Laporan Praktikum Teknologi Formulasi PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PVP DALAM TABLET KUNYAH EKSTRAK KENTAL JAHE MERAH ( Zingib Zingi ber offi officina cinale le Roxb) Untuk melengkapi syarat-syarat guna menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Formulasi Disusun oleh : AUDINA SARAH
(1304015081)
AZKIYAH ADAWIYAH
(1304015087)
DWI RHOMADONI PUTRI
(1304015148)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2016
1
Abstrak PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PVP DALAM TABLET KUNYAH EKSTRAK KENTAL JAHE MERAH ( Zingib Zingi ber offi officina cinale le Roxb)
AUDINA SARAH
(1304015081)
AZKIYAH ADAWIYAH
(1304015087)
DWI RHOMADONI PUTRI
(1304015148)
Jahe merah sebagai salah satu tanaman obat tradisional banyak digunakan sebagai obat rematik, rematik, batuk, mual dan masuk angin. Pengembangan formula tablet kunyah jahe merah diperlukan untuk meningkatkan penggunaan jahe merah dalam pengobatan tradisional, karena penggunaannya akan lebih praktis dan dapat memberikan rasa hangat di mulut dan kerongkongan. Polivinil pirolidon (PVP) banyak digunakan sebagai bahan pengikat pada berbagai sediaan tablet diharapkan dapat digunakan dalam formulasi tablet kunyah jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh peningkatan konsentrasi PVP terhahap kekerasan dan kerapuhan tablet kunyah. Tablet kunyah dibuat dalam 6 formula dengan konsentrasi PVP berturut-turut dari formula 1 sampai 6 yaitu 0,5%, 1,5% , 2,5% , 3,5% , 4,5% , dan 5,5%. Dari uji kekerasan menunjukan kekerasan tablet kunyah masing-masing 4,50kg/cm2, 4,57cm/kg2, 4,82kg/cm2, 5,33 cm/kg2, 5,40 cm/kg2, 5,85 cm/kg2. Untuk kerapuhan tablet yaitu masing masing 0,9047 %, 3,3411%, 1,1053%, 1,9214%, 0,1973%, dan 3,1538%. Kata kunci : jahe merah, PVP, Tablet kunyah.
2
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan akhir dengan judul “PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PVP DALAM TABLET KUNYAH EKSTRAK KENTAL JAHE MERAH ( Zingib Zingi ber offi officina cinale le Roxb)
”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin rnenyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Hadi Sunaryo, M.Si, Apt., selaku Dekan FFS UHAMKA. 2. Ibu Kori Yati, M.Farm, Apt., selaku Ketua Progr am Studi FFS UHAMKA. 3. Bapak Fahjar Prisiska, M.Farm. Apt selaku Dosen Teknologi formulasi yang sudah memberikan pengalaman yang sangat berharga selama mengikuti mata kuliah ini. 4.
Bapak dan Ibu dosen atas segala ilmu pengetahuan dan didikan yang telah diberikan selama ini, serta seluruh staf karyawan FFS UHAMKA Jakarta.
5. Orang tua kami tercinta 6. Teman-teman kelas H1 yang selalu memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan laporan praktikum teknologi formulasi ini. 7. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangatnya. 8. Semua insan yang memberi cita, rasa, dan asa yang tidak dapat tersurat satu persatu lewat do’a terima kasihku.
3
9. Pimpinan dan seluruh staf kesekertariatan yang telah membantu segala administrasi yang berkaitan dengan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap laporan praktikum ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, Desember 2016
Kelompok 2
4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. HALAMAN ACC......................................................................................................ii ABSTRAK.................................................................................................................iii DAFTAR ISI..............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ A. Latar Belakang........................................................................................ B. Identifikasi masalah................................................................................ C. Pembatasan Masalah............................................................................... D. Perumusan Masalah................................................................................ E. Tujuan Praktikum.................................................................................... F. Manfaat Praktikum.................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 1. ............................................................................................... 2. ................................................................................................. 3. ....................................................................................... 4............................................................... 5................................................................................ BAB III CARA PENELITIAN.................................................................................. A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. B. Alat dan Bahan Penelitian....................................................................... C. Cara Kerja............................................................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. A.Hasil...................................................................... B. Pembahasan...................................................................................... BAB V SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... A. Simpulan................................................................................................. B. Saran....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. LAMPIRAN...............................................................................................................
