BAB I PENDAHULUAN
1.1 1.1 Lata Latarr Be Bela laka kang ng
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.2 Berbag Berbagai ai penye penyebab bab fraktur fraktur dianta diantaran ranya ya cidera cidera atau bentur benturan, an, faktor faktor patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan dengan adany adanyaa kompli komplikas kasii yang yang berlan berlanjut jut dianta diantaran ranya ya syok, syok, sindrom sindrom emboli emboli lemak, lemak, sindrom sindrom kompartemen kompartement, t, kerusakan kerusakan arteri, infeksi, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union, non non unio union n atau atau bahk bahkan an perd perdara araha han. n.2 Berb Berbag agai ai tinda tindaka kan n bisa bisa dila dilaku kuka kan n di antara antarany nyaa rekogn rekognisi, isi, reduk reduksi, si, retensi retensi,, dan rehabi rehabilit litasi. asi. eskip eskipun un demiki demikian an masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi. Fraktur patella cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai ! " dari semua semua fraktur fraktur yang yang ada. ada. Kejadia Kejadian n terting tertinggi gi terutam terutamaa ditemu ditemukan kan pada pada usia usia 2# sampai $# tahun dimana laki%laki 2 kali lebih sering mengalami fraktur patella dari dari pada pada peremp perempuan uan.. &okasi &okasi os patella patella yang yang berada berada pada pada daerah daerah subkut subkutan an membuat rentan terhadap cedera. Fraktur dapat terjadi akibat dari gaya tekan seperti pukulan langsung, kekuatan dari tarikan mendadak seperti yang terjadi dengan hyperf hyperfle' le'ii lutut, lutut, atau atau karena karena keduan keduanya ya.. Berbag Berbagai ai pola pola fraktur fraktur yang yang terjad terjadi, i, terg tergan antu tung ng
pada pada
meka mekani nism smee
cede cedera rany nya. a.
Berd Berdas asar arka kan n
pola pola
frak fraktu turn rny ya,
frakturpatella dibagi atas fraktur transversal, ape', basal, comminuted, vertikal, dan osteochondral. Sedangkan berdarakan pola penyimpangan tulangnya dibagi atas displaced dan non%displaced.(
!
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pat Patella ella
)atell )atellaa yang yang merupa merupakan kan jenis jenis tulang tulang sesamo sesamoid id terleta terletak k pada pada segmen segmen inferior dari tendon m. *uadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. )inggir atas atas,, late latera rall dan dan medi medial al meru merupa paka kan n temp tempat at perl perlek ekat atan an berb berbag agai ai bagi bagian an m.*uadriceps femoris. )atella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m. *uadriceps *uadriceps femoris oleh serabut%serabut serabut%serabut hori+ontal hori+ontal bawah m. vastul medialis dan oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris. kuran kira%kira $ cm, berbentuk segitiga, berada didalam tendo -bertumbuh di dalam tendo m.*uadriceps femoris. /alam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. empunyai facies anterior dari facies articularis0 facies articu articulari lariss lateral lateralis is bentuk bentukny nyaleb alebih ih besar besar daripa daripada da facies facies articu articulari lariss mediali medialis. s. argo superior atau basis patellae berada di bagian pro'imal dan ape' patellae berada di bagian distal. argo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk ape' patellae. 1
ambar 2.! 3natomi genue sinistra
2
$
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pat Patella ella
)atell )atellaa yang yang merupa merupakan kan jenis jenis tulang tulang sesamo sesamoid id terleta terletak k pada pada segmen segmen inferior dari tendon m. *uadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. )inggir atas atas,, late latera rall dan dan medi medial al meru merupa paka kan n temp tempat at perl perlek ekat atan an berb berbag agai ai bagi bagian an m.*uadriceps femoris. )atella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m. *uadriceps *uadriceps femoris oleh serabut%serabut serabut%serabut hori+ontal hori+ontal bawah m. vastul medialis dan oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris. kuran kira%kira $ cm, berbentuk segitiga, berada didalam tendo -bertumbuh di dalam tendo m.*uadriceps femoris. /alam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. empunyai facies anterior dari facies articularis0 facies articu articulari lariss lateral lateralis is bentuk bentukny nyaleb alebih ih besar besar daripa daripada da facies facies articu articulari lariss mediali medialis. s. argo superior atau basis patellae berada di bagian pro'imal dan ape' patellae berada di bagian distal. argo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk ape' patellae. 1
ambar 2.! 3natomi genue sinistra
2
$
ambar 2.2 3natomi )atella 1,$ 2.2 Fraktur 2.2.1 Definisi
3da beberapa pengertian fraktur menurut para ahli adalah4 !
