TINEA KAPITIS
Tinea Tinea kapitis kapitis adalah adalah salah salah satu satu kelaina kelainan n di sistem sistem dermat dermatolo ologi gi yang yang menyerang rambut. Penyakit ini digolongkan sebagai mikosis superfisialis atau dermatofitosis dan disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, alis dan bulu mata dengan kecenderungan menyerang batang rambut dan akar foli folike kell rambu rambut. t. Kelai Kelaina nan n dita ditand ndai ai deng dengan an lesi lesi bersi bersisik sik,, kemera kemerahh-me mera raha han, n, alopesia, bahkan kadang-kadang ditandai gejala yang lebih berat, yaitu kerion (Djuanda, 2!". A. Defi Defini nissi Tinea Tinea Kapiti Kapitiss adalah adalah infeks infeksii jamur jamur superfi superfisial sial yang yang menyer menyerang ang
kulit kepala dan rambut (#iregar, 2$". Tinea Kapitis disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, alis dan bulu mata dengan kecen kecende deru rung ngan an meny menyera erang ng bata batang ng rambu rambutt dan dan akar akar foli folike kell rambu rambut. t. Penyakit ini termasuk ke dalam mikosis superfisialis atau dermatofitosis (Kao, 2!%". B. Klas Klasif ifik ikas asii !. &erd &erdasa asark rkan an morf morfol olog ogii Tinea Tinea kapitis kapitis diklasifikasi diklasifikasikan kan berdasarkan berdasarkan morfologin morfologinya ya menjadi menjadi
jenis ektotrik, endotrik dan fa'us. enis ektotrik ditandai dengan adanya hifa jamur dan selubung artrokondria di luar rambut hingga ke )ona keratinisasi rambut dan bisa merusak kutikula (*udnicka et al ., ., 2!2 2!2". ". *amb *ambut ut yang yang terin terinfek feksi si mema memanc ncark arkan an pend pendara aran n kuni kuning ng kehijauan cerah pada pemeriksaan dengan lampu +ood. +ood. Penyebabnya antara lain Microsporum lain Microsporum canis, canis , Microsporum gypseum, Trichophyton Trichophyton equinum, dan equinum, dan Trichophyton Trichophyton verrucosum v errucosum (Kao, (Kao, 2!%".
!
ambar ambar 2.! ifa dan spora spora jamur di luar luar rambut (panah (panah merah" merah" pada tinea kapitis jenis ektotrik (*, 2!%". enis endotrik ditandai dengan pengisian batang rambut dengan hifa hifa jamur jamur dan artroko artrokondr ndria ia sehing sehingga ga semua semua elemen elemen rambut rambut bisa bisa dilema dilemahka hkan n oleh oleh jamur jamur (*udni (*udnicka cka et al ., ., 2!2". 2!2". Kutiku Kutikula la rambut rambut masih intak dan rambut yang terinfeksi tidak memancarkan pendaran cahaya cahaya dengan dengan lampu +ood. +ood. Penyebabnya Penyebabnya antara lain Trichophyton tonsurans dan tonsurans dan Trichophyton Trichophyton violaceum (Kao, violaceum (Kao, 2!%".
ambar 2.2 ifa dan spora jamur di dalam rambut (panah merah" eni eniss
pada tinea kapitis jenis endotrik (*, 2!%". fa' fa'us (en (endotr dotrik ik fa'o fa'osa sa"" bias biasan any ya diseb isebab abka kan n
oleh leh
Trichophyton schoenleinii schoenleinii dengan ciri khas adanya rongga udara di dalam rambut yang terinfeksi (*udnicka et al ., ., 2!2".
2. &erdas &erdasark arkan an penamp penampaka akan n klinis klinis Tinea kapitis diklasifikasikan berdasarkan penampakan klinisnya menjadi tiga jenis, yaitu inflamatori, non-inflamatori dan fa'us. enis
2
noninflamatori (epidemik" sering disebabkan oleh jamur antropofilik dan sering menyerang anak-anak dan ditandai dengan adanya rambut pendek dengan panjang ber'ariasi, jaringan parut sedikit dan adanya black dot . Tinea kapitis jenis ini biasanya disebabkan oleh Microsporum canis (*udnicka et al ., 2!2".
ambar 2.%
*ambut yang pendek dengan panjang ber'ariasi (panah merah" pada tinea kapitis noninflamatori (abif et al., 2/"
Tinea kapitis inflamatori sering disebabkan jamur )oofilik atau geofilik dan ditandai dengan adanya pustul. Tinea kapitis fa'us (tinea kapitis fa'osa" biasanya ditandai dengan adanya krusta, dan material amorfik yang mengandung sisa rambut, hifa jamur dan debris keratin sedangkan batang rambutnya normal. Pada fase kronisnya, tinea kapitis fa'osa bisa menyebabkan kerontokan rambut (*udnicka et al ., 2!2".
