Nama/NIM
: Maragretha Ika Yukari Ujan/1108011002 Ujan/1108011002
Hari/Tanggal : Sabtu/30 September 2017
UJI ISHIHARA DAN UJI KISI-KIS AMSLER GRID A. Uji Ishihara
Tes buta warna adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak. Hasil dari tes buta warna ada 3 macam yaitu buta warna total, buta warna sebagian (parsial) dan normal. Salah satu metode tes buta warna
yaitu metode
Ishihara.
Metode
ini
dilakukan
dengan cara
memperlihatkan
gambar-gambar berisikan berbagai warna. Diantara warna-warna itu terbentuk angkaangka. Proses tes buta warna dengan metode ishihara ini umumnya dilakukan secara manual, yaitu yaitu dengan memperlihatkan lembar-lembar gambar oleh seorang petugas tes buta buta warna dan peserta tes diminta menyebuatkan angka-angka yang terlihat pada gambar. Dari beberapa gambar yang diperlihatkan dan jawaban yang diberikan oleh peserta pes erta tes butawarna, maka petugas akan menyimpulkan apakah peserta tes mengalami buta warna total, parsial atau normal. Proses ini berlangsung untuk 1 orang peserta tes dan hasilnya dicatat oleh petugas di lembar atau form hasil tes buta warna. Prinsip Tes :
Uji Ishihara didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna. Penapisan dengan uji Ishihara merupakan evaluasi minimum gangguan penglihatan warna. Uji ini memakai seri titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambar pseudokromatik) sehingga keseluruhan terlihat warna pucat dan menyulitkan pasien dengan kelainan warna. Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat sebagian atau sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan, pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang diperlihatkan selama maksimum 10 detik. a. MELAKUKAN PEMERIKSAAN BUTA WARNA
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan pada penderita. 2. Cahaya ruangan harus dibuat cukup, tidak terlalu terang dan tidak terlalu redup agar warna pada buku ishihara terlihat jelas 3. Pasien diminta untuk membaca tulisan pada buku ishihara dengan jarak ± 30-40 cm
4. Setiap plate dibaca dalam waktu 5 detik, hasil pembacaan dit uliskan dalam tabel evaluasi 5. Setelah plate terbaca, hasil pembacaan pada tabel evaluasi disimpulkan
Interpretasi : 1. Normal 2. Buta warna parsial a. Bila plate no. 1 sampai no. 17 hanya terbaca 13 plate atau kurang b. Bila terbaca angka-angka pada plate no.18,19,20 dan 21 atau lebih mudah atau lebih jelas dibandingkan dengan plate no.14,10,13 dan 17 c. Bila ragu-ragu kemungkinanan buta warna parsial dapat di tes dengan : i.
Membaca angka – angka pada plate no.22,23,24 dan 25.
Pada orang normal akan terbaca dengan benar angka – angka pada plate – plate tersebut diatas secara lengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu anka pad tiap plate tersebut diatas
ii.
Menunjuk arah alur pada plate no.26,27,30,31,32,33,3,4,35,36,37 dan 38.
Pada orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna pasrisal dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya
3. Buta warna total pada palte no.28 dan 29, untuk orang normal tidak bisa menunjukkan adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjkkan adanya alur dari sisi ke sisi yang lainnya. INTERPRETASI TES ISHIHARA
Interpretasi:
Interpretasi:
Orang normal: 12
Mata normal: 8
Buta warna: 12
Defisiensi Merah-Hijau: 3 Buta
warna:
Tidak
mampu
Tidak
mampu
membaca
Interpretasi:
Interpretasi:
Orang normal: 29
Mata normal: 5
Defisiensi Merah-Hijau: 70
Buta
Buta warna: Tidak mampu membaca
membaca
warna:
Interpretasi:
Interpretasi:
Orang normal: 3
Mata normal: 15
Defisiensi Merah-Hijau: 5
Defisiensi Merah-Hijau: 17
Buta warna: Tidak mampu membaca
Buta
warna:
Tidak
mampu
Tidak
mampu
membaca
Interpretasi:
Interpretasi:
Orang normal: 74
Mata normal: 6
Defisiensi Merah-Hijau: 21
Buta
Buta warna: Tidak mampu membaca
membaca
warna:
Interpretasi:
Interpretasi:
Orang normal: 45
Mata normal: 73
Buta warna: Tidak mampu membaca
Buta
warna:
Tidak
mampu
membaca
Interpretasi:
Interpretasi:
Mata normal: 16
Mata normal: 42
Buta warna: Tidak mampu membaca
Proanomalia kuat: 2 Protanomalia sedang: 2 lebih jelas dari 4 Deuteranomalia kuat: 4 Deuteranomalia sedang: 4 lebih jelas dari 2
Interpretasi:
Interpretasi:
Mata normal: 26
Mata normal: mampu mengikuti jalur ungu
Proanomalia kuat: 6
dan merah.
