BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Komoditas pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan peternakan) merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, ketersediaan teknologi serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar internasional yang terus meningkat. Salah satu komoditas pertanian dari produk hortikultura yang tergolong jenis sayur mayur yang populer adalah kankung, karena banyak peminatnya, Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkungkangkungan). Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair (Ahmad F, 2012). Berbagai jenis komoditas sayuran diusahakan oleh petani di daerah pinggiran perkotaan dalam luas garapan yang sempit, seperti sawi (caisim), bayam, kangkung, terong, cabe, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang panjang dan sebagainya. Umumnya dalam satu penguasaan lahan, diusahakan beraneka ragam komoditas sayuran dalam petakan yang berbeda, misalnya disamping diusahakan komoditas sayuran sawi hijau (Caisim), ditanam juga bayam, kangkung, cabe, kacang panjang dan komoditas sayuran lainnya (Anonim, 2011). Kebutuhan kangkung relatif meningkat seiring naiknya kesadaran konsumen akan pentingnya konsumsi sayuran.
Setiap orang pasti mengenal
Ipomoea reptana alias kangkung. Namun bisa jadi tak semua orang tahu kangkung terdiri dari dua jenis, yaitu kangkung darat dan kangkung air. Meski mirip tapi secara fisik berbeda. Kangkung air berbunga warna putih kemerahan, sedangkan kangkung darat berbunga putih bersih. Dari ukuran batang dan bentuk daun juga berbeda. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar. Batang kangkung air berwarna hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijauan. Citarasanya pun lain. Kangkung darat relatif lebih enak dan renyah ketimbang kangkung air. Dari kacamata bisnis, khususnya kangkung darat, menawarkan siklus budidaya sangat
Analisa Usahatani Kangkung | 1
cepat, hanya 22 hari. Peluang bisnis ini semakin terbuka lantaran permintaan pasokan kangkung terus meningkat akibat membaiknya kesadaran masyarakat tentang pentingnya melahap sayuran (Anonim, 2010). Sumber daya dan ekosistem diwilayah Indonesia sangat bervariasi, terutama kondisi jumlah curah hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan berkisar antara 500-5.000 mm per tahun, sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Setiap naik 100 meter tinggi tempat, maka temperature udara turun 1oC. Di permukaan laut temperatur rata-rata sekitar 28oC, dan didataran tinggi (pegunungan) +2000 meter dari permukaan laut (dpl) sekitar 18oC (Rahmat R, 2003). Kangkung banyak dijumpai di dataran Asia tenggara, baik sengaja ditanam atau tidak. Kangkung memang bukan barang asing di dapur Indonesia karena selain mudah didapat dan harganya yang murah rasanya pun cukup sedap. Kangkung bergiji tinggi dan lengkap dengan kandungan seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat basi,natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karotan, sistos herot, karoten, hentriakontan dan silosterol. Senyawa kimia yang terkandung adalah saponin, flavonid dan polifenol (Cassava N, 2011).
1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana struktur biaya usahatani? 2. Bagaimana pendapatan usahatani? 3. Apakah usahatani tersebut layak atau tidak? 4. Bagaimana produktivitas tenaga kerja kangkung? 5. Bagaimana Break Event Point (BEP) nya? a. BEP Penerimaan b. BEP Produuksi c. BEP Harga
Analisa Usahatani Kangkung | 2
1.3 Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bertujuan bagi berbagai pihak seperti: 1. Untuk melihat sruktur biaya usahatani. 2. Untuk mengetahui pendapatan usahatani. 3. Untuk mengetahui kelayakan usahatani. 4. Untuk mengetahui produktifitas tenaga kerja kangkung. 5. Untuk mengetahui Break Event Point: a. BEP Penerimaan b. BEP Produksi c. BEP Harga
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan berguna bagi berbagai pihak seperti: 1. Bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat nilai tugas Mata Kuliah Ilmu Usahatani. 2. Bagi petani sebagai salah satu pertimbangan untuk melakukan usahatani. 3. Bagi pemerintah sebagai bahan informasi bagi perencanaan kebijaksaan guna meningkatkan kesejahteraan para petani. 4. Pihak lain sebagai bahan
masukan atau rujukan bagi penelitian
berikutnya.