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.2
2
Fraktur Fraktur adalah terputusnya terputusnya kontinuit kontinuitas as tulang tulang dan ditentukan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. 5
(
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis. 6
1
Fraktu Frakturr adalah adalah terput terputusn usnya ya kontin kontinuit uitas as tulang tulang yang yang ditand ditandai ai oleh oleh rasa nyeri, nyeri, pemben pembengka gkakan kan,, deform deformita itas, s, ganggu gangguan an fungsi fungsi,, pemend pemendeka ekan n dan krepitasi.7
2.2.2
Etilgi
8tiologi fraktur
yang
dimaksud
adalah peristiwa
yang
dapat
menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma -kekerasan dan peristiwa patologis. 9
1. Peristi!a Trau"a #Kekerasan$
(
a Kekerasan langsung Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. )atah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring. b Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. :ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. ;ontoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. :ang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. /emikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah. c Kekerasan akibat tarikan otot Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. )atah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. ;ontohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
2. Peristi!a Patlgis
a Kelelahan atau stres fraktur Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang
1
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur. 2.2.% Patfisilgi
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. >eaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel% sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk
tulang
baru
imatur
yang
disebut
callus.
Bekuan
fibrin
direabsorbsidan sel% sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. ?nsufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom kompartemen.7 =rauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah. 5 )asien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain4 nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri.7 >eduksi terbuka dan fiksasi interna -@>?F fragmen%fragmen tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Aamun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. )embedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
$
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.2 2.2.& Klasifikasi
Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.
1.
Ber'asarkan (u)ungan tulang 'engan *aringan 'isekitar
%
Fraktur tertutup -closed) /ikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih -karena kulit masih utuh tanpa komplikasi. )ada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu4 1) =ingkat #4 fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya. 2) =ingkat !4 fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit
dan jaringan subkutan. 3) =ingkat 24 fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan. 4) =ingkat (4 ;edera berat dengan kerusakan jaringan lunak
yang nyata dan ancaman sindroma kompartement . %
Fraktur terbuka -open/compound Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat -menurut >. ustillo, yaitu4 ! /erajat ? % &uka ! cm % Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
5
% Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan % Kontaminasi minimal 2 /erajat ?? % &aserasi C! cm % Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flapD avulsi % Fraktur kominutif sedang % Kontaminasi sedang ( /erajat ??? =erjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat ??? terbagi atas4 % Earingan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luasDflapDavulsi atau fraktur segmentalDsangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka. % Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif. % &uka pada pembuluh arteriDsaraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak. 2.
Ber'asarkan )entuk +ata(an tulang
a =ransversal 3dalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips. b Spiral 3dalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.
6
ambar (.( Bentuk patahan tulang
!#
c @blik 3dalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. d Segmental 3dalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. e Kominuta 3dalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang. f reenstick 3dalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak < anak. g Fraktur ?mpaksi 3dalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. h Fraktur Fissura 3dalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
7
%.
Ber'asarkan lkasi +a'a tulang fisis
=ulang
fisis
adalah
bagian
tulang
yang
merupakan
lempeng
pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak < anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter – Harris4 ! =ipe ?4 fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup. 2 =ipe ??4 fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup. ( =ipe ???4 fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan. )rognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi. 1 =ipe ?4 fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. >eduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar. $ =ipe 4 cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi. 2.2.,
-anifestasi Klinik
anifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna. !. Ayeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Setelah terjadi fraktur, bagian%bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
9
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. 8kstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. (. )ada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. 1. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya. $. )embengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. =anda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.( 2.2.
