LAPORAN KEGIATAN
F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
GIZI BURUK PADA BALITA
Disusun Oleh: dr. Damai Rizki Kambodianto
Pembimbing: Dr. Galuh Ajeng Hendrasti
Puskesmas Cebongan Program Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga Periode November 2017 – Maret Maret 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Laporan F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Topik: Gizi Buruk Pada Balita
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal
Maret 2018
Mengetahui, Dokter Internship,
dr. Damai Rizki Kambodianto
Dokter Pendamping
dr. Galuh Ajeng Hendrasti NIP. 19821014 201001 2 017
A. LATAR BELAKANG
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui sampai tahun 2011 ini ada sekitar 1 juta anak dari 240 juta penduduk di Indonesia yang mengalami gizi buruk, kebanyakan berada di daerah timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku. Salah satu faktor penyebabnya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak mengalami gizi buruk yaitu : kesediaan pangan atau faktor kemiskinan, dalam hal ini berhubungan dengan jual beli seperti tidak tersedianya pangan yang cukup. Faktor perilaku, misalnya di daerah tersebut pangannya tersedia tapi cara pemberian atau pengolahannya tidak benar seperti anak baru 1 bulan sudah diberi pisang yang seharusnya mendapatkan ASI eklusif. Faktor ketidaktahuan orang tua mengenai pemberian gizi yang baik bagi anak, dan faktor penyakit bawaan pada anak, seperti jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernafasan dan diare. Faktor pendidikan, kurangnya edukasi di masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan Unicef tahun 2005, dari 343 kabupaten/kota di Indonesia penderita gizi buruk sebanyak 169 kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kota lainnya prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari yang kita bayangkan selama ini. Gizi buruk atau anemia gizi tidak hanya diderita anak balita, tetapi semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan, disamping anak-anak. Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap tahun lahir 350.000 lahir dengan kekurangan berat badan (berat badan rendah) Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut paling berkaitan. Secara langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama dan anak menderita penyakit infeksi. Anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan pangan dirumah tangga, pola asuh kurang memadai, dan sanitasi/ kesehatan lingkungan kurang baik, serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
kemiskinan keluarga. Salah satu solusi jangka panjang yang bisa diberikan adalah masyarakat harus mendapat penyuluhan mengenai pentingnya gizi dan cara mengolah makanan yang benar.
B. PERMASALAHAN
Pada dasarnya, gizi buruk merupakan penyakit yang tidak terjadi secara akut atau dalam waktu singkat, melainkan memerlukan waktu beberapa bulan. Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di Puskesmas/RS. Hal tersebut juga tergantung dari ada tidaknya penyakit penyerta misalnya penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya. Pada tingkat keluarga, keluarga yang tidak sadar gizi juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kasus gizi buruk. Pengetahuan dan perilaku keluarga khusunya
ibu
tentang
makanan
bergizi
yang
kurang
akan
mempengaruhi
perkembangan status gizi bayi. Misalnya kebiasaan untuk tidak memakan makanan tertentu padahal memiliki nilai gizi yang tinggi akan berakibat pada anak/bayi. Sanitasi serta lingkungan yang kurang baik dan tidak bersih akan membuat anak sakitsakitan sehingga mempengaruhi daya beli keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Pada tingkat masyarakat, kebiasaan tertentu di masyarakat dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi. Misalnya pada masyarakat tertentu, imunisasi pada bayinya baru boleh dilakukan pada bulan ke-2 sehingga pada bulan pertama bayi tidak dibawa ke posyandu untuk melakukan penimbangan. Sehingga proses terjadinya gizi buruk dapat juga berlangsung pada masa ini. Penyebab lain yang juga sering menjadi kendali adalah ketersediaan fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh ibu dan bayinya. Hal terserbut membuat bayi menjadi tidak dapat dikontrol berat badannya melalui KMS serta dapat diperburuk jika bayi sakit sementara pengobatan tidak di berikan
C. Pemilihan intervensi
Dalam mengatasi masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan harus dilakukan secara komprehensif serta menyeluruh. Cara dan strategi yang dapat dilakukan berupa deteksi dini di posyandu dengan melakukan penimbangan balita serta melalui KMS (Kartu Menuju sehat) sehingga bisa diketahui grafik pertumbuhan. Upaya pemulihan gizi dengan mengadakan pemberian makanan tambahan pemulihan
(PMT-P) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu terutama dalam memberi asupan gizi kepada anak. Selain hal tersebut, pemberian edukasi atau penyuluhan gizi kepada ibu bayi juga sangat penting untuk dilakukan.
