PORTOFOLIO PRAKTIKUM FTS SOLID “TABLET KUNYAH PARACETAMOL”
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Solid yang dibimbing oleh Fauzi Rahman
Disusun oleh :
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya teknologi farmasi saat ini berimbas pada meningkatnya kualitas produksi sediaan farmasi. Dibuktikan dengan berkembangnya sediaan farmasi
yang
disesuaikan dengan karakteristik zat aktif obat, kondisi pasien dan khasiat sediaan tersebut. Peningkatan mutu dan kualitas sediaan farmasi ini akan mempermudah konsumen dari segi penggunaan maupun dalam pembentukan psikologis pasien dari segi bentuk sediaan. sediaan. Banyak sekali di pasaran dijumpai berbagi macam sediaan obat antara lain bentuk sediaan padat: pil, tablet, kapsul, supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: krim, salep, balsam, dll. Dalam bentuk cair sirup, eliksir, suspensi, emulsi dan lain-lain. Masing-masing sediaan tersebut dibuat berdasarkan alasan tertentu, misalnya sasaran pasien yang dituju, khasiat dan cara pemakaian. Dari banyaknya sediaan obat yang dijumpai dipasaran, bentuk sediaan padat umumnya lebih stabil dari pada bentuk cair. Sediaan padat ini stabil baik dalam penyimpanan dan juga lebih le bih praktis dalam penggunaannya. Namun jika pada sediaan sedi aan cair cai r seperti emulsi kurang stabil dalam penyimpanan karena mudah sekali terpisah antara fase minyak dengan fase air. Selain penggunaannya juga kurang praktis. Misalnya ketika sediaan cair dituang dalam sendok ataupun gelas takar mudah tertumpah apalagi jika sediaan tersebut diperuntukkan bagi anak-anak. Sediaan farmasi yang selama ini beredar dipasaran dan diperuntukkan bagi anak-anak sebagian besar adalah sediaan cair. Misalnya seperti sirup paracetamol sebagai obat penurun demam bagi anak-anak. Akan tetapi bentuk sirup ini tidak pula menjadikan seseorang anak yang sakit mudah meminum obat dalam bentuk sirup tersebut. Banyak ibu merasa kesulitan untuk memberikan obat dalam bentuk sirup kepada anak. Ketika sirup dituang dalam sendok ataupun gelas takar, obat tersebut mudah tertumpah ketika terjadi penolakan pada anak. Berdasarkan hal-hal diatas mendorong para ahli farmasi untuk menformulasikan suatu obat sediaan padat yang stabil dalam penyimpanan, mudah digunakan dan disukai oleh anak-anak, salah satunya seperti sediaan tablet. Banyak sekali jenis tablet yang ada dalam sediaan farmasi. Karena konsumen yang menjadi sasaran adalah anak-anak maka perlu dibuat sediaan tablet yang manis, menarik dan mudah dikonsumsi, yaitu tablet kunyah.
Dengan tablet kunyah ini anak-anak akan lebih mudah untuk mengonsumsi karena hanya tinggal mengunyah seperti halnya mengunyah, rasanya manis dan juga lebih berwarna. Selain itu ibu juga tidak merasa bingung kembali karena anak-anaknya susah untuk mengonsumsi obat ketika demam.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum 1.Menerapkan pembuatan tablet kunyah pada penyakit demam anak-anak. 2.Menjelaskan pengaruh sediaan tablet kunyah dalam tubuh anak-anak pada penyakit demam. 1.1.2 Tujuan khusus 1.Merancang formulasi bentuk sediaan tablet kunyah untuk penyakit demam anakanak. 2.Mengaplikasikan sediaan formulasi tablet kunyah dengan zat aktif paracetamol untuk penyakit demam anak-anak. 3.Mengevaluasi hasil akhir bentuk sediaan tablet kunyah.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi peneliti 1.Dapat mengetahui formulasi sediaan tablet kunyah untuk penyakit demam anakanak. 2.Dapat mengetahui jenis-jenis sediaan tablet. 3.Dapat mengetahui cara kerja tablet kunyah untuk penyakit demam anak-anak. 1.3.2 Bagi masyarakat 1.Menghasilkan inovasi baru sediaan tablet kunyah paracetamol bagi masyarakat. 2.Masyarakat dapat menerapkan sediaan tablet kunyah terhadap masing-masing individu. 1.3.3 Bagi institusi 1.Memiliki sediaan tablet kunyah dengan kualitas yang baik. 2.Dapat memasarkan sediaan tablet kunyah secara luas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penyakit 2.1.1 Definisi Demam
Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,20 C (Nelwan, 2006). Demam didefinisikan sebagai suatu bentuk system pertahanan nonspesifik yang menyebabkan perubahan mekanisme pengaturan suhu tubuh yang mengakibatkan kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam hiptalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan pada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hepar, dengan panas yang hilang. Mekanisme kehilangan panas yang penting adalah vasodilatasi dan berkeringat. Berkeringat terutama menonjol saat demam mulai turun (Dinarello dan Gelfrand, 2001; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008). Demam yang berarti temperatur tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu (Guyton, 2007). Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksilla dan oral maupun rektum. Dalam keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,50 C; suhu rectal lebih tinggi daripada suhu oral (Nelwan, 2006). Menurut Nelwan (2007), terdapat beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai, antara lain: a. Demam septic Pada tipe demam septik, suhu tubuh berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Demam sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam dem am hektik. b. Demam remiten Pada tipe demam remiten, suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam intermiten Pada demam intermiten, suhu tubuh turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. d. Demam kontinyu Pada demam tipe kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. e. Demam siklik Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. 2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi. Beberapa penyebab demam dari infeksi meliputi infeksi dari virus, jamur, parasit maupun bakteri. Penyebab demam non infeksi bisa dari faktor lingkungan seperti lingkungan yang padat dan dapat memicu timbulnya stres ataupun pengeluaran panas berlebihan dalam tubuh (Guyton & Hall, 2007). Secara umum, demam dapat disebabkan oleh karena produksi zat pirogen (eksogen atau endogen) yang secara langsung akan mengubah titik ambang suhu hipothalamus sehingga menghasilkan pembentukan panas dan konservasi panas (Behrman et al., 2000). 2.1.3 Patofisiologi Demam
Demam terjadi oleh karena pengeluaran zat pirogen dalam tubuh. Zat pirogen sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu eksogen dan endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh seperti mikroorganisme dan toksin. Sedangkan pirogen endogen merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh meliputi interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosing factor-alfa (TNF-A). Sumber utama dari zat pirogen endogen adalah monosit, limfosit dan neutrofil (Guyton, 2007). Seluruh substansi di atas menyebabkan selsel fagosit mononuclear (monosit, makrofag jaringan atau sel kupfeer) membuat sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen, suatu protein kecil yang mirip interleukin, yang merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Sitokin-sitokin tersebut dihasilkan secara sistemik ataupun local dan berhasil memasuki sirkulasi. Interleukin-1, interleukin-6, tumor nekrosis factor α dan interferon α, interferon β serta interferon γ merupakan sitokin yang berperan terhadap proses terjadinya
demam. Sitokin-sitokin tersebut juga diproduksi oleh sel-sel di Susunan Saraf Pusat (SSP) dan kemudian bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi prostaglandin karena peran dari enzim siklooksigenase (COX, atau disebut juga PGH sintase) dan menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus (Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong. 2008; Juliana, 2008; Sherwood, 2010). Enzim sikloosigenase terdapat dalam dua bentuk (isoform), yaitu siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2). Kedua isoform berbeda distribusinya pada jaringan dan juga memiliki fungsi regulasi yang berbeda. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang mengkatalis pembentukan prostanoid regulatoris pada berbagai jaringan, terutama pada selaput lender traktus gastrointestinal, ginjal, platelet dan epitel pembuluh darah. Sedangkan COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat diinduksi, antara lain bila ada stimuli radang, mitogenesis atau onkogenesis. Setelah stimuli tersebut lalu terbentuk prostanoid yang merupakan mediator nyeri dan radang. Penemuan ini mengarah kepada, bahwa COX-1 mengkatalis pembentukan prostaglandin yang bertanggung jawab menjalankan
fungsi-fungsi
regulasi
fisiologis,
sedangkan
COX-2
mengkatalis
pembentukan prostaglandin yang menyebabkan radang (Dachlan et al., 2001; Davey, 2005). Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu jenis prostaglandin yang menyebabkan demam. Hipotalamus anterior mengandung banyak neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan serotonin dan norepineprin yang berperan sebagai perantara terjadinya demam, pirogen endogen meningkatkan konsentrasi mediator tersebut. Selanjutnya kedua monoamina ini akan meningkatkan adenosine monofosfat siklik (cAMP) dan prostaglandin di susunan saraf pusat sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu thermostat (Dinarello dan Gelfrand, 2001; Fox, 2002; Wilmana dan Gan, 2007; Ganong, 2008; Juliana, 2008; Sherwood, 2010). 2.1.4 Penanganan Demam
Demam merupakan respon fisiologis normal dalam tubuh oleh karena terjadi perubahan nilai set point di hipotalamus. Demam pada prinsipnya dapat menguntungkan dan merugikan. Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk meningkatkan daya fagositosis sehingga viabilitas kuman mengalami penurunan, tetapi demam juga dapat merugikan karena apabila seorang anak demam, maka anak akan menjadi gelisah,
nafsu makan menurun, tidurnya terganggu serta bila demam berat bisa menimbulkan kejang demam (Kania, 2013). Penatalaksanaan demam pada umumnya bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh yang terlalu tinggi ke dalam batas suhu tubuh normal dan bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaannya terdiri dari dua prinsip yaitu pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Adapun prinsip pemberian terapi non farmakologi meliputi pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi, memakai pakaian yang mudah menyerap keringat, memberikan kompres hangat agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga set point akan tercapai dan kembali ke batas suhu tubuh inti yang normal. Pengobatan farmakologi pada intinya yaitu pemberian obat antipiretik, obat anti inflamasi, dan analgesik yang terdiri dari golongan berbeda serta memiliki susunan kimia. Tujuan pemberian obat tersebut yaitu untuk menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan cara menghambat enzim cyclooxygenase (Kania, 2013). Parasetamol atau asetaminofen merupakan analgetik antipiretik yang popular dan banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi (Siswandono, 1995). Di Indonesia, parasetamol tersedia sebagai obat bebas. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin yang mempunyai efek antipiretik yang sama. Dalam dosis yang sama, parasetamol mempunyai efek analgesik dan antipiretik sebanding dengan aspirin, namun efek antiimflamasinya sangat lemah (Katzung,2002). Pada umumnya parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (Tjay dan Rahardja, 2002). Reaksi alergi terhadap parasetamol jarang terjadi, manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa (Freddy, 2007). Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati dalam darah tanpa disertai ikterus; keadaan ini reversibel bila obat dihentikan. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang tidak reversibel (Tjay, 2002).