%
ambar 2./ Pustul pada tinea kapitis inflamatori (panah biru" pada tinea kapitis inflamatori (abif et al., 2/"
ambar 2.$ Krusta (panah merah" pada tinea kapitis fa'osa (doctorfungus, 2!%"
C. Etiologi dan Predisposisi !. 0tiologi
/
Tinea kapitis umumnya disebabkan spesies dermatofit, kecuali E. floccosum, T. concentricum dan T. mentagrophytes var. interdigitale (T.
interdigitale"
yang
semuanya
jamur
antropofilik
tidak
menyebabkan tinea kapitis dan T. rubrum jarang. #etiap negara dan daerah berbeda-beda untuk spesies penyebab tinea kapitis. Perubahan 1aktu juga dapat menyebabkan adanya spesies baru karena penduduk migrasi. #pesies antropofilik (yang hidup di manusia" adalah penyebab yang predominan (layton 3 oore, 24". #ebuah studi terbaru pada tahun 2!2 di maroko menunjukkan bah1a penyebab terbesar tinea kapitis didominasi oleh dua spesies, yaitu Trichophyton violaceum (4.56" dan Microsporum canis (2!.46" (0lmaataoui et al., 2!2". Trichophyton violaceum memiliki badan nodular, mikrokonidia berbentuk piriform, makrokonidia yang berbentuk ireguler dan jarang terlihat serta adanya klamidiospora asimetris (ihali et al., 2!2".
ambar 2.4
Trichophyton violaceum dengan kepala (panah biru", badan nodular (panah merah", dan mikrokonida (panah hijau" (urray et al., 2$"
Microsporum canis memiliki struktur makrokonidia yang panjang, berdinding
tebal,
kepala
asimetris
di
ujung
dengan
sedikit
mikrokonidia di bagian lateral. M. canis memiliki hifa berbentuk seperti raket, badan nodular, dan dapat memiliki klamidiospora (ihali et al., 2!2".
$
ambar 2.7 Microsporum canis dengan kepala asimetris (panah hitam" dan badan nodular (panah merah" (urray et al., 2$" Epidermophyton floccosum memiliki struktur dinding yang tumpul, makrokonidia berbentuk stik bergerombol. E. floccosum tidak memiliki mikrokonidia, akan tetapi memiliki banyak klamidiospora (8l-anabi, 29".
ambar 2.5 Epidermophyton floccosum dengan makrokonidia (panah biru" dan klamidiospora (panah merah" (urray et al., 2$"
2. Predisposisi :nfeksi tinea kapitis akan meningkat pada keadaan berikut ini (0le1ski et al., 2!2"; a.
b. Terdapat luka kecil pada kulit terutama kulit kepala
c. arang membersihkan rambut dan kulit kepala d. Permukaan kepala yang lembab dalam 1aktu lama &eberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang dapat terinfeksi tinea kapitis antara lain (#hannon, 2!%"; a. =sia diba1ah ! tahun b. *as 8frika lebih beresiko daripada ras lain c. Pajanan terhadap binatang yang terinfeksi d. igenitas yang buruk e. Pemakaian sisir dan topi bergantian f. Diabetes elitus g. Kelainan sistem imun seperti pada penyakit 8:D# enurut +olff et al., (25", >aktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidensi tinea antara lain; a. >aktor nutrisi, seperti a'itaminosis, defisiensi besi, defisiensi folat, dan malnutrisi generalis. b. Penyakit sistemik seperti Down’s yndrome, Diabetes mellitus, penyakit ushing, uremia, keganasan hematologi, timoma, dan penyakit imunodefisiensi. c. Penyebab iatrogenik, antara lain pemberian kortikosteroid, imunosupresi, dan antibiotik spektrum luas seperti metronida)ole yang akan memudahkan terjadinya infeksi.