1. Waktu Pemeriksaan
Hari dan tanggal
: Kamis, 7 Februari 2018
Waktu
: pkl. 09.00 WIB
2. Identitas Pasien
Nama
: An. JD
Umur
: 8 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Cebongan, salatiga
Suku
: Jawa
Tanggal Kunjungan
: 7 Februari 2018
3. Anamnesis a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama : Berat badan susah naik 2) Riwayat perjalanan penyakit : Pasien dibawa ibunya berobat ke puskesmas karena berat badan pasien yang susah naik. Pasien saat ini tidak ada keluhan sakit. Ibu pasien merasa khawatir dikarenakan salam 4 bulan sebelun berat badan pasien tidak naik dan garis pertumbuhan pasien selalu di garis merah. Satu bulan terakhir berat badan pasien naik sedikit tetapi masih di garis merah . Anak terlihat aktif, tidak lemas, tidak pucat dan perkembangan sesuai umur Ibu Pasien rutin membawa anaknya ke posyandu. b. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat penyakit diare
: disangkal
2) Riwayat alergi makanan dan obat
: disangkal
3) Riwayat mondok
: disangkal
4) Riwayat Operasi
: disangkal
5) Riwayat Kecelakaan
: disangkal
6) Riwayat Pengobatan
: tidak ada
c. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Riwayat berat badan rendah
: disangkal
2) Riwayat alergi makanan dan obat
: disangkal
d. Riwayat Imunisasi
Riwayat Imunisasi Dasar: 1)
Imunisasi BCG
: lengkap
2)
Imunisasi DPT
: lengkap
3)
Imunisasi Polio
: lengkap
4)
Imunisasi Campak
:-
5)
Imunisasi Hepatitis B
: lengkap
e. Riwayat Kandungan dan Persalinan
1) Riwayat Kandungan
: G1P1A0, tidak ada penyulit
2) Riwayat ANC
: Rutin lebih dari 4 kali, di bidan
3) Riwayat Persalinan
: per vaginam, dibantu oleh bidan
4) Umur Kehamilan saat Persalinan : 38 minggu 5) Berat Badan Lahir
: 2500 g
6) Panjang badan lahir
: 47 cm
7) Keadaan bayi saat lahir
: langsung menangis
f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
4.
1)
Usia
: lengkap
2)
Panjang Badan
: lengkap
3)
Berat Badan
: lengkap
4)
Riwayat Perkembangan
: sesuai dengan anak seusianya
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum :
Baik, composmentis. Tanda vital
Frekuensi nadi
: 90 x/menit, reguler, isi cukup
Suhu tubuh
: 36,5 oC
Frekuensi nafas
: 24 x/menit
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
: bentuk normal
Mata
: SI (-/-), CA (-/-), mata cowong (-) palpebra superior et inferior (dekstra et sinistra) tidak edema Pupil bulat, isokor, diameter 3mm, RC (+/+), kornea jernih
Hidung
: discharge (-/-)
Telinga
: discharge (-/-)
Mulut
: mukosa tidak kering
Tonsil
: T1-T1 , tidak hiperemis.
Faring
: tidak hiperemis.
Leher
: simetris, limfe tidak teraba besar.
Thoraks
Inspeksi simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi Pulmo: taktil fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-) Cor: iktus cordis di SIC V LMCS
Perkusi Pulmo : Sonor/Sonor Cor : Cardiomegali (-)
Auskultasi Pulmo: vesikular +/+, ST RBK (-/-) Cor : S1-2 murni, reguler, bising (-), suara jantung terdengar keras pada linea midsternalis sinistra.
Abdomen
Inspeksi Dinding perut lebih tinggi daripada diding dada, turgor kulit perut <2 detik
Auskultasi Bising usus normal
Perkusi Timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi Massa (-), distended (-)
Nyeri tekan (-) Hepar dan Lien tidak teraba membesar Ekstemitas Akral dingin -
Oedem
-
-
-
-
-
CRT <2 detik
5.
