam dimensi ruang tetapi juga dimensi waktu, menyajikan lukisan tidak hanya dari satu sudut pandang yang lazimnya dalam lukisan tradisional, tetapi dalam berbagai sisi, termasuk sisi yang seharusnya tidak terlihat dalam lukisan. Cubism tidak sepenuhnya abstrak. Prinsip dari aliran Cubism menonjolkan aspek ruang atau tiga dimensi dan waktu, dimana hal itu tidak terdapat dalam aliran klasik- tradisional.
Aliran cubism mempengaruhi bidang arsitektur dalam elemen utama pendukung arsitektur yaitu material, ruang dan pencahayaan. Dalam arsitektur klasik, material adalah hal utama yang memberikan kekuatan dalam konstruksi. Ruang terletak dibalik dinding tebal di mana cahaya masuk hanya sedikit. Namun sejak aliran cubism muncul, arsitektur bukan lagi selubung, tetapi ruang menjadi aspek paling dominan.
Aliran Cubism termasuk dalam aliran arsitektur modern awal Fungsionalisme atau rasionalisme. Elemen bangunan mengutamakan pada fungsi yang pada akhirnya dapat menimbulkan keindahan tanpa adanya hiasan atau dekorasi satupun. Aliran cubism memanfaatkan teknologi beton bertulang yang bentuk dan ukuran- ukurannya standar dengan sistem module. Sistem ini menjadikan suatu bangunan dibangun dalam waktu.
Art Nouveau
Art Nouveau berada pada puncak tahun 1892 sampai 1902, merupakan sebuah gebrakan dalam desain arsitektur. Nama "Art Nouveau" diperoleh dari nama dari suatu toko di Paris, Maison d'Art Nouveau. Pada waktu itu arsitektur Samuel Bing lewat dan terinspirasi untuk menamakan desainnya art nouveau .Suatu titik tinggi dalam evolusi Seni Nouveau adalah penampilan universal pada tahun 1900 di Paris, di mana "gaya modern" memenangkan penghargaan pada setiap sesinya. Art nouveau memperlihatkan ciri khasnya hampir di seluruh bagian eropa. Ironisnya, Seni Nouveau kebanyakan dibangun dengan menggunakan bahan material kaca dan jarang memakai bahan material besi ataupun baja.
Pintu masuk Metro Paris yang dirancang oleh Hector Guimard pada tahun 1899 dan 1900 adalah contoh Seni Nouveau yang terkenal. Dinamis, mengalir, kurva dan berombak-ombak "cambukan" merupakan iramabentuk dari Seni Nouveau. Corak yang lain adalah pemakaian parabol dan hiperbola.
Contoh arsitektur art nouveau yaitu Istana Bellas Artes, Mexico, karena memiliki bentuk atap setengah bola/parabola dan bentuk-bentuk lain yang berlekuk-lekuk, dinamis, mengalir, kurva dan berombak-ombak. Sedangkan tokoh arsitek penganut gaya ini yaitu Louis Henry Sullivan.
Gambar 15 Istana Bellas Artes, Mexico
Brutalisme
Brutalisme adalah gaya arsitektur sebagai pembaharuan gerakan arsitek, berkembang pada tahun 1950 - 1970. Awal gayanya sebagian besar diilhami oleh Le Corbusier (khususnya Unit d'Habitation) dan Ludwig Mies van der Rohe. Istilah brutalisme sendiri dimulai dari bahasa Prancis Béton brut alias "beton kasar" atau "beton mentah". Bangunan brutalis pada umumnya dibentuk dengan membentur blockish, geometris, dan bentuk berulang, dan sering juga mengulang bentuk tapi tanpa adanya ornamen. Tidak semua bangunan brutalis dibentuk dari beton. Sebagai gantinya, bangunan dapat mencapai mutu brutalis melalui suatu bahan yang keras dengan penampilan bagunan dan material strukturnya terbuat dari beton. Rumah pribadi Alison dan Peter Smithson's dibangun dari batu bata. Richard & Renzo Piano, Center Pompidou dihormati sebagai arsitek brutalis dengan bahan dan struktur bangunannya meliputi batu bata, kaca, baja, batu kasar.
Brutalisme sebagai gaya arsitektur juga dihubungkan dengan suatu ideologi yang berupa kayalan sosial yang cenderung untuk didukung oleh para perancangnya, terutama Alison dan Peter Smithson. Kegagalan dalam merencanakan suatu desain merupakan hal hal positif bagi para arsitek Brutalis.
Brutalisme memperoleh daya gerak besar di Inggris sepanjang pertengahan abad 20. Ketika itu keadaan ekonomi tertekan akibat kerusakan perang dunia II. Masyarakat mencari konstruksi murah dan mudah. Meskipun demikian, perlu diketahui juga bahwa banyak arsitek memilih gaya brutalist walaupun mereka sebenarnya mempunyai anggaran yang besar dalam membangun.
Desain brutalis pada awalnya mendapatkan banyak kritik sebagai gaya yang merusak pemandangan. Dalam majalah Home Office edisi 50 gaya Quenn Anne dikatakan "seperti barang rongsokan", sebab gaya ini sangat identik dengan beton. Namun demikian, sajian brutalis pada Menara Trellick membuktikan bahwa gaya brutalis sangat populer di antara para arsitek dan masyarakat. Pada waktunya, banyak struktur brutalisme menjadi lebih dihargai oleh masyarakat karena keunikan mereka dan penampilan yang menyolok.
Di tahun terakhir, gaya bangunan brutalistme mulai hilang dari ingatan masyarakat. Masyarakat mulai menuju ke gaya baru yang baru lahir sebagai ganti gaya brutalisme sehingga banyak bangunan gaya brutalistme dirobohkan dan dibangun menjadi gaya yang baru lagi.
Gambar 16 A housing complex in Montreal by Moshe Safdie
Dekonstruksi Fungsional
Historicism
Organik
Post Modern
Untuk lebih memperjelas pengertian arsitektur post modern, Charles Jencks memberikan daftar ciri–ciri sebagai berikut :
Ideological
Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern, ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post modern bisa lebih terarah dan sistematis.
Stylitic (ragam)
Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan sebagainya) yang khusus. Pengertian gaya – gaya dalam arsitektur post modern adalah suatu pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur post modern.
Design Ideas (Ide-Ide Desain)
Ide-ide desain adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain dalam Arsitektur Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang mendasari Arsitektur Post Modern.
Contextual Urbanism and Rehabilitation
Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.
Purna Modern
Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari sebutan post-modern versi Charles Jencks. Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan unsur-unsur kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno. Menyertakan warna dan tekstur menjadi eleman arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan ruang.
Langgam Arsitektur purna modern ini yang lebih di tonjolkan dalam fungsinya adalah fungsi–fungsi metaforit (simbolik) dan historical. Arsitektur purna modern dimana bentuk-bentuk tersebut menempati posisi yang lebih dominan dari pada ruang. Arsitektur purna modern memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam (The Past). Tokohnya antara lain Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.
Gambar 17 Museum Lowman sebagai Contoh Arsitektur Purna Modern
Pasca-Modern (Late-Modern)
Arsitektur Pasca Modern merupakan Arsitektur Post Modern yang hanya peduli terhadap sejarah Arsitektur Modern, namun tidak pada Arsitektur Pra Modern. Oleh sebab itu sumber dari teknik dan estetikanya adalah dari Arsitektur Modern. Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O'Gehry.
Gambar 18 Walt Disney Concert Hall sebagi contoh Arsitektur Pasca Modern
Dekonstruksi
Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York dengan tema "Deconstructivist Archiecture" yang diorganisir oleh Philip Johnson dan terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman, Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan Coop Himmelblau.
Gejala "Dekon" dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.
Pada 8 April 1988 dalam "international Symposium on Deconstruction" yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan – kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar kemapaman dan kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan Inggris, kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema "deconstructivist Architecture" yang di selenggarakan di Museum of Art, New York, tanggal 23 Juni – 30 Agustus 1988 mencetuskan 'dekonstruktivisme' yang lebih berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika.
Telaah dan pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu kesiapan untuk belajar menerima beberapa kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri di atas keterbukaan dan kesabaran. Keterbukaan membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa prekonseosi. Kesabaran memberikan ruang kepada orang untuk mendengar lebih cermat dan seksama.
Deconstruction sebuah konsep Perancis yang diturunkan oleh Jacques Derrida (lahir 1921) tidak mudah disampaikan sebagaimana pemahaman orang tentang konstruksi, destruksi, dan rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk merenungkan kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan kapasitasnya masing –masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi. Derrida menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan – hubungan. Dalam tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha demikian diharapkan dapat memperjelas hubungan Deconstruction dan Rancang bangunan.