Penatalaksanan
Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu4 rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.!! !.
>ekognisi >iwayat
kecelakaan,
derajat
keparahan, harus
jelas
untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. ;ontoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka. 2. >eduksi -manipulasiD reposisi >eduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. paya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. >eduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. >eduksi fraktur dilakukan sesegera
mungkin
untuk
mencegah
jaringan
lunak
kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. )ada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan. 1 (. >etensi -?mmobilisasi
!#
paya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. ?mobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. etode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. ?mplan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. =eknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.1 1. >ehabilitasi engembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan%latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi. 1 2.2./ Sta'iu" Pen0e")u(an Fraktur
!2
)roses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu4 %
)embentukan hematom Fraktur merobek pembuluh darah dalam medula, korteks dan periosteum sehingga timbul hematom.
%
@rganisasi /alam 21 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom disertai dengan infiltrasi sel < sel peradangan. /engan demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.
!!
%
Kalus sementara )ada sekitar hari ketujuh, timbul pulau < pulau kartilago dan jaringan osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Earingan osteoid, dalam bentuk spikula ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara. =ulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.
%
Kalus definitif Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang yang teratur dengan susunan havers < kalus definitif.
%
>emodeling Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.
!2
ambar 2.1 Stadium penyembuhan fraktur
!(
2.2. Kelainan Pen0e")u(an Fraktur !1
=ulang memperlihatkan kemudahan penyembuhan yang besar tetapi dapat terjadi sejumlah penyulit atau terdapat kelainan dalam proses penyembuhan. ! alunion Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran. 2 )enyatuan tertunda Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gi+i dan metabolik.
( Aon union -tak menyatu )enyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang < kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor < faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis. 2.2. K"+likasi Fraktur
a. Sindrom 8mboli &emak erupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Gal ini terjadi ketika gelembung < gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak.
!(
elombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh < pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. ejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental -gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor, tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
!$
b. Sindrom Kompartemen Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. ejala < gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering -tibia dan tulang hasta -radius atau ulna. c. Aekrosis 3vaskular -Aekrosis 3septik Aekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Gal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur -yaitu kepala dan leher, saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. @leh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. )erawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban. d. @steomyelitis 3dalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa e'ogenous -infeksi masuk dari luar tubuh atau hematogenous -infeksi yang berasal dari dalam tubuh. )atogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. &uka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang
!1
terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur < fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar. e. angren as as gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram%positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. ;lostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Eika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung < gelembung gas pada tempat luka. =anpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal. 2.2.13 Pen4ega(an Fraktur
!5
)encegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. )ada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. )ada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.
%
)encegahan )rimer )encegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. /alam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati < hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
%
)encegahan Sekunder )encegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat < akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. engangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. )emeriksaan
!$
klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. )emeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. )engobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal. %
)encegahan =ersier )encegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. )engobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. >ehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. )enderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. paya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari%hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.
2.%
Fraktur Patella
Fraktur patella adalah gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang berlebihan pada lutut.
!5
dikarenakan tekanan
yang
2.&
Fraktur patella !6
2.%.1 Etilgi
Fraktur patella terjadi karena otot kuadriseps berkonteraksi dengan hebat, misalnya pada saat menekuk dengan keras. )enyebab lainnya adalah klien jatuh dan mengenai langsung tulang patella. !7
2.%.2 Patfisilgi
=rauma langsung /isebabkan karena penderita jatuh dengan posisi lutut pleksi dimana patella terbentur dengan lantai. Karena diatas patella terdapat subkutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut tulang patela mudah patah. Biasanya jenis patahnya stelata, dan biasanya jenis patah ini medial dan lateral *uardlisep e'pansion tidak ikut robek, hal ini meyebabkan masih dapat melakukan ekstensi lutut melawan grafitasi =rauma tak langsung Karena tarikan yang sangat kuat dan otot kuat risep yang membentuk musculotendineous melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang
!6
jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot kuat risep konteraksi secara keras untuk mempertahankan kesetabilan lutut. Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella
2.%.% Tan'a 'an ge*ala
! )embengkakan pada patella 2 Ayeri ( Gilangnya fungsi 1 /eformitas $ Krepitasi 5 )erubahan warna lokal pada kulit 6 Eika diraba ada ruang pada fragmen patella 7 /idapatkan adanya cekungan dan klien tidak dapat melakukan ekstensi anggota gerak bawah
2.%.&
Pe"eriksaan Penun*ang
! Foto rontgen %
ntuk mengetahui lokasi dan garis fraktur
%
engetahui tempat dan type fraktur
2 Skor tulang tomograbhy, skor ;!, >! untuk mengidentifikasi jaringan lunak ( 3rtelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
2.%.,
Penatalaksanaan
)engobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan. )engobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian 4
!7
Aon operatif %
ntuk fraktur patela yang undisplaced
%
Bila terjadi haemorthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu
%
Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan pangkal paha sampai pergelangan kaki. )osisi lutut dalam fleksi sedikit -$%!# dipertahankan 5 minggu.