Analisa Usahatani Kangkung | 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar. Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabangcabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang
kangkung
bulat
dan
berlubang,
berbuku-buku,
banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar). Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
Analisa Usahatani Kangkung | 4
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative (Anisaul A, 2012). 2.1.1
Jenis Tanaman
Kangkung
termasuk
suku
Convolvulaceae
(keluarga
kangkung-
kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuhtumbuhan diklasifikasikan ke dalam: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Species
: Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 27 – 30 hari sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit. 2.1.2
Manfaat Tanaman
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan. Disamping itu hewan juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi. 2.2. Budidaya Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
Analisa Usahatani Kangkung | 5
mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen. 2.2.1. Media Tanam Kangkung
darat
menghendaki tanah yang
subur,
gembur
banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang
air.
Tanaman
kangkung
membutuhkan
tanah
datar
bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik. 2.2.2. Ketinggian Tempat Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Redy P, 2013). 2.3. Kelayakan Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
Analisa Usahatani Kangkung | 6
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. sehingga uasahatani adalah himpunan dari sumber – sumber yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan – perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan – bangunan yang di dirikan di atas tanah itu ada sebagainya (Soekartawi, 1995). Dari beberapa istilah usahatani dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Lebih jauh Sutojo (2000) mengatakan fokus utama
kelayakan suatu usaha terpusat pada empat
macam aspek yakni: 1. Aspek pasar dan pemasaran, yang meneliti apakah pada masa yang akan datang, ada cukup permintaan di pasar yang akan dapat menyerap produk yang dihasilkan oleh usaha yang dilaksanakan. Disamping itu juga diteliti kemampuan usaha yang dibangun untuk bersaing di pasar. 2. Aspek produksi, teknik dan teknologi, yang mencakup penentuan kapasitas usaha yang ekonomis, jenis teknologi dan peralatan yang digunakan. 3. Aspek manajemen dan sumber daya manusia, mencakup penelitian jenis dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk mengelola dan mengoperasikan usaha tersebut. 4. Aspek keuangan dan ekonomi, mencakup perhitungan anggaran investasi yang dibutuhkan, sumber pembiayaan investasi serta kemampuan proyek tersebut menghasilkan keuntungan.
2.4. Saluran Pemasaran Saluran tataniaga (pemasaran) adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga yang menjalankan fungsi-fungsi tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987).
Analisa Usahatani Kangkung | 7
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling bergantung serta terlibat dalam proses menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu : 1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli potensial, kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli. 2. Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar. 3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan dan pengalaman penjualan. 4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan pertimbangan biaya. Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan panjang pendeknya saluran pemasaran tergantung pada : 1. Jarak antara produsen dan konsumen Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran pemasaran yang terjadi. 2. Skala produksi Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya. 3. Cepat tidaknya produk rusak Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus segera diterima konsumen. 4. Posisi keuangan pengusaha Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.
Analisa Usahatani Kangkung | 8
Sistem pemasaran yang efisien akan tercipta apabila seluruh lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas pemasaran tersebut (Limbong dan Sitorus, 1987). Penurunan biaya input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan output barang dan jasa, menunjukkan efisiensi. Setiap kegiatan fungsi pemasaran memerlukan biaya yang selanjutnya diperhitungkan ke dalam harga produk. Lembaga pemasaran menaikkan harga per satuan kepada konsumen atau menekan harga di tingkat produsen. Dengan demikian efisiensi pemasaran perlu dilakukan melalui penurunan biaya pemasaran. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh Produsen untuk Menyalurkan Produk dari Produsen sampai ke Konsumen atau Industri Pemakai. Menurut panjang pendeknya, Saluran Pemasaran dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Penyaluran Langsung Penyaluran Langsung merupakan saluran pemasaran yang paling pendek dimana
produk
diantar
dari
produsen
langsung
ke
konsumen.
Contohnya, sayuran atau buah-buahan yang baru dipetik dijual di pinggir jalan. 2. Penyaluran Semi-Langsung Penyaluran Semi-Langsung ialah saluran pemasaran yang melewati satu perantara baru ke konsumen. Contohnya, Hasil panen cabe yang dijual oleh petani kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual langsung ke konsumen. 3. Penyaluran Tidak Langsung Penyaluran Tidak Langsung yaitu saluran pemasaran yang menggunakan dua atau lebih perantara baru kemudian sampai ke konsumen. Contohnya, buah-buahan yang dijual ke pedagang pengumpul kemudian diolah menjadi minuman oleh pabrik baru kemudian dipasarkan oleh pengecer dan dibeli oleh konsumen (Artha, 2012).