Konsep utama memproduksi atau mengadakan karya bertolak dari konsep yang oleh Derrida pada kasus literatur disebut differance. Dalam rancang bangun konsep ini tidak dapat dipahami sebagai suatu pendekatan yang membuka pemikiran bahwa karya bukanlah semata – mata representasi yang direduksi sebagai alat menyampaikan gagasan atau pesan. Merancang karya diharapkan memberi peluang agar kemungkinannya berbicara bisa merdeka dari prinsip dominasi. Differance memahami setiap komponen bahkan elemen dari komposisi sebagai suatu potensi yang tidak terpisahkan keberadaan, peran dan fungsinya dalam kesemestaan. Artinya mereka tidak hanya sebagai suatu alat untuk menunjuk pada sesuatu gagasan atau ingatan atau nilai tertentu. Diferance memberikan pemahaman baru bagaimana melihat elemen rancangan rancang bangun dalam sebagai batas – batas wilayah yang mengkaitkan : manusia-material-konstruksi-rupa/bentuk dan tempat. Rancang bangunan sebagai suatu keutuhan dan aspek – aspeknya adalah jejak – jejak dari suatu kesemestaan yang mampu berbicara sendiri sebagai pembangun pemahaman dunia. Seperti halnya suatu 'text' rancang bangunan marupakan suatu komposisi yang berosilasi di antara hadir dan absen. Dengan osilasi tersebut terjalin suatu yang terputus – putus sebagaimana pemahaman kita sebenarnya akan dunia ini.
Diskontinuitas dan putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri. Gagasan yang dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip dari rujukan di tempat lain. Bentuk/rupa material-konstruksi-lokasi. Jadi tidak pernah komponen komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa. Differance mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas " citatioans" atau kutipan – kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang melihat dan merasakan suatu representsi pentunjuk yang hadir dengan rujukan yang tidak hadir ( entah di mana ). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen – fragmen dari sumbernya yang "mengada" di suatu lokasi dan tampil seolah – olah utuh dan stabil sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk/rupa misalnya, tidak pernah lepas dari keinginan untuk melayani "kebutuhan" manusia. Atas dasar merujuk pada sumber – sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi "meng-ada". Dengan itu pula apa yang hadir sebenarnya memberikan "jejak" kepada sumber – sembernya. Interprestasi komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan tanpa membaca atau menelusuru jejak – jejak yang hadir ke sumber – sumber mereka. Hasil dari komposisi yang lahir dengan hadirnya jejak – jejak tersebut oleh Derrida disebut Dissemination.
Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya membongkar bangun – bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun contextnya. Lebih dari itu, kekuatan – kekuatan yang berperan pada konsep yang bersangkutan akan: dilucuti atribut – atributnya, dikupas habis hingga telanjang bulat, dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan – kaitannya dengan konsep – konsep lain, digelar kemungkinan – kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari 'interplay' kekuatan – kekuatan melalui : kontradiksi – kontradiksi, kesenjangan – kesenjangan, decomposition, disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan kemungkinan – kemungkinan "ada" dan "mengada". Daya tarik deconstruction bagi dunia rancang bangun terletak di dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang selayaknya terbuka bagi yang mungkin dan yang tidak mungkin
Arsitektur Dekonstruksi tidak mengikatkan diri ke dalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi". Dekonstruksi tidak ada yang dominan, tidak ada yang tidak dominan, bentuk dan ruang memiliki kekuatan yang sama.
Dekonstruksi yang dikomunikasikan adalah:
Unsur-unsur yang paling mendasar, esensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial.
Dekonstruksi menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya
Tinjauan Obyek Kasus Rumah Tinggal (The First Light House) dan Musem The Centre Le Corbusier
The First Light House
Gambar 19 The First Light House
Gambar 20 Model The First Light House
The First Light House merupakan rancangan tim Victoria University of Wellington, dalam rangka berkontribusi dalam ajang yangdiselenggarakan oleh Departemen Energi AS Solar Decathlon 2011, yang berlangsung di Washington DC. Tim yang dipimpin oleh mahasiswa dari Victoria School of Architecture, adalah salah satu dari 20 tim di seluruh dunia. Setiap dua tahun, Solar Decathlon menantang siswa untuk merancang, membangun dan mengoperasikan rumah yang sepenuhnya menggunakan energi matahari.
Semuanya dimulai dengan empat mahasiswa arsitektur dan desain proyek sarjana pada tahun 2009. Pada tahun 2010 proyek ini menjadi proyek kompetisi yang masuk ke Departemen Energy Solar Decathlon. Di Amerika Serikat, First Light memperoleh Hadiah Pertama Teknik dan Pertama Sama di Hot Air dan Energi Balance. First Light juga memperoleh Juara II dalam Arsitektur, Tempat Ketiga Banding Pasar dan, Juara III secara keseluruhan di Solar Decathlon.
Eli nutall Anna farrow Nick officer Ben jagersma Guy marrige
Eli nutall
Anna farrow
Nick officer
Ben jagersma
Guy marrige
Gambar 21 Tim Arsitek The First Light House
Meridian First Light House terinspirasi oleh Kiwi bach tradisional - rumah liburan di Selandia Baru. Di desain sesuai dengan gaya hidup Selandia Baru yang santai dalam bersosialisasi, serta berhubungan dengan lingkungan luar sebagai pusat untuk hidup. Inti dari desain adalah bagian tengah mengkilap yang berfungsi sebagai jembatan antara lingkungan alam dan di dalam ruangan.
Eksterior rumah juga memungkinkan penghuni untuk secara efektif tinggal di luar selama musim panas dan membawa rasa luar dalam selama musim dingin. Sebuah skylight kaca triple dan pintu bi-fold besar menerangi bagian tengah rumah. Pengaruh bach juga membentuk bagaimana ruang di dalam rumah dirancang sehingga menjadi multi-fungsi sekaligus menjaga keprihatinan praktis, seperti penyimpanan. Tata letak menyediakan, ruang sosial yang fleksibel fungsional, yang dapat diubah sesuai pemilik.
Bahan yang digunakan di rumah dipilih untuk menjamin kekuatan, kualitas dan integritas struktur dan estetika rumah. Kombinasi kayu yang digunakan tadalah kayu daur ulang Rimu asli Selandia Baru. LVL dan kayu lapis yang digunakan untuk dinding dan lantai karena stabilitas dan ketahanan, sementara balok glulam dan posting yang digunakan untuk mendukung kanopi.
Pada eksterior, kanopi kayu yang terbuat dari Western Red Cedar yang alami, tahan lama, ringan dan stabil dalam berbagai iklim. Kanopi adalah fitur kunci dari desain. Peletakan kanopi di atas dengan kemiringan tertentu memberikan gaya rumah yang estetika dan juga fungsional. Kanopi memberikan dukungan independen untuk 6 kW array surya yang terdiri dari 28 polikristalin panel photovoltaic dan 40 tabung kolektor surya. Dalam musim hangat ketika matahari tinggi kanopi juga menyediakan naungan ke jendela besar di bawahnya.
Gambar 22 Struktur The First Light House
Gambar 23 Sistem Energi pada The First Light House
Gambar 24 Potongan The First Light House
Hakekat Estetika
Sosok Bangunan
Sosok yaitu kesan pertama yang pengamat bisa tangkap saat pertama kali melihat bangunan tersebu. Saat melihat pada first lught house pada bagian atapnya terdapat bagian yang menyerupai sayap burung yang yang terbang. Sosok tersebut dapat lebih terlihat jelas apabila dilihat hari jarak yang tak terlalu jauh maupun terlalu dekat dengan first light house. Terlihat dari gambar dibawah ini sosok pada atap fisrt light house seperti sayap burung yang sedang terbang. Walaupun pada bagian atap kanan dan kiri tidak sama ukuranya. Sosok pada atap fisrt light house tersebut memimbulkan kesan bahwa bangunan tersebut lebar.
Gambar 25 Sayap Burung Gambar 26 The First Light House
Bahan, Tekstur, dan Warna
Bahan
Bahan atau material adalah setiap bahan untuk tujuam konstruksi dan juga juga untuk memnujang esetetika dari bangunan tersebut. First light house memilki bahan yang dominan yaitu bahan dari kayu baik kayu alami ataupun buatan manusia. Pada bagian dinding belakang mengunakan kayu rimu. Kayu rimu yaitu kayu asli dari New Zealand. Pada fisrt light house kayu rimu yang digunakan adalah kayu rimu yang telah tak terpakai lagi dan diolah kembali untuk digunakan. Bagian deck dari first light house menguanakan kayu pinus. Sedangakan pada dinding dan lantai menggunakan polywood dan juga mengunakan LVL. Polywood dan LVL merupakan bahan yang tidak mudah retak.
Gambar 27 Kayu sebagai Bahan Utama First Light House
Polywood sendiri bahan olahan dari kayu yang memiliki sifat tidak mudah retak, tidak mudah patah. walaupun semua itu juga tergantung pada keteblan polywood tersebut . Sementara LVL atau Laminated Veneer Lumber merupakan bahan yang mudah kembali kebentuk semula (elastis) sehngga sangat cocok sebhan bahan bangunan untuk wilay h yang rawan terhadap gempa.
Tekstur
Tekstur dari first light house bisa didapat dari bahan yang digunakan. Dari bahan kayu yang dipakai didapati tekstur halus dan juga memliki corak tertentu yang mana corak tersebut terdapat pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan dari first light house. walupun LVL dan polywood buatan manusia tetap memiliki tekstur halus dan corak tertentu juga. Kayu rimu memiliki tekstur yang halus dan corak yang memiliki bentuk melengkung – lengkung dan orintasi serat yang berbeda. Poywood dan LVL walau memliki tekstur halus juga tetapi corak yang dihasilkan berbeda dengan rimu maupun pinus. Corak yang dihasilkan pada lvl dan polywood adalah corak yang lebih rapat dan juga sama yaitu berupa garis – garis. Corak yang terdapat pada polywood hampir sam dengan corak yang ada pada LVL. Kaca yang digunakan pada first light house miliki tekstut halus.