@peratif %
)ada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band wiring
%
Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K wire, baru dilakukan tension band wiring
%
Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan rekronstruksi, dilakukan patellectomi -hal ini menimbulkan kelemahan *uadrisep e'pansion
!9
2.1 =eknik operasi fraktur patella kominutif 2.%. Fll!5U+
)emeriksaan H ray ulang dilakukan satu atau dua minggu kemudian untuk menilai ada tidaknya loss of reduction. )laster dipertahankan sampai terjadinya union (1 minggu pada anak%anak usia !# tahun dan !%2 minggu pada anak usia 1 tahun.
2#
2.5 &atihan pemulihan fraktur patella
2!
!9
2.6 &atihan pemulihan fraktur patella
22
BAB III PE-BAHASAN
1.!
Penegakan Diagnsis Fraktur 9,!7,!9 1$ Ana"nesis Keluhan utama berupa4 % =rauma4 waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi
trauma % Ayeri4 lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, reffered pain % Kekakuan sendi % )embengkakan % /eformitas % Ketidakstabilan sendi % Kelemahan otot % agguan sensibilitas % Gilangnya fungsi % Ealan pincang 2$ Pe"eriksaan fisik a. ?nspeksi -look % Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit % Earingan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendon, ligament, jaringan lemak, fasia dan kelenjar limfe % =ulang dan sendi % Sinus dan jaringan parut b. )alpasi -feel % Suhu kulit, denyutan arteri % Earingan lunak4 spasme otot, atrofi otot % Ayeri tekan % =ulang4 bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang % )enilaian deformitas %$ Pe"eriksaan +enun*ang /ilakukan pemeriksaan rontgen, apabila fraktur pada tulang panjang dilakukan posisi 3) dan lateral. &.2 Diagnsis Fraktur +atella Ana"nesa
%
/itemukan adanya riwayat trauma
% )enderita tak dapat melakukan e'tensi lutut, biasanya terjadi pada trauma indirect dimana patahnya transversal dan *uadrisep
2(
mekanisme robek % )ada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan lateral, *uadrisep e'pansion masih utuh sehingga penderita masih dapat melakukan e'tensi lutut Pe"eriksaan Klinik %
)ada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan hemarthrosis
% )ada perabaan ditemukan patela mengambang -floating patella Pe"eriksaan 6a'ilgis % /engan proyeksi 3) dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya fraktur patella % )royeksi sky%line view kadang%kadang untuk memeriksa adanya fraktur patela incomplete
&.% Penatalaksanaan Far"aklgis 21 !. ?nfus >& 2# tpm K"+sisi4 Aa laktat (.! gram, Aa;l 5 gram, K;l #.(( gram, ;a;l 2
#.2 gram, air !### ml. In'ikasi4 mengembalikan keseimbangan cairan pada kasus dehidrasi Kntrain'ikasi7 hipernatremi, kelainan hatiDginjal dan laktat asidosis Efek sa"+ing4 panas, infeksi pada tempat injeksi, thrombosis vena dan ekstravasasi. Dsis4 sesuai kondisi penderita Ke"asan4 &arutan infus $## ml. 3lasan pemberian cairan infus ringer laktat untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh selama an. / tidak makanDminum. Selain itu juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan elektrolit yaitu natrium, kalium dan klorida. 2. Ketorolac (# mg Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non% narkotik. @bat ini merupakan obat anti%inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti%inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
21
Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak rata%rata dalam plasma sebesar 2,2 mcgDml setelah $# menit pemberian dosis tunggal (# mg. Iaktu paruh terminal plasma $,( jam pada dewasa muda dan 6 jam pada orang lanjut usia -usia rata%rata 62 tahun. &ebih dari 99" Ketorolac terikat pada konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 5 jam dalam sehari. )ada dosis jangka panjang tidak dijumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume distribusinya rata% rata #,2$ &Dkg. Ketorolac dan metabolitnya -konjugat dan metabolit para%hidroksi ditemukan dalam urin -rata%rata 9!,1" dan sisanya -rata%rata 5,!" diekskresi dalam feses. )emberian Ketorolac secara parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien. Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. /urasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Garus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi $ hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus. Kntrain'ikasi4 %
)asien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
%
)asien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian 3setosal atau obat anti%inflamasi nonsteroid lain.