D. Patofisiologi Microsporum canis dan T.tonsurans ditularkan melalui kontak
antara anak dengan anak dan mengakibatkan terbentuknya pitak berbentuk o'al. *ambut patah dengan panjang yang berbeda-beda dan permukaan kulit kepala bersisik dan berkrusta dengan papula yang diskret. M. canis biasanya ditularkan dari anak kucing ke anak-anak dan menimbulkan pitak-pitak radang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dengan banyak pustula dan dapat menimbulkan alopesia permanen.
7
keratin folikel rambut. ?ona yang terlibat meluas hingga keatas mengikuti arah pertumbuhan rambut dan dapat diamati diatas permukaan kulit kepala pada hari ke !2-!/. *ambut yang terinfeksi menjadi rapuh dan mudah patah. #etelah minggu ketiga, rambut yang mengalami kerusakan akan terlihat jelas. ika infeksi berlangsung terus menerus kira-kira hingga 5 sampai dengan ! minggu maka akan menyebar ke bagian stratum korneum rambut lainnya dengan diameter tempat yang terinfeksi mencapai %,$ hingga 7 cm (Kao, 2!%".
a. !rey "atch #ingworm (&udimulja, 29" amur (icrosporum" asuk (menginfeksi" menyerang rambut
membentuk papul merah kecil di folikel rambut
1arna rambut menjadi abu-abu melebar mudah patah, terlepas (rontok" bercak alopesia setempat pucat, bersisik gatal b. $lack Dot #ingworm (&udimulja, 29" Trichophyton tonsurans, T. 'iolaceum
:nfeksi rambut (muara folikel"
*ambut patah black dot
#isa; ujung rambut penuh spora
c. Kerion (*engganis 3 &rata1idjaja, 2!2" icrosporum canis, . gypseum 8kti'asi makrofag
erangsang produksi sitokin :<-!, T@>-A
5
Produksi sitokin T@> dan :>@B 8dhesi endotel akti'asi sel @K :nfiltrasi neutrofil Pelepasan bahan fungisidal *C: (*eacti'e Cygen :ntermediate" dan en)im lisosom inflamasi menonjol jaringan parut alopesia menetap d. Tinea fa'osa Tinea fa'osa adalah infeksi dermatofita yang menyebabkan inflamasi kronis biasanya disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii. Tinea fa'osa juga bisa disebabkan oleh Trichophyton violaceum, Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, atau Microsporum gypseum. Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di ba1ah kulit yang ber1arna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk ca1an (skutula", serta memberi bau busuk seperti bau tikus Emoussy odor E. *ambut diatas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. &ila sembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen (#a'itri, 2!". Pada kebanyakan pasien, fa'osa adalah bentuk parah dari tinea kapitis. *ambut dapat tumbuh dan memanjang meskipun dalam keadaan sakit. Karakteristik khas pada fa'osa adalah pembentukan ruang udara antara hifa dalam rambut yang terinfeksi. *uang udara ini terbentuk sebagai akibat dari autolisis hifa (#a'itri, 2!". Trichophyton schoenleinii,Trichophyton violaceum Trichophyton mentagrophytes var quinckeanum, Microsporum gypseum
:nfeksi kulit kepala
Tinea fa'osa
9
&intik kecil, merah
Krusta ca1an (spatula"
&au busuk (moussy odor "
*ambut putus-putus, tidak mengkilat
aringan parut, alopesia permanen
E. Penegakkan Diagnosis !. 8namnesis Penegakan diagnosis dapat dimulai dari tahap anamnesis. #ecara
umum, pasien tinea kapitis datang dengan keluhan sebagai berikut (&udimulja, 2!!"; a. atal pada kulit kepala terutama jika sedang berkeringat. b. Pasien dengan tinea kapitis bentuk Grey Patch Ringworm akan mengeluh gatal pada kulit kepala, rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya. c. Pada bentuk kerion, muncul pembengkakan yang menyerupai sarang lebah pada kulit kepala dan dapat menimbulkan jaringan parut yang menonjol sehingga timbul keluhan bengkak disertai nyeri pada kulit kepala. d. Pada bentuk Black Dot Ringworm, terdapat kerontokan rambut yang meninggalkan ujung rambut hitam pada kulit kepala atau disebut black dot .
