Etiologi kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial meliputi:
Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler
Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
Kongenital: disgenesis, kelainan serebri
Ekstrakranial, meliputi:
Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengn riwayat diare sebelumnya.
Toksik: intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat
Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan keurangan piridoksin.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
Riwayat kejang dalam keluarga
Usia kurang dari 18 bulan
Tingginya suhu badan sebelum kejang
makin
tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang
Lamanya demam sebelum kejang
semakin pendek jarak antara mulainya demam
dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.
a.
Serangan kejang klonik atau tonik-tonik bilateral.
b. Mata terbalik ke atas.
c.
Kekuatan atau kelemahan.
d.
Berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung lebih dari
15 menit.
e.
Hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd).
Suhu tubuh lebih dari 38 derajat
Kehilangan kesadaran atau pingsan
Tubuh (kaki dan tangan) kaku
Kulit berubah pucat bahkan menjadi biru
Bola mata terbalik keatas
Bibir terkatup kadang disertai muntah
Dua bentuk kejang demam, yaitu: 1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
Kejang lama, > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang u mum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh: 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia atau aliran listrik dari sekitarnya. 3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena pen yakit atau keturunan 0
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan meningkatkan metabolisme basal 1015% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” sehingga terjadilah kejang. Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang dapat 0
terjadi pada suhu 38 C, sedang anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada 0
suhu 40 C atau lebih.
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti. 2. Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi: o
Bayi<12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering tidak jelas
o
Bayi antara 12 bulan -1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas 4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan neurologist karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.
6. MANAJEMEN TERAPI Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang sehingga defek pernafasan dan hemodinamik dapat diminimalkan. 1. Pengobatan saat terjadi kejang 1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian: 1. 5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun, 2. atau 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB> 10 kg, 3. 0,5-0,7 mg/kgBB/kali 2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5 mg/kgBB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5-1 mg per menit untuk menghindari depresi pernafasan. Bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik. 3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB perlahanlahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50mg IM dan pasang ventilator bila perlu.
2. Setelah kejang berhenti Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa: 1. Antipiretik
Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah danpertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis.
Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali 1. Antikonvulsan
Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau
Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari
3. Bila kejang berulang Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam valproat dengan dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah:
Kejang lama >15 menit
Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya hemiparese, cerebral palsy, hidrocefalus.
Kejang fokal
Bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsi
Disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan