JUDUL RINGKASAN : EPIDEMIOLOGI KUTU KEMALUAN (Phtirus pubis) NAMA
: BAYU PRAKASA
MAHASISWA
: DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
NIM
: AK816014
SEMESTER
: IV
KELAS
: A
MATA KULIAH
: PARASITOLOGI
DOSEN
: PUTRI KARTIKA SARI, M.Si
i
1
1.1 Kutu Pubis (kutu kelamin) Phthirus pubis adalah serangga parasit penghisap darah yang hidup di kulit sekitar kelamin manusia. Kutu kelamin biasanya menular melalui hubungan seksual. Penularan dari orang tua kepada anak lebih mungkin terjadi melalui rute pemakaian handuk, pakaian, tempat tidur atau closets yang sama secara bergantian. Kutu Pubic menyebar melalui keringat saat kontak tubuh atau seksual. Pasangan seks si pasien dalam waktu 30 hari sebelumnya harus dievaluasi dan diobati, dan kontak seksual harus dihindari sampai perawatan berakhir dengan kesembuhan (Nuttal, 2009).
Gambar 1. Kutu kemaluan (Phthirus pubis) 1.2 Morfologi Kepala : -
Terdapat sepasang antenna
-
Sepasang mata facet
-
Haustellum alat mulut
Thorax : -
Terdiri atas ( protothorax, mesothorax, metathorax) terdapat :
-
Kaki yang kuat (3 pasang) berakhir :
-
Pada protothorax antara coxa kaki 1 dan 2 terdapat 1 pasang spirakel
TELUR (NITS) •Putih jernih, < 1 mm, mempunyai corona (operkulum)
2
NYMPHA •Ukuran 1-2 mm •Antena hanya bersegmen 3 buah •Bentuk hampir sama dengan imago hanya alat kelaminbelum sempurna •Telur berkembang menjadi nympha pada hari ke-5
1.3 Klasifikasi Kindom
: animalia
Pilum
: arthtropoda
Class
: insecta
Order
: phthiraptera
Suborder : anoplura Family
: pthiridae
Genus
: pthirus
Species
: p. pubis
1.4 Epidemiologi Angka prevalensi dan kejadian pubis pediculosis sebagian besar perkiraan. Satu studi rinci (Simms et al., 2006) menemukan kejadian sekitar 33 kasus pubis pediculosis tahunan per 100.000 orang, dengan dua kali lebih banyak laki-laki sebagai perempuan memiliki infestasi kutu kemaluan. Seperti dengan PMS lain, pubis pediculosis paling sering terjadi pada dewasa muda. Di Inggris, insidensi tahunan adalah 74 kasus per 100.000 orang dalam 15 – untuk kelompok usia 24 tahun (. Simms et al, 2006), yang merupakan dua kali tingkat kutu yang ditemukan dalam populasi secara keseluruhan. Pubis Phthirus adalah spesies kutu yang lebih memilih hidup di antara rambut manusia kasar, seperti rambut kemaluan. Sebuah infestasi kutu kemaluan menghasilkan pubis STD pediculosis disebut, kondisi kulit lokal yang ditandai dengan rasa gatal. kutu kemaluan juga disebut kutu kepiting, dan kasus pubis pediculosis telah informal disebut kepiting. Mereka adalah exoparasites, atau makhluk hidup di permukaan tubuh manusia, mereka dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual.
3
Kutu kemaluan berwarna abu-abu, oval, Arthropoda berkaki enam. Setiap 1 sampai 2 mm, membuat kutu kemaluan kecil dari kutu kepala, yang merupakan spesies yang berbeda. kutu kemaluan bertelur (nits disebut) pada kasar rambut-rambut tubuh yaitu, kemaluan, rambut perianal, rambut paha, rambut perut, rambut ketiak, jenggot, dan bulu mata. Kutu dewasa hidup dengan menghisap darah dan tidak bergerak jauh dari telur mereka (Frenkl & Potts, 2007; Leone, 2007; Link, 2007).
1.6 Penyakit Oleh Kutu Kemaluan (Phthirus pubis) 1.6.1 Epidemiologi Dari Infestasi Crabs Angka prevalensi dan kejadian pubis pediculosis sebagian besar perkiraan. Satu studi rinci (Simms et al., 2006) menemukan kejadian sekitar 33 kasus pubis pediculosis tahunan per 100.000 orang, dengan dua kali lebih banyak laki-laki sebagai perempuan memiliki infestasi kutu kemaluan. Seperti dengan PMS lain, pubis pediculosis paling sering terjadi pada dewasa muda. Di Inggris, insidensi tahunan adalah 74 kasus per 100.000 orang dalam 15 - untuk kelompok usia 24 tahun (. Simms et al, 2006), yang merupakan dua kali tingkat kutu yang ditemukan dalam populasi secara keseluruhan (Sutanto, Inge dkk. 2008).
Gambar 2. Kutu kemaluan (Phthirus pubis) yang menempel pada rambut kemaluan 1.6.2 Diagnosis Infestasi Crabs Kemaluan kutu dapat diperoleh melalui kontak fisik dekat dengan orang yang memiliki kutu atau oleh kontak dengan handuk baru kutu-
4
penuh atau tempat tidur. Kutu yang tidak bersentuhan dengan orang biasanya akan mati dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. pubis Pediculosis cukup menular, dan orang yang berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi akan memperoleh kutu kemaluan lebih besar dari 90% dari waktu.Kondom tidak akan mencegah penularan kutu kemaluan (Eckert & Lentz, 2007a; Frenkl & Potts, 2007; Leone, 2007; Shoemaker et al, 2007.). Telur kutu (nits) yang mengkilat dan tembus dan disekresikan ke poros rambut manusia. kutu dewasa hidup dan pakan di dasar rambut. Ketika kutu memakan darah mereka menyuntikkan air liur, dan air liur terus menerus menyebabkan gatal yang sangat merepotkan pada malam hari. Pasien menggaruk terbakar lebih lanjut daerah penuh. Kulit di daerah yang penuh akan memiliki bintik-bintik biru muda dari perdarahan yang mendasari kecil. Gatal dari pubis pediculosis dihasilkan oleh sensitisasi alergi terhadap antigen kutu, dan ini reaksi alergi membutuhkan waktu untuk berkembang. Dari pertama kali seseorang menjadi terinfeksi dengan kutu kemaluan, gatal parah mungkin memerlukan lima sampai lima belas hari untuk memulai, tetapi reinfestations akan mulai gatal dalam waktu dua puluh empat jam. Kutu kemaluan cenderung untuk tetap tinggal di tempat dan tidak bepergian jauh.Sebuah serangan dari kontak seksual biasanya terbatas pada rambut kemaluan. Pada orang berbulu, kutu kadang-kadang menyebar melalui patch bersebelahan rambut ke paha, perut, dada, aksila, dan bahkan jenggot. Ketika kutu kemaluan ditemukan pada anak-anak, terutama pada kepala atau kelopak mata, hal ini bisa menjadi indikasi pelecehan seksual. 1.6.3 Tanda-Tanda Klinis Pasien dengan pubis pediculosis hadir dengan tak henti-hentinya gatal. Pemeriksaan dekat daerah yang terinfeksi akan menemukan telur tembus pada bagian bawah poros rambut; telur dapat menjadi yang terbaik dilihat dengan menggunakan lensa pembesar. Kutu sendiri abu-
5
abu atau coklat, dan ketika penuh dengan darah, mereka menjadi kemerahan. Dalam pembesaran, kutu dapat dilihat untuk memiliki kepala kecil dan tiga pasang mencakar, kaki jointed (Eckert & Lentz, 2007a; Frenkl & Potts, 2007; Leone, 2007; Link, 2007; Shoemaker et al,2007). Kulit di daerah yang terinfeksi mungkin memiliki ruam makular atau makulopapular merah. Akan ada bintik-bintik perdarahan pucat biru ke kiri di titik di mana kutu telah makan, dan ekskresi dari kutu biasanya titik daerah seperti butir merica kecil. Pasien menggaruk dapat menyebabkan