Gambar 28 Tekstur Kayu pada Dinding Gambar 29 Tekstur Kayu pada Lantai
Warna
Pada first light house memliki warana yang berbeda pada bagian interior dan ekterior . pada bagian eksterior warana pada setipa sisi bangunan sama yaitu warna coklat . warna tersebut tidak dipadukan dengan warna yang lain. Sedangkan pada bagian interior warna yang digunakan ialah warna coklat tua dan warna crem . warna coklat pada interior first light house dapat dijumpi pada dinding bagian depan dari interior first light house . sedangkan pada dinding bagian belakang dari interior first light house dan juga alas serta atap mmeliki waran yang sama yaitu crem. Pada bagian kamar mandi dari first ligh house memliki waran yang berbeda dengan warna yang lain yaitu wrana pada alas berupa waran coklat yang sama seperti wrana pada bagian dinding sbagian depan interior dan sam dengn warna dari dinding ektseterior.
Gambar 30 Eksterior The First Light House Gambar 31 Interior The First Light House
Dinding pada kamar mandi menggunkan dua bahan yang berbeda mak warna yang diberikan juga berbeda pada setengah bagian mengunakn bahan kayu yang warn adari kayu tersebut dalah warna coklat, sedangkan setengah bagian lagi mengunakan keramik berwarna hijau
Gambar 32 Kamar Mandi The First Light House
Gambar 32 Kamar Mandi The First Light House
Dinding depan bagian interior
Dinding belakang bagian eksteriorGambar 33 Potongan The First Light House
Gambar 33 Potongan The First Light House
Prinsip/Asas Estetika
Bentuk Estetika
Kesatuan (Unity)
Gambar 34 Kesatuan dalam The First Light House
Kesatuan pada The First Light House tampak pada bahan yang bangunan yang digunakan yaitu kayu. Kayu memberi unsur warna coklat serta corak yang sama pada setiap bagian. Selain itu, bahan kayu memberi kesan alami dan unite dengan alam sekitar. Selain kayu, pemilihan bahan kaca yang transparan juga turut mempersatukan corak The First Light House sesuai dengan konsepnya yaitu rumah yang alami dan ramah lingkungan.
Dari segi pencahayaan, lampu-lampu dan bukaan ditata sedemikian rupa sehingga cahaya yang dihasilkan makin mempertegas warna dan tekstur kayu itu sendiri.
Irama (Rythm)
Gambar 35 Irama pada The First Light House
Irama pada The First Light House adalah irama garis statis, yaitu pada kolom-kolom kayu dan atap. Termasuk ke dalam irama statis dikarenakan garis-gatis kolom yang cenderung berulang secara tetap/statis pada jarak tertentu.
Keseimbangan (Balance)
Gambar 36 Keseimbangan Asimetri pada Tampak
Keseimbangan pada tampak depan The First Light House adalah keseimbangan asimetri. Hal ini dikarenakan apabila ditarik sebuah garis lurus di antaranya, maka kedua bagian kiri dan kanan tidak sama besarmya.
Gambar 37 Keseimbangan Asimetri pada Denah
Begitu pula yang terjadi pada keseimbangan denah. Jika dilihat pada denah, The First Light House tampak seperti terbagi menjadi dua bagian dengan ruang makan ditengahnya sebagai penghubung. Bagian ruangan kanan dan kiri hampir sama yaitu terdiri dari kamar tidur, dan kamar mandi. Yang membedakan yaitu adanya dapur pada bagian kanan.
Meskipun tata ruangnya hampir sama, ukuran sayap kanan dan kiri berbeda, denagn sayap kanan lebih besar dari kiri. Jika ditarik garis tepat ditengah rumah, maka kedua bagian tidak akan sama besarnya. Maka tampak denah pada The First Light House juga termasuk dalam keseimbangan asimetris.
Proporsi
KEPALABADANKAKI
KEPALA
BADAN
KAKI
Gambar 38 Proporsi pada The First Light House
Proporsi pada The First Light House dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni kepala, badan, dan kaki. Bagian kepala meliputi atap yang dilengkapi dengan panel surya. Bagian badan meliputi bagian rumah itu sendiri. Sedangkan bagian kaki meliputi kolom-kolom penyangga di bagian bawah rumah.
Skala
Gambar 39 Skala pada Interior
Skala pada interior The First Light house dapat ditentukan dengan perbandingan perabot yang ada dengan tinggi atap. Baik pada ruang makan maupun ruang keluarga, perbandingan besar perabot dengan tinggi atap tidak teralu mecolok. Sehingga skala pada interior yaitu skala normal.
Gambar 40 Skala pada Eskterior
Sedangkan pada eksterior, skala dapat ditentukan menggunakan perbandingan tinggi manusia dengan tinggi bangunan.
Urut-urut (Sequence)
Gambar 41 Sequence pada The First Light House
Sequence pada The First Light House tampak pada setiap bagiannya. Pada kolom, urut-urutan dimulai dari sisi luar yang hanya terdiri dari satu batang kayu sebagai kolom Kemudian semakin ke tengah, kolom semakin berulang dengan pengulangan beberapa batang kayu.
Aksentuasi/Dominasi
Gambar 42 Aksentuasi pada Interior
Aksentuasi pada interior The Light House, yaitu ruang keluarga terlihat pada bagian atas pintu masuk yang dibuat sedikit cembung serta bermotif/pattern. Hal ini terlihat mencolok dikarenakan bagian-bagian lain di dalam ruangan di dominasi oleh garis-garis tegas dengan motif tekstur asli dari kayu.
Gambar 43 Aksentuasi pada Eksterior
Sedangkan aksentuasi pada eksterior terlihat pada kolom vertikal yang terkesan seperti sebuah garis, dikarenakan bagian dinding dibelakangnya disusun dari kayu-kayu yang ditata horizontal dengan luas permukaan yang lebih besar.
Selain pada kolom, kaca transparan juga merupakan aksentuasi pada eksterior. Hal ini dikarenakan The First Light House di dominasi oleh bahan bangunan berupa kayu, sehingga kaca merupakan aksen yang mencolok dalam bangunan ini.
Ekspresi Estetika
Karakter
Gambar 44 Ekspresi Estetika pada The First Light House
Karakter yang diwakili dari The First Light House yaitu natural, alami, menyatu dengan alam, dan hangat. Pencahayaan yang sedemikian rupa membuat bangunan ini terkesan hangat dan ramah bagi pengunjungnya. Penggunaan bahan-bahan serta teknologi yang digunakan membuat bangunan ini terkesan natural dan ramah lingkungan.
Warna
Warna pada interior didominasi oleh warna kayu yaitu coklat. Terdapat dua macam coklat yaitu coklat tua dari kayu yang berpelitur, dan coklat muda. Begitu pula warna pada eksterior juga didominasi warna coklat. Hanya saja, selain warna coklat terdapat pula warna hitam pada atap (panel surya) dan hijau pada taman.warna member kesan bangunan tersebut hangat dan nyaman serta tenang.
Gambar 45 Warna pada The First Light House
Gaya
Gaya arsitektur pada The First Light House adalah Post Modern. Hal ini didarkan pada kesederhanaan bentuk, minimalnya ornamen, serta ide desain mempengaruhi karakter bangunan dengan kuat.
Gambar 46 Gaya dalam The First Light House
Bahan
Terlihat jelas bahwa bahan utama dalam The First Light House yaitu kayu. Kayu digunakan hampir pada semua sisi bangunan baik pada interior maupun eksterior. Mulai dari dinding, lantai, kolom, hingga atap semuanya menggunakan bahan kayu. Hal ini dikarenakan sifat dasar kayu yang kuat dan kokoh serta mudah dipoles untuk mempercantik.bahan yang digunkan mengesankan bangunan tersebut rmenyatu dengan alam dan juga menimbulka kesan saat kita berda didlamnya kita merasa hangat.
Gambar 47 Bahan dalam The First Light House
Langgam dalam Arsitektur
Langgam pada The First Light House yaitu arsitektur Post modern. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri arsitektur modern yaitu;
Ideological
Stylitic (ragam)
Design Ideas (Ide-Ide Desain)
Contextual Urbanism and Rehabilitation
Gambar 48 Langgam pada The First Light House
The Centre Le Corbusier
Gambar 49 The Centre Le Corbusier
The Centre Le Corbusier atau Heidi Weber Museum adalah sebuah museum seni di Zürich (Swiss) yang didedikasikan untuk karya arsitek Swiss Le Corbusier. Pada tahun 1960, Heidi Weber memiliki visi untuk membangun sebuah museum yang dirancang oleh Le Corbusier. Gedung ini harus menunjukkan karya seninya dalam lingkungan yang ideal diciptakan oleh arsitek sendiri.
Lokasi : Tepi danau Zürich
Tahun Pembangunan : 1963 to 1967
Jenis Bangunan : Museum, exhibition pavilion
Sistem Konstruksi : site-cast concrete
Gaya : Modern
"...the building is complete but, within the confines of the spaces provided under the independent umbrella roof, change is possible in the exhibition and meeting room areas. This building was completed after the death of Le Corbusier and was originally planned as a private house—the house area being the detached section under the steel roof."
— Dennis Sharp. Twentieth Century Architecture: a Visual History. p286.
"...the minute Centre Le Corbusier in Zurich is two cubes, designed by Le Corbusier himself, with a ramp and an umbrella roof, also all steel. It is an exercise in modular construction elegantly carried out using enameled steel panels and glass infill. The plans were originally drawn for a house which was always thought of as an exhibition gallery as well. It has proved sufficiently flexible to be used for teaching and exhibitions."