%
)asien yang menderita ulkus peptikum aktif.
2$
%
)enyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.
%
/iatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
%
Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.
%
=erapi bersamaan dengan 3S3 dan AS3?/ lain.
%
Gipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.
%
angguan ginjal derajat sedang sampai berat -kreatinin serum C!5# mmolD&.
%
>iwayat asma.
%
)asien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Geparin dosis rendah -2.$##<$.### unit setiap !2 jam.
%
=erapi bersamaan dengan @spentyfilline, )robenecid atau garam lithium.
%
Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.
%
)asien yang mempunyai riwayat sindrom Steven%Eohnson atau ruam vesikulobulosa.
%
)emberian neuraksial -epidural atau intratekal.
%
)emberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra%operatif jika hemostasis benar%benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.
Dsis4
Ketorolac
ampul ditujukan untuk
pemberian injeksi
intramuskular atau bolus intravena. /osis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal !$ detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. ulai timbulnya efek analgesia setelah pemberian ? maupun ? serupa, kira%kira (# menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam ! hingga 2 jam. /urasi median analgesia umumnya 1 sampai 5 jam. /osis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. &amanya
25
terapi 4 )emberian dosis harian multipel yang terus%menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang. Selain mempunyai efek yang menguntungkan, ketorolac tromethamine juga mempunyai efek samping, diantaranya4 %
8fek pada gastrointestinal Ketorolac tromethamine dapat menyebabkan ulcerasi peptic, perdarahan dan perlubangan lambung. Sehingga Ketorolac tromethamine dilarang untuk pasien yang sedang atau mempunyai riwayat perdarahan lambung dan ulcerasi peptic.
%
8fek pada ginjal Ketorolac
tromethamine
menyebabkan
gangguan
atau
kegagalan depresi volume pada ginjal, sehingga dilarang diberikan pada pasien dengan riwayat gagal ginjal. %
>esiko perdarahan Ketorolac
tromethamine
menghambat
fungsi
trombosit,
sehingga terjadi gangguan hemostasis yang mengakibatkan risiko perdarahan dan gangguan hemostasis. %
>eaksi hipersensitivitas /alam pemberian Ketorolac tromethamine bias terjadi reaksi hypersensitivitas dari hanya sekedar spasme bronkus hingga shock
anafilaktik,
sehigga
dalam
pemberian
Ketorolac
tromethamine harus diberikan dosis awal yang rendah. (. >anitidin 2H$# mg >anitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor G2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor G2 dan mengurangi
sekresi
asam
lambung.
)ada pemberian i.m.Di.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat $#" perangsangan sekresi asam lambung adalah (5<91 mgDm&.
Kadar
tersebut
bertahan
selama
5<7
jam.
>anitidine diabsorpsi $#" setelah pemberian oral. Konsentrasi
26
puncak plasma dicapai 2<( jam setelah pemberian dosis !$# mg. 3bsorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Iaktu paruh 2 J<( jam pada pemberian oral, >anitidine diekskresi melalui urin In'ikasi4 %
)engobatan jangka pendek tukak usus !2 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
%
=erapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus !2 jari, tukak lambung.