tanda sekunder dan infeksi. infestasi serius dapat menyebabkan kulit bersisik. Sebuah kasus pubis pediculosis. Kutu hidup di dasar rambut kemaluan, dan telur tembus (nits) menempel pada poros rambut, tampak seperti tetesan air kecil. (CDC, 2008d.) 1.7 Gejala klinik Telur kutu (nits) yang mengkilat dan tembus pandang disekresikan oleh kutu ke poros rambut manusia. Kutu dewasa hidup dan mencari makan di dasar rambut. Ketika kutu mengisap darah mereka menyuntikkan air liur, dan air liur yang terus menerus keluar inilah yang menyebabkan gatal yang sangat merepotkan terutama pada malam hari. Pasien mulai menggaruk hingga daerah garukan tampak seperti terbakar. Rasa gatal dari Penyakit Kutu Kelamin dihasilkan oleh sensitisasi alergi terhadap antigen kutu, dan reaksi alergi ini membutuhkan waktu untuk berkembang. Dari pertama kali seseorang terinfeksi dengan kutu kemaluan hingga gatal parah mungkin memerlukan lima sampai lima belas hari, tetapi reinfestasi akan memulai rasa gatal dalam waktu dua puluh empat jam. 1.8 Diagnosis Penyakit Kutu Kelamin dapat diperoleh melalui kontak fisik dekat dengan orang yang memiliki kutu atau oleh kontak dengan handuk baru kutupenuh atau tempat tidur. Kutu yang tidak bersentuhan dengan orang biasanya akan mati dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Penyakit ini cukup menular, dan orang yang berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi akan memperoleh resiko penularan kutu kemaluan lebih besar dari 90%.
6
Kondom tidak akan mencegah penularan kutu kemaluan (Eckert & Lentz, 2007a; Frenkl & Potts, 2007; Leone, 2007; Shoemaker et al, 2007.). Diagnosis ditegakkan dengan menemukan specimen kutu atau telur kutu pada penampakan mikroskopis. Diagnosis juga ditegakkan dengan melihat gejalagejala klinis yang timbul. 1.9 Pengendalian Vektor Epidemiologi Kutu Kemaluan (Phthirus pubis) 1.9.1 Jenis Kutu Kutu termasuk dari ordo phithiraptera, yang ditandai dengan tubuh yang pipih dorsoventral, tidak bersayap dan bagian tubuh terdiri dari kepala, toraks dan abdomen. Ordo Phithiraptera mempunyai empat sub ordo yaitu subordo Amblycera dan subordo ischnocera yang merupakan kelompok kutu penggigit (tidak menghisap darah) dan umumnya ditemui pada hewan. Selain itu subordo Rhynchophthirina dan subordo Anoplura merupakan kutu penggigit sekaligus penghisap darah. Dari keempat subordo itu Anoplura merupakan subordo yang mempunyai peranan yang penting dan berpengaruh bagi kesehatan dengan spesiesnya antara lain Pediculus humanus capitis (kutu kepala), pediculus humanus humanus (kutu badan), phthirus pubis (kutu kemaluan). 1.9.2 Biologi dan Perilaku Kutu Ketiga jenis spesies dari subordo Anoplura bersifat kosmopolitan, artinya ditemui diseluruh dunia. Ketiganya hanya menjadi parasit pada manusia dan tidak pada hewan, karena memang pada umumnya kutu mempunyai kekhasan inang (host spesificity) yang tinggi dibandingkan dengan ektoparasit yang lainnya. Sehingga penularan kutu dari manusia ke hewan tidak terjadi, bahkan juga antara hewan yang berbeda spesies. Pada inangnya, penyebaran P. humanus capitis hanya terbatas pada daerah kulit atau rambut kepala terutama dibelakang kepala dan dekat telinga pada anak-anak. Telurnya dilekatkan pada pangkal rambut yang sangat dekat kulit kepala. Karena pertumbuhan rambut diperkirakan satu cm perbulan, maka jarak antara letak telur terjauh dengan kulit kepala dapat menunjukan sudah berapa lama infestasi kutu terjadi.
