1. Epidem Epidemiol iologi ogi leptos leptospir pirosi osiss di Indonesi Indonesiaa Internasional Leptospirosis Society menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan insiden Leptospirosis yang cukup tinggi dan untuk angka kematiannya Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia setelah Uruguay dan India, yaitu dengan angka kematian sebesa sebesarr 16,7 16,7 !"#$, !"#$, %&&'(. %&&'(. )erkem )erkemban bangan gan Leptosp Leptospiro irosis sis di Indone Indonesia sia ter*ad ter*adii secara secara +luktuati+. )ada tahun %&&7, - Leptospitosis sebesar /,%,, tahun %&&/ menurun sebesar 6,&, tahun %&&0 naik kembali men*adi men*adi 6,/7, tahun %&1& naik men*adi 1&,1, dan tahun %&11 turun kembali men*adi 0,7 !2epkes I, %&1%( 2aerah 2aerah perseb persebara aran n Leptosp Leptospiro irosis sis di Indones Indonesia ia melipu meliputi ti )ropin )ropinsi si 3awa 3awa 4arat, 4arat, 3awa 3awa 5engah, 5engah, 2aerah Istimewa ogyakarta, ogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, 4engk ulu, iau, Sumatera 4arat, 4arat, Sumate Sumatera ra Utara, Utara, 4ali, 4ali, usa usa 5enggar enggaraa 4arat, 4arat, Sulawe Sulawesi si Selata Selatan, n, Sulawe Sulawesi si Utara, Utara, 8alimatan 5imur dan 8alimantan 4arat !2epkes, %&&/(. 2aerah den gan *umlah kasus maupun kematian dengan insiden tertinggi adalah daerah beberapa daerah yang sering mengalami ban*ir terutama di 28I 3akarta dan 3awa 5engah 5engah !2epkes I, %&&0(. 3akarta merupakan pro9insi yang sering terkena ban*ir. b an*ir. "ilayah "ilayah 3akarta tidak lepas dari bencana ben cana ban*ir dari se*ak awal 3akarta berdiri hingga sekarang !2epkes I, %&1'(. )ada tahun %&&%, ter*adi outbreak Leptospirosis seiring dengan ter*adinya ban*ir besar di 3akarta !"#$ %&11(. :enurut "#$ !%&&;(, leptospirosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Spirochetes dari genus Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia, sehingga penyakit ini digolongkan dalam
sia >sia 5engga enggara ra dinyata dinyatakan kan sebaga sebagaii daerah daerah endemi endemiss lept leptos ospi piro rosi sis. s.
)eny )enyak akit it
yang yang
dise disebu butt
re?e re?eme merg rgin ing g
in+e in+ect ctio ious us
dise diseas asee
ini ini
dala dalam m
perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama pada musim penghu*an serta kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi leptospira. )enyakit ini secara secara tradis tradision ional al dihubun dihubungkan gkan dengan dengan penula penularan ran melalu melaluii tikus tikus yang diseba disebabkan bkan oleh oleh reser9oar reser9oar icterohemorrhagia icterohemorrhagiaee dan copenhageni. copenhageni. )ada saat ini semua in+eksi Leptospira Leptospira lebih sering disebut sebagai leptospirosis dengan mengabaikan ge*ala dan tanda klinik. )enyakit in+eksi akut leptospirosis dapat menular langsung atau tidak langsung dari hewan ke manusia. :enurut "#$ !%&&6(, leptospirosis merupakan penyakit dengan ge*ala
klinis tidak spesi+ik dan sulit dilakukan kon+irmasi diagnosa tanpa u*i laboratorium. @e*ala klinis leptospirosis dapat menyerupai penyakit lain yang sering di*umpai pada daerah endemis, misalnya in+eksi dengue, hanta 9irus, thypoid, hepatitis, malaria, meningitis. #al ini menyebabkan leptospirosis sering tidak terdiagnosis. )enegakan diagnosis leptospirosis dilakukan berdasarkan ge*ala klinis pada penderita serta pemeriksaan serologi untuk melihat peningkatan titer dari serum penderita dengan pemeriksaan microscopic aglutination test !:>5(. sesuai rekomendasi "#$ kriteria ge*ala dan atau tandaAtanda klinis yang dialami penderita antara lain demam, mialgia, ikterik, con*uncti9al su++usion, nyeri otot dan albuminuria. 