2. Pemeriksaan >isik Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada pasen tinea kapitis bentuk !rey "atch #ingworm yaitu papul merah kecil disekitar rambut dan akan melebar, membentuk bercak serta bersisik. +arna rambut menjadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi. *ambut juga mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
!
tanpa rasa nyeri. #emua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. !rey patch yang dilihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti (&udimulja, 2!!".
ambar 2.9 !rey patch (Panah merah" pada tinea kapitis jenis !rey "atch #ingworm (Kao, 2!%". Pada tinea kapitis bentuk kerion dapat ditemukan pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. Kelainan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang menonjol dan berakibat alopesia menetap (&udimulja, 2!!".
ambar 2.! &entuk kerion (panah merah" pada tinea kapitis jenis kerion (panah merah" (Kao, 2!%" Pada bentuk $lack Dot #ingworm, ditemukan rambut patah akibat infeksi, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut penuh spora. ika tumbuh, ujung rambut yang patah terkadang akan masuk ke ba1ah permukaan kulit (&udimulja, 2!!".
!!
ambar 2.!! &entuk $lack dot pada tinea kapitis tipe $lack Dot #ingworm (panah merah (Cishi, 2!%" Tinea fa'osa 8dalah infeksi jamur kronis terutama oleh Trychophiton schoenlini, Trychophithon violaceum , dan Microsporum gypseum. Penyakit ini mirip tinea kapitis yang ditandai oleh skutula 1arna kekuningan bau seperti tikus pada kulit kepala, lesi menjadi sikatrik alopecia permanen. ambaran klinik mulai dari gambaran ringan berupa kemerahan pada kulit kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan hingga skutula dan kerontokan rambut serta lesi menjadi lebih merah dan luas kemudian terjadi kerontokan lebih luas, kulit mengalami atropi sembuh dengan jaringan parut permanen. Diagnosis dengan
pemeriksaan
mikroskopis
langsung,
prinsip
pengobatan tinea fa'osa sama dengan pengobatan tinea kapitis (iggins, 25". Terapi tinea fa'osa juga sama dengan tinea kapitis (Drake et al ., 25".
!2
ambar 2.!2 #kutula 1arna kekuningan (panah merah" pada Tinea fa'osa (8nane, 2!%" %. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan
dan M. %errugineum memberikan fluoresen warna hijau terang oleh karena adanya bahan pteridin. amur lain penyebab tinea kapitis pada manusia memberikan fluoresen negatif artinya 1arna tetap ungu yaitu M. gypsium dan spesies Trichophyton (kecuali T. schoenleinii penyebab tinea fa'osa memberi fluoresen hijau gelap". &ahan fluoresen diproduksi oleh jamur yang tumbuh aktif di rambut yang terinfeksi (#uyoso, 2!2". b. Pemeriksaan sediaan KC Kepala dikerok dengan cutter , atau skalpel nomor !$ lalu digunakan kasa basah digunakan untuk mengusap kepala. Proses ini akan memperlihatkan ada potongan pendek patahan rambut atau pangkal rambut dicabut yang ditaruh di ob&ect glass selain skuama dan KC !6 ditambahkan dan ditutup kaca penutup. Potongan rambut pada kepala harus termasuk akar rambut, folikel rambut dan skuama kulit. #kuama kulit akan terisi hifa dan artrokonidia yang menunjukkan elemen jamur adalah artrokonidia oleh karena rambut-rambut yang lebih panjang mungkin tidak
!%
terinfeksi jamur. Pada pemeriksaaan mikroskop akan tampak infeksi rambut ektotrik yaitu pecahan miselium menjadi konidia sekitar batang rambut atau tepat diba1ah kutikula rambut dengan kerusakan kutikula. Pada infeksi endotrik, bentukan artrokonidia yang terbentuk karena pecahan miselium didalam batang rambut tanpa kerusakan kutikula rambut (#uyoso, 2!2". c. Kultur emakai s1ab kapas steril yang dibasahi akuades steril dan digosokkan diatas kepala yang berskuama atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur. #pesimen yang didapat dioleskan di media Mycosel
atau Mycobiotic
(#abourraud
detrose
agar
F
khloramfenikol F sikloheksimid" atau Dermatophyte test medium (DT" lalu ditunggu 7 - ! hari agar mulai tumbuh jamurnya. Penggunaan DT dapat memperlihatkan adanya perubahan 1arna merah pada hari 2-% oleh karena ada bahan fenol di medianya, 1alau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif (#uyoso, 2!2".