2.2 Tinjauan Tablet 2.2.1 Definisi Tablet
Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi dan sifat anti
lekat). Dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S., 2010). Menurut Farmakope Indonesia IV mendefinisikan tablet sebagai sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi. Sedangkan menurut farmakope indonesia edisi III (1979) : tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipi atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. 2.2.2 Bentuk tablet
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran bobot, kekerasan, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar atau konveks. Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam. Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk ,dengan membuat pons dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus. Misalnya jika pons kurang konkaf, makin datar tablet yang dihasilkan. Sebaliknya, pons yang semakin konkaf semakin lebih konveks (cembung) tablet yang dihasilkan. Tablet dapat diberi monogram pada salah satu kedua permukaan tablet tergantung keberadaan monogram pada pons bawah dan atau pons atas yang menghasilkan monogram. Tablet adalah bentuk sediaan obat solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan dalam rongga mulut tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya dihisap. Selain tablet yang diberikan secara oral, terdapat juga yang diberikan melalui rektal, vaginal, implantasitransdermal, tablet yang dilarutkan dulu dengan air minum (tablet effervesen) dsb. (Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S., 2010). Menurut mekanisme disintegrasi (penghancuran) sediaan/pelepasan zat aktif, maka tablet dapat dibedakan menjadi: 1. Fast disintegrating tablet Tablet jenis ini mengalami disintegrasi dan pelepasan zat aktif yang sangat cepat saat bersentuhan dengan cairan (saliva, jika diletakkan di atas lidah). Tablet ini didesain untuk mengakomodasi pasien-pasien geriatrik yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet biasa (immediate released tablet). Biasa didesain dalam ukuran yang cukup kecil.
2. Chewable tablet (tablet kunyah) Tablet ini dimaksudkan untuk dikunyah terlebih dulu sebelum ditelan, untuk membantu mempercepat proses disintegrasi dalam lambung. Biasanya tablet ini mengandung zat aktif dan atau eksipien dalam jumlah besar sehingga tablet ini bervolume besar, sehingga tidak memungkinkan untuk ditelan langsung tanpa dikunyah terle bih dulu. Tablet dipastikan tidak memiliki kekerasan yang terlalu tinggi untuk memfasilitasi proses penguyahan dengan mudah. Contoh : tablet antasida. 3. Troches/Lozenges (tablet hisap) Tablet ini dimaksudkan untuk terdisintegrasi pelan-pelan sehingga bertahan lama dalam rongga mulut, sebagaimana halnya gula-gula. Contoh: tablet hisap Vitamin C. 4. Immediate released tablet Tablet ini dimaksudkan untuk langsung ditelan dengan bantuan cairan atau makanan. Tablet ini akan terdisintegrasi dalam lambung selama kurang dari 15 menit untuk dapat segera melepaskan zat aktifnya. 5. Sustained released tablet Tablet ini juga dimaksudkan untuk lansung ditelan, namun diforumulasikan sedemikian rupa sehingga dapat terdisintegrasi secara perlahan pada lambung dan usus, sehingga dapat melepaskan zat aktif secara bertahap dalam waktu yang cukup lama. Tablet ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengurangan frekuensi minum obat dari pasien. Hal ini akan sangat membantu terutama bagi pasien geriatrik. 6. Delayed release tablet Tablet ini juga langsung ditelan, namun didesain untuk memberikan pelepasan zat aktif yang tertunda, contoh: enteric coated tablet dan pulsatile released tablet. 7. Dispersed tablets Tablet ini dimaksudkan untuk didispersikan terlebih dulu dalam sejumlah cairan, sebelum ditelan. Maksud didispersikan terlebih dulu adalah untuk lebih memfasilitasi proses disintegrasi dan distribusi zat aktif terlarut dalam cairan lambung maupun usus. 8. Effervescent tablets Disintegrasi tablet ini difasilitasi oleh reaksi saturasi (pendesakan oleh gas CO2 yang terjadi dari reaksi asam lemah (asam sitrat/asam tartrat/asam fumarat) dan garam berkarbonat (NaHCO3/Na2CO3) yang ada dalam tablet, saat bersentuhan dengan air). Untuk itu, effervescent tablet tidak boleh langsung ditelan, namun harus di larutkan dulu dalam segelas air dingin. Gas CO2 yang masih ada dalam larutan tersebut dapat berfungsi sebagai penyegar (sebagaimana CO2 dalam soft drink) dan dapat menyamarkan rasa pahit,
sehingga effervescent tablet ini biasa digunakan untuk minuman tonik yang mengandung vitamin atau suplemen makanan yang larut air. 2.2.3 Keuntungan tablet
a. Rasa obat yang pahit atau memuakan atau tidak menyenangkan dibuat agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet atau granul tablet dengan suatu salut pelindung yang cocok. Salut ini didisain hanya untuk melindungi, biasanya selama pemaparan dalam waktu yang singkat ketika tablet bersentuhan dengan ujung rasa pada lidah. b. Keuntungan tablet yang paling nyata adalah kemudahan pemberian dosis yang akurat. Dosis dapat didistribusikan secara seragam dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan dalam pemberian dosis yang akurat apabila tablet dipotong menjadi 2 bagian atau lebih untuk pemberian pada anak-anak. Kontak langsung antara 2 atau lebih zat yang inkompatibel dalam dicegah dengan membuat tablet berlapis, dalam tiap lapis terdapat zat-zat aktif yang inkompatibel. c. Tablet tidak mengandung alkohol. Alkohol sering diperlukan untuk meningkatkan kelarutan atau stabilitas bentuk sediaan lain. Tidak adanya alkohol dalam tablet, biasanya menguarangi biaya pembuatan dan meningkatkan lingkup pasien yang dapat diberikan sediaan obat tanpa alkohol. d. Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat aktif. Oleh karena itu, pembuatan konsentrasi zat aktif secara tepat merupakan hal yang mudah, dapat dilakukan dengan baik sekali dan ekonomis, tersedia bagi dokter penulis resep, pasien dan apoteker. e. Sifat tablet yang sangat mendasar adalah mudah dibawah, bentuk kompak, stabilitas yang memadai, ekonomis dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, segera tersedia, mudah diberikan, memastikan kesan psikologis yang baik bagi penerimaan hampir semua pasien sedunia (Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S., 2010). 2.2.4 Kerugian tablet
a. Bahan aktif dengan dosis besar dan tidak kompresibel sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot atau bentuk tablet yang besar sehingga tidak berterima. b. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi, tidak larut, serta disolusi yang kurang baik. c. Mula kerja obat (onset of action) sediaan tablet lebih lambat dibandingkan dengan sediaan parenteral (injeksi), larutan oral, dan kapsul.
d. Jumlah zat aktif dalam cairan yang dapat dijerat kedalam tablet sangat kecil. e. Kesulitan menelan dalam anak-anak, pasien dengan sakit yang parah, dan pasien lanjut usia. f. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012). 2.2.5 Syarat Tablet
Persyaratan yang harus dimiliki oleh sediaan tablet yang baik, antara lain : a. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan, pengemasan, transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu, perlu dilakukan uji kekersan dan kerapuhan tablet, meskipun persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial). b. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan yang pers yaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. c. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif dalam tablet, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. d. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan banyaknya obat yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu hancur tablet. e. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali diperlukan bahan pewarna, perasa dan pemberi aroma. f. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap akseptabel, aman dan manjur bila digunakan (Banker G.S dan Anderson N.R. (1994)). 2.2.6 Bahan Pembuatan Tablet
1. Bahan Aktif 2. Bahan Tambahan a. Bahan Pengisi
Bahan pengisi berfungsi membuat kesesuaian bobot tablet, umumnya bobot tablet yang berterima lebih besar dari 70mg. Bahan pengisi diperlukan teruma untuk zat aktif berdosis kecil.Bahan pengisi, umumnya ditambahkan dalam renta 5-80% (bergantung pada jumlah zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Fungsi lain bahan pengisi adalah untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif. Pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung, terkadang bahan pengisi dapat bersifat sebagai bahan pengikat dan bahan pelicin. Kriteria yang baik untuk bahan pengisi:
Tidak bereaksi dengan zat aktif dan bahan tambahan yang lain.
Tidak memiliki aktifitas fisiologis dan farmakologis.
Memiliki kestabilan fisika – yang baik.