7
Infestasi bisa mencapai 10-20 kutu dewasa per orang.penularan kutu rambut terutama terjadi akibatkontak antar inang seperti anak-anak yang tidur bersama pada satu ranjangatau bergantian sisir
yang
mengandung rambut berkutu. Berbeda dengan kutu rambut yang memiliki penyebaran terbatas, kutu kemaluan dapat ditemui bukan hanya pada kulit atau rambut kemaluan tetapi juga daerah bermbut lainnya seperti rambut dada dan ketiak. Bahkan pada bulu mata dan jenggot jika infestasinya sudah cukup tinggi. Penularan kutu ini terutama terjadi akibat kontak seksualataupun hubungan intim yang lainnya. Adapun kutu badan yang memiliki morfologi yang mirip dengan kutu kepala tetapi lebih besar, umumnya ditemui pada pakaian terutama bagian pakaian yang melekat pada badan, seperti pakaian dalam, sellangkang celana panjang, lengan bagian ketiak, kerah ataupun bagian pundak. Hal ini terjadi karena kontak dengan inangnya hanya terjadi sewaktu menghisap darah dan setelah itu kembali ke pakaian. Kutu badan lebih banyak menghabiskan waktunya pada pakaian termasuk termasuk untuk bertelur. Peranan kutu dalam kesehatan manusia terutama adalah akibat gigitan yang ditimbulkannya, apalagi pada infestasi yang tinggi. Gigitan kutu menimbulkan kegatalan dan iritasi yang berakhir dengan perlukaan kulit akibat garukan. Luka dapat diperparah dengan adanya infeksi sekunder baik dari mikroba maupun jamur dan akhirnya membentuk kerak berwarna gelap (hiperkeratinasi) dan penebalan dipermukaan kulit kepala terutama pada tempat-tempat predileksi kutu. Tanda khas permukaan kulit kepala ini dikenal sebagai Vagabond’s disease. Kutu bisa menjadi vektor tranmisi dari beberapa penyakit. Namun hal ini belum pernah dilaporkan terjadi di Indonesia. penyakit-penyakit louse-borne epidemic typhus, relapsing fever, dan trench fever merupakan penyakit yang ditransmisikan oleh kutu. Louse born epidemica typhus dan relapsing fever termasuk dalam kategori penyakit-penyakit karantina. Penyakit-penyakit ini biasanya terdapat di mana
banyak
manusia
hidup
padat
bersama
tanpa
banyak
memperhatikan kebersihan perorangan, misalnya tidak atau jarang
8
mandi, pakaian lama tidak dicuci, terutama pakaian-pakaian tebal. Penyakit-penyakit ini banyak terdapat dalam kazorne tentra, penjara, kamp konsentrasi dan sebagainya. Louse borne epidemic typhus dulu pernah dikenal sebagai "demam penjara" ( "jail fever " ). Dimasa perang penyakit ini banyak terdapat diantara prajurit-prajurit di front depan. 1.9.3 Siklus Hidup Dalam hidupnya kutu mengalami metamorfosis yang tidak sempurna yang diawali dengan telur, nimfa, dan dewasa. Kutu betina meletakkan 9-10 telur sehari dan total 270-300 telur selama hidupnya. Telur kutu dilekatkan pada pada rambut inangnya dengan zat perkat khusus (disebut cement). Telur-telur tidak bisa menetas pada suhu dibawah 24oC dan diatas 37.5oC. Pada suhu diantara 24oC-37.5oC telur-telur kutu menetas dalam waktu kurang dari 2 minggu. Telur-telur menetas menjadi nimfa, nimfa sendiri merupakan bentuk miniatur dari kutu dewasa tapi belim mempunyai organ reproduksi yang belum senpurna. Pada stadium nimfa tumbuh dan bertukar kulit (molting) 3 x dalam wlaktu 3-9 hari menjadi nimfa instar satu, dua, tiga dan berubah menjadi kutu dewasa dengan ukuran maksimal 4,5 mm. Kutu jantan/ betina menghisap darah inang setiap saat sejak stadium nimfa hingga dewasa. 