— Sir Banister Fletcher. A History of Architecture. p1352.
Gambar 50 Potongan The Centre Le Corbusier
Gambar 51 Denah The Centre Le Corbusier
Hakekat Estetika
Sosok Bangunan
Bangunan modern dengan mengusung tinggi nilai-nilai seni estetik yang dipadupadakan dengan perkembangan desain jaman modern. Menghasilkan karya tidak biasa tetapi bisa mudah diterima oleh semua.
Gambar 52 Sosok Bangunan The Centre Le Corbusier
Bahan
Bahan-bahan pabrikasi sederhana seperti potongan baja besi dan kaca menjadi pelindung bangunan ini. Serta beton sederhana yang biasanya merupakan unsur modern minimalis.
Gambar 53 Bahan pada The Centre Le Corbusier
Tekstur
Alas atau dasar dan beberapa bagian dari bangunan yang berupa plesteran beton sederhana tanpa perlu diwarnai dan sedikit dihaluskan memang menjadi tanda bahwa ini desain minimalis modern. Dengan beberapa olahan lapisan atau potongan-potongan baja, besi dan kaca yang simple dan apa adanya member kesan halus dan tegas.
Gambar 54 Tekstur pada The Centre Le Corbusier
Warna
Perpaduan warna putih, merah, hijau, kuning, dan abu-abu yang berasal dari tiap material bangunan dapat konsisten memberikan efek pengulangan yang harmonis. Apalagi beberapa material yang dibiarkan apa adanya dan juga kaca memberi kesan bahwa keharmonisan bisa diciptakan dari bahan material olahan atau alami.
Warna putih memberi kesan damai dan tenang. Warna merah memberi kesan panas dan bersemangat. Warna hijau memberi kesan ramah. Warna kuning memberi kesan bebas dan ceria. Serta warna abu-abu memberi kesan minimalis, modern dan menenangkan.
Gambar 55 Warna pada The Centre Le Corbusier
Prinsip Estetika
Bentuk Estetika
Kesatuan (Unity)
Gambar 56 Kesatuan pada The Centre Le Corbusier
Meskipun The Centre Le Corbusier menggunakan bahan dan permainan warna yang beragam, tapi unsur unity tetap terlihat dari bentuknya yang seragam. Pada panel-panel kaca yang berwarna, meskipun warnanya berbeda tapi bentuk dasarnya sama yaitu persegi. Selain itu warnanya pun berulang dan hanya berselang beberapa bagian. Desain atap yang dibuat sling berkebalikan membuat bangunan terkesan menyatu ditambah dengan kolom baja yang besar ditengahnya sebagai pemersatu.
Irama (Rythm)
Irama pada The Centre Le Corbusier terbentuk dari pola-pola warna pada kotak kaca. Irama warna yang terbentuk yaitu irama dinamis, yaitu pengulangan warna pada bentuk dan garis yang berbeda.
Gambar 57 Irama pada The Centre Le Corbusier
Keseimbangan (Balance)
Gambar 58 Keseimbangan Asimetri pada Tampak
Keseimbangan pada tampak The Centre Le Corbusier adalah keseimbangan asimetris. Hal ini dikarenakan jika ditarik garis lurus di tengah bangunan, tidak dapat membagi kedua bangunan sama rata.
Gambar 59 Keseimbangan Simetri pada Denah
Keseimbangan pada denah yaitu keseimbangan simetris. Hal ini dikarenakan jika ditarik garis tepat ditengahnya, maka akan membagi kedua bagian sama rata.
Proporsi
KEPALABADANKAKI
KEPALA
BADAN
KAKI
Gambar 60 Proporsi The Centre Le Corbusier
Proporsi pada Teh Centre Le Corbusier terdiri dari kepala, badan, dan kaki. Bagian kepala terdiri dari atap. Bagian Badan yaitu lantai dua pada bangunan. Sedangkan kaki merupakan lantai dasar bangunan.
Skala
Gambar 61 Skala pada Interior
Skala pada interior The Centre Le Corbusier dapat dilihat dari barang-barang atau perabot yang ada di dalamnya. Perbandingan ukuran perabot dengan atap cenderung tidak terlalu besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pada bangunan The Centre Le Corbusier adalah skala normal.
Gambar 62 Skala pada Eksterior
Pada eksterior, dapat menggunakan perbandingan skala manusia dengan atap bangunan. Perbandingan yang didapatkan pun tidak terlalu jauh. Sehingga sakla yang digunakan adalah skala normal.
Urut-urutan (Sequence)
Gambar 63 Sequence pada The Centre Le Corbusier
Urutan atau sequence pada The Centre Le Corbusier pada interior yaitu pada besi pegangan di tangga lantai satu dan dua. Keduanya memiliki bentuk yang sama dan diulang pada ketinggian yang berbeda. Dimulai dari bentuk persegi panjang dengan lengkung pada titik pojoknya. Kemudian persegi panjang tersebut dibagi dua sama besar dan disisipi persegi panjang siku-siku di tengahnya.
Sedangkan pada eksterior yaitu pada warna-warna di kotak kaca. Contohnya kotak berwarna hijau yang berbentuk horiontal dan bersebelahan dengan kotak kuning vertikal diulang lagi pada sisi kanan dan dibalik posisinya. Urut-urutan pada eksterior berbentuk persegi.
Aksentuasi/Dominasi
Gambar 64 Aksentuasi pada Eksterior
Aksentuasi pada sisi eksterior yaitu pada atap bangunan yang terbagi dua oleh tembok dari baja. Kedua sisi atap dibuat berbentuk segitiga namun saling berkebalikan sehingga eye-catching.
Ada pula bagian yang diatasnya diberi patung, sehingga tampak sangat mencolok berbeda dari sekitarnya yang hanya berupa kota-kotak kaca berwarna.
Gambar 65 Aksentuasi pada The Centre Le Corbusier
Sedangkan pada interior, aksentuasi terlihat pada atap yang dibuat berlunang, serta warna dinding yang monochrome.
Ekspresi Estetika
Karakter
Corbusier merancang bangunan ini dikala jaman-jamannya arsitektur klasik sehingga memberikan kesan inovatif dan berani. Dapat dilihat dari permainan warna, bentuk, bahan material yang sudah ada. Dan tak lupa unsur keselarasan dengan alam dan pemanfaatannya, seperti pencahayaan dan penghawaa dari alam.
Unsur estetika berupa pengulangan yang apik dibeberapa aksen seperti atap dan pemasangan lempeng-lempeng kaca dan baja justru membuat bangunan ini tetap satu atau unite. Permainan kotak-kotak kaca berwarna pada bangunan ini memberi kesan pertama bahwa bangunan ini menyerupai mainan anak-anak yaitu rubik.
Gambar 66 Karakter pada The Centre Le Corbusier
Warna
Tiap material bangunan diberi warna yang apa adanya serta digunakan secara berulang sehingga terkesan konsisten dan berirama. Warna-warna yang digunakan yaitu beton dengan warna aslinya, abu-abu, yang memberi kesan modern, minimalis, dan menenangkan. Kemudian dipadukan dengan kaca warna-warni. Kaca yang berwarna putih memberi kesan damai. Kaca yang berwarna merah memberi kesan panas dan bersemangat. Kaca yang berwarna kuning memberi kesan bebas dan ceria. Sedangkan kaca yang berwarna hijau memberi kesan ramah.
Dapat dilihat bahwa bangunan ini didominasi oleh warna-warna cerah dan ceria, yaitu putih, merah, kuning, dan hijau. Serta warna abu-abu pada beton serta atap sebagai aksen yang menyatukan semuanya.
Gambar 67 Warna pada Eksterior The Centre Le Corbusier
Gambar 68 Warna pada Interior The Centre Le Corbusier
Gaya/Style
Gaya atau style yang digunakan pada The Centre Le Corbusier adalah arsitektur modern. Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang monoton dan minimalis. Artinya benuk tersebut mengikuti fungsi. Selain itu juga pada keberadaan ornamen yang hampir tidak ada, serta nihilism pada bidang-bidang kaca yang lebar.
Gambar 69 Gaya The Centre Le Corbusier
Bahan/Material
Bahan atau material yang digunakan pada The Centre Le Corbusier yaitu kaca, beton,serta baja besi. Sifat kaca yaitu transparan, licin, halus, dan meneruskan cahaya. Sifat beton halus dan kuat. Sedangkan sifat baja besi yaitu lentur dan kuat terhadap tarikan. Keseluruhan bahan yang digunakan menimbulkan kesan modern dan minimalis pada bangunan.
Gambar 70 Bahan pada Eksterior The Centre Le Corbusier
Gambar 71 Bahan pada Interior The Centre Le Corbusier
Langgam dalam Arsitektur
Langgam pada The Centre Le Corbusier yaitu modern. Hal ini didasari pada ciri-ciri langgam modern yaitu
Adanya keseragaman. Yaitu pada bentuk yang didominasi oleh persegi (bidang-bidang kaca lebar), serta pada warna yang diulang.
Bentuk tertentu dan fungsional. Artinya bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monoton, yaitu persegi, karena tidak diolah.
Less is more. Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut. Bangunan ini terkesan sederhana karena jika diamati hanya berbentuk ruang kubus.
Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak. Penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien karena dianggap tidak memiliki fungsi. Hampir tidak ada ornamen pada bangunan ini. Hanya bermain pada perulangan warna yang dominan.