%
)engobatan keadaan hipersekresi patologis -misal 4 sindroma ollinger 8llison dan mastositosis sistemik.
%
>anitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus !2 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi >anitidine oral.
Efek sa"+ing7
% Sakit kepala % Susunan saraf pusat, jarang terjadi4 malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. % Kardiovaskular,
jarang
dilaporkan4
aritmia
seperti
takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. % astrointestinal4 konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Earang dilaporkan4 pankreatitis. % uskuloskeletal, jarang dilaporkan 4 artralgia dan mialgia. % Gematologik4 leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia -pada beberapa penderita. Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan.
27
% &ain%lain, kasus hipersensitivitas yang jarang -contoh4 bronkospasme, demam, eosinofilia, anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum. 1. =orasic (H(# mg K"+sisi7 Ketorolac tromethamine Bentuk Se'iaan7
% =ablet salut selaput !# mg % 3mpul !# mg dan (# mg Far"aklgi7
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non% narkotik. @bat ini merupakan obat anti%inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti%inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat. Farmakokinetik -oral ketorolac tromethamine diabsorpsi dengan cepat dan lengkap setelah pemberian oral dengan konsentrasi puncak rata%rata dalam plasma sebesar #,76 mcgDm& setelah $# menit pemberian dosis tunggal !# mg. Iaktu paruh plasma terminal $,1 jam pada dewasa muda dan 5,2 jam pada orang lanjut usia. =otal bersihan pada orang usia lanjut sedikit lebih rendah daripada dewasa muda. Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak rata%rata dalam plasma sebesar 2,2 mcgDm& setelah $# menit pemberian dosis tunggal (# mg. Iaktu paruh terminal plasma $,( jam pada dewasa muda dan 6 jam pada orang lanjut usia. &ebih dari 99" ketorolac terikat pada konsentrasi yang beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 5 jam dalam sehari.
29
In'ikasi7 ntuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut
sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Dsis7
Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus intravena, dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal !$ detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. ulai timbulnya efek analgesia setelah pemberian ? maupun ? serupa, sekitar (# menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam ! % 2 jam. /urasi median analgesia umumnya 1 % 5 jam. /osis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respons pasien. &amanya terapi, pemberian dosis harian multipel yang terus%menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat
pada
penggunaan
jangka
panjang.
Kntrain'ikasi7 )asien hipersensitif dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang. Efek Sa"+ing7 diare, dispepsia, nyeri ga strointestinal, nausea, sakit
kepala, pusing, mengantuk, berkeringat -nsiden !" atau kurang, depresi, mulut kering, euforia, haus berlebihan, parestesia, stimulasi, vertigo, konstipasi, rasa penuh, kelainan fungsi hati, melena, ulkus peptikum, perdarahan rektal, stomatitis, muntah, flatus, asma, dyspnea, pruritus, urtikaria dan pucat.
$. 3sam =rane'amat Far"aklgi7
3ktivitas
antiplasminik4
menghambat aktivitas
dari aktivator
plasminogen dan plasmin. 3ktivitas
hemostatis4
mencegah
degradasi fibrin, pemecahan
trombosit, peningkatan kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor koagulasi. In'ikasi7
(#
Fibrinolisis lokal seperti4 epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks. 8dema
angioneurotik
herediter.)erdarahan
abnormal
sesudah
operasi. )erdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia. Dsis7
$##%!### mg -? dengan injeksi lambat -!m&Dmenit ( ' sehari. )erdarahan abdominal setelah operasi4 ! gram ( ' sehari pada ( hari pertama, kemudian dilanjutkan oral ! gram (%1 ' sehari. ntuk mencegah perdarahan ulang dapat diberikan per oral ! gram (%1 kali sehari selama 6 hari. Khusus untuk perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia4 Segera sebelum operasi4 !# mgDkg BB -?. Setelah operasi4 2$ mgDkg BB -oral (%1 ' sehari selama 5%7 hari.