. !old Standard Diagnosis a.
digunakan untuk melihat jamur. Prosedurnya adalah dengan menyorotkan cahaya di ruangan yang gelap. >luoresensi positif pada tinea kapitis yang disebabkan genus Microsporum yang menimbulkan 1arna kebiruan atau hijau kebiruan (>aradila et al., 29".
!/
ambar 2.!% >louresensi 1arna kebiruan (panah merah" pada pemeriksaan dengan aradila et al., 29" b. Kultur jamur #elain menggunakan lampu 1ood, pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis tinea kapitis adalah dengan melakukan kultur sehingga dapat diketahui jamur atau organisme penyebab kerion (>aradila et al., 29". Prosedurnya antara lain adalah sebagai berikut (>aradila et al., 29"; !" encabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah pada area kepala yang terkena 2" #elain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada lesi %" Kirim spesimen yang didapat ke laboratorium asil laboratorium ini didapatkan setelah 2-% minggu. Pada umumnya hasil laboratorium dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea kapitis dan kerion. 8kan tetapi, perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk melihat hasil kultur bakteri. Pembiakan dapat dilakukan pada (>aradila et al., 29"; !" 8gar Dekstrosa #abouraud (#D8" #D8 dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur akan tetapi dapat juga menumbuhkan kuman tertentu sehingga ditambahkan antibiotik pada medium ini. 8ntibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dan sikloheksimid. 2" Dermatophyte Test Medium (DT"
!$
DT merupakan media khusus untuk menumbuhkan jamur dermatofit. #ebagai anti kuman yaitu gentamisin dan klortetrasiklin sedangkan sikloheksimid sebagai anti jamur kontaminan. Positif bila adanya perubahan 1arna dari kuning
menjadi
merah
karena
pengaruh
metabolit
dermatofit. #eringkali diagnosis kerion celsi dapat ditegakkan hanya dengan melihat keadaan lesi pada pasien. +alaupun demikian, sebaiknya
untuk
menegakkan
diagnosis
perlu
dilakukan
pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan larutan KC !6 kemudian dilihat diba1ah mikroskop (>aradila et al., 29". c. Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop cahaya. Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KC !6. 81alnya, dilakukan pengamatan dengan pembesaran ! ! kemudian dilanjutkan dengan pembesaran ! /$ sehingga dapat terlihat hifa atau spora dan miselium. >ungsi KC adalah untuk melarutkan debris dan lemak. aradila et al., 29".
!4
ambar 2.!/ #pora (panah biru" dan pseudohifa (panah merah" pada pememeriksaan mikroskopis Tinea Kapitis dengan larutan KC !6 (>aradila et al., 29". Pada pemeriksaan fisik, anak-anak bisa didiagnosis tinea kapitis jika datang dengan kepala berskuama, eritema, alopesia, limfadenopati ser'ikal posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion, juga termasuk pustul atau abses, dissecting cellulitis atau black dot (#uyoso, 2!2". d. Pemeriksan bentuk comma hairs, corkscrew hairs, dan broken dystrophic hairs Pada pasien dengan 1arna kulit gelap, seringkali sulit untuk menemukan tanda-tanda di atas. asalah ini telah diselesaikan dalam penelitian tahun 2!! yang berisi tentang pengamatan bentuk residu rambut yang terlihat dengan pengamatan tanpa mikroskop untuk menentukan adanya mikroorganisme penyebab tinea kapitis. &entuk residu rambut yang dapat diamati adalah comma hairs, corkscrew hairs, dan broken dystrophic hairs (ughes, hia'erini, &ahadoran, 3
ambar 2.!$ Pengamatan bentuk comma hairs (panah merah", corkscrew
!7
hairs
(panah
biru",
and
broken
dystrophic hairs (panah kuning" (ughes et al., 2!!". ". Penatalaksanaan !. edikamentosa a. Terapi lama Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak
tahun !9$5. entles (!9$5" dan artin (!9$5" secara terpisah melaporkan, bah1a griseoful'in per oral dapat menyembuhkan dermatofitosis yang ditimbulkan pada binatang percobaan. #ebelum )aman griseoful'in, pengobatan dermatofitosis hanya dilakukan secara topikal dengan )at-)at keratolitik dan fungistatik (&udimulija, 2!". Pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini misalnya, dilakukan pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar G untuk merontokkan rambut di bagian yang sakit. ara penyinaran ini, yang diberi dengan dosis tunggal memerlukan
perhitungan
yang
cermat.