5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan oat-obatan tradisional memiliki keuntungan yaitu murah dan mudah didapat, selain itu obat tradisonal yang berasal dari tumbuhan dianggap memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan dengan obat-obat sintetik atau kimia. Salah satu tanaman berkhasiat sebagai obat adalah tanaman jahe merah. Habitat asli tanaman ini meliputi wilayahAsia khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerahIndo-Malaysia,Indonesia,Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orangIndonesia dan India serta bangsaAsia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan. Bagian yang sering digunakan adalah rimpang. Jahe merah sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati oleh tanaman jahe merah
adalah
reumatik,
menambah
nafsu
makan
,
memperkuat
lambung,
memperbaiki pencernaan, menghilangkan masuk angina, analgesic, menghilangkan sakit kepala, mengatasi nyeri otot, radang sendi, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh serta migraine. Dapat disimpulkan bahwa jahe merah memiliki manfaat yang cukup banyak, maka itu sangat disayangkan apabila pemanfaatannya sedikit dan kurang praktis. Mengingat kemajuan teknologi yang sangat pesat di era ini, jahe merah bisa dijadikan sediaan farmasi yang lebih modern dan praktis. Pengembangan ini dilakukan agar masyarakat semakin sadar bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa yang bisa kita manfaatkan secara modern tanpa melupakan jati diri bangsa ini.
6
Usaha untuk menjadikan obat tradisional menjadi obat modern salah satunya adalah dengan membuat dalam bentuk sediaan tablet kunyah dari ekstrak tanaman. Tablet kunyah merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk secara mekanis terdisintegrasi di dalam mulut. Tablet jenis ini memiliki kemampuan disintegrasi yang lebih cepat dan sempurna dibandingkan dengan formulasi tablet standar. Biasanya digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak. Beberapa jenis obat lain yang digunakan dalam bentuk sediaan ini di antaranya: antasida; anti-histamin; antimotality agent; anti-epilepsi; antibiotik; pengobaran asma; dan analgesi. Tablet kunyah memiliki beberapa kelebihan sehingga cocok untuk ekstrak jahe merah, yaitu Alternatif sediaan yang baik untuk pasien yang sulit menelan, seperti anak-anak dan lansia, lebih sederhana dan mudah karena tidak perlu diminum dengan air, bioavailibilitas
yang
baik
karena
lebih
mudah
dan
cepat
diserap
tubuh
(disintegrasinya lebih baik daripada formulasi tablet standar),Memiliki rasa yang enak. Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut. Tablet kunyah yang memiliki pangsa pasar terbesar adalah bentuk sediaan kunyah yang mengandung gom kunyah, sedangkan dalam bentuk segi empat menunjukkan pangsa pasar yang lebih sedikit. Pertimbangan formulasi utama, yang penting untuk tablet kunyah ialah rasa sediaan tersebut. Sehingga kenapa sediaan tablet kunyah semua manis, karena sesuai yang dipersyaratkan bahwa tablet kunyah harus dikunyah terlebih dahulu, sehingga harus memberikan rasa yang enak. Oleh karena itu dalam formulasinya tablet kunyah harus memperhatikan penambahan bahan perasa. Pada pembuatan tablet kunyah, Evaluasi yang dilakukan pada tablet jadi kunyah sama dengan tablet oral pada umumnya yaitu meliputi Uji kekerasan, Kerapuhan, Waktu hancur (karena beberapa tablet kunyah terkadang lupa ditelan secara utuh), Evaluasi fisik tablet, disolusi.
7
Tablet kunyah yang baik harus memiliki sifat fisik yang baik pula, pemilihan eksipien akan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik tablet kunyah. Salah satu eksipien yang sangat menunjang dalam formulasi tablet kunyah adalah bahan pengikat. Dalam penelitian sebelumnya telah dilakukan perbandingan penggunaan beberapa bahan pengikat , diantaranya mucilage amili, PGA, PVP, natrium CMC dan gelatin .