Protanomalia sedang: 6 lebih jelas dari 2
Proanomalia kuat: mampu mengikuti jalur
Deuteranomalia kuat: 2
ungu
Deuteranomalia sedang: 2 lebih jelas dari 4
Protanomalia sedang: jalur ungu lebih jelas dari jalur merah Deuteranomalia kuat: mampu mengikuti jalur merah Deuteranomalia sedang: jalur merah lebih jelas dari jalur ungu.
Interpretasi:
Interpretasi:
Mata normal: Mampu mengikuti jalur
Mata normal: Mampu mengikuti jalur
biru-hijau dan kuning-hijau.
orange.
Defisiensi merah-hijau: mampu mengikuti
Buta warna: Tidak mampu mengikuti jalur
jalur biru-hijau. Buta warna: Tidak mampu mengikuti jalur
Interpretasi:
Interpretasi:
Mata normal: Tidak mampu mengikuti jalur
Mata normal: Mampu mengikuti jalur.
biru-hijau dan kuning-hijau.
Buta warna: Mampu mengikuti jalur.
Defisiensi merah-hijau: Mampu mengikuti Jalur. Buta warna: Tidak mampu mengikuti jalur
Interpretasi: Mata
normal:
Interpretasi: Tidak
Buta warna: 5 yang jelas
mampu
melihat Mata normal: Mampu melihat kotak coklat dan lingkaran kuning. Buta warna: Hanya mampu melihat kotak coklat
Kisi – kisi Amsler merupakan gambar kotak – kotak kecil atau kisi pada selembar kertas yang dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral 20°. Amsler grid diamati oleh masing – masing mata secara terpisah pada jarak baca 30 cm dan dengan memakai kacamata baca jika pasien memang memakainya. Pasien melihat ke bagian tengah gambar tersebut dan melaporkan bila melihat garis – garis yang mengalami distorsi bergelombang atau daerah yang tidak terlihat. Mata yang satu dibandingkan dengan mata sebelahnya. Alat ini paling sering dipakai untuk menguji fungsi makula. Sebuah skotoma atau daerah yang tak terlihat – sentral maupun parasentral – dapat menunjukkan penyakit makula atau nervus optikus. Garis – garis yang mengalami distorsi bergelombang ( metamorfopsia ) dapat menunjukkan eema makula atau cairan submakula b. MELAKUKAN PEMERIKSAAN AMSLER GRID
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan. 2. Mintalah penderita untuk memegang testing grid sejajar dengan garis pandang mata, dengan jarak kira-kira 36cm ( 14 inchi ) dari mata penderita. Tutuplah mata lain yang tidak sedang diperiksa. 3. Mintalah penderita untuk memfiksasi matanya pada central spot dari testing grid tersebut. 4. Tanyakan pada penderita apakah garis-garis lurus pada testing grid berubah menjadi garis lengkung (distorted ) atau apakah garis-garis tersebut hilang ( loss ). 5. Mintalah pasien untuk menggambar area yang distorted maupun yang loss pada amsler grid notepad. Pastikan pada notepad tersebut tercantum tanggal pemeriksaan,nama penderita dan mata manakah yang diperiksa. 6. Lakukan pemeriksaan ini pada kedua mata.