Persiapan
untuk
melindungi bagian yang sehat juga sangat rumit. #elain itu, efek samping penyinaran yang mungkin timbul pada masa akan datang cukup berbahaya (&udimulija, 2!". 8nak-anak yang telah mendapat penyinaran ternyata di masa akan datang mendapat kemungkinan menderita keganasan ! kali lebih besar daripada anak-anak yang tidak mengalami penyinaran untuk pengobatan tinea kapitis. Pada masa sekarang, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseoful'in yang bersifat fungistatik (&udimulija, 2!". b. Terapi baru Cbat tinea kapitis lebih manjur jika menggunakan obat sistemik dibandingkan obat topikal karena obat topikal tidak menembus folikel rambut. Cbat topical lebih ditujukan untuk menjadi tambahan dari obat sistemik (*ichardson 3 Da'id, 2!2". riseoful'in merupakan obat jamur dan berperan dalam menghambat mitosis dermatofit dan telah menjadi gold standard
!5
terapi tinea kapitis. Cbat ini sudah tersedia lebih dari / tahun dan terbukti aman. Tersedia dalam dua sediaan, yaitu microsi'e dan ultramicrosi'e (&ennasar 3 *amon, 2!". =ntuk sediaan microsi'e dosis yang direkomendasikan adalah 2-2$ mgHkg&& dan untuk sediaan ultramicrosi'e sebanyak !-!$ mgHkg&&. riseoful'in diberikan memerlukan
1aktu
selama 4-5
lebih
lama
minggu,
pada
namun
infeksi
.
akan canis
dibandingkan T. tonsurans (*ichardson 3 Da'id, 2!2". Terbinafin tersedia dalam bentuk tablet. =ntuk orang de1asa
diberi
dosis
2$
mgHhari.
=ntuk
anak-anak
direkomendasikan dosis sebanyak 42,$ mgHhari untuk anak dengan berat badan di ba1ah 2 kg, !2$ mgHhari untuk anak dengan berat badan 2-/ kg, 2$ mgHhari untuk anak dengan berat badan di atas / kg. Pengobatan ini dilakukan selama / minggu. =ntuk pemberian dosis lebih tinggi atau pengobatan lebih lama ditujukan pada infeksi M. canis (*ichardson 3 Da'id, 2!2". :tracona)ole bersifat lipofilik dan memiliki afinitas tinggi terhadap keratin. Cbat ini menempel pada sitoplasma lipofilik keratinosit di dasar kuku dan mempertahankan kekokohan kuku. Keberadaan sitoplasma dalam stratum korneum akan bertahan selama / minggu setelah terapi. Kadar itracona)ole dalam sebum $ kali lebih tinggi dibandingkan dalam plasma dan bertahan hingga ! minggu setelah terapi (&ennasar 3 *amon, 2!". Cbat ini tersedia dalam bentuk kapsul atau oral solution. :tracona)ole dalam bentuk kapsul lebih baik dicerna saat makn, sedangkan oral solution lebih baik dicerna setelah berpuasa untuk mendapatkan bioa'ailibilitas maksimal. *espons yang diberikan sama saja dan tidak tergantung pada bentuk sediaan. Dosis yang direkomendasikan oleh dokter anak adalah $ mgHkg&&H hari dan diberikan sejara kontinyu. ika diberikan bersama sediaan oral solution maka dosis akan dikurangi % mgHkg&&Hhari (&ennasar 3 *amon, 2!".