Tidak mempengaru disolusi dan bioavailabilitas sediaan tablet. Bahan pengisi dapat digolongkan berdasarkan kelarutan dan material
penyusunnya, yaitu :
Berdasarkan kelarutannya, dibedakan menjadi : - Bahan pengisi larut air, misalnya Lactosa, Sukrosa, Dekstrosa, Manitor dan
Surbitol. - Bahan pengisi tidak larut, misalnya kalsium sulvat, kalsium karbonat, amilum, dan mikrokristalin selulosa.
Berdasarkan material penyusunnya dibedakan menjadi : - Material organik, misalnya : karbohidrat dan modifikasinya. - Material anorganik, misalnya : kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Contoh bahan pengisi yang umum digunakan dalam formula tablet, antara lain
Lactosa, mikrokristalin selulosa, dan kalsium fosfat di basic.
Lactosa Lactosa berupa produk alami disakarida yang diperoleh dari susu sapi dengan
konsentrasi sekitar 4,5%. Lactosa memiliki sifat antara lain : mudah larut dalam air, memberikan rasa yang dapat diterima dimulut, tidak higroskopis, mudah dikeringkan pada saat pembuatan dengan metode granulasi basah, memiliki kompresitibilitas yang baik, tidak reaktif, memiliki titik leleh yang tinggi (202 ͦC) sehingga tidak akan menjadi lunak pada saat terkena tekanan, sifat saling alir yang cukup baik, harga relatif murah, dan terdapat dalam ukuran partikel.
Mikrokristalin Selulosa (MCC) Mikrokristalin selulosa ada dalam berbagai nama diperdagangan, salah 1 yang
paling populer adalah avicel.
Kalsium Fosfat dibasic
Kalsium Fosfat dibasic dihidrat dapat digunakan dalam formula tablet sebagai
bahan tambahan maupun sebagai sumber kalsium dan fosfat. Kalsium Fosfat dibasic dihidrat memiliki sifat kompresibilitas dan sifat alir yang banyak, khususnya untuk partikel dengan ukuran partikel yang lebih besar, mekanisme deformasi utama adalah terjadinya fragmentasi. Bahan ini memiliki sifat abrasif sehingga diperlukan lubrikan dalam prioses pencetakan tablet, tuidak hidroskopis, dan stabil dalam suhu kamar. Permukaan kalsium
fosfat dibasic dihidrat bersifat basa, sehingga tidak dapat digunakan dwengan bahan aktif yang sensitif terhadap pH basa (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012).
b. Bahan pengikat
Bahan pengikat digunakan dalam formula tablet dengan tujuan membentuk ikatan antarpartikel supaya terbentuk tablet yang baik, yang memenuhi persyaratan bobot tablet, kekerasa tablet, dan kerapuhan tablet. Terdapat empat mekanisme perlekatan antarapartikel, yaitu : 1. Terbentuknya jembatan cair pada saat penambahan bahan pengikat dalam bentuk musilago maupun larutan. 2. Terbentuknya jembatan padat, yang dapat terjadi pada saaat pengeringan granul basah atau penambahan bahan tambahan yang mempunyai titik lebur rendah. Penambahan larutan pengikat akan membentuk lapisan tipis film yang teradsorbsi pada permukaan partikel. Pada proses pengeringan, akan terjadi kristalisasi bahan yang terlarut dalam larutan pengikat, dan membentuk jembatan padat pada titik kontak sehingga menggurangi jarak antar partikel dan meningkatkan daerah kontak partikel. Kekuatan jembatan kristal ini bergantung pada kecepatan kristalisasi dan jumlah material yang terdeposit. 3. Pada saat terjadinya deformasi plastik, yang dapat menyebabkan terbentuknya interlocking . 4. Adanya gaya elektrostatika antara partikel, yang terjadi pada kondisi kelembapan yang rendah. Bahan pengikat akan berperan sebagai perekat untuk mengikat serbuk-serbuk komponen teblet menjadi granul, yang selanjutnya akan membantu mengikat granul-granul menjadi tablet dalam proses pengempaan. Jumlah dari cairan pengikat yang digunakan akan mempengaruhi kualitas granul yang akan dihasilkan. Bila jumlah bahan pengikat yang digunakan terlalu sedikit, akan menghasilkan granul yang rapuh, sedangkan jika terlalu banyak, akan menghasilkan granul yang akan terlalu keras. Selain itu, bahan pengikat merupakan penentu terhadap keseragaman ukuran, kekerasan, dan mudah tidaknya granul yang dihasilkan tersebut untuk dikempa menjadi tablet. Berdasarkan asalnya, bahan pengikat dapat dikasifikasikan menjadi : 1. Berasal dari alam, misalnya: akasia, tragakan, gelatin, amilum, gum guar, gum xanthan, gum tara, dan pektin. 2. Pilimer sintetik / semisintetik, misalnya : HPMC, PVP, PEG, dan CMC Na.
3. Golongan gula, misalnya: sukrosa dan larutan glukos. Sifat-sifat cairan pengikat yang dapat memberikan pengaruh pada saat granulasi antara lain: 1. Viskositas: mempengaruhi interaksi antaragranul. Kekentalan cairan pengikat akan dengan mudah divariasikan untuk mendapatkan sistem yang di inginkan. 2. Tegangan permukaan: mempengaruhi gaya kapilaritas 3. Sudut kontak : mempengruhi proses pembasahan. Sudut kontak tidak mudah untuk diubah tanpa mengubah sifat-sifat yang lain dari cairan pengikat. Beberapa contoh bahan pengikat dengan cara mencampurkan dalam suatu formula tablet dapat dilihat pada tabel dibawa ini. Perkiraan jumlah larutan bahan pengikat yang diperlukan untuk membuat massa granul dari berbagai bahan, dapat di lihat pada tabel berikutnya. Bahan pengikat yang umum digunakan dalam pembuatan tablet Bahan Pengikat
Metode penambahan
Presentase dalam
bahan pengikat
formulasi
Amilum
Dicampur basah
2 – 5
Pregelatin amilum
Dicampur basah
2 – 5
Pregelatin amilum
Dicampur kering
5 – 10
Gelatin
Dicampur basah
1 – 3
Asam alginat
Dicampur kering
3 – 5
Natrium alginat
Dicampur basah
1 – 3
Polivinil pirolidon (PVP)
Dicampur basah
0.5 – 5
Polivinil pirolidon (PVP)
Dicampur kering
5 – 10
Metil selulosa
Dicampur basah
1 – 5
Metil selulosa
Dicampur kering
5 – 10
HPMC
Dicampur basah
2 – 5
HPMC
Dicampur kering
5 – 10
Polimetakrilat
Dicampur basah
15 – 35 (sebagai larutan)
Polimer Alam
Polimer sintetik dan semi sintetik
(4.5 – 10.5 b/b solid) Polimetakrilat
Dicampur kering
10 – 35
CMC Na
Dicampur basah
1 – 5
CMC Na
Dicampur kering
5 – 10
Glukosa
Dicampur basah
2 – 25
Sukrosa
Dicampur basah
2 – 25
Sorbitol
Dicampur basah
2 – 10
Golongan Gula
Jumlah larutan pengikat yang diperlukan untuk membuat massa granul dari 3000 g bahan pengisi (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012). Larutan bahan pengikat (mL)
Bahan Pengisi Sukrosa
Laktosa
Dekstrosa
Manitol
Gelatin 10%
200
290
500
560
Glukosa 50%
300
325
500
585
Metilselulosa 2% (400 cps)
290
400
835
570
Air
300
400
660
750
Akasia 10%
220
400
685
675
Musilago amilum 10%
285
460
660
810
Alkohol 50%
460
700
1000
1000
PVP dalam air 10%
260
340
470
525
PVP dalam alkohol 10%
780
650
825
900
Sorbitol dalam air 10%
280
440
750
655
c. Bahan Penghancur
Supaya dapat diabsorpsi di dalam tubuh, bahan aktif harus dapat larut.kecepatan larut suatu obat bergantung pada sifat fisika-kimia bahan obat, kecepatan disintegrasi, dan disolusi tablet. Bahan penghancur berfungsi menghancurkan tablet bila tablet kontak dengan cairan. Hancurnya tablet menjadi granul akan memperluas permukaan sehingga dapat mempercepat lepasnya bahan aktif dari tablet. Selanjutnya bahan penghancur akan menghancurkan granul menjadi partikel-partikel halus. Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus lebih besar dibandingkan dengan tablet utuh atau granul. Disintegrasi adalah hilangnya kohesi suatu bentuk sediaan padat (tablet) karena pengaruh medium menjadi granul atau partikel penyusun tablet. Sebaliknya degreasi adalah hancurnya granul menjadi partikel-partikel halus. Contoh bahan penghancur :
Amilum (pati) Amilum merupakan bahan penhgancur yang pertama kali digunakan. Mekanisme
aksi amilum sebagai bahan penghancur yaitu melalui masuknya air ke dalam tablet dibandingkan dengan aksi pengembangannya karena amilum hanya sedikit mengembang dalam air pada suhu tubuh.Hidrasi dari gugus hidroksil dapat menyebabkan partikel partikel terpisah dan kandungan lemak dalam amilum dapat mempengaruhi sifat amilum sebagai bahan penghancur. Jenis/varietas amilum yang mengandung butiran-butiran dalam ukuran besar (amilum kentang) akan memiliki ukuran pori yang optmum dalam tablet dan akan menyebabkan terjadinya aksi kapiler. Amilum sebagai bahan penghancur umumnya digunakan pada konsentrasi lazim 5 – 10%.