Analisa Usahatani Kangkung | 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian ini dilakukan di Marelan, Pasar 5, Komplek PLN Kec. Medan Marelan Sumatera Utara. Waktu Penelitian ini Dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Desember 2013 pada jam 15.00 WIB hingga 17.15 WIB. 3.2. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer diambil langsung dari petani dengan teknik wawancara langsung kepada petani. Pengamatan responden dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner yang sudah di siapkan terlebih dahulu. 3.3. Metode Analisis Data Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 5 langkah, yaitu: 1. Untuk menganalisis Penerimaan dari petani: (
)
Ket: Bal = satuan produksi kangkung
2. Untuk menganalisis Pendapatan dari petani:
3. Untuk menganalisis kelayakan suatu usaha tani: > 1 = layak < 1 = tidak layak = 1 = impas
Analisa Usahatani Kangkung | 10
4. Untuk menganalisis produktifitas Tenaga Kerja Usahatani: (
)
Ket: HK = Hari Kerja
5. Untuk menganalisis Break Event Point (BEP): a. b. c. Ket: FC = Fix Cost (harga tetap) VC = Variabel Cost (harga variabel) R = Reveneu (penerimaan) P = Price (harga) TC = Total Cost (biaya total produksi) Y = Produksi AVC = Average Variabel Cost (Biaya variabel rata-rata) =
Analisa Usahatani Kangkung | 11
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN
Responden Petani Nama
: Ponidi
Umur
: 56 tahun
Pendidikan
:-
Pengalaman mengusahakan usaha taninya
: 6 tahun
Jumlah tanggungan
: 1 orang
Usaha sampingan
: Tidak ada
Analisa Usahatani Kangkung | 12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Biaya produksi Nama Biaya
@
Banyaknya
Jumlah Biaya
1. Lahan
-
-
Rp. 167.000,-
Rp. 45.000,-
½ Bks
Rp. 22.500,-
Rp. 1.500,Rp. 1.800,Rp. 1.300,Rp. 15.000,-
3 kg 8 kg 5 kg 1 Btl
Rp. 4.500,Rp. 14.400,Rp. 6.500,Rp. 15.000,-
Rp. 15.000,Rp. 10.000,Rp. 50.000,Rp. 12.000,-
2 HK 1 HK 5 HK 3 HK
Rp. 30.000,Rp. 10.000,Rp. 50.000,Rp. 36.000,-
4. Peralatan Pertanian a. Cangkul b. Gembor
Rp. 9.000,Rp. 9.000,-
1 Bh 1 Bh
Rp. Rp.
5. Biaya Lain-Lain a. Listrik b. Pajak
-
-
Rp. 10.500,Rp. 10.000,-
2. Sarana Produksi Pertanian a. Bibit b. Pupuk - KCl - Urea - TSP c. Pestisida 3. Tenaga Kerja a. Pengolahan b. Penanaman c. Penyiangan d. Panen
Total Biaya
750,750,-
Rp. 377.900,-
Tabel 6.1.