!9
0fek samping dari obat ini adalah sakit kepala, gangguan pencernaan, ruam-ruam, dan terkadang terjadi abnormalitas en)im hati. Cbat ini juga dapat meningkatkan konsentrasi cyclosporine, digoksin, dan cisapride. ika digunakan bersama phenytoin, isonia)id, dan
rifampin,
maka obat-obatan
tersebut akan
menurunkan konsentasi itracona)ole. Kontraindikasi dari obat ini ialah pada penderita, gagal jantung, orang dengan en)im hat i yang tidak normal, dan yang pernah mengalami toksisitas dari obat jamur lainnya (&ennasar 3 *amon, 2!". #ebuah penelitian pada tahun 2!% berusaha untuk membandingkan efiksai obat riseoful'in
dan Terbinafin.
Penelitian ini dilakukan dengan metode meta-analisis. etaanalisis dilakukan terhadap beberapa #andom (linical Trial (*T" berbahasa inggris dari situs Pubmed pada tahun 2!!. &eberapa *T yand digunakan sebagai acuan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.! Daftar *T yang digunakan dalam meta-analisis (upta 3 Drummond-ain, 2!%".
8nalisis terhadap beberapa *T tersebut kemudian dilanjutkan dengan membandingkan efikasi masing-masing obat tersebut terhadap Microsporum sp. dan Trichophyton sp. Kesimpulan yang didapatkan yaitu bah1a riseoful'in memiliki efikasi lebih tinggi untuk mengatasi tinea kapitis akibat
2
Microsporum sp., sedangkan Terbinafin memiliki efikasi lebih sebagai terapi tinea kapitis akibat Trichophyton sp. (upta 3 Drummond-ain, 2!%". c. Terapi kausatif !" 8ntifungal #istemik Pada dasarnya, terapi antifungal sistemik sama dengan terapi yang terdapat dalam bagian terapi baru yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu antara lain adalah sebagai berikut; a" olongan riseoful'in (*ichardson 3 Da'id, 2!2". b" olongan alilamin, contohnyaTerbinafin (*ichardson 3 Da'id, 2!2". c" olongan a)ole, contohnya :tracona)ole (&ennasar 3 *amon, 2!". d" olongan polyene, contohnya amfoterisin &, nistatin, natamisin (@eal, 24". e" olongan flusitosin (@eal, 24". 2" 8ntifungal Topikal Terapi antifungal topikal pada tinea kapitis dapat berupa sampo selenium sulfida, )ink pyrithion, po'idon iodida atau sampo ketokona)ol. #elain menggunakan sampo, dapat pula diberikan krim atau lotion yang mengurangi spora yang dapat hidup. #pora menyebabkan penularan penyakit dan reinfeksi, serta menurunkan angka kesembuhan dari terapi antifungal oral.
2!
Terapi suportif pada pasien dengan tinea kapitis meliputi edukasi pasien mengenai transmisi tinea kapitis. ika agen aktif yang diderita pasien adalah ektotriks antropofilik, maka pasien dapat dii)inkan kembali sekolah atau bekerja setelah seminggu dari terapi antifungal dimulai. Pada kasus lain, pasien dapat tetap menjalankan rutinitas seperti biasa. #angat ditekankan pada pasien untuk tidak menggunakan sisir, topi, helm, handuk bersama dengan orang lain karena penggunaan barang-barang yang kontak dengan lesi dapat berperan dalam transmisi penyakit. Pada semua kasus tinea kapitis yang disebabkan dermatofita antropofilik, pihak sekolah harus diberitahu bah1a kegiatan olahraga yang membutuhkan kontak fisik lama, seperti bergulat, harus dihindari sampai risiko infeksi benar-benar hilang (&ennasar 3 *amon, 2!". Pemeriksaan klinis dan serta mikroskopis pada anggota keluarga sangat disarankan. #ampel mikologis diambil terutama pada anggota keluarga yang sudah menunjukkan gejala terinfeksi. Crganisme )oofilik, seperti M. canis menyebabkan respon inflamasi hampir di semua host yang terinfeksi. Pada organisme antopofilik, seperti T.tonsurans atau T.violaceum, timbul respon ringan atau tanpa inflamasi, oleh karena itu infeksi dari spesies antropofilik bersifat asymptomatic. Keluarga yang