Manfaat Teknologi
Kita memiliki kehidupan yang jauh lebih baik hari ini sebagai karyawan, konsumen, dan anggota masyarakat karena perkembangan teknologi yang semakin pesat. Teknologi telah membantu kita mendapatkan kendali atas alam, dan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Selama berabad-abad, teknologi telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat terutama di empat bidang berikut. Pertama, teknologi telah meningkatkan produksi barang dan jasa, dimana manfaat terutama dirasakan oleh sektor bisnis. Di pertengahan tahun 1800-an, manusia dan binatang adalah sumber utama listrik di peternakan. Pada awal 1900-an, traktor dan mesin lain yang didukung oleh bensin dan listrik menjadi sesuatu yang umum. Hari ini, mesin melakukan hampir semua pekerjaan di
peternakan.
Perkembangan
tersebut
terjadi
pada
sektor
manufaktur,
pertambangan, dan industri lainnya; sehingga jumlah produk yang tersedia untuk dijual dan konsumsi meningkat pesat. Kedua, teknologi telah mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa. Tidak hanya jumlah produksi yang meningkat, namun juga produktivitas. Hal ini telah mengakibatkan lebih banyak waktu luang, yang telah secara signifikan mempengaruhi gaya hidup. Ketiga, teknologi membutuhkan jumlah sumber daya manusia yang jauh lebih rendah dibandingkan sistem manual, hal tersebut menjadikan pekerjaan menjadi jauh lebih mudah dan lebih aman. Keempat, standar hidup yang semakin tinggi adalah akibat langsung dari teknologi. Hari ini, di negara yang telah mampu mengambil keuntungan dari teknologi, warga negaranya memiliki kehidupan yang sejahtera dan harapan hidup semakin meningkat.
Efek Samping dan Tantangan Teknologi
Meskipun teknologi telah memberikan begitu banyak manfaat bagi masyarakat, namun ada beberapa efek samping yang sering kali tidak diantisipasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah permasalahan teknologi pada kendaraan bermotor. Dari tahun 1800-an ke awal 1900-an diyakini bahwa mobil akan lebih
tenang, tidak bising, dan tidak berbau seperti transportasi dengan menggunakan kuda. Namun dalam kenyataannya, kendaraan bermotor jauh lebih berisik dan mendatangkan polusi udara dan kelangkaan sumber daya yang signifikan. Polusi udara jelas mengganggu kesehatan masyarakat. Selain itu mengakibatkan banyaknya kecelakaan kendaraan bermotor. Terdapat 4 (empat) efek samping negatif dari teknologi. Pencemaran lingkungan menduduki peringkat pertama sebagai salah satu efek negatif dari teknologi. Meskipun telah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini, negara-negara industri di dunia tetap menghadapi permasalahan signifikan terkait udara, air, tanah, limbah padat, dan polusi suara. Pengaruh iklim dan pemanasan global adalah topik yang tak dapat dielakkan dalam kaitannya dengan teknologi saat ini. Kedua, meipisnya sumber daya alam. Kemajuan teknologi yang begitu pesat dan terus-menerus mengancam pasokan sumber daya alam. Kelangkaan bahan bakar sangat sering dijumpai saat ini. Ketiga, masalah pengangguran. Dengan teknologi yang semakin pesat, mesin mengambil tempat manusia dalam industri, seperti yang telah kita alami dalam fase pengembangan industri otomatisasi.
Keempat, banyak pekerjaan dalam dalam dunia teknologi gagal untuk untuk
memberikan para pekerja rasa keberhasilan dan kepuasan akan apa yang mereka lakukan. Teknologi baru yang muncul menghadirkan banyak tantangan untuk manajer, organisasi, dan masyarakat.
Etika dan Teknologi
Yang pasti, teknologi memiliki banyak manfaat bagi umat manusia. Perspektif kami pada saat ini adalah untuk menaikkan pertanyaan etis yang mungkin berhubungan dengan pengembangan bisnis dan penggunaan teknologi dan inovasi. Seperti pengambilan keputusan manajemen dan globalisasi Segala tindakan masyarakat dalam dunia bisnis berkaitan dengan teknologi dan memiliki implikasi etis yang harus diidentifikasi dan dibahas. Manajemen perusahaan bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak bermoral dalam teknologi.