3uga dimasukkan hasil pemeriksaan serologi, +aktor epidemiologi yang berkaitan dengan penularan leptospirosis !seperti riwayat kontak dengan hewan pembawa leptospira, riwayat kontak dengan air dan atau lingkungan yang terkontaminasi baik di tempat ker*a maupun tempat lain, demikian *uga dengan berakti9itas sehari=hari yang memungkinkan penderita kontak dengan sumber kontaminan. 2etail lengkap kriteria diagnosis leptospirosis "#$ sebagai berikut !-aine S, @uideline +or 5he ontrol o+ Leptospirosis, "#$, 10/%( 4erdasarkan aspek lingkungan, insiden leptospirosis lebih banyak ter*adi pada negara beriklim tropis dan subtropis dengan curah hu*an yang tinggi. 8ondisi lingkungan pada daerah tersebut men*adi sangat optimal bagi pertumbuhan Leptospira. 4erdasarkan aspek umur, :enurut 2epkes I !%&&/(, leptospirosis termasuk penyakit in+eksi yang menyerang semua golongan umur, namun & kasus pada umumnya berada pada kelompok umur 1& A ;0 tahun. 8elompok umur tersebut merupakan kelompok yang paling banyak kontak dengan +aktor risiko. Lingkungan kumuh dengan sanitasi buruk terkait erat dengan ke*adian leptospirois, hal mana disebabkan karena peningkatan populasi tikus sehingga memperbesar kemungkinan kontak antara manusia dengan hewan terin+eksi. :anusia dapat terin+eksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau lumpur yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terin+eksi. In+eksi ini ter*adi karena adanya lukaBerosi pada kulit maupun selaput lendir. >ir tergenang dan mengalir lambat yang terkontaminasi urin hewan in+ekti+ berperan dalam penularan leptospirosis. )aparan yang relati+ lama pada genangan air yang terkontaminasi leptospira terhadap kulit yang utuh dapat *uga menularkan leptospira. :enurut Cein !%&&0(, Leptospirosis pada hakikatnya adalah in+eksi hewan. In+eksi pada manusia ter*adi akibat kontak dengan air atau
dan air kemih hewan. Leptospira bisa terdapat pada hewan piaraan seperti an*ing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut atau hewan=hewan pengerat lainnya seperti tupai, musang, kelelawar, dan lain sebagainya. Dektor utama dari Icterohaemorrhagiae penyebab leptospirosis pada manusia adalah tikus. 2i dalam tubuh tikus, leptospira menetap dan membentuk koloni sertaberkembang biak di dalam epitel tubulus gin*al tikus dan terus menerus ikut mengalir dalam +iltrat urin. Sementara menurut 2epkes I !%&&/(, leptospirosis disebut *uga direct
2epkes I. %&&/. )edoman 2iagnosa dan )enatalaksanaan )enanggulangan kasus Leptopsirosis di IndonesiaG hin, 3., %&&&. :anual )emberantasan )enyakit :enularG "#$. %&&;. #uman Leptosirosis @uidance -or 2iagnosis, Sur9eillance >nd ontrolG Cein. %&&0. Leptospirosis. 4uku >*ar Ilmu )enyakit 2alamG ILS. %&&1. ILS "orldwide Sur9ei 100/, 1000, %&&&G -aine, S. 10/%. @uidelines -or 5he ontrol o+ Leptospirosis, "#$G 2epkes I. %&1%. )ro+il )engendalian )enyakit dan )enyehatan Lingkungan 5ahun %&11G "idoyono. %&&. )enyakit 5ropis, Epidemiologi, )enularan, )encegahan dan )emberantasan httpHBBpublichealth=*ournal.helpingpeopleideas.comBepidemiologi=leptospirosis
%. )encegahan Leptospirosis )enyediaan logistik di sarana kesehatan, koordinasi dengan pemangku kepentingan dan sektor terkait, penemuan dini penderita dan pelayanan pengobatan yang tepat di puskesmas dan rumah sakit melalui penyuluhan masyarakat tentang tanda=tanda penyakit, resiko kematian serta tatacara pencarian pertolongan. Upaya pencegahan terhadap penyakit Leptospirosis dengan cara sebagai berikut H 1.