Nihilism. Penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa–apanya kecuali geometri dan bahan.
Gambar 72 Langgam dalam The Centre Le Corbusier
BAB II
RUMAH ADAT NIAS SELATAN SEBAGAI KOMUNIKASI DALAM ARSITEKTUR
Identitas Bangunan
Gambar 73 Omo Nifolasara, Rumah Adat Nias Selatan
Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah otonom dalam wilayah pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dimana secara keseluruhan wilayah Kabupaten Nias terdiri dari beberapa pulau besar maupun kecil yang seluruhnya berjumlah 132 buah pulau, dengan pulau Nias sebagai pulau terbesarnya. Pulau Nias memiliki panjang sekitar 120 km dan lebar sekitar 40 km dengan luas keseluruhannya sebesar 5.625 km2. Jumlah pulau Gambar 74 Peta Pulau Niasyang dihuni sebanyak 37 buah dan yang tidak berpenghuni sebanyak 95 buah. Ibukota Kabupaten Nias yaitu Gunung Sitoli, berada di pulau Nias, terletak di tepi pantai timur pulau Nias yang menghadap ke pulau Sumatera.
Gambar 74 Peta Pulau Nias
Jumlah penduduk berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias tahun 1998 berjumlah 639.635 jiwa dengan prosentase rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,32%. Jumlah penduduk ini tersebar 17 kecamatan.
Kabupaten Nias terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Nias Utara dan Nias Selatan. Pada portofolio ini, penulis hanya akan membahas mengenai rumah adat masyarakat Nias Selatan. Pada komunitas masyarakat Nias Selatan dikenal ada beberapa jnis bangunan, sebagai contoh untuk jenis rumah yang ada di Nias Selatan mempunyai tiga-empat jenis bangunan, yaitu;
Rumah Raja, yang disebut dengan Omo Nifolasara
Rumah keturunan raja (keluarga), disebut dengan Omo Sebua
Rumah bangsawan dan pengetua adat, disebut dengan Omo Nifobatu
Rumah rakyat, yang disebut dengan Omo Sato
Tiap-tiap jenis rumah memiliki tinggi yang berbeda-beda. Omo Nifolasara sebagai rumah tertinggi, sedangkan Omo Sato sebagai rumah dengan ketinggian yang paling rendah.
Gambar 75 Potongan Rumah Adat Nias Selatan
Ada keunikan yang khusus di dalam proses membangun sebuah rumah adat di Nias Selatan. Pembuatan rumah tersebut melibatkan seluruh warga Ori/kampung yang dipimpin oleh seorang tuka sonekhenekhe ("arsitek"). Bagi seorang "arsitek" yang diserahi melaksanakan pembangunannya merupakan sebuah kebanggaan besar dan kehormatan yang cukup mahal. Rumah dadt Nias Selatan dipenuhi oleh relief yang diukir langsung pada bangunan tersebut. Selain itu, rumah adat Nias Selatan memiliki sistem konstruksi yang saling dukung-mendukung atau menyokong dari bawah hingga ke atas, dengan tiang-tiang kayu yang sangat tinggi dan berdiameter rata-rata 1 meter.
Rumah adat Nias mempunyai berbagai keunikan dan keunggulan pada struktur dan konstruksinya yang berhubungan erat dengan dunia arsitektur. Selain itu, masyarakat Nias memiliki budaya lain yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mereka tuangkan juga saat mendirikan rumah tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada penampilan fisik bangunan dan keindahan bentuk struktur. Pada rumah adat Nias Selatan, baik lantai maupun atapnya berbentuk empat persegi. Empat persegi pada lantai disebut "gomo".
Gambar 76 Model Struktur Rumah Adat Nias Selatan
Menurut Jerome A. Feldman (1977) bahwa beberapa bangunan yang terbuat dari kayu yang paling mengagumkan di Asia Tenggara adalah rumah-rumah pimpinan yang diketemukan pada bagian selatan pulau Nias. Rumah ini dipahami oleh penduduk desa dengan cara-cara yang berbeda secara simbolik, setiap rumah adalah sebuah kehidupan kecil dari alam semesta dan terdapat satu dunia yang lebih tinggi yang diwujudkan dalam struktur atap dan dunia bawah yang disimbolkan dengan pilar-pilar.
Pencerminan Fungsi Bangunan
Gambar 77 Pemukiman Adat Nias Selatan
Ada beberapa fungsi tumah panggung ini, jika ditinjau dari segi keamanan;
Untuk menghindari serangan binatang liar
Sebagai benteng pertahanan awal, jika terjadi perang saudara
Sebagai tempat tinggal dan berkembang biak ternak (kolong rumah)
Omo Nifolasara adalah rumah tinggal raja yang memimpin banua (desa). Letaknya strategis dan terpisah dari deretan rumah-rumah adat yang lain. Dimensi fisiknya relatif besar sehingga menjadi sangat dominan dan dapat berfungsi sebagai bangunan yang sangat dibanggakan di dalam suatu banua. Peletakan Omo Nifolasara di dalam suatu banua selalu diletakkan sebagai titik pusat banua tersebut dan perletakannya selalu dibarengi dengan adanya bale (tempat pertemuan) dan areal loncat batu (bato hombo). Bentuk denah dari rumah Omo Nifolasara berbentuk persegi panjang (gomo) dan disokong oleh 66 tiang utama (ehomo) dengan jarak yang bervariasi.
Gambar 78 Ornamen pada Dinding Kayu
Gambar 79 Ornamen Berupa Gigi Babi
Omo Nifolasara mempunyai dua ciri khusus, yaitu;
Dilengkapi dengan tiga lasra (hiasan mitos naga) yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan pemiliknya
Gambar 80 hiasan yang menyerupai kepala naga (lasra)
Adanya edhuo (jalan masuk( ke rumah di bagian atas, yang terletak diantara driwa (kolom diagonal) dan melalui kolong bangunan
Omo Nifolasara berbentuk empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk perahu. Bentunya seperti perahu kuno yang daiatasnya terdapat hiasan kepala naga. Bentuk perahu Omo Nifolasara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor tersebut antara lain :
Pengaruh kondisi lingkungan
Lingkungan sekitar suku nias meupakan wilayah yang yang dahulu rawan terhadap banjir badang. Data dari BPS menyebutkan bahwa kabupaten nias selatn yang beribu kota diteluk dalam memilki topografi berbukit bkit sempit dan terjal dengan tinggi dari permukaan air laut bervariasi 0-800 m. tanahnya yang sebagian kecil berupa datran rendah dengan tanah yang bergelombang dan sebagaian besar merupakan perbukitan samapi pegunungan. Latak kabupaten nias slatan didaerah khatulistiwa menyebabbkan cuarah hujan yang dimilki cukup tinggi. Akibat banyaknya curah hujan menyebabkan kondisi alam yang sangat lembab dan basah dan hal itu diperparah dengan seringnya terjadi banjir badang di daerah tersebut. Maka oaring – orang terdahulu mennrancang rumah data suku nias selatan beberbentuk seperti perahu dengan artian saat terjadi banjir mereka telah siap berda diatas perahu untuk mencari tempat yang aman.
Pengaruh mata penncaharian penduduk
Bentuk rumah adat suku nias selatan yang berbntuk perahu selain dipengaruho factor lingkungn factor mata pencaharian penduduk sekitar juga mempengaruhi. Pada daerah pesisir nias masyarak bermat pencaharian ialah nelayan yang mengunakan perahu sebagi alat transpotasinya.didaerah dataran rendah nias banyak juga penduduk yang bermata pencaharian sebgai petani tambak , hail ini mebuat penduduk nias tak bias dipisahkan dengan air. Hal itu membuat rumah adat nias selatan berbentuk seperti perahu
Gambar 81 persamaan bentu antara Omo Nifolasara dengan perahu /kapal
Skala dan Proporsi
Proporsi denah Omo Nifolasara, antara lain panjang bengunan +28,9 m, lebar bangunan +9,10 m, tinggi lantai rumah +3,85 m serta tinggi puncak atap + 50 m.
Gambar 82 Denah Rumah Adat Nias Selatan
Selanjutnya pada bagian atas bangunan Omo Nifolasara, secara umum denah rumah dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu;
Tawolo (bagian depan) yang merupakan daerah publik untuk kaum pria
Foroma (bagian belakang) yang merupakan daerah privat untuk wanita dan daerah ini terlarang bagi kaum pria yang bukan keluarga.
Ruang-ruang penunjang lainnya terletak di antara dua bagian utama tersebut yaitu berada di depan, tengah, dan belakang dimana dua bagian utama tersebut sebagai ruang yang memisahkan ruang-ruang penunjang tersebut. Adapun jenis-jenis ruang penunjang yang afa selain dua bagian utama tersebut antara lain;
Harefa, suatu ruang tempat penyimpanan barang.
Dano-dano, areal atau lantai tempat duduk.
Laowo, ruang tempat penyimpanan alat-alat dapur
Nahawiga, ruang penjara bagi masyarakat yang melanggar hukum adat.
Awu, ruang dapur.
Ulahe, ruang tempat penyimpanan perbekalan makanan.
Nifosali, kamar tidur.
Tabolo Nulu, sebuah lemari panjang tempat menyimpan barang-barang.
Sedangkan skala yang digunakan pada rumah adat Nias Selatan yaitu skala megah. Hal ini tampak dari skala manusia yang berdiri di luar bangunan.