Mikrokristalin Selulosa (MCC) MCC menunjukan porositas yang tinggi, dengan kemampuan menarik air tinggi
pula, sehingga sesuai digunakan sebagai bahan penghancur. MCC juga dapat digunakan sebagai pengikat yang sangat baik dan dapat meni ngkatkan kekuatan mekanik tablet secara signifikan. Salah satu kelemahan dari MCC, yaitu pengaruh yang ditimbulkan pada karakteristik disolusi yang dihasilkan, karena pengaruh tekanan kompresi yang tinggi. Saat ini diperdagangan tersedia banyak bahan penghancur yang tergolong bahan penghancur dengan kerja sangat cepat sehingga waktu hancur tablet akan menjadi sangat singkat. Bahan penghancur seperti ini sering disebut dengan superdisintegran.Pada tabel menjelaskan berbagai macam bahan superdisintegran dan mekanisme kerjanya. Superdisintegran dan sifat-sifatnya : Superdisintegran
Kelompok selulosa
Nama dagang
Mekanisme
Sifat/karakteristik
Crosscarmellose
Mengembang
Mengembang dalam
Ac-Di-Sol
menjadi 4-8 kali
dua dimensi sesuai
Nymce ZSX
dalam waktu kurang
untuk cetak langsung
Primellose
dari 10 detik,
atau granulasi, tanpa
Solutab
mengembang dan
menggunakan
Vivasol, L-HPC
menarik air
amilum
Kelompok PVP
Crosspovidon M
Hanya sedikit
Tidak larut
terlarut silang
Kollidon
mengembang dan
air,berpori sehingga
Polyplasdone
kembali ke bentuk
akan menghasilkan
semula setelah
tablet yang porous
kompresi, mekanisme kerja dengan aksi kapiler Amilum terlarut
Explotab
Mengembang <30
mengembang dengan
silang
Primogel
detik, menjadi 7 –
tiga dimensi, cocok
12 kali
sebagai matriks lepas lambat
Asam alginat terlarut
Alagilic acid NF
silang
Mengembang
Sesuai untuk
dengan cepat dalam
granulasi kering dan
medium air atau
granulasi basah
dengan aksi menaruk air Polisakarida kedelai
Emcosoy
Tidak mengandung amilum atau gula, umumnya digunakan untuk produk nutrisi
Kalsium silikat
Menarik air
Porositas tinggi, ringan
Penggunaan superdisintegran, meskipun dapat menyebabkan hancurnya tablet dengan lebih cepat, tetapi perilaku hancurnya tablet berbeda antar superdisintegran dan dipengaruhi pula pleh bahan pengisi yang digunakan. Sebagai contoh penggunaan superdisintegrandengan pengaruh macam bahan pengisi, dapat dilihat pada tabel Perbandingan waktu disintegrasi tablet (detik) cetak langsung yang mengandung lima macam bahan penghancur dengan konsentrasi 5% (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012). Pengisi
Emcompress b Laktosa 100-mesh
CLC-C25
Explotab
Ac-Di-Sol
Avicel PH
Avicel PH
101
102
15
15
7,4
266
>1200
16,1
15,6
24,8
16
39,7
460
142
75
>1080
>1200
spray-dried Laktosa
d. Bahan pewarna
Bahan pewarna tidak boleh memiliki aksi terapiutik, tidak memperbaiki ketersediaan hayati dan stabilitas sediaan tablet.Fungsi bahan pewarna ialah memudahkan identifikasi dan memperbaiki penampilan sediaan tablet. Pada penggunaanya bahan pewarna dapat meningkatkan biaya produksi dan dapat menimbulkan masalah dalam proses produksi tablet (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012). Bahan pewarna dapat diklasifikasikan menjadi bahan pewarna yang larut air (dyes) dan dan memberikan larutan jernih; serta bahan pewarna yang tidak larut air (pigmen/lake)
dan pencampurannya dalam massa tablet dengan cara didispersikan
sehingga akan teradsorpsi pada bahan tambahan tablet lainnya, misalnya amilum. Ciri dyes dan lakes dapat dilihatpada tabel. Tabel Ciri bahan pewarna yang larut air (dyes) dan yang tidak larut air (lakes)
Lakes (L arut Air )
Karakteristik
Kelarutan
Dyes (Tak Larut Air)
Tidak larut hampir di semua
Larut dalam air, propilen
larut
glikol, dan gliserin
Metode pewarnaan
Dengan dispersi
Dengan larutan
Kandungan zat warna murni
10-40 %
90-93 %
Rata-rata penggunaan
0-0,3 %
0,01-0,03 %
Ukuran partikel
< 0,5 µm
12-200 mesh
Stabilitas terhadap cahaya
Sangat baik
Baik
Stabilitas terhadap panas
Sangat baik
Baik
Kekuatan sebagai pewarna
Tidak proporsional dengan
proporsional dengan
kandungan zat warna
kandungan zat murni
Bervariasi tergantung
Konstan
Bayangan
kandungan zat warna
e. Bahan Pembasah (Wetting Agent)
Bahan pembasah sering digunakan dalam tablet yang mengandung bahan aktif sukar larut dalam air, dengan tujuan meningkatkan laju disolusi. Surfaktan, banyak digunakan sebagai bahan pembasah untuk tujuan yang telah disebutkan sebelumnya. Natrium lauril sulfat adalah surfaktan yang sering digunakan sebagai bahan pembasah dalam
pembuatan
tablet.
Secara
bertentangan,
beberapa
surfaktan
ionik
yang
diformulasikan dengan bahan aktif yang memiliki muatan yang berlawanan justru
digunakan untuk menghasilkan sistem lepas lambat.oleh karena itu, sebaiknya di pilih bahan pembasah yang tidak bermuatan, seperti polisorbat 80 (tween 80) yang memiliki kemungkinan kecil untuk berinteraksi dengan senyawa bermuatan (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk., 2012).
f. Bahan Pelicin (Lubrikan)
Bahan pelicin berfungsi sebagai anti gesekan, yang terjadi pada proses pentabletan. Bahan pelican ditambahkan kemasan tablet begitu masa tablet akan dikempa. Gesekan yang terjadi pada waktu proses pentabletan antara punch dan die, maupun antar partikel ada tiga macam, yaitu:
Gesekan antara tablet dan dinding punch dan antara tablet dengan dinding die.
Gesekan antara dinding die dan dinding punch. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan pelincin atau
lubrikan antara lain:
Ukuran partikel sebagai aturan umum semua bahan pelicin berukuran 80-100
mesh.
Lama pencampuran bahan pelicin dengan komponen tablet lainnya atau massa
tablet.
Konsentrasi bahan pelicin yang digunakan. Ketiga faktor tersebut akan berpengaruh pada kekerasan, kerapuhan dan waktu
hancur tablet. Bahan
Logam stearat
Keuntungan
Kekurangan
Sifat lemak dan tersedia dalam ukuran Memperlambat disintegran partikel kecil, logam stearat merupakan tablet dan disolusi zat aktif lubrikan yang paling efisien dan lazim
dari
tablet
karena
digunakan
yang hidrofobik.
sifat
Bersifat sedikit basa Asam stearat
-
Kurang efisien digunakan sebagai lubrikan, zat ini tidak
boleh
digunakan
dengan
garam
senyawa
organik
basa
misalnya
natrium
sakarin
karena
cendrung
membentuk
massa bergetah, lekat.
Talk
Kurang
-
efisien
daripada
logam stearat dan kuantitas yg
lebih
besar
dipersyaratkan
untuk
lubrikasi Dapat
yg
memadai.
berpengaruh
juga
pada disintegrasi. Amilum
Lebih efisien digunakan sebagai lubrikan.
-
Dapat digunakan dengan metode granulasi basah Natrium
benzoat Dapat digunakan dalam tablet yg tidak penggunaannya
dan
natrium mempunyai rasa dan dapat digunakan
klorida
dalam lubrikan tablet
dalam tablet kunyah
Natrium
dan Surfaktan
yang
larut
air
dan
dapat
Magnesium
Magnesium lauril digunakan sebagai pengganti logam stearat
kurang
sulfat
untuk menetralkan sifatnya yg menolak air
lebih
sebagai lubikan tablet.
kunyah.
Magnesium lauril sulfat memiliki efisiensi Untuk yg
sama
dengan
mempunyai
sifat
magnesium yg
glikol
4000 dan 6000
lauril
berasa baik
sehingga
untuk
granulasi
sulfat
tablet
yg
di
stearat
kempa dalam mesin tablet
menguntungkan
rotasi menghasilkan tablet
mengurangi gangguan pada disolusi. Polietilen
terbatas
Larut dalam air dan banyak digunakan dalam pembuatan tablet. Makin kecil ukuran partikel, makin besar terdistribusi pada granul sehingga lubrikasi makin efisien. Polietilen glikol dapat digunakan dalam
yg kurang variasi. -
larutan
air,
pengikat
alkohol
sehingga
dengan
diperoleh
berbagai pengikat-
lubrikan yg dapat digunakan dalam massa basah. Gliseril
behanat Baik sebagai lubrikan maupun pengikat.
Lubrikan ini menunjukkan
dan
natrium
pengaruh yang lebih kecil
stearil fumarat
pada kekuatan tablet dan mempunyai pengaruh yg lebih
sedikit
pada
laju
disolusi zat aktif daripada yg
dilakukan
magnesium
stearat.