:elakukan kebersihan indi9idu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya setelah beker*a di sawah.
%.
)embersihan tem pat penyimpanan air dan kolam renang.
;.
)endidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi peker*a beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, 9aksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak.
'.
)emeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan=hewan tersebut terhadap masyarakat.
.
Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat=tempat habitat sarang tikus.
6.
)emberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.
Surveilans Ketat Pada KLB
1.
)engamatan perkembangan *umlah kasus dan kematian leptospirosis menurut lokasi geogra+is dengan melakukan sur9eillans akti+ berupa data kun*ungan berobat, baik register rawat *alan dan rawat inap dari unit pelayanan termasuk laporan masyarakat yang kemudian disa*ikan dalam bentuk gra+ik untuk melihat kecenderungan 8L4.
%.
:emantau perubahan +aktor risiko lingkungan yang menyebabkan ter*adinya perubahan habitat rodent !ban*ir, kebakaran, tempat penampungan pengungsi, daerah rawa dan gambut(.
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
1.
)emantauan terhadap kesakitan dan kematian leptospirosis.
%.
)emantauan terhadap distribusi rodent serta perubahan habitatnya, ban*ir
;.
)emantauan kolompok risiko lainnya, seperti petani, peker*a perkebunan, peker*a pertambangan dan selokan, peker*a rumah potong hewan, dan militer
httpHBBwww.indonesian=publichealth.comBepidemiologi=leptospirosis=%B ;. e9iew 8ebia*akan Leptospirosis di Indonesia 8E4I3>8> $)E>SI$>L )E@E2>LI> 1. )engendalian leptospirosis dilakukan secara desentralisasi dan otonomi %. )elaksanaan pengendalian Leptospirosis dilakukan dgn memperkuat ker*asama lintas program dan lintas sektor terkait secara terpadu dgn koordinator 8omda )engendalian Coonosis di daerah !kabB8otaB)ro9( dan 8omnas )en gendalian Coonosis di *en*ang asional. ;. )engendalian leptospirosis mengikutsertakan peran serta akti+ semua ko mponen masyarakat '. )enatalaksanaan kasus dilaksanakan secara dini se*ak diagnosa klinis suspek ditegakkan dgn pemberian pengobatan antibiotika sesuai dgn petun*uk teknis. . )embiayaan pengendalian Leptospirosis berasal dari 8abB8ota, )ro9insi dan pemerintah )usat serta bantuan masyarakat, internasional yang tidak mengikat dan tak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
6. )eningkatan kapasitas sumberdaya terutama sumber daya manusia melalui berbagai pelatihanBsosialisasi Leptospirosis. 7. :engembangkan *e*aring pengendalian leptospirosis disetiap *en*ang administrasi pemerintahan dengan berbagai mitra pemangku kepentingan. /. :eningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas pelaksanaan secara optimal, 0. :elaksanakan e9aluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai dasar perencanaan selan*utnya. Upaya yang akan dilaksanakan :eningkatkan sur9eilans dengan meman+aatkan system S82 !E">S( dan
pengembangan sur9eilans berbasis rumah sakit. )eningkatkan kegiatan sur9eilans di daerah yang belum ada laporan kasus yang
mempunyai +aktor risiko tinggi untuk dikembangkan #o spital sur9eillans dengan meman+aatkan 25. )engembangan *e*aring laboratorium antara hewa n dan manusia serta ker*asama sharing
in+ormasi dengan 449et 4ogor. )eningkatan pengendalian +aktor risiko baik pada tikus dan hewan ternak di daerah yang
ter*adi 8L4 dan endemis dengan kegiatan pengendalian dengan +okus di tempat umum seperti pasar, bandara, terminal dan tempat rekreasi serta desin+eksi lingkungan dengan khlorinasi . Sosialisasi pengendalian Leptospirosis untuk tenaga kesehatan di )uskesmas, umah
Sakit dan )engelola program di tingkat 8abupatenB8ota dan )ro9insi di daerah endemis ter*adi 8L4 Leptospirosis.