Penerimaan
= Produksi (kg) x Harga = 450 kg x Rp. 1.800,= Rp. 810.000,-
Analisa Usahatani Kangkung | 13
Pendapatan
= Penerimaan – Biaya produksi = Rp. 810.000,-
Rp. 377.900,-
= Rp. 432.100,-
Kelayakan
= R/C ⁄
=
= 2,14 > 1 = Layak Produktifitas Tenaga Kerja usahatani (
=
)
(
)
=
= Rp. 73.700,-
=
= Rp. 245.454,44
=
–
= 136,93 kg
Analisa Usahatani Kangkung | 14
BEP Harga
=
= = Rp. 839,78 /kg
5.2. Pembahasan Berdasarkan penelitian di lapangan biaya produksi yang digunakan oleh petani kangkung (Ipomeae reptans) di daerah Marelan pasar V komplek PLN terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari lahan, penyusutan alat dan biaya lain-lain seperti pajak dan listrik. Sedangkan biaya variabel terdiri dari sarana produksi pertanian seperti bibit, pupuk, pestisida dan biaya dari tenaga kerja. Biaya produksi usahatani kangkung sebesar Rp. 377.900,yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 189.000,- dan biaya variabel sebesar Rp. 188.900,- dengan luas lahan yang dikerjakan 400 m2 (1 rante). Biaya variabel terbesar terdapat pada biaya tenaga kerja pada penyiangan. Besarnya biaya tidak tetap tergantung dari besarnya produksi yang dihasilkan sesuai dengan pendapat Rahim dan Diah (2007) bahwa biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh atau dengan kata lain biaya tidak tetap diartikan sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan besarnya komoditas pertanian. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual kangkung pada saat penelitian. Sedangkan pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Produksi rata-rata yang dihasilkan dalam 1 rante luas lahan sebesar 90 bal. Dalam 1 bal terdapat 5 kg kangkung. Itu artinya produksinya sebesar 450 kg. Harga jual dari petani sebesar Rp. 1.800,-/kg, sehingga penerimaan yang dia peroleh adalah sebesar Rp. 810.000,- dengan total biaya produksi sebesar Rp. 377.900,-. Maka pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah sebesar Rp. 432.100,-. Besarnya kecilnya penerimaan dan pendapatan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga jual pada saat produksi, semakin tinggi harga jual maka semakin besar
Analisa Usahatani Kangkung | 15
penerimaan dan pendapatan petani begitu juga sebaliknya. Menurut Rahim dan Diah (2007) harga merupakan penentu besar kecilnya pendapatan usahatani yang diterima selain jumlah produksi usahatani. Berdasarkan hasil analisis usahatani kangkung (Ipomeae reptans) di ketahui bahwa nilai kelayakan usahataninya sebesar 2,14. Nilai tersebut lebih besar dari satu artinya bahwa petani tersebut untung dan layak dalam melakukan usahatani kangkung tersebut. Setiap petani mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.000,- maka ia akan mendapatkan Rp. 2.140,-. Analisa kelayakan atau biasa disebut R/C rasio menunjukkan penerimaan dari tiap rupiah adalah biaya yang di keluarkan oleh petani untuk usahataninya. Produktivitas tenaga kerja adalah hasil dari penerimaan di bagi dengan total hari kerja (HK). Seperti yang di katakan Sinungan (1992) bahwa produktivitas tenaga kerja merupakan petunjuk mengenai berapa unit atau nilai produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang pekerja selama periode tertentu. Dari hasil analisis diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja usaha tani adalah sebesar Rp. 73.700,-. Artinya setiap petani melakukan usahatani selama satu hari kerja maka ia menerima sebesar nilai produktivitas tenaga kerja tersebut. Hasil analisis menujukkan nilai BEP penerimaan usahatani kangkung adalah Rp. 245.454,44,-. Berarti usahatani kangkung mengalami tidak untung dan tidak rugi jika penerimaan yang di peroleh sebesar Rp. 245.454,44,-. Penerimaan petani jauh lebih besar yang di peroleh yaitu sebesar Rp. 810.000,- dimana hal tersebut petani mengalami keuntungan. Hasil analisis data penelitian untuk BEP produksi usahatani kangkung adalah sebesar 136,93 kg. Berarti usahatani kangkung mengalami tidak untung dan tidak rugi atau impas jika produksi yang diperoleh sebesar 136,93 kg. Sedangkan produksi yang diperoleh petani sebesar 450 kg, ini berarti usahatani yang dilakukan menguntungkan. Hal ini disebabkan perawatan kangkung sangat baik, seingga menghasilkan produksi yang besar. Hasil analisis data penelitian untuk BEP harga menujukkan sebesar Rp. 839,78 kg, berarti petani menjual tidak untung dan tidak rugi apabila harga penjualannya sebesar Rp. 839,78/kg. Harga kangkung yang ditetapkan petani sebesar Rp. 1.800/kg. Hal ini menunjukkan petani telah mengalami keuntungan.
Analisa Usahatani Kangkung | 16
BAB VI PENUTUP
6.1.Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian usahatani kangkung biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 377.900,- yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp. 188.900,- dan biaya tetap sebesar Rp. 189.000,2. Hasil analisis usahatani kangkung penerimaan yang diperoleh petani adalah sebesar Rp. 810.000,- sedangkan pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 432.100,3. Berdasarkan kelayakan usahatani atau R/C rasio menunjukkan angka 2.14. Berdasarkan kriteria R/C rasio > 1 berarti usahatani tersebut layak untuk dikerjakan dan menguntungkan. 4. Produktivitas tenaga kerja usahatani kangkung di ketahui sebesar Rp. 73.700 dalam satu hari kerja (HK). 5. Berdasarkan hasil analisis usahatani untuk BEP penerimaan di ketahui sebesar Rp. 245.454.44,- sedangkan nilai BEP produksi sebesar 136,93 kg, dan untuk nilai BEP harga diketahui sebesar Rp. 839,78/kg. seluruh hasil usahatani diatas nilai BEP yang diketahui, berarti petani tersebut mengalami keuntungan.