Kntrain'ikasi7
)enderita perdarahan subaraknoid dan penderita dengan riwayat tromboembolik. )enderita dengan kelainan pada penglihatan warna. )enderita
yang
hipersensitif
terhadap
asam
traneksamat.
Efek Sa"+ing7
/engan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. ntuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari ! m&Dmenit. 5. entamisin Sifat fisikki"ia4 Serbuk agak keputih%putihan. &arut baik dalam
air, tidak larut dalam alkohol, aseton, kloroform, eter dan ben+en. Far"aklgi4 /idistribusikan melalui plesenta0olume distribusi
meningkat pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi. 0Aeonatus 4 #,1% #,5 per kg BB,03nak #,( %#,($ Dkg BB.0/ewasa #,2%#,( Dkg BB0)rotein binding 4 (# "0Iaktu paruh eliminasi 4 0?nfant 4 umur ! minggu (%!!,$ jam. ! minggu %5 bulan (%(,$ jam.0/ewasa 0 !,$%( jam.0)asien dengan gangguan ginjal (5%6# jam0Kadar puncak
(!
serum 4 i.m (#%9# menit0 i.v. (# menit setelah pemberian dengan infus08kskresi 4 rin Kntra
in'ikasi4
Gipersensitif
terhadap
entamisin
dan
3minoglikosida lain Efek sa"+ing4 C !#"0% Susunan syaraf pusat 4 Aeurotosisitas
-vertigo, ata'ia 0% Aeuromuskuler dan skeletal 4 ait instability0% @tic 4 @totoksisitas -auditory, @totoksisitas -vestibular0% injal 4 Aefrotoksik
-
meningkatkan
klirens
kreatinin
0!"%!#"0%
;ardiovaskuler 4 8deme0% Kulit 4 rash, gatal, kemerahan0 !"0% 3granulositosis 0% >eaksi alergi0% /yspnea0% ranulocytopenia0% Fotosensitif0% )seudomotor ;erebral0% =rombositopeni Interaksi "akanan 4 Garus dipertimbangkan terhadap diet makanan
yang mengandung ;alcium, magnesium , potassium Interaksi )at4 )enisilin, Sefalosporin, 3mfoterisin B, /iuretik
dapat meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan neuromuscular blocking agent Pengaru( ke(a"ilan4 Factor risiko 4 ; Pengaru( "en0usui4 /ieksresi melalui 3S? dalam jumlah kecil Para"eter "nitring4 3nalisis urin, jumlah urin yang keluar
BA, serum kreatinin, pemantauan pendengaran untuk pemakaian C dari 2 minggu. Beberapa derivat )enisilin dapat mempercepat degradasi aminoglikosida secara in%vitro Bentuk se'iaan4 Krem, =opical Sebagai Sulfat #,! " -!$ g, (#
g0?nfus, Sebagai Sulfat -)remi'ed in AS 1# mg -$# ml0 5# mg -$# ml, !## ml0 6# mg -$# ml0 7# mg -$# ml, !## ml09# mg -!## ml0 !## mg -$# ml, !## ml0 !2# mg -!## ml0&arutan ?njeksi, Sebagai Sulfat !# mgDml -5 ml, 7 ml,!# ml ial0&arutan ?njeksi, Sebagai Sulfat 1# mgDml -2 ml, 2# ml -/apat engandung etabisulfit 0&arutan ?njeksi, )ediatrik Sebagai Sulfat !# mgDml -2 ml -/apat mengandung etabisulfit 0&arutan ?njeksi, )ediatrik Sebagai Sulfat -)reservative Free 4 !# mgDml -2 ml0Saleb ata Sebagai Sulfat
(2
#,(" -( mgDg -(,$ g0Saleb Kulit Sebagai Sulfat #,!" -!$ g, (# g0=etes ata Sebagai Sulfat #,(" -$ ml, !$ ml engandung Ben+alkonium Klorida Peringatan4 Eangan digunakan pada pengobatan yang lama karena
dapat berisiko toksik pemberian yang lama yaitu penurunan fungsi ginjal, miastenia gravis, hipokalsemia, kondisi dengan depresi neuromuskuler transmitens0 3minoglikosoda secara parenteral dapat menimbulkan nefrotoksisitas dan ototoksisitas dapat secara langsung secara proporsional dengan jumlah obat yang diberikan dan durasi pengobatan0 tinnitus atau vertigo adalah indikasi dari 0vestibular injuri dan mengancam hilangnya pendengaran.