Gambar 83 Manusia sebagai Penunjuk Skala
Sistem Struktur, Konstruksi, Bahan, dan Teknologi
Gambar 84 Struktur pada Kolong Rumah Adat Nias Selatan
Struktur bangunan merupakan sistem dinding pemikul dengan kolom-kolom rangka, karena beban atap disalurkan langsung k dinding, sehingga dapat dikatakan sebagai sistem box yang disangga oleh kolom-kolom. Struktur bangunan erat hubungannya dengan sistem kekerabatan masyarakat Nias Selatan. Bangunan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi berderet dan antara dinding rumah yang satu dengan yang lain menyatu. Struktur berlanjut ini sangat kokoh terhadap gaya angin dan gaya lateral lainnya yang berasal dari sisi bangunan.
Selain itu, balok sebagai elemen struktur horiontal dan kolom sebagai selemen struktur vertikal, masih ada kolom miring sebagai elemen pengaku struktur yang disebut driwa (klom miring berbentuk V) dan driwa bato (kolom penopang atap berbentuk segitiga). Hubungan antara elemen-elemen untuk rumah adat hanya berupa pasak/baji, takikan/coakan, dan masukan. Hubungan ini memberikan fleksibilitasd tinggi pada seluruh konstruksi bangunan. Berikut merupakan konstruksi yang menyusun rumah adat Nias Selatan mulai dari pondasi hingga atap.
Pondasi (bato)
Gambar 85 Pondasi Rumah Adat Nias Selatan
Pondasi bangunan pada konstruksi rumah adat Nias Selatan terdiri dari2 macam pondasi yaitu pondasi kolom dan pondasi kolom diagonal.
Pondasi kolom berupa batu yang disebut dengan batu ehomo, berfungsi sebagai tumpuan ehomo. Batu ehom trsebut mempunyai permukaan yang cembung sedangkan ujung bawah kolom (ehomo) dibuat berbentuk sekung. Fungsi lain dari batu ini adalah untuk menjaga agar air tanah tidak meresap naik keatas yang dapat merusak ehomo.
Pondasi ynag kedua yaitupondasi diagonal berupa batu yang disebut dengan batu driwa. Hubungan antara driwa dengan batu driwa berupa coakan. Driwa dicoak menurut sudut batu yang diapakai sebagai pondasi.
Kolom (ehomo) dan kolom diagonal (driwa)
Pada bangunan rumah adat Nias Selatan dikenal 2 jenis kolom (ehomo) yaitu ehomo yang hanya mempunyai batas sampai sikoli (balok induk memanjang penyangga lantai), dan ehomo sudrau lago-lago yang menerus sampai lago-lago (penjepit/pengunci papan dinding).
Gambar 86 Kolom pada Bagian Samping Rumah Adart Nias Selatan
Kemudian kolom diagonal yang disebut dengan driwa adalah balok yang berfungsi untuk memperkuat kolom (ehomo) untuk bertahan terhadap gaya horizontal dan gaya yang ditimbulkan oleh gempa.
Balok
Gambar 87 Balok-balok pada Pondasi Kolong Rumah Adat Nias Selatan
Balok-balok pada rumah adat Nias Selatan terdiri atas 3 macam balok, yaitu;
Balok induk melintang (siloto), balok yang berfungsi untuk mengikat ehomo menjadi satu konstruksi yang disebut dengan trafe.
Balok induk memanjang (sikholi), balok yang berfungsi untuk mengikat trafe menjadi satu kesatuan perangkat konstruksi.
Balok anak (laliowo), balok ynag berfungsi sebagai pengikat driwa.
Lantai
Bahan penutup lantai adalah fafagahe bato (papan kayu lantai). Tiap jajaran papan dibatasi oleh balok yang disebut dengan falano (balok lantai) yang dikaitkan ke sikholi (balok induk memanjang). Permukaan papan dan falano sama rata. Papan-papan ini dapat dengan mudah dibuka untuk diganti bila terjadi kerusakan. Fafagahe bato menumpu pada siloto fafagahe bato (balok penyokong papan lantai), yang diletakkan melintang di atas lalihowo ke siloto (balok induk) dan diteruskan ke ehomo.
Dinding (towa)
Dinding merupakan struktur pendukung yang meneruskan beban atap ke ehomo (kolom). Towa (dinding) terdiri dari 2 mcam, antara lain;
Ina Laso (papan dinding induk)
Ono Laso (papan anak dinding)
Papan-papan ini menumpu pada sikholi (balok induk memanjang) dan diatasnya dijepit oleh lago-lago (balok penjepit papan dinding memanjang). Dinding diatasnya menumpu pada lago-lago dan dijepit oleh lago-lago bato. Sisi dinding diperkuat dengan balok siloto bato (balok induk atas) dan dipasak ke papan. Dibagian tengah rumah pada dinding diberi loyo-loyo bubu (tiang utama pada atap dan sebagai pelurus pada dinding) yang berupa batang separuh bulat, ditumpu pada sikholi dan dijepit ke lago-lago. Loyo-loyo bubu ini menerus sampai kepuncak atap. Dari segi struktur, bentuk papan dinding yang besar di tengah lebihnkuat menahan gaya tekan. Struktur dinding ini merupakan lidah dan alur. Lidah pada ono laso merupakan pen sedangkan alur terdapat pada ina laso. Susunan papan tersebut selain sebagai dinding juga berfungsi sebagai pemikul beban yang ditimbulkan oleh atap.
Dinding muka bangunan mengikuti elevasi lantai yang terdiri dari;
Jara-jara (ventilasi)
Salagoto (tempat dudukan tangan untuk melihat keluar)
Dano-dano (lantai tempat duduk)
Towa dano-dano (dinding lantai tempat duduk)
Towa nulu (dinding tempat barang/harefa)
Dinding bagian belakang hanya terdiri dari harefa (tempat penyimpanan barang) dan bato (lantai). Pintu sebagai penghubung untuk memasuki rumah bagian atas dipasang antara sikholi (balok induk memanjang) dan lago-lago (penjepit papan dinding memanjang). Daun pintu dapat dibuka (dilepas), sedangkan tinggi pintu sama dengan jarak antara sikholi dengan lago-lago.
Atap
Gambar 88 Tingkap Atas pada Rumah Adat Nias Selatan
Atap rumah dibentuk oleh susunan balok-balok kayu yang saling bertumpang tindih. Susunan ini sedemikian rupa sehingga balk yang satu mengikat balk yang lain. Bagian tengah bangunan dipasang balok fuso bato (pengunci/penjepit balok) melintang yang menumpu pada siloto bato (balok induk atas). Pada bagian atasnya dipasang lalihowo bato (balok abak atas) yang berfungsi untuk memperkuat dan menjaga jarak dua sisi rumah. Jumlah fuso bato yang dipasang tergantung dari lebar bentang rumah. Rumah dipasang satu fuso bato tepat di tengah. Sedangkan bentang yang lebih besar dipasang dua atau tiga fuso bato seperti pada Omo Nifolasara. Diatas fuso bato dan lago-lago bato (balok penjepit papan dinding atas) didirikan papan-papan kayu yang kemudian ditutup lagi dengan fuso bato dan lalihowo bato. Demikian seterusnya susunan balok-balok ini diulang beberapa kali menurut tingkatan atau derajat pemiliknya. Untuk memperkuat struktur atap terhadap gaya horizontal terutama yang datang dari sisi bangunan, dipasang batang-batang diagonal (driwa bato) seperti halnya pada struktur bangunan rumah.
Arsitektur Nias bersumber pada kebudayaan megalithicum dengan salah satu curunya adalah oenggunaan bahan bangunan kayu yang palking dominan digunakan di dalam membangun rumah adatnya. Disamping itu juga digunakan btu sebagai bahan pengeras yang biasanya diletakkan pada dasar atau pondasi bangunan, dan juga penggunaan bahan daun rumbia atau nipah sebagai bahan penutup atap rumah. Berikut merupakan bahan-bahan dalam membangun rumah adat Nias Selatan.
Batu
Ada 2 jenis batu yang digunakan yaitu batu putih (batu bukit/pegunungan) dan batu buaya (batu sungai). Batu putih berwujud keras, berat, dan berwarba keputih-putihan. Sedangkan batu buaya berwujud lebih keras, berta, dan berwarna kehitaman. Batu tersebut berasal dari bukit-bukit dan sungai-sungai yang berada di sekitar desa. Penggunaan batu-batu ini biasanya untuk pondasi rumah.
Kayu
Jenis-jenis kayu yang dipakai antara lain;
Tabel 1 Jenis Kayu yang Digunakan pada Rumah Adat Nias Selatan
No
Jenis Kayu
Warna Kayu
Keterangan
1.
Aawa Watu
Kuning
Banyak dijumpai di Hilinawalo, Hidrodregeraya. Tinggi pohon 20 m diameter 2 m
2.
Afoa
Coklat
3.
Bana
Merah hati
Tinggi pohon 15 m dan diameter 0,5 m
4.
Harujo
Coklat muda
Banyak dijumpai di Hanifaso
5.
Berua
Merah kehitaman
Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m
6.
Boli
Kuning coklat
Banyak dijumpai di Hanifaso
7.
Kafini
Coklat kehitaman
Banyak dijumpai di Kepulauan Batu
8.
Manawadano
Merah hati
9.
Maola
Kuning coklat
Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m
10.