berada satu atap atau teman bermain yang sangat dekat harus turut diperiksa dan diberikan terapi antifungal topikal, seperti sampo selenium sulfide atau sampo ketokona)ol 26 selama !2 minggu. e1an peliharaan juga harus diperiksa dan jika perlu diterapi untuk mencegah adanya spora yang mungkin melekat pada bulu-bulu he1an peliharaan (&ennasar 3 *amon, 2!". Peralatan rumah, seperti pakaian, karpet, bagian-bagian sofa, kasur, bantal, tirai, sisir, gunting, dan barang-barang rumah tangga yang meliputi penggunaan bersama harus dicuci dengan disinfektan kuat. &arang-barang yang dapat direbus, seperti sisir
22
dan pakaian, dianjurkan untuk direbus dalam air mendidih selama $ menit untuk mematikan spora-spora yang mungkin melekat pada barang-barang tersebut (&ennasar 3 *amon, 2!". e. Terapi #imptomatik !" 8ntipruritus 8ntihistamin generasi 2 dapat digunakan sebagai agen antipruritus, contohnya adalah ketofilen, terfenadin, astemi)ol, lorata)in, setiri)in, akri'astin, dan a)elastin. ekanisme obat ini adalah blokade reseptor antihistamin dan menghambat degranulasi sel mast. 0fek samping yang dapat terjadi adalah mengantuk ringan dan mulut kering (#taf Pengajar Departemen >armakologi >K =@#*:, Doepin, sebuah bentuk diben'o)epin tricyclic, yakni sebuah obat antihistamin yang sangat aktif. Cbat ini bekerja dengan menekan kerja reseptor saraf di kulit. Dosis a1alnya ialah 2$-$ mg diberikan secara oral sebelum tidur. =ntuk doepin dalam bentuk krim, diberikan sebanyak $6 secara I.i.d. Cbat ini menyebabkan efek samping, seperti mengantuk dan rasa menyengat (Jender 3
bah1a
penggunaan
sampo
antifungal
ketocona)ole sebagai profilaksis efektif untuk mencegah terjadinya infeksi tinea capitis pada populasi yang berisiko tinggi. Terapi profilaksis lainya adalah secara nonmedikamentisa dengan cara meningkatkan higienitas, dan mencegah adanya mikroorganisme penyebab tinea kapitis (&ooksta'er et al., 2!!". 2. @on-medikamentosa &eberapa hal yang dapat dilakukan untuk menangani tinea kapitis antara lain adalah sebagai berikut (&erman, 2!2";
2%
a. encuci handuk di dalam air hangat yang diberi sabun dan dikeringkan sebelum digunakan oleh penderita. b. erendam sisir selama satu jam per hari dalam larutan campuran pemutih dan air dengan perbandingan !;!.
!. Prognosis Prognosis umumnya baik jika pada penderita tinea kapitis sudah
dilakukan pengobatan dan mencapai kesembuhan, dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari, maka prognosis umumnya baik (#iregar, 2$". Komplikasi dan infeksi sekunder pada jarang sekali terjadi pada penderita tinea kapitis. Pada umumnya hal tersebut hanya terjadi pada indi'idu dengan sistem imun yang ditekan (#tppler, 2!2". #. Ko$plikasi 1) :nfeksi #ekunder Kondisis kulit yang sedang terganggu akibat infeksi tinea
menjadi ra1an untuk terkena infeksi sekunder oleh mikroorganisme lain. Pada tinea capitis, bila ada infeksi sekunder akan menyerupai gejala-gejala pioderma (impertigenisasi" (#iregar, 2$". 2) 8lopesia 8lopesia adalah kerontokan rambut atau defisiensi pertumbuhan rambut dan kehilangan sebagian atau seluruh rambut (Da'ey, 2$". amur adalah organisme penyebab penyakit tinea capitis yang dapat merusak rambut dan struktur pilosebasea dan mengakibatkan rambut rontok yang parah dan mungkin permanen, pembentukan jaringan parut alopesia pada kulit secara permanen dan menimbulkan luka yang berisi nanah (Kao, 2!%". 3) *eaksi L:dM *eaksi LidM adalah manifestasi alergi akibat infeksi pada bagian distal, dan pada lesi ini tidak ditemukan organisme. #ekelompok
2/
'esikel teraba keras, gatal dan kadang nyeri dapat ditemukan pada bagian tubuh yang lain.
2$