1.9.4 Pengendalian Kutu Penanganan kutu sangat tergantung dari kebersihan pribadi dan menghindari pemakaian alat-alat yang memungkinkan terjadi penularan kutu secara bersama, seperti sisir, topi, pakaian, dll. Tindakan monitoring terhadapkutu kepala dapat dilakukan terutama apabila terjadi kegatalan kulit kepala dan ditemui keberadaan telur kutu pada rambut. Untuk itu dapat digunakan sisir khusus yang memiliki jari-jari yang rapat (serit). Penggunaan serit efektif menghilangkan nimfa dan kutu dewasa namun tidak dengan telurnya, sehingga pemakaian serit harus dilakukan berulang dan bersamaan dengan itu hindari kontak dengan orang atau barangyang dapat menjadi sumber penularan. Yang
9
penting diperhatikan kebersihan serit itu sendirisetelah dipakai, hal ini untuk menghindari penularan berulang. Secara sederhana penggunaan sabun untuk pencuci rambut dan air hangat secara teratur dapat menurunkan
populasi
nimfa
dan
kutu
dewasa.
Aplikasi insektisida pada kulit kepala merupakan tindakan kontrol yang paling efekif. Saat ini telah tersedia dalam bentuk shampo, lotion, powder, dan emulsi. Dibandingkan yang lainnya bentuk powder atau bubukmerupakan formulasi yang kurang disukai dan kurang efektif. Emulsi merupakan bahan yang paling sering dijumpai bahkan di indonesia, hingga saat ini hanya dikenal satu jenis insektisida emulsi untuk kutu yang mengandung 1% lindan. (Nurmaini, 2001) 1.10 Pengobatan a.
Mengeramasi
rambut
kemaluan
dan
wilayah
sekitarnya
sedikitnya selama 5 menit b.
Bilas dengan baik
c.
Menyisir
rambut
kemaluan
dengan
sisir
bergigi
halus
untuk menghilangkan telur d.
Beberapa
dokter
kemaluan
dengan pisau cukur listrik nonsharp untuk mengurangi
jumlah kutu untuk
menggunting
rambut
dan telur. Namun ada juga yang tidak menyarankan
mencukur
menggunakan
menyarankan
habis
bulu
pubis.
Cukup
dengan
0.5% Malathion salap dioleskan pada kulit terinfeksi
yang sudah
dikeringkan. Bisa dioleskan dari pusat kearah perineum,
perianal,
hingga ke pangkal paha. Setelah itu dibilas setelah 12
jam. e.
Semua pakaian dalam, handuk, sprei, dan lain-lain harus dicuci dan disetrika.
10
DAFTAR PUSTAKA Brown, H. W. 2001. Dasar Parasitologi Klinik Jakarta : PT. Gramedia Endang, D.E. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. PT. CITRA ADITYA BAKTI Ganda Husada, 2002. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Garcia dan Bruener, 2006. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Cetakan 1 : Jakarta. EGC Natadisastra, D., Agoes, R.2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. Jakarta : EGC Nurmaini, 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian secra sederhana. Universitas Sumatera Utara. Medan Nuttal, G., H. 2009. The Biology Of Phthirus pubis. Cambridge Journal. Vol 10 (3) : 383-405 Srisasi Gandahusada, Herry D, Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga : Jakarta. FKUI;2004 Sutanto, Inge dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran : Edisi Keempat. Jakarta Widodo, H. 2013. Parasitologi Kedokteran. Yogyakarta : D-MEDIKA