praktik
Penerapan
etika
bisnis
menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan
yang
melibatkan teknologi. Tujuan dari para manajer bisnis adalah untuk meraih keuntungan dan menghindari kerugian. Dalam membuat keputusan etis, normanorma yang berlaku mengenai teknologi harus diuji oleh prinsip-prinsip keadilan, perlindungan hak-hak, dan dan utilitarianisme. Sehubungan dengan tiga model dari etika-etika manajemen, masyarakat bisnis harus menghindari praktek-praktek teknologi yang tidak bermoral dalam produk, proses, dan aplikasi. Ada banyak ban yak ruang untuk penyalahgunaan dan salah tafsir. Teknologi adalah anugerah bagi umat manusia yang sangat mudah untuk mengabaikan atau gagal untuk membedakan dimensi etis pengambilan keputusan dan aplikasi. Manajer harus berusaha untuk mematuhi standar tinggi etika per ilaku dan kebijakan, hati-hati memperhatikan hukum yang ada, dan menampilkan kepemimpinan yang beretika dalam mengantisipasi dan menanggapi teknologi yang berhubungan dengan dilema etika.
Kasus PT. Indosat dan Anak Perusahaannya (IM2) Terkait Etika Bisnis dan Teknologi
Kasus dibangun dengan tuduhan adanya pelanggaran pada kerja sama antara Indosat sebagai penyelenggara jaringan telekomunikasi (Jartel) dengan anak usahanya Indosat Mega Media (IM2) yang merupakan penyelenggara jasa telekomunikasi (Jastel). Pada kerja sama ini, IM2 menyediakan kepada masyarakat layanan akses Internet, yang merupakan sub jasa telekomunikasi, menggunakan jaringan nirkabel berkecepatan tinggi yang populer disebut dengan nama 3G (third generation). generation). Jaringan 3G tersebut beroperasi pada pita frekuensi 2,1 GHz yang dialokasikan oleh pemerintah selebar 10 MHz kepada Indosat melalui proses tender. Menurut penyidik Kejagung, seperti diberitakan selama ini, IM2 tidak menggunakan jaringan milik Indosat, tetapi menggunakan frekuensi milik induk perusahaannya itu, kemudian mengembangkan jaringan sendiri untuk layanan Internet berbasis 3G pada masyarakat, atau kasarnya mengambil untung secara komersial. Jika pernyataan itu benar, maka artinya frekuensi 2,1 GHz yang
dialokasikan kepada Indosat digunakan secara bersama (sharing) antara Indosat dan IM2 dengan menggunakan jaringannya masing-masing, sebab layanan selain Internet-IM2 seperti layanan suara, tetap dapat digunakan oleh pelanggan 3G Indosat. Penggunaan bersama frekuensi pada hakekatnya, tanpa penetapan Pemerintah, jelas-jelas dilarang oleh regulasi (Pasal 14, PP 53/2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit). Tetapi penggunaan jaringan, baik yang mengandung unsur frekuensi radio atau tidak, milik Penyelenggara Jartel oleh Penyelenggara Jastel, malah didorong oleh ketentuan yang ada (Ayat (2), Pasal 9, UU 36/1999 tentang Telekomunikasi dan Pasal 13, PP 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi). Kerja sama penggunaan jaringan memiliki tujuan yang baik, yaitu efisiensi nasional dan demokratisasi
ekonomi
berupa
kesempatan
usaha
di
bidang
layanan
telekomunikasi, yang lebih luas kepada badan usaha kecil dan menengah, tanpa harus menginvestasikan dana besar dalam membangun jaringan telekomunikasi. Sehingga pertanyaanya, apakah IM2 hanya menggunakan frekuensi 2,1 GHz (3G) milik Indosat, atau IM2 menggunakan kapasitas jaringan 3G Indosat secara kesatuan termasuk frekuensi 2,1 GHz di dalamnya? Bukti yang kuat untuk membedakan kedua praktik kerja sama di atas sangat diperlukan agar majelis hakim di pengadilan tidak sekadar tertendang "bola panas" yang harus berjibaku membuktikan kasus teknologi ini. Khawatirnya, jika tidak dapat menjatuhkan vonis bersalah karena tidak memiliki bukti yang kuat, pengadilan akan dituding tidak mampu menyelesaikan kasus yang dapat menyelamatkan uang negara bernilai 1,3 triliun rupiah.
Interferensi Interferensi Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2
Penggunaan frekuensi radio bersama (sharing) oleh lebih dari satu pihak adalah suatu pekerjaaan teknis operasional yang tidak sederhana, karena adanya potensi besar terjadinya interferensi atau gangguan. Interferensi adalah momok sangat mengkhawatirkan bagi penyelenggara telekomunikasi, karena dapat menyebabkan jaringan yang dibangun dengan biaya miliaran atau triliunan rupiah menjadi sia-sia, tidak dapat dimanfaatkan.