Magnesium natrium efektif
oleh
stearat
stearil pada
dan
fumarat
konsentrasi
1% sampai 3%, sedangkan gliseril
behenat
memerlukan
3%
untuk
lubrikasi yg efektif. Stearowet C
Stearowet C merupakan campuran kalsium
-
stearat dan natrium lauril sulfat yg dpt digunakan sebagai pembantu lubrikan dan surfaktan Sebagai surfaktan, kemungkinannya kecil dalam
mempengaruhi
disintegrasi
dan
disolusi
g. Bahan pelincir
Bahan pelincir berfungsi memperbaiki sifat alir serbuk atau granul yang akan dikempa menjadi tablet sehingga diharapkan dapat memperbaiki keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Gesekan antara partikel-partikel yang dikempa. Mekanisme kerja bahan pelincir dalam memperbaiki sifat alir suatu sampel serbuk atau granul dapat berlangsung dengan cara penutupan atau pengisian permukaan partikel yang kasar atau berlekuk-lekuk
dengan bahan pelincir sehinggan pemukaan partikel menjadi lebih licin dan partikel dapat lebih mudah mengalir. Selain itu, pelincir dapat ter adsorpsi pada permukaan partikel dan membentuk suatu lapisan tipis yang dapat mencegah timbulnya daya kohesi antar granul. Bahan
Pati (amilum)
Kelebihan
Kekurangan
Pilihan populer
Jika
digunakan
secara
berlebihan sifat aliran akan lebih buruk Talk
Lebih unggul daripada pati dalam
Tidak larut dan kemungkinan
meminimalkan berpengaruh
1setiap yang
kecendrungan melekat
dalam
zat perlambatan laju disolusi. pada Konsentrasi harus dibatasi
permukaan pons
secara
ketat
dan
tidak
melewati 5%. Bahan silikat
Ukuran partikelnya kecil
Magnesium oksidan
Dia
mengikat
menjaga
air
granulasi
dan Untuk
dibuat
granulasi
untuk
cendrung higroskopis atau
tetap kering dan mengalir
mengandung lembap yang
bebas
agak tinggi
2.2.7 Metode Pembuatan Tablet
Metode tablet dapat dibuat dengan dua metode yaitu metode granulasi dan metode cetak langsung (Lachman, 1994:685). Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. A) Metode Granulasi a. Metode Granulasi Basah Metode ini dapat digunakan untuk zat yang tahan terhadap air atau pelarut yang digunakan, tahan pemanasan. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya kurang baik. Prinsip metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat yang sesuai terdapat tingkat kebebasan yang baik. Kemudian massa basah tersebut digranulasi. Setelah mendapatkan granulasi kering, granul dicetak sesuai yang diinginkan (Lachman, 1994:690).
Tujuan dilakukan granulasi basah adalah memudahkan mengkompresi serbuk atau campuran serbuk karena sudah membentuk butiran-butiran granulat, menjaga homogenitas campuran dan menjaga supaya aliran campuran seragam ke tempat cetakan dan terjamin keseragaman bobotnya. Selain itu, masalah debu selama proses pembuatan tablet, mengubah sifat permukaan serbuk dari hidrofob menjadi hidrofil, dan menambah sifat kohesi selama dan sesudah kompresi (Lachman, 1994:680). Granul yang baik mempunyai sifat sebagai berikut (Lachman, 1994:681):
Granul tidak boleh terlalu keras maupun terlalu rapuh.
Granul harus memberikan kepadatan dan sifat kohesi yang baik.
Granul harus cukup padat tetapi juga cukup untuk mempercepat waktu hancur.
Zat aktif harus dapat dilepaskan dari ganul.
Zat aktif tidak boleh terurai akibat campuran dengan eksipien dan zat aktif harus
terdistribusi seragam.
Granul harus dapat mengalir seragam.
Harus mempunyai komponen yang bersifat kompresi.
Granul harus terjaga dan tidak rusak selama pencetakan.
Keuntungan Metode Granulasi Basah :
Pertama, kohesivitas dan kompresibilitas campuran serbuk ditingkatkan dengan
penambahan pengikat yang menyebabkan partikel satu sama lain melekat.
Kedua, distibusi zat aktif dosis kecil dapat lebih seragam dengan metode granulasi
basah, zat aktif dengan dosis besar sifat alirannya baik dan kohesinya cukup.
Ketiga, granulasi basah mencegah pemisahan campuran selama proses (Lachman,
1994:691).
Kerugian Metode Granulasi Basah :
Pertama, membutuhkan biaya yang besar untuk jasa, listrik, waktu, dan ruangan.
Kedua, zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas, tidak dapat diproses
dengan granulasi basah.
Ketiga, sering terjadi inkompalibilitas antara zat aktif dan zat tambahan
(Lachman, 1994:691).
b. Metode Granulasi Kering Metode pembuatan tablet ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap air dan pelarut yang digunakan dan tidak tahan terhadap pemanasan. Prinsip metode ini adalah menciptakan ikatan antara partikel dengan pemadatan secara mekanis. Massa tablet dicetak menjadi tablet yang besar dan keras yang disebut slug. Setelah itu slug dihancurkan menjadi granul-granul yang diuji sifat alirnya. Apabila aliran granul sudah memenuhi syarat maka granul dicampur dengan lubrikan menghasilkan massa cetak. (Lachman, 1994:687).
Keuntungan Metode Granulasi Kering :
Pertama, baik digunakan untuk zat yang peka terhadap lembab dan pemanasan.
Kedua, mempercepat waktu hancur karena partikel sebuk tidak terikat oleh
pengikat.
Ketiga, untuk memperbaiki pencampuran karena tidak ada migrasi zat aktif
(Lachman, 1994:688).
Kerugian Metode Granulasi Kering :
Pertama, memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.
Kedua, tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam.
Ketiga, rol tekan tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak dapat larut
karena akan memperlambat kecepatan disolusinya. Keempat, proses ini banyak menghasilkan debu dan memungkinkan terjadi kontaminasi sil ang. (Lachman, 1994:688).
c. Metode Cetak Langsung Metode ini digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat mudah mengalir dan sifat kompresibilitasnya baik sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dengan mesin cetak tablet tanpa menggunakan granulasi basah atau kering (Lachman, 1994:691 dan Ansel, 1989:271). Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.
Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah: alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Keuntungan Metode Cetak Langsung : Pertama, produksi lebih sedikit, kebutuhan alat, bahan, ruangan dan tenaga juga
sedikit.
Kedua, pembuatannya lebih cepat.
Ketiga, mencegah modifikasi pelepasan zat aktif yang dapat terjadi selama
granulasi, mencegah atau mengurangi kontak mekanik zat aktif. Keempat, pada waktu tablet terdisintergrasi langsung terjadi partikel halus.
Kerugian Metode Cetak Langsung :
Pertama, kesulitan mendistribusikan yang seragam untuk zat aktif dosis kecil, zat
aktif dosis tinggi kompresibilitas dan alirannya buruk sehingga sulit dicetak langsung.
Kedua, pemilihan eksipien merupakan hal yang sulit untuk mendapatkan
campuran yang seragam karena perbedaan ukuran partikel atau bobot jenis antara zat aktif dan eksipien menyebabkan pemisahan serbuk.
2.3 Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah dimulut sebelum ditelan dan bukan untuk ditelah utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh. Obat dengan rasa pahit atau tidak enak bukanlah jalan yang baik untuk jenis tablet ini dan itulah sebabnya pemakaian tablet kunyah sebagi bentuk obat menjadi terbatas. Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa yang pahit atau tidak enak. Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut. Bahan pengisi yang umum digunakan pada tablet kunyah adalah manitol, sorbitol dan sukrosa.
Pada umumnya tablet kunyah pemakaiannya ditujukan untuk anak-anak, dan untuk obat antasida derta beberapa antibiotika (Hadisoewignyo, dr.Lannie, dkk).
2.4 Paracetamol
Rumus molekul
: C8H9 NO2
Nama kimia
: 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]
Berat molekul
: 151,16
Kandungan
: Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8H9 NO2
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian
: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan
: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larutan dalam etanol (Anonim, 1995)
2.5 Pra Formulasi sediaan tablet A. Pra Formulasi
Merupakan Objektif pengumpulan informasi tentang bahan aktif, berfungsi untuk menetapkan parameter sehingga desain formulasi tablet secara rinci dapat dilaksanakan (pengembangan sediaan farmasi) Praformulasi adalah tahap pengumpulan data mengenai karakteristik suatu komponen penyusun sediaan. Dengan mengkategorikan sifat fisika dan kimia bahan sehingga dapat diketahui bahan yang akan digunakan tersebut murni atau tidaknya yang akan mempengaruhi kualitas sediaan yang dibuat (Moechtar, 1990).
B. Tujuan Studi Praformulasi yaitu:
Untuk
menghasilkan
informasi
yang
berguna
bagi
formulator
dalam
mengembangkan bentuk sediaan yang stabil dan tersedia hayati yang dapat diproduksi dalam skala besar.Namun, bentuk informasi yang diperlukan akan tergantung pada bentik sediaan yang akan dikembangkan.
Untuk mempelajari sifat fisik dan kimia dari bahan-bahan yang akan digunakan.
Untuk pemilihan formulasi sediaan dalam komposisi yang optimal.
Digunakan untuk uji produksi dalam skala kecil yang nanti jika hasilnya baik
maka akan dikembangkan dalam produksi besar (Moechtar, 1990).
C. Karakteristik Bahan
1. Paracetamol, Asetominofen ( FI III Hal 37) Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9 NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
:Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan
:Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %) P , dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat
:Analgetikum, Antipiretikum.
Dosis
:Anak-anak 4-6 kali sehari, 1-4 thn (120-180 mg), 4-6 thn (180 mg),
7-12 thn (240-360 mg) (OOP hal,318).
2. Gummi Acaciae, Gom Akasia, Gom arab ( FI III Hal 279) Gom akasia adalah eksudat gom kering yang diperoleh dari batang dan dahan Acacia semegal Willd. Dan beberapa spesies Acacia lain. Pemerian
:Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.
Kelarutan
:Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan
tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95 %) P. Khasiat
:Zat tambahan (pengikat).
Kegunaan
:Pengikat (binder) 1 – 5% (Handbook of Pharmaceutical Excipients,
6th Edition(2) Hal 1).
3. Magnesii Stearas, Magnesium Stearat ( FI III Hal 354 ) Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
:Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah
Kelarutan
:Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95 %) dan dalam eter P .
khas.