Moakhe
Hitam
Tinggi pohon 30 m dan diameter 0,5 m
11.
Mosikholidano
Putih berselang kuning
Tinggi pohon 25 m dan diameter 0,5 m
12.
Mosolidano
Putih
Tinggi pohon 25 m dan diameter 1 m
13.
Selamaya dan Siholi
Coklat muda
14.
Simandraolo
Coklat tua
15.
Tolamano
Kuning/putih
16.
Usala
Merah muda
17.
Akhe
Coklat muda/putih
Tinggi pohon 25 m dan diameter 1,25 m
18.
Bambu
Coklat muda/putih
Tinggi pohon 20 m dan diameter 1,5 m
19.
Faobu (nangka)
Coklat muda/putih
Tinggi pohon 10 m dan diameter 1 m
20.
Hoya (nibung)
Coklat muda/putih
Pada umunya semua jenis kayu tahan terhadap cuaca dan serangga. Sifat ini dapat dibuktikan dari bangunan-bangunan yang ada sampai sekarang, yang usianya rata-rata sudah ratusan tahun dan masih berdiri kokoh meskipun tanpa pengolahan teknologi utnuk mengawetkan kayu tersebut. Urutan mutu kayu pada jenis-jenis kayu diatas anatar lain; Kafini, Berua, Tolomano, Usala, Aawa Watu, Moakhe, Mosolidano, Maola, Mosihilodano, Manawadano, Simandraolo, Hhoya, Akhe, Bana, Afoa, dan Barujo. Berikut merupakan tabel penggunaan bahan batu dan kayu pada rumah adat Nias Selatan.
Tabel 2 Penggunaan Bahan Kayu dan Batu pada Rumah Adat Nias Selatan
No
Nama Elemen
Bahan yang Digunakan
1.
Batu Ehomo
2.
Ehomo
Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa
3.
Siloto
Kayu Afoa dan Masiholidano
4.
Lalihowo
Kayu Afoa dan Masiholidano
5.
Batu Driwa
Batu putih (batu gunung)
6.
Driwa depan
Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa
7.
Driwa dalam
Kayu Faobu, Manawadano, dan Afoa
8.
Fafagahe Bato
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
9.
Sikholi
Kayu Afoa, Berua, dan Maola
10.
Balo-balo
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
11.
Falano
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
12.
Sagoto Ulu (Bagolo)
Kayu Bana, Berua, dan Kletu
13.
Lago-lago Pragolo
Kayu Tolamano, Berua, Manawadano, dan Mosolidano
14.
Salima Wafa
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, dan Kafini
15.
Dano-dano
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Masiholidano dan Usala
16.
Ina Laso
Kayu Afoa dan Kafini
17.
Ono Laso
Kayu Afoa dan Kafini
18.
Ta'io
Kayu Fabou dan Maola
19.
Oso
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
20.
Jara-jara
Kayu Afoa, Maola, dan Nibung
21.
Lago-lago
Kayu Talamano
22.
Bato
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
23.
Lago-lago Fuanto
Kayu Manawadano, Aawa, Berua, Afoa, dan Masiholidano
24.
Laso Sebua
Kayu Afoa dan Kafini
25.
Siloto Bato
Kayu Bana, Berua, dan Mosolidano
26.
Lalihowo Bato
Kayu Afoa
27.
Fuso Bato
Kayu Afoa, Manawadano, dan Mosolidano
28.
Lago-lago Bato
Kayu Manawadano, Mosolidano, Berua, dan Tolamana
29.
Etede'u
Kayu Manawadano, Berua, dan Afoa
30.
Ete-ete
Kayu Afoa
31.
Loyo-loyo
Kayu Berua dan Manawadano
32.
Falano Bubu
Kayu Boli
33.
Laji-laji Bubu
Kayu Afoa
34.
Sagela
Nipah, Rumbia dan Sagu
35.
Bubu
Kayu Boli
Didalam membangun rumah adat Nias memiliki standar-standar dimensi dan ukuran yang sama serta selalu dipakai oleh tukang yang mengerjakan bangunan rumah tersebut. Ukuran-ukuran ini diambil berdasarkan dimensi yang dihasilkan oleh ukuran atas dasar jari-jari tangan dan tubuh manusia.
Gambar 89 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Selatan
Tabel 3 Standar Ukuran dalam Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Nias Selatan
No.
Nama Ukuran
Keterangan
Dimensi
1.
Sadana
Berjarak satu jari
1,8 cm
2.
Dua dana
Berjarak dua jari
3,4 cm
3.
Teluna dana
Berjarak tiga jari
5,1 cm
4.
Efa dana
Berjarak empat jari
6,4 cm
5.
Lalu'a
Berjarak lima jari
9,7 cm
6.
Ri'i
Berjarak satu jengkal dari ibu jari ke ujung telunjuk
20,2 cm
7.
Salito
Berjarak satu jengkal dari ibu jari ke ujung jari tengah
22,4 cm
8.
Bu'u Watu
Berjarak satu jengkal dari ibu jari ke telunjuk yang tertekuk
15,5 cm
9.
Defa
Berjarak satu rentang tangan yang terkepal
152,0 cm
10.
Drefa
Berjarak satu rentang tangan
170,3 cm
11.
Botoaro (drefa)
Berjarak dari punggung ke ujung jari tangan yang terentang ke depan
75,0 cm
12.
Sabua Si'u
Berjarak dari siku tangan ke ujung jari
45,0 cm
Berdasarkan bahan bangunan diatas, maka berikut adalah proses membangun dan penggunaan istilah dalam struktur bangunan rumah adat Nias Selatan.
Tabel 4 Tahapan Pembangunan Rumah Adat Nias Selatan
No
Tahapan Pembangunan
Peristilahan Struktur
1.
Batu Ehomo
Ehomo
Siloto
Lalihowo
2.
Batu Driwa
Driwa (depan)
Driwa (dalam)
3.
Fafagahe Bato
Sikholi
Balo-balo
Sagoto Ulu (Bagolo)
4.
Lago-lago Pragolo
Salima Wafa
5.
Dano-dano
Ina Laso
Ono Laso
Ta'io
6.
Oso
Jara-jara
Lago-lago
Bato
7.
Lgo-lago
Jara-jara
8.
Lago-lago Fuanato
Lago-lago
Laso Sebua
9.
Siloto Bato
Lago-lago Etede'u
Lalihowo Bato
Fuso Bato
Lago-lago Bato
10.
Etede'u
Ete-ete
Siloto Bato
Lago-lago Etede'u
Lalihowo Bato
Fuso Bato
Lago-lago Bato
Lago-lago
11.
Loyo-loyo
Lalihowo Bato
Lago-lago Bato
Ete-ete
Siloto Bato
Etede'u
Lalihowo Bato
12.
Loyo-loyo
Lalihowo Bato
Lago-lago Bato
Fahuyu/ Ete-ete
Siloto Bato
Fuso Bato
Lalihowo Bato
13.
Etede'u
Loyo-loyo
Falano Bubu
14.
Laji-laji Bubu
Tuwo-tuwo Bubu
Falano Bubu
Sagela (rumbia)
Bubu
Etede'u
Loyo-loyo
Struktur adalah suatu susunan atau kerangka bangunan secara keseluruhan yang memungkinkan bangunan tersebut berdiri secara sempurna. Konstruksi adalah satu penunjang untuk membentuk dan terbentuknya kesatuan pembentuk struktur. Oleh karena itu, bila kita membicarakan tentang struktur dan konstruksi suatu bangunan maka kita akan melakukan suatu kajian untuk mempelajari dan menganalisa berbagai bentuk, fungsi, dan perletakan struktur serta penggunaan material pada suatu bangunan.
Struktur dan konstruksi suatu bangunan sebagaimana banyak dikenal mempunyai konsep untuk memakai satu jenis bahan sehingga cenderung menghindari penggunaan bahan atau bagian konstruksi yang berbeda. Konsep ini dilatar belakangi bahwa titik sambungan pada penggunaan dua macam atau lebih bagian konstruksi yang berbeda adalah merupakan titik lemah dalam penyaluran beban.
Mengenai desain struktur dasar, dapat dikaji dari posisi elemen dan tata hubungan elemen-elemen struktur (konstruksi). Mengenai definisi struktur dapat disarikan yaitu; keseluruhan sistem penyaluran beban yang bekerja pada bangunan sampai kepada tanah, sedangkan definisi konstruksi yaitu; bagian (elemen) dari bangunan yang bertugas menyalurkan beban. Berikut merupakan kajian struktur pada rumah adat Nias Selatan.
Pola Struktur
Struktur pemikul bangunan terdiri dari pondasi, tiang kolom, dan segala perlengkapannya. Pondasi pada rumah adat Nias Selatan berupa umbak batu dan diatasnya didudukkan kolom kayu berbentuk bulat. Kemudian antar kolom ke kolom dilengkapi dengan tiang penyokong diagonal yang bertemu di satu titik atau membentuk huruf V dan berfungsi sebagai balok penyokong lantai.
Rumah adat Nias Selatan memiliki dua jenis kolom yang berbeda menurut fungsinya. Jenis kolom yang pertama memiliki fungsi sebagai penyangga lantai dan fungsi kolom kedua sebagai penyangga atap.
Dinding
Papan dinding luar kiri, kanan, dan belakang bangunan dipasang tegak vertikal, sedangkan bagian depan merupakan kombinasi antara tegak vertikal dan miring.