ITU (International Telecommunication Union), lembaga khusus PBB, pun sangat serius mengatur penggunaan frekuensi ini dengan melakukan banyak studi dan pertemuan yang hasilnya antara lain dituangkan dalam babon "Radio Regulation," bertujuan agar penggunaan frekuensi radio optimal karena tidak terjadi interferensi yang mengganggu. mengganggu. Oleh sebab itu, bila kerja sama Indosat-IM2 berupa penggunaan bersama frekuensi rasanya mustahil, jika tidak terdapat kesepakatan teknis tertulis tentang metode pengoperasiannya. Kesepakatan itu diperlukan agar unit kerja masing-masing pihak dapat menyiapkan perangkat radio yang sinyalnya tidak akan saling berinterferensi. Kejagung dengan otoritas yang dimiliki harus dapat memperoleh bukti administrasi dalam perjanjian kerja sama atau dokumen lain yang menjelaskan adanya kesepakatan teknis tersebut.
Bukti Teknis Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2
Dengan mengabaikan dampak ekonomi, yaitu hilangnya kesempatan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari spektrum frekuensi yang dikelola, kesepakatan teknis disebutkan di atas dapat dilakukan berupa pembagian wilayah operasional. Misalnya, IM2 hanya dapat menggunakan pita frekuensi 2,1 GHz di wilayah Jawa dan Sumatera sementara Indosat di wilayah lainnya. Atau, tanpa pembagian geografi namun frequency namun frequency sharing dilakukan dilakukan dengan menggunakan teknologi multiple access yang secara umum didasarkan pada: 1. Pembagian waktu penggunaan (Time Division Multiple Access/TDMA). 2. Pembagian kanal frekuensi, unit kecil dari suatu pita frekuensi, yang digunakan
masing-masing
pihak
(Frequency
Division
Multiple
Access/FDMA). 3. Pengkodean unik yang disisipkan dalam sinyal yang dikirim dan diprogram dalam jaringan tiap pihak (Code Division Multiple Access/CDMA). Agar tuduhan tidak terbantahkan, Kejagung perlu bukti dari audit forensik teknis atas perangkat jaringan yang digunakan oleh Indosat maupun IM2. Dimulai dengan identifikasi perangkat pemancar dan penerima seperti BTS (Base Transceiver Station) Indosat dan IM2, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
metode penggunaan frekuensi secara bersama yang digunakan. Misal, jika digunakan
metode
CDMA
perlu
ditunjukkan
sampai
dengan
algoritma
pengkodean (coding-decoding) mana yang digunakan oleh IM2 dan mana yang digunakan oleh Indosat. Tanpa bukti-bukti di atas, rasanya sulit menetapkan bahwa kerja sama ini adalah merupakan penggunaan frekuensi bersama. Karena, jika yang dilakukan hanya uji penggunaan dan pemeriksaan dari sisi terminal pemakai maka bukti tersebut akan sumir dan sangat lemah, informasi yang dihasilkan tidak akan membedakannya dengan kerja sama penggunaan jaringan telekomunikasi yang memiliki unsur frekuensi radio, yang sah secara hukum di Indonesia.
Dampak Pelanggaran Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2
Akhir dari kasus ini sangat dinantikan oleh penyelenggara telekomunikasi, terutama penyelenggara Jastel, termasuk 200 lebih ISP (Internet Service Provider), Content Provider, ITKP (Internet Teleponi untuk Keperluan Publik), dan sebagainya. Karena, kalau kerja sama Indosat-IM2 ini yang merupakan kerja sama penggunaan jaringan, namun kemudian dinyatakan sebagai pelanggaran regulasi, maka bentuk kerja sama yang mereka lakukan dengan Penyelenggara Jartel lain juga secara yusrisprudensi dinyatakan sebagai tindak pidana. Pasalnya, dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada jaringan milik penyelenggara Jartel yang tidak memiliki unsur frekuensi radio, paling tidak berupa gelombang mikro maupun satelit. Begitu juga penyelenggara siaran TV ketika menggunakan SNG (Satellite News Gathering), dan menggunakan kapasitas satelit dari Penyelenggara Jartel akan dinyatakan merupakan praktik kerjasama yang melanggar hukum.