B. Permasalahan Penelitian
Rimpang jahe merah telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu oleh masyarakat indonenesia namun sayangnya pemanfaatannya masih kurang optimal karna bentuknya kurang praktis. Jahe merah biasanya disajikan dalam bentuk jamu, dengan adanya teknologi formulasi sediaan farmasi maka sediaan jamu ini dapat diaplikasikan dan diinovasikan ke dalam bentuk sediaan farmasi yang lebih modern dan praktis penggunaannya. Salah satu bentuk sediaan farmasi yang praktis penggunaannya adalah tablet kunyah. Sediaan farmasi yang praktis harus ditunjang dengan sifat fisik yang baik pula , ini merupakan hal wajib yang harus dipenuhi. Maka itu pemilihan bahan bahan eksipien dalam formulasi tablet kunyah haruslah sesuai. Salah satu eksipien yang mempengaruhi dalam formulasi tablet kunyah adalah bahan pengikat. Bahan pengikat yang sering digunakan adalah PVP. Berdasarkan penelitian sebelumnya PVP sangat cocok digunakn dalam formulasi tablet kunyah. Pada penelitian ini akan diteliti pada konsentrasi berapakah PVP dapat menghasilkan tablet kunyah yang baik dan memenuhi persyaratan.
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pada kadar berapakah PVP dapat menghasilkan tablet kunyah yang memenuhi persyaratan secara farmasetika. D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan pada pembaca mengenai manfaat rimpang jahe merah dan sebagai tolak ukur pengembangan sediaan farmasi dengan bahan aktif rimpang jahe merah dengan melihat kadar bahan pengikat yang baik terhadap sifat fisik tablet kunyah.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Tanaman Jahe Merah ( Zingiber officinale Roxb) a. Klasifikasi Tanaman Jahe Merah ( Zingiber offi cinale Roxb) menurut Backer and Van den Brink (1965)
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale Roxb
10
b. Nama Daerah
Nama daerah : halia (Aceh), bahing (Batak Karo), sipadeh atau sipodeh (Sumbar), jahi (Lampung), jahe (Jawa), jahe (Sunda), jhai (Madura), pese (Bugis), lali (Irian). Nama asing : chiang p'i, khan ciang (Cina), gengibre (Spanyol), ingefaera (Swedia), imbir (Rusia), halia (Malaysia), sanyabil (Arab), zensero (Italia), ginger (Inggris) (Muhlisah, 2001).
c. Uraian Tanaman
1) Batang Batang jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,1862,28 cm. 2) Daun Daun tersusun berselang-seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan tipe lainnya.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas daun 32,5551,18 cm² dengan panjang 24,30-24,79 cm, lebar 2,79-31,18 cm, dan lebar tajuk 36,93-52,87 cm. 3) Rimpang Rimpang jahe ini berwarna merah hingga jingga muda. Ukuran rimpang pada jahe merah lebih kecil dibandingkan dengan jahe lainnya, yakni panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi mencapai 5,86-7,03 cm, dan berat rata-rata 0,29-1,17 kg. Jahe merah memiliki aroma yang tajam dan rasanya sangat pedas. 4) Akar Akar berserat agak kasar dengan panjang 17,03-24,06 cm dan diameter akar mencapai 5,36-5,46 mm.