Struktur Atap
Struktur atap dibentuk oleh tiang-tiang yang memikul balok dan disusun secara berlapis sampai kepuncak atap serta didukung oleh balok-balok sokong yang berbentuk saling bersilangan.
Tiang Penyokong Atap
Tiang ini menerima beban atap secara keseluruhan. Pola perletakannya simetris terhadap bangunan. Tiang utama penyokong atap dipasang dari lantai sampai ke puncak atap atau bubungan.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Arsitektur dengan keindahan adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan. Keindahan ini yang membuat arsitektur berbeda dengan bangunan. Keindahan sendiri dalam kamus oxford nilai- nilai yang menyenangkan pikiran, mata dan telinga. Sedangkan menurut Ishar, Keindahan dalam arsitektur ialah nilai-nilai menyenangkan mata dan pikiran yang berupa nilai bentuk dan ekspresi.
Keindahan pada arsitektur dapat dimunculkan pada sosok, bahan, tekstur dan warna. Untuk memunculkan suatu keindahan terdapat prinsip estetika yang harus diterapakan . prinsip estetika ialah prinsip desain dalam proses mencipta karya. Atau dengan kata lain prinsip estetika adalah dasar tertentu dari keindahan. Rumusan prinsip estetika merupakan hukum atau kaidah seni yang berfungsi sebagai sumber acuan dalam berkarya seni.
Keindahan memiliki dua unsur yaitu bentuk estetika yang dapat dilihat dari fisik dan ekspresi estetika yang berkaitan dengan individu melihat objek. Bentuk estetika yang dapat kita lihat dari fisiknya yaitu kesatuan dari objek tersebut, keseimbangan dari objek tersebut, proporsi (perbandingan ukuran) dari bagian – bagian yang ada pada objek, pengulangan antara elemen – elemen (rytme) dan juga skala objek tersebut. urutan dan juga dominsi termasuk juga dalam bentuk estetika yang bisa dilihat dari fisik. Ekspresi estetika terkait dengan pengalaman – pengalaman melihat atau mengamati. Bangunan dapat bercerita atau berkomukasi melalui ekspresi estetika. Misalnya pada warna, bahan, style (ialah penentu keindahan ekpresi merupakan cara membangun atau merancang secara berbeda dengan yang lain) dan juga karakter.keindahan tersebut akan menghasilkan suatu langgam. Langgam arsitektur adalah bagian dari budaya sedangkan budaya adalah hasil karya dari manusia.langgam terdiri dari klasik, neo-klasik, modern dan post- modern. Yang masing – masing memiliki ciri tersendiri.
Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan dan dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang menjadikan bangunan dikumpulkan dalam satu cara, tempat dan waktu tertentu. Dalam teori arsitektur tidak dapat dirumuskan atau cara untuk meramalkan bagaimana nasib rancangannya.keindahan pada objek akan menghasilkan suatu langgam. Teori arsitektur dan keindahan (estetika ) pada satu bangunan dan bangunan yang lain memilki kesn yang berbeda.
Pada The First Light House yang berlanggam Post modern.memiliki sosok bapa bagian atap seperti sayap burung. The First Light House memiliki bahan yang dominan berupa kayu . kayu tersebut member kesan sangat dan menyatu pada alam. Warna coklat yang digunkan mengesankan The First Light House merupkan rumah yang nyaman , tenang serta kan menimbulkan rasa hangat sat didalamnya. Kesatuan dari The First Light House dapat dilihat dari warna yang digunakan. Irama pada The First Light House adalah irama garis statis, yaitu pada kolom-kolom kayu dan atap. The First Light House memilki keseimbangan asimetris ( bagian kanan- dan kiri tidak sama besar). skala yang digunakan skala normal.
Pada The Centre Le Corbusier sosok yang kita lihat adalah bangunan modern yng mengusung nilai – nilai estetis . Bahan atau material yang digunakan pada The Centre Le Corbusier yaitu kaca, beton,serta baja besi.. bahan menimbulkan kesan modern dan minimalis pada bangunan. Warna yang digunakan adalah warna abau- abu kesan modern, minimalis, dan menenangkan. warna putih memberi kesan damai dan juga warna – warna cerah yang member kesan ramah , ceria. Kesatauan dari The Centre Le Corbusier dapat dilihat dari bentuknya yang seragam. Irama terbentuk dari pola – pola warna pada kaca yang mebentuk irama yang dinamis. Keseimbangan sama seperti The First Light House yaitu keseimbangan asimetris. Skala pada bangunan The Centre Le Corbusier adalah skala norma yang dapat dilihat dari barang – barang yang berada didalamnya. pengulangan The Centre Le Corbusier terdapat pada interior. Langgam pada The Centre Le Corbusier yaitu moder dan unusr – unsur estetika diatas menguatkan langgam tersebut.
Bangunan dalam arsitektur dapat juga berkimunikasi dalam komunikasinya bangunan trsebut akan menyampaikan fungsi bangunan tersebut , bangunann seperti apa, bangunanan sebesar apa serta terkait dengan struktur, konstruksi bangunan tersebut.
Rumah adat Nias Selatan dapat diidentifikasi berdasarkan faktor struktur dan konstruksi, bahan dan teknologinya serta proses pembangunan. Semisal pada Omo Nifolasara adalah rumah tinggal raja yang memimpin banua (desa). berfungsi sebagai bangunan yang sangat dibanggakan di dalam wilayah tersebut. Yang mana perletakan dari Omo Nifolasara selalu diletakkan sebagai titik pusat desa (banau ). Pada Omo Nifolasara berbentuk seperti perahu , bentuk tersebut dipegaruhi oleh kejadian jaman dahulu dan juga lingkungan sekitar. Rumah yang berbentuk panggung memlki banyak fungsi seperti melindungi dari hewan buas. Di dalam Omo Nifolasara banyak memaki symbol – symbol salah satunya yaitu lasra (hiasan mitos naga). Serta kontruksi yang digunakan ialah kontruksi yang tidak merusak alam.
Berdasarkan identifikasi didapat penjelasan bahwa rumah adat Nias Selatan memiliki suatu perkembangan yang jelas dari faktor struktur dan konstruksi serta teknologinya, hal ini sangat berguna sebagai suatu cara untuk membangun suatu pengetahuan yang akan digunakan sebagai suatu pedoman di dalam perencanaan –perencanaan bangunan tersebut di masa mendatang.
Harapan Penulis
Dari hasil portofolio ini, penulis berharap masyarakat mengetahui pengaruh estetika arsitektur dalam suatu bangunan, baik berupa rumah tinggal maupun non rumah tinggal. Selain itu penulis berharap agar portofolio ini berguna bagi pembaca sekalian, sehingga pembaca sekalian dapat mengkomunikasikan suatu objek arsitektur dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ching, Francis D.K. 2008. Arsitektur. Bentuk. Ruang. Tatanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Snyder, James C. dkk. 1985. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lauer, David A. 2012. Design Basic, Eight Edition. Boston: Wadsworth.
Alamsyah, Bahkti dan Julaihi Wahid. 2012. Tipologi Arsitektur Rumah Adat Nias Selatan dan Nias Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tanpa Nama. 2011. "Pengertian Teori Dalam Arsitektur" dalam http://wawruangkita.blogspot.com/2011/08/pengertian-teori-dalam-arsitektur.html
Rizaldi, Romi. 2011. "Langgam Arsitektur" dalam http://mbenkroom.blogspot.com/2011/01/langgam-arsitektur.html
Djaelani, Diesty Paramitha. 2012. "Langgam Arsitektur" dalam http://diestylands.blogspot.com/2012/04/langgam-arsitektur.html
Arif, Usman. 2014. "Aliran Kubisme, Arsitektur Modern Pertengahan" dalam http://alucobondjakartaindonesia.blogspot.com/2014/03/aliran-kubisme-arsitektur-modern.html
Tanpa Nama. 2011. "Arsitektur Modern, Post Modern dan Dekonstruksi" dalam http://tokoh-arsitek.blogspot.com/2011/11/arsitektur-modern-post-modern-dan.html
Mailizar, Afif. 2013. "Elemen-Elemen dalam Perancangan Arsitektur" dalam http://affifmaulizar.blogspot.com/2013/04/elemen-elemen-dalam-perancangan.html
Arsitektur, Kuliah. 2008. "SEJARAH, TEORI, DAN KRITIK ARSITEKTUR" dalam http://kuliaharsitektur.blogspot.com/2008/11/sejarah-teori-dan-kritik-arsitektur.html
Hindarto, Probo. 2014. "Prinsip mendesain: Simetri dan Asimetri dalam rancangan ruang" dalam http://www.astudioarchitect.com/2014/05/prinsip-mendesain-simetri-dan-asimetri.html
Suyasa. Wayan. 2013. "Masyarakat Bali menyebutnya " Asta Kosala-kosali dan Asta Bhumi"" dalam http://wayansuyasa-webblog.blogspot.com/2013/05/masyarakat-bali-menyebutnya-asta-kosala.html
Nugraha, Yudi. 2011. "Arsitektur Brutalis" dalam http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/ydnugra/2011/06/13/arsitektur-brutalis/
Henry, Christopher. 2011. "The Meridian First Light House, Solar Decathlon / Team Victoria University of Wellington" dalam http://www.archdaily.com/138914/the-meridian-first-light-house-solar-decathlon-team-victoria-university-of-wellington/.
Service, James. 2011. "Meridian First Light house" dalam http://blog.cadimage.com/2011/04/meridian-first-light-house/