6.2. Saran a. Petani 1. Petani hendaknya menjual hasil usahataninya pada saat harga sedang
tinggi, oleh karena itu kegiatan usahatani harus direncanakan dengan baik agar saat panen merupakan saat yang tepat untuk menjual hasil usahataninya. 2. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam
pengaturan panen yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan kepada petani.
Analisa Usahatani Kangkung | 17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, F, 2012.http://fhancu.blogspot.com/2012/08/usahatani-kangkung.html Anonim, 2010.http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=2336 , 2011.http://duniacatrox.blogspot.com/2011/07/penelitian-bayammerah_06.html Azizah A,2012. http://anisaulazizahs.blogspot.com/2012_12_01_archive.h Cassava, N, 2011. http://idiantho-sep.blogspot.com/2011_10_01_archive.html Dahl, D. C and J. W. Hammond. 1977. Market and price Analysis The Agricultural Industries, Mc Graw,. Hill Book Company. Newyork Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta. Danfar, 2009.http://dansite.wordpress.com/2009/03/25/pengertian-distribusi/ Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia: Jakarta Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. http://www.deptan.go.id. Kamaluddin., 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id Kohls, R.L and J. N. Uhl. 1985. Marketing Of Agricultural Products. MacMilian Publishing Company. New York Limbong, W.M dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Prasdianata R, 2013. http://redyprasdianata.blogspot.com/2013/04/kangkungipomoea-reptans-sejarah.html Rahim dan Diah, 2007. Pengantar Teori dan Aplikasi Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya: Jakarta Ramadhan, W., 2009. Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan Singosari Rukmana R, 2003. Bertanam Kangkung. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Sinungan, M., 1992. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara: Jakarta
Analisa Usahatani Kangkung | 18
LAMPIRAN 1. Lahan Status kepemilikan tanah: sewa Luas lahan 20 x 20 m = 400 m2 (1 rante) Harga lahan : Rp. 2.000.000,-/tahun 1 musim tanam tanaman kangkung: 30 hari Harga lahan 1 musim tanam : Rp. 2.000.000/12 = Rp. 167.000,2. Bibit Bibit yang digunakan merk dagang Bamboo Leaf 1 bungkus bibit kangkung 500 g = Rp. 45.000,Bibit yang digunakan 250 g Harga bibit = Rp. 45.000,-/ 2 = Rp. 22.500,3. Pupuk Pupuk yang digunakan pupuk bersubsidi Harga Pupuk KCl = Rp. 1.500,-/kg Harga Pupuk Urea = Rp. 1.800,-/kg Harga Pupuk TSP = Rp. 1.300,-/kg 4. Pestisida Jenis pestisida yang digunakan Detacron Harga Detacron (pestisida) 50 ml : Rp. 15.000,-/botol 5. Tenaga Kerja 1 Hari Kerja = 8 jam Biaya Pengolahan Tanah = Rp. 15.000,-/8 jam Biaya Penanaman = Rp. 10.000,-/8 jam Biaya Penyiangan = Rp. 10.000,-/8 jam Biaya Panen = Rp. 13.000,-/8 jam
Analisa Usahatani Kangkung | 19
6. Peralatan Pertanian Menghitung biaya penyusutan metode Straight Line Biaya Penyusutan =
(
)
Harga cangkul : Rp. 50.000,Biaya Penyusutan =
= Rp. 9.000,-/tahun
Harga 1 kali produksi = Rp. 9.000,-/12 = Rp. 750,-
Harga gembor : Rp. 20.000 Biaya Penyusutan =
= Rp. 9.000,-/tahun
Harga 1 kali produksi = Rp. 9.000,-/12 = Rp. 750,-
7. Biaya Lain-lain Biaya listrik : Rp. 10.500,-/bulan Biaya pajak : Rp. 10.000,-/bulan
Analisa Usahatani Kangkung | 20