Assesment
Gizi Buruk
D. PELAKSANAAN INTERVENSI
Pemeriksaan gizi di Puskesmas Cebongan dilaksanakan setiap hari mulai Senin hingga sabtu mulai pukul 08.00 sampai selesai. Kegiatan pemeriksaan diawali dengan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan badan dan review buku KIA. Dilakukan anamnesis pada pasien berupa identitas, keluhan yang dirasakan saat itu, telaah riwayat pertumbuhan dan perkembangan, serta pemilihan intervensi. Dari
hasil
pemeriksaan
yang
dilakukan
pada
pasien,
didapatkan
status
antropometrinya berada diantara -2SD dan -3SD yang menunjukkan bahwa anak mempunyai status gizi kurang. Seluruh hasil pemeriksaan dicatat di dalam buku kesehatan ibu dan anak yang dibawa pasien. Selanjutnya untuk intervensi terhadap ibu dan pasien: - Pemberian PMT Pemulihan padat gizi , 350 kkal dengan protein 15 g selama 90 hari. - Konseling makanan anak dan cara pembatan makanan tambahan bergizi tinggi sesuai dengan buku KIA. - Edukasi menambah asupan makanan tinggi karbohidrat seperti nasi, jagung, kentang dan protein seperti tahu, tempe, daging ayam - Edukasi untuk memantau pertumbuhan di Posyandu setiap bulan serta stimulasi. - Edukasi untuk evaluasi bila dalam 2 bulan tidak ada kenaikan BB, segera lakukan konfirmasi BB/TB di puskesmas
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dilakukan dengan kunjungan rutin pasien atau keluarga ke posyandu per bulan dengan pengukuran BB dan TB. Pasien diharapkan kembali ke Puskesmas untuk evaluasi antropometri 2 bulan kemudian bila tidak ada peningkatan BB dan TB. Kemauan pasien dan keluarga untuk berkunjung ke posyandu dan Puskesmas sangat dibutuhkan. Hasil evaluasi kegiatan konseling gizi ini adalah ditemukannya risiko pada pasien yaitu grafik pertumbuhan yang berada di wilayah kuning yang merupakan keadaan gizi kurang. Pasien diberikan edukasi untuk menambah konsumsi makanan gizi tinggi serta diberikan makanan tambahan untuk mengejar pertumbuhan. Dalam kasus ini, ibu pasien mengeluh bahwa anaknya tidak suka makan sayur, daging, tahu dan tempe. Anak hanya mau makan tempe yang digoreng sangat kering yang mana kemungkinan zat gizi sudah banyak yang hilang saat proses penggorengan. Kebiasaan susah makan pasien inilah yang harus diubah oleh ibu. Ibu diharapkan bias memberikan variasi baru dalam makanan anak sehari2 yang disukai oleh anak dan sesikit memaksa anak untuk makan lebih banyak. Asupan gizi dibantu dengan makanan tambahan yang diberikan oleh Puskesmas. Ibu pasien mengerti penjelasan yang disampaikan dan memahami cara penggunaan setiap obat yang diberikan sesuai dengan rencana terapi yang telah dijelaskan dokter. Ibu juga bersedia untuk rutin berkunjung ke posyandu dan Puskesmas untuk meninjau pertumbuhan anak.
F. TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI
Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/TB nya ≤ - 3 SD dan atau mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor ). Z – score untuk status gizi kurus yaitu -3 SD s/d < -2 SD sedangkan untuk status gizi sangat kurus < -3 SD. Atau lingkar lengan atas ≤11,5 cm (WHO, 2000). PENYEBAB
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebabsebab marasmus ialah sebagai berikut (Dinkes, 2005): 1) Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan. 2) Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital. 3) Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas. 4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang kibat reflek mengisap yang kurang kuat. 5) Gangguan metabolik Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose tolerance. 6) Tumor hypothalamus Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan. 7) Penyapihan Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus. 8) Urbanisasi Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus;
meningkatnya
arus
urbanisasi
diikuti
pula
perubahan
kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda Marasmus : 1.
Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
2.
Wajah seperti orangtua
3.
Cengeng, rewel
4.
Perut cekung.
5.
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
6.
Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit kronik.
7.
Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang (Dinkes. 2005).
Tanda-tanda Kwashiorkor : 1.
Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )
2.
Wajah membulat dan sembab
3.
Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus menerus.
4.
Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
5.
Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).
6.
Pembesaran hati
7.
Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
8.
Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9.
Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis ).
10. Pandangan mata anak nampak sayu (Dinkes. 2005)
PENATALAKSANAAN
(Dinkes. 2005)
LAMPIRAN