Khasiat
:Antasidum
Kegunaan
;Zat tambahan (pelincir (glidant)) 0,25-2,0% (Excipients).
4. Amylum Manihot, Pati Singkong ( FI III Hal 93) Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot u tilissima Pohl atau beberapa spesies manihot lain. Pemerian
:Serbuk halus; kadang-kadang berupa gumpalan kecil; putih; tidak
berbau; atau berasa. Kelarutan
:Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95 %) P .
Khasiat
:Zat tambahan
Kegunaan
:Penghancur (disintegrants) 3-25% (Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition(2) Hal 686).
5. Talkum, Talk (FI III Hal 591) Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat. Pemerian
: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas
dari butiran, warna putih atau putih kelabu. Kelarutan
: Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: pelicin (lubricant) 1.0 – 10.0% (Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Edition(2) Hal 728).
6. Laktosa, Laktosum, Saccharum lactis ( FI III Hal 338) Pemerian
: Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit manis.
Kelarutan
: Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Khasiat
: Zat tambahan
Kegunaan
: pemanis dan pengisi.
D. Alasan Pemilihan Bahan
Gom Arab
Digunakan sebagai pengikat, bersifat mudah menyerap air membentuk mucilago dan akan bila larutan bahan pengikat ditambahkan dalam suatu campuran serbuk, maka
dengan adanya pengadukan, bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya akan membentuk jembatan cair antar partikel yang kemudian menjadi banyak sehingga terjadi pertumbuhan atau pembesaran granul. Setelah proses pengayakan basah, dilakukan proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antar partikel yang saling mengikat membentuk granul. Dengan penggunaan Gom Arab maka hasil granul yang dihasilkan tidak begitu keras daripada amylum.
Magnesium Stearat
Digunakan sebagai pelincir karena dapat meminimalkan setiap kecendrungan zat yang melekat pada permukaan ponds, sehingga permukaan tablet yang dihasilkan tidak kasar. Magnesium stearat lebih unggul daripada pati.
Amylum Manihot
Digunakan sebagai desintegrator karena pati menunjukkan suatu daya tarik besar terhadap air melalui kerja kapiler yang menyebabkan pemuaian dan disintegrasi. Pada umumnya kosentrasi pati yang tinggi menghasilkan waktu disintegrasi yang cepat.
Talk
Digunakan sebagai pelicin karena sifat talk itu inert(tahan terhadap reaksi kimia) dan ketersediaannya melimpah.
Laktosa
Digunakan sebagai pengisi, sangat efektif karena Lakosa stabilitasnya baik dalam gabungan dengan zat aktif hidrat ataupun anhidrat. Laktosa juga baik di gunakan dalam tablet yang konsentrasi zat aktifnya kecil karena mudah melakukan pencampuran yang homogen. tidak menghasilkan tablet yang mudah lunak atau hancur, seperti pada penggunaan pati. Lebih cocok digunan sebagai pengisi pada metode granulasi basah dibandingkan kalsium karbonat yang jika di gunakan sebagai pengisi dan di granulasi dengan larutan, cairan penggranulasi tidak boleh terlalu banyak dan pencampuran tidak terlalu lama dan kuat akan menghasilkan masa yang lekat yang sulit di granulasi dan cenderung membentuk granul keras.
Essens
Digunakan sebagai bahan perasa karena untuk memperbaiki rasa pahit dari paracetamol walaupun sudah dibantu dengan lactosa pada tablet kunyah. Bahan ini juga untuk menarik minat anak-anak untuk mengunyah tablet kunyah karena rasa yang ada.
Pewarna
Sebagai bahan pewarna karena disesuaikan dengan perasa yang dipilih.
E. Ruang Lingkup
Dalam proses studi praformulasi untuk sediaan tablet mencangkup hal-hal berikut yaitu: 1. Organoleptis
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu obat atau zat adalah sifat organoleptis yaitu warna, bau dan rasa. Kebanyakan farmasis (dan masyarakat awam tentunya) pasti dibingungkan dengan suatu deskripsi yang mewakili tingkat kualitas sediaan seperti tingkat kemanisan, kepahitan, dll. Terkadang warna dan bau dari beberapa sediaan pun juga hampir sama sehingga cukup sulit untuk membedakannya. Acuan yang digunakan untuk mendeskripsikan sifat organoleptis zat dalam farmasi seperti yang tercantum dalam farmakope adalah : Warna
Bau
Rasa
Putih Buram
Pedas/Tajam
Asam
Kream Kekuningan
Sulforous
Pahit
Coklat
Aroma buah
Lembut
Mengkilap
Aromatik
Tajam/Kuat
Tidak Berbau
Manis Tidak Berasa
Sifat Organoleptis dari suatu zat harus didokumentasikan secara jelas dan seksama dan tercatat dengan baik, karena data tersebut sangat berguna sebagai identifikasi awal mengenai suatu zat. Sifat organoleptis nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk modifikasi sediaan seperti jika rasanya pahit maka formulator akan berusaha menutupi rasa pahit itu, jika warnanya kurang menarik maka akan ditambahkan pewarna supaya warnanya menarik (Moechtar, 1990). 2. Analisis Fisikokimia.
Analisa fisika dan kimia meliputi analisa kualitatif dan kuantitatif : a) Data kualitatif dan data kuantitatif Analisis ini merupakan bagian penting dalam studi praformulasi yaitu untuk penetapan identitas dan kadar zat aktif. Untuk penetapan kualitatif biasanya digunakan
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT ini digunakan untuk mengatahui berapa kadar yang terdapat dalam bahan aktif tersebut, apakah sesuai dengan literature ataukah tidak. b) Kemurnian Kemurnian suatu bahan aktif sangatlah diperlukan, jika suatu bahan aktif tidak murni maka akan mempengaruhi pada dosis yang akan dibuat dalam bentuk tablet (Moechtar, 1990). 3. Sifat-sifat fisikomekanik atau karateristik fisik
Karakteristik dalam sediaan tablet meliputi ukuran partikel , luas permukaan, pembasahan higroskopisitas, aliran serbuk, karakteristik pengempaan dan bobot jenis sediaan tablet. a) Ukuran Partikel Ukuran partikel bahan obat mempunyai peranan dalam farmasi, sebabukuran partikel
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek fisiologisnya. Ukuran partikel yang berarti juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat fisika, kimia dan farmakologik suatu obat. Dalam pembuatan tablet dan kapsul misalnya, pengontrolan ukuran partikel penting dilakukan untuk mendapatkan sifat alir yang tepat dari granulat dan serbuk (Moechtar, 1990). Selain itu, apabila perbedaan besar dalam ukuran terdapat diantara zat aktif dan eksipien pengaruh saling berpisah dapat terjadi sehingga pencampuran secara seksama sulit dilakukan atau jika tercapai, sulit dipertahankan selama tahap proses berturut-turut. Jika bahan terlalu halus sifat yang tidak diinginkan seperti pengaruh elektrostatik dan sifat permukaan lainnya mengakibatkan keadaan lengket dan menunjukkan waktu alir yang kurang. b) Luas Permukaan Dapat dihitung dari pengetahuan distribusi ukuran yang diperoleh dengan menggunakan salah satu metode.Dua metode telah tersedia yang memungkinkan perhitungan langsung luas permukaan.Prinsip yang pertama adalah jumlah suatu gas atau zat terlarut cair yang diadsorpsi pada sampel serbuk membentuk suatu monolapisan, merupakan fungsi langsung luas permukaan sampel.Yang kedua adalah metode yang tergantung pada fakta bahwa kecepatan gas atau cairan merembes suatu lapisan serbuk yang bersangkutan dengan luas permukaan yang terpapar gas atau cairan yang merembes (Moechtar, 1990). Hubungan luas permukaan, ukuran partikel dengan disolusi obat:
“Jadi, erat kaitannya ukuran partikel dengan luas permukaan. Semakin besar luas permukaan maka semakin kecil ukuran partikel, begitu juga dengan peningkatan kelarutannya sehingga laju disolusi akan semakin besar” c) Gaya Ikatan Diantara Molekul Gaya – gaya yang terjadi
diantara molekul – molekul (gaya-gaya ikatan
intermolekuler) mempunyai pengaruh yang besar pada keadaan fisik suatu zat (padat, cair, gas) dibawah kondisi-kondisi temperaturtekanan dan konsentrasi tertentu (Moechtar, 1990).Gaya kohesi dan adhesi : Bilamana molekul-molekul berinteraksi satu sama lain, maka baik gaya tolak menolak maupun gaya tarik-menarik, akan beroprasi keduanya. Jika dua buah molekul didekatkan, hingga muatan yang berlawanan
didalam kedua molekul tsb lebih dekat
daripada muatannya yang sama, maka molekul tsb akan saling tarik-menarik (Moechtar, 1990) Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang sejenis. Kohesi
dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak antarpartikel dalam zat. Gaya kohesi mengakibatkan dua zat bila dicampurkan tidak akan saling melekat. Contoh peristiwa kohesi adalah : Tidak bercampurnya air dengan minyak, tidak melekatnya air raksa pada dinding pipa kapiler, dan air pada daun talas. Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel partikel yang tidak sejenis. Gaya
adhesi akan mengakibatkan dua zat akan saling melekat bila dicampurkan. Contohnya : Bercampurnya air dengan teh/kopi, melekatnya air pada dinding pipa kapiler, melekatnya tinta pada kertas, dll. d) Pembasahan Higroskopitas Banyak zat aktif menunjukkan kecenderungan mengadsorpsi lembab atau uap air dari atmosfer.Jumlah lembab yang diadsorpsi oleh suatu bobot tetap sampel anhidrat berada dalam keseimbangan dengan lembab dari udara pada suhu tertentu disebut kandungan keseimbangan lembab. Kandungan keseimbangan lembab dapat memengaruhi karakteristik aliran dan kempa serbuk dan kekerasan tablet dan granulasi akhir. Pada umumnya zat higroskopis harus disimpan dalam suatu wadah tertutup rapat.Kandungan lembab zat tambahan juga dapat memengaruhi sifat fisikokimia bentuk sediaan solid(Prof.Dr. Chafrles J.PSiregar, 2010). e) Aliran serbuk Untuk memastikan pencampuran yang efisien dan keragaman bobot yang dapat diterima untuk tablet kempa. Jika suatu zat aktif mempunyai sifat aliran yang buruk dapat