6. 3nti =etanus Serum adalah antisera yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap tetanus, serta mengandung fenol sebagai pengawet, berupa cairan bening kekuningan. In'ikasi7 ntuk pencegahan tetanus pada luka yang terkontaminasi
dengan tanah, debu jalan atau bahan lain yang dapat menyebabkan infeksi ;lostridium tetani, pada seseorang yang tidak yakin sudah diimunisasi atau yang belum diimunisasi lengkap dengan vaksin tetanus. Serum 3nti =etanus 2#.### ? untuk pengobatan terhadap tetanus ;ara kerja4 obat ini bersifat imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasukkan serum anti tetanus yang mampu untuk menetralisir toksin
tetanus
yang
beredar
dalam
darah
penderita.
Dsis7
%
)encegahan tetanus ! dosis profilaktik -!.$## ? atau lebih, diberikan secara intramuskular.
%
)engobatan tetanus 4 !#.### ? atau lebih, secara intramuskular atau intravena tergan% tung keadaan penderita
((
%
&akukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan desensitisasi.
;ara pemberian ada 2 yaitu intramuscular dan iv. a ?ntrramuskular %
Gasil uji kepekaan harus negative
%
)enyuntikan harus dilakukan secara perlahan
%
)enderita harus diamati paling sedikit selama (# menit
b ?ntravena %
&akukan penyuntikan secara intra% muskular terlebih dahulu
%
Bila tidak ada gejala alergi, lakukan penyuntikan intravena
%
)enyuntikan harus dilakukan secara perlahan
%
)enderita harus diamati paling sedikit selama ! -satu jam
Nn Far"aklgis =ujuan dari penatalaksanaan fraktur terbuka adalah4
!. Eangka pendek
4 menghilangkanDmenurunkan keluhan yang
dialami pasien 2. Eangka panjang
4
mencegah
tejadinya
deformitas
dan
kecacatan (. ;ara
4 menurunkan faktor resiko, mengobati
keluhan pasien dengan obat%obatan dan rehabilitasi medis. 1. Kegiatan
4 istirahat cukup dan latihan gerak secara
bertahap.
(1
BAB I8 KESI-PULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. 5 dan biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.2 Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis. )atella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari tendon m. *uadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. =rauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah.
($
DAFTA6 PUSTAKA
!. )rice., et al. 2##5. )atofisiologi Konsep Klinis )roses%proses )enyakit. 8d 5. Eakarta4 8; 2. utta*in, 3rif. 2##7. 3suhan Keperawatan Klien angguan Sistem uskuloskeletal. Eakarta4 8; (. iller , Eohn. 2#!1. )atella. http4DDphysioworks.com.auDinjuries% conditions%!Dpatella diunduh tanggal 27 januari 2#!$ 1. >emeika, &eah. 2#!1. Kneecap pain. http4DDwww.chiropractic% help.comD)atello%Femoral%)ain%Syndrome.html diunduh tanggal 27 januari 2#!$ $. 3riana, Sinta. 2#!!. 3natomi sistem muskuloskeletal
5. Smelt+er, Su+anne ;. dan Bare, Brenda . 2##2. Buku 3jar Keperawatan edikal Bedah Brunner dan Suddarth. 8d.7, ol. !, 2, 3lih bahasa oleh 3gung Ialuyo-dkk. Eakarta4 8; 6. ansjoer 3rif. 2###. Kapita Selekta Kedokteran. Eilid 2. edia. Eakarta4 3esculapius FK? 7. :uan. 2#!(. fractures and dislocations. FK . :ogyakarta 9. /oengoes, arlyn 8, oorhouse, ary F dan eissler, 3lice ;. 2###. >encana Keperawatan ntuk )erencanaan dan )endokumentasian )erawatan )asien. 8disi (, 3lih Bahasa ? ade Kriasa, 8;, Eakarta
(5