diatasi dengan memilih zat aktif yang tepat. Untuk menyempurnakan sifat alirannya serbuk zat aktif atau masa tablet perlu diprakempa atau granulasi(Prof.Dr. Chafrles J.PSiregar, 2010). Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang seragam kedalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan disekitar fasilitas produksi. f) Karakteristik pengempaan Kemampuan
mengurangi
volume
dibawah
tekanan.Beberapa
petunjuk
karakteristik ketermampatan dan kompaktibilitas suatu zat aktif tunggal dan dalam kombinasi dengan beberapa eksipien yang umum dapat diperoleh sebagai bagian dari evaluasi praformulasi. Kompatibilitas serbuk farmasetik dapat dikarakterisasi dengan meneliti gaya
renggang, kekerasan lekukan solid dan lain-lain yang dibuat dibawah berbagai tekanan. Gaya renggang dan kekerasan lekukan digunakan untuk menetapkan tiga parameter yang tidak berdimensi yaitu indeks tegangan, indeks ikatan dan indeks remuk rapuh untuk mengarakterisasi daya guna pentabletan komponen tunggal dan campuran (Prof.Dr. Chafrles J.PSiregar, 2010). g) Bobot jenis Sangat berguna dalam mengetahui ukuran bentuk sediaan akhir. Zat aktif potensi rendah akan menghasilkan granulasi ruah yang dapat menyulitkan pengempaannya menjadi tablet akhir. Bobot jenis solid juga memengaruhi sifat alirannya(Prof.Dr. Chafrles J.PSiregar, 2010). Apabila suatu solid tidak berpori-pori, bobot jenis nyata dan granul tersimpan identik keduanya dapat diperoleh dengan pemindahan helium atau suau cairan seperti raksa, benzene atau air.Jika bahan berpori-pori yang mempunyai permukaan internal bobot jenis nyata paling baik diperkirakan dengan pemindahan helium yang berpenetrasi kedalam pori-pori terkecil dan tidak diadsorpsi oleh bahan. h) Kompresibilitas Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk tetap kompak dengan adanya tekanan, Rasio Housner dapat dihubungkan dengan kerapatan, Rasio Housner adalah kerapatan serbuk (porositas) dinyatakan dalam persen yaitu perbandingan antar volume dengan volume total suatu serbuk. Untuk serbuk yang mempunyai partikel yang sama dan berbentuk bulat, kerapatannya berkisar antara 37 – 40 , serbuk dengan berbentuk kubus memiliki harga 46 %.
Cara memperbaiki kompresibilitas, dengan penambahan :
Pembasahan ( wetting )
Adanya pembasahan dapat meningkatkan kompresibilitas granul. Hal ini dikarenakan oleh adanya ikatan antar partikel yang kuat dengan kelembaban yang sesuai. Sehingga, granul-granul tersebut dapat dimampatkan dengan baik. Hal ini berpengaruh terhadap tablet yang dihasilkan. Kompresibilitas yang baik akan menghasilkan tablet yang baik serta kompak. Tablet yang dibuat dengan granulasi basah lebih baik dibandingkan dengan tablet yang dibuat dengan metode granulasi kering. Hal ini disebabkan pada granulasi kering tidak adanya proses pembasahan sehingga serbuk-serbuk yang akan dicampurkan tidak dapat menyatu sempurna untuk menjadi granul yang baik.
Perubahan bentuk dan tekstur partikel
Bentuk dan tekstur partikel dapat mempengaruhi kompresibilitas, dengan adanya variasi bentuk dan tekstur partikel akan menghasilkan kompresibilitas yang baik. Hal ini mengurangi adanya fines pada proses pencetakan tablet. Bentuk dan ukuran partikel juga mempengaruhi porositas (kerapatan patikel) yang akan berpengaruh pula pada kompresibilitas. Apabila porositas baik maka akan menghasilkan kompresibilitas yang baik dengan nilai rendah (< 20%). Hal ini karena porositas dapat mengurangi adanya rongga pada saat pengempaan tablet.
Penambahan adhesif dan binder
Adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat. Penambahan zat adhesif dapat meningkatkan kompresibilitas karena adanya peningkatan gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenis. Sehingga antara zat yang satu dengan zat yang lainnya dapat saling mengikat.
Elektrostatika
Elektostatika merupakan muatan listrik antarara partikel. Dalam hal ini terdapat perbedaan muatan listrik antara granul dengan mesin cetakan tablet dan muatan listrik antara partikel tablet. Adanya perbedaan elektrostatika yang semakin besar antara partikel tablet dengan mesin cetakan, akan mengakibatkan gaya tarik menarik tablet dengan cetakan, sehingga partikel tablet akan menempel pada cetakan. Akan tetapi jika perbedaan elektostatikanya kecil atau perbedaan muatannya kecil maka antara partikel tablet dengan cetakan kecil
maka akan memungkinkan terjadinya gaya tolak menolak antara partikel tablet dengan mesin cetakan, sehingga tablet tidak akan menempel pada cetakan. Selain itu terdapat perbedaan elektrostatika antara partikel tablet juga dapat berpengaruh pada homogenitas tablet. Jika terdapat perbedaan muatan yang
besar antara
partikel bahan penyusun tablet, maka akan terjadi gaya tarik menarik antara partikel, sehingga partikel dapat bersatu. Namun, jika perbedaan muatan antara partikel kecil, maka akan terjadi gaya tolak menolak. Jadi, agar partikel tablet dengan cetakan tidak terjadi perekatan, maka gaya elektrostatikanya harus kecil, sedangkan utuk menyatukan antara partikel tablet, maka gaya elektrostatikanya harus besar.
2.6 Evaluasi Granul
Evaluasi granul terutama dilakukan untuk formula baru atau pada modifikasi formula. Untuk formula yang sama evaluasi granul tidak perlu dilakukan. Evaluasi granul meliputi: A. Uji kadar air Uji kadar air adalah suatu pernyataan kadar, kelembapan perbandingan antara granul basah dengan granul kering. Kadar air dapat dihitung dengan rumus sbb: % kadar air = Wo – Wt x 100% Wo Dimana : Wo = Berat granul basah sebelum di oven Wt = Berat granul kering setelah di oven Persyaratan kadar air dalam granul adalah : Metode granulasi basah
= ≤ 20%
Metode granulasi kering
= 5 – 10%
Metode kempa cetak
= 1 – 5%
B. Uji waktu alir Uji waktu alir granul digunakan untuk mengetahui kecepatan waktu alir granul. Kecepatan waktu alir granul dapat ditentukan dengan menggunakan metode corong, yaitu dimasukkan kedalam corong lalu corong digetarkan sampai granul mengalir keluar dari lubang corong dan dihitung waktu alirnya dengan menggunakan stopwatch sampai granul tersebut mengalir semua. Granul dikatakan mempunyai aliran yang baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100g granul itu kurang lebih atau sama dengan 10 detik (Aulton, 1998; Liebermenn & Lachman ,1986).
Setelah diperoleh sifat alir granul (V – nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut: 10 detik
= Sangat Baik
4 – 10 detik
= Baik
1,6 – 4 detik
= sukar
< 1,6detik
= sangat sukar
C. Penetapan sudut diam Caranya serbuk dituang pelan-pelan lewat corong, sementara bagian bawah corong ditutup.Selanjutnya penutup dibuka dan serbuk dibiarkan mengalir keluar.Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut diamnya. Rumus :
tan =
ℎ
Dimana : α = sudut diam h = tinggi kerucut r = jari-jari kerucut Setelah diperoleh sudut henti (α – nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sudut henti sebagai berikut : < 25o
= sangat baik
25o – 30o
= baik
30o – 40o
= cukup baik
< 1,6o
= sangat buruk
D. Kemampatan Merupakan pengukuran persen kemampatan.Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.Tinggi awal granul dicatat sebagai (Do), kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat sebagai (Df)(Anonim, 1995). Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :
% =
× 100%
Dimana : Do
= tap density (volume granul sebelum dimampatkan)
Df
= bulk density (volume granul setelah dimampatkan)
Setelah diperoleh sifat alir granul (V – nya) lalu dibandingkan dengan parameter untuk sifat alir sebagai berikut: 5 – 12%
= sangat baik
13 – 18%
= baik
19 – 33%
= cukup
34 – 38%
= buruk
> 38%
= sangat buruk
2.7 Evaluasi Sediaan Tablet
A. Keseragaman ukuran Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet, selama pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul kdalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran adalah jangka sorong. Prosedur kerja uji keseragaman ukuran : - Diambil 10 tablet - Diukur tebal dan diameter tablet satu per satu dengan jangka sorong. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. B. Kekerasan Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada satu produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester (FI IV,1995). Menurut Banker And Anderson (1994) dalam jurnal sklripsi Tri Mumpuni Fakultas Farmasi Surakarta kekerasan untuk tablet hisap adalah 7-14kg/cm 3.Prosedur
kerja uji
kekerasan : - Diletakkan tablet diantara pegas penekan, kemudian alat difungsikan. - Jarum penunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet. - Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada satu angka sebagai petunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kg/cm 3.
C. Friablitas (Uji Kerapuhan) Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penempatan prosentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet (tergantung bobot tablet) selama diputar dalam waktu tertentu.Alat yang digunakan dalam uji kerapuhan adalah Friability tester . Kerapuhan tablet yang baik kurang dari 1%.Prosedur kerja uji kerapuhan : - Dibersihkan tablet dari debu dengan cara memakai kuas kecil - Ditimbang bobot tablet 20 tablet atau 40 tablet = Wo - Dimasukkan tablet kedalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm - Dikeluarkan tablet dan dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil - Ditimbang bobot tablet =Wf * Indeks kerapuhan dapat dihitung dengan rumus berikut : F = Wo – Wf x 100%, dimana : Wo Wo = berat tablet sebelum diuji Wf = berat tablt sesudah diuji D. Keseragaman bobot (FI IV,1995) Keseragaman bobot tablet perlu diuji karena mengacu kepada keseragaman dosis zat aktif yang terkandung dalam tablet. Uji ini dilakukan dengan menimbang 20 tablet, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dikolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet dapat digunakan 10 tablet tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dai bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet nya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B, seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata (%) A
B
25 mg atau kurang
15
30
26 mg sampai dengan
10
30
150 mg
7,5
15
151 mg sampai dengan
a.
10
300 mg >300 mg
E. Uji waktu hancur Uji waktu hancur dilakukan terhadap 10 tablet dan menggunakan desintegration tester (desintegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15 menit unuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula atau salut selaput.Prosedur kerja uji waktu hancur : - Dimasukkan 2 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung dan lat dijalankan, menggunakan air bersuhu 37 0C ± 20C, sebagai media kecil dinyatakan lain dalam monografi. - Pada akhir batas waktu yang tertera pada monografi keranjang diangkut - Dimasukkan sejumlah volume media disolusi monografi, memasang alat, membiarkan media hingga suhu 37 0 C ± 0,50 C, lalu mengangkat termometer. - Dimasukkan 1 tablet kedalam alat, menghilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan dan menjalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam monografi - Dalam interval waktu yang ditetapkan, mengambil cuplikan pada daerah tengah antara media disolusi dan bagian atas keranjang dayungan, tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah. - Dilakukan penetapan kadar sesuai monografi. F. Waktu Larut Waktu larut tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut atau terkikissecara perlahan di dalam rongga mulut, karena sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan kerongkongan dapat juga
dimaksudkan untuk diabsorpsi secara sistemik setelah ditelan. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 5-10 menit atau kurang (Banker and Anderson, 1994).
BAB III PRA FORMULASI DAN FORMULASI
3.1 Formula
Paracetamol
180 mg
Gom Arab
2%
Magnesium Stearat
2%
Amylum Manihot
5%
Talk
2%
Essens
2%
Pewarna
2%
Lactosa
ad
Waktu paruh parasetamol
500 mg
= 1-4 jam (OOP hal,318) =
(½ x dosis)1/2 x t1/2 x 100% 100%
=
(½ x 180)1/2 x 2 x 100% 100%
= 90%
3.2 Alat dan Bahan A. Alat
Mortir dan stamper
Timbangan dan anak timbangan
Gelas ukur
Beaker glass 100 ml
Jangka sorong
Oven
Mesin pencetak tablet
Hardness Tester
Statif
Corong
Kertas karton
Kertas perkamen
Disintegrator tester
Ayakan 14 dan 12 mesh
cetakan tablet (Single Punch)
stopwatch
friability tester
termometer
B. Bahan
Paracetamol
Gom Arab
Magnesium Stearat
Amylum Manihot
Talk
Essens
Pewarna
Aquades
3.3 Perhitungan Bahan
Nama Bahan Paracetamol Gom Arab
1 Tablet
180 2 100
Air u/ Gom Arab
500 Tablet
180 × 500 = 90000 = 90
× 500 = 10
10 × 500 = 5000 + 10 % = 5500 = 5,5
10 × 1,5 = 15 = 15
5500 × 1,5 = 8250 = 8250 = 8,25
= 0,015 Mg Stearat
2 100
Amylum Manihot
5 100
× 500 = 10
10 × 500 = 5000 + 10 % = 5500 = 5,5
× 500 = 25
25 × 500 = 12500 + 10 % = 13750 = 13,750
Talk
2 100
× 500 = 10
10 × 500 = 5000 + 10 % = 5500 = 5,5
2
Essens
100 2
Pewarna
100 Lactosa
× 500 = 10
10 × 500 = 5000 + 10 % = 5500 = 5,5
× 500 = 10
10 × 500 = 5000 + 10 % = 5500 = 5,5
500 270 = 230 230 × 500 = 115000 = 115
3.4 Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang semua bahan yang diperlukan. 3. Dimasukkan 1,5 bagian air panas ke dalam mortir, lalu ditaburkan gom arab, digerus sampai terbentuk mucilago (campuran 1) 4. Ditambahkan essens grape kedalam campuran 1 secukupnya, digerus ad homogen. 5. Dimasukkan Paracetamol kedalam mortir lain, ditambahkan lactosa, amylum manihot, digerus ad homogen (campuran 2) 6. Dimasukkan campuran 1 kedalam campuran 2 sedikit demi sedikit, digerus kuat sampai terbentuk massa yang kompak. 7. Diayak hasil campuran dengan menggunakan pengayak no 12 mesh s ambil ditekan tekan. 8. Dioven granul-granul yang terbentuk (suhu yang digunakan ± 50o – 55oC) sampai granul kering. 9. Diayak granul kering dengan ayakan no 14 mesh. 10. Ditimbang granul kering yang diperoleh 11. Dilakukan evaluasi terhadap granul-granul yang telah diayak 12. Ditambahkan Magnesium Stearat dan talk, diaduk ad homogen 13. Dicetak granul-granul yang telah dievaluasi dengan cetakan tablet (Single Punch) 14. Dilakukan uji evaluasi tablet 15. Dikemas tablet dan diberi label
3.5 Evaluasi sediaan
3.5.1 Uji evaluasi granul 1. Kadar air 1) Ditimbang 5 gram granul
2) Dipanaskan dalam oven sampai bobot konstan (105℃) selama 2 jam 3) Ditimbang granul setelah dioven 4) Perhitungan: % kadar air = Wo – Wt x 100% Wo Dimana : Wo
= berat granul basah sebelum di oven
Wt
= berat granul kering setelah di oven
5) Persyaratan: 2-4% Hasil
2. Uji sifat alir 1) Disiapkan alat 2) Ditimbang 25 gram granul ditempatkan pada corong dan ba gian bawah ditutup dengan tangan ditampung di kertas karton yang telah tentukan diameternya. 3) Dibuka penutupnya biarkan granul mengalir 4) Dicatat waktu (gunakan stopwatch) 5) Dilakukan sebanyak 3 kali 6) Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>10 g/detik). Standar
Hasil
3. Uji sudut diam 1) Ditimbang 25 gram granul ditempatkan pada corong dan ba gian bawah ditutup dengan tangan ditampung di kertas karton yang telah tentukan diameternya 2) Dibuka penutupnya biarkan granul mengalir
3) Dicatat waktu (gunakan stopwatch) 4) Dilakukan sebanyak 3 kali 5) Diukur sudut diam dengan menghitung jari-jari (r) dan tinggi (h) dari tumpukan granul setelah metode corong 6) Kemudian masukan dalam rumus dan didapat yang menentukan kecepatan alir dari suatu granul tersebut 7) Metode sudut istirahat ini mempunyai nilai =
Dimana: 25-30 = sangat mudah mengalir 30-38 = >38 =
mudah mengalir
kurang mengalir Hasil
4. Uji kompresibilitas 1) Ditimbang 100 g granul, dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya (V0) 2) Kemudian granul dimampatkan dengan cara diketukkan sebanyak 50 kali, volume setelah dimampatkan (V). Perhitungan: −
× 100 %
Keterangan: I
= indeks kompresibilitas (%)
V0 = volume granul sebelum dimampatkan (mL) V
= volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk (mL)
Syarat: tidak lebih dari 20% Tabel kompressibilitas dan daya alir (Lachman, 1989:400) % kompressibilitas
Daya alir
5 – 15
Baik sekali
12 – 16
Baik
18 – 21
Sedang dapat lewat
23 – 35
Buruk
33 – 38
Sangat buruk
> 40
Sangat buruk sekali
Hasil
3.5.2 Evaluasi tablet 1. Uji penampilan fisik 1) Diamati penampilan fisik seluruh tablet, antara lain warna, bentuk, ukuran, tidak ada capping , cracking , picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan tablet. Warna Bau Rasa Bentuk
2. Uji keseragaman bobot 1) Diambil 20 butir tablet secara acak 2) Ditimbang satu per satu 3) Dihitung bobot rata-rata tablet 4) Syarat : Tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari 5 % dan tidak satupun yang menyimpang dari 10 % dihitung dari bobot rata-rata tablet (Anonim, 1995). Standar
Hasil
3. Uji kekerasan 1) Diambil 10 tablet 2) Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness tester 3) Atur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai tablet pecah 4) Ditentukan nilai rata-rata hasil pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentang nilai 4-8 kg/cm2 (Banker dan Anderson, 1986) Standar
Hasil
4. Uji waktu hancur 1) Disiapkan alat dan bahan 2) Dipanaskan air sampai mencapai suhu 37 C, dimasukkan kedalam alat 3) Dimasukkan 6 tablet ke dalam keranjang alat disintegration tester 4) Diturun naikkan keranjang sampai tablet habis dalam medium air dengan suhu 37 C 5) Syarat : Tablet dikatakan baik apabila waktu hancurnya kurang dari 15 menit (Anonim, 1995) Standar
Hasil