11
d. Kandungan Kimia, Khasiat dan Manfaat
1) Kandungan kimia Rimpang jahe merah mengandung komponen senyawa kimia yang terdiri dari minyak menguap (volatile oil ), minyak tidak menguap (non volatile oil ) dan pati. Minyak atsiri (minyak menguap) merupakan suatu komponen yang memberi khas, kandungan minyak atsiri jahe merah sekitar 2,58-2,72% dihitung berdasarkan berat kering. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe. Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberi rasa pahit dan pedas. Jahe merah rasa pedasnya tinggi disebabkan oleh kandungan oleoresin-nya tinggi. Selain itu, rimpang jahe merah juga mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10dehydrogingerdione , 6-ging erdione, arginic, α-linolenic acid, aspartic, β sitosterol, caprylic acid , capsaicin, chlorogenis acid, farnesal, farnesene, farnesol , dan unsurpati seperti tepung kanji, serta serat-serat resin dalam jumlah sedikit (Herlina, 2002). 2) Khasiat dan manfaat Jahe merah yang memiliki rasa yang panas dan pedas, terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, yaitu untuk pencahar (laxative), peluluh masuk angina (expectorant ), anti mabuk, sakit encok (rheumatism), sakit pinggang (lumbago), pencernaan kurang baik (dyspepsia), radang tenggorokan (bronchitis), asma, sakit demam (fevers), pelega tenggorokan (Herlina, 2002).
2. Tinjauan tentang Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).
12
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi, Soxhletasi (Ansel, 1995). a. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986). Maserasi merupakan proses yang paling tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring (Ansel, 1995). b. Perkolasi Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melewati suatu kolom. Serbuk simplisia
dimampatkan
dalam
alat
ekstraksi
yang
disebut
perkolator.
Mengalirnya cairan penyari dalam perkolasi ini melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom (Ansel, 1995). c. Soxhletasi Soxhlet merupakan penyempurnaan alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon, mengakibatkan seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986).
13
3. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979). Untuk mendapatkan tablet dengan kualitas baik, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, antara lain: (1) mempunyai kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya baik selama fabrikasi, pengemasan, pengangkutan sampai pada konsumen; (2) dapat melepaskan obatnya sampai pada ketersediaan hayati; (3) memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya (Sheth et al., 1980). Tablet biasanya dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, penghancur, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ansel, 1995). Tablet biasanya dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, penghancur, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ansel, 1995). a. Bahan pengisi (Dilluent/Filler) Bahan pengisi adalah zat inert yang ditambahkan pada zat aktif dalam jumlah yang cukup agar diperoleh bobot tablet yang rasional saat dicetak (Gennaro, 1995). Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: (1) non toksik, (2) tersedia dalam jumlah yang cukup, (3) harganya cukup murah, (4) inert atau netral secara fisiologis, (5) stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain. Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum, kaolin kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, selulosa, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker and Anderson, 1986).
14
b. Bahan Pengikat (Binder) Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu, bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat (Voigt, 1984). Bahan pengikat yang biasanya digunakan antara lain: akasia, gelatin, glukosa, PVP, amilum, sukrosa (Aulton, 1994). c. Bahan Pelicin (Lubricant) Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Bahan pelicin juga ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel (Voigt, 1984). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, mg stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak paraffin cair (Banker and Anderson, 1986).
4. Metode Pembuatan Tablet Metode pembuatan tablet ada 3 macam, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung (Anonim, 1995). a. Metode granulasi basah Metode granulasi basah merupakan metode granulasi yang paling banyak digunakan di industri farmasi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dapat dibagi sebagai berikut: (1) menimbang dan mencampur bahan-bahan, (2) pembuatan granulasi basah, (3) pengayakan kering, (4) pencampuran bahan pelicin, (5) pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1995). Keuntungan granulasi basah antara lain: (1) meningkatkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk, (2) mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran, (3) memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif untuk zat-zat yang bersifat hidrofob, dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat (Bandelin, 1996).
15
b. Metode granulasi kering Pada metode granulasi kering, granul dibentuk dari penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikannya pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1995). c. Metode kempa langsung Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1995). Kebanyakan obat berdosis besar tidak cocok menggunakan metode ini. Banyak juga obat berdosis kecil yang tidak dapat bercampur merata antara zat aktif dengan pengisinya, bila menggunakan metode kempa langsung, sehingga proses ini tidak praktis (Banker and Anderson, 1986).
5. Sifat Fisik Granul dan Tablet a. Sifat fisik granul 1) Sudut diam Sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30o biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson,1986). 2) Waktu alir Waktu alir yaitu waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk mengalir. Waktu alir yang baik akan menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan,
16
terutama terhadap keseragaman bobotnya. Apabila 100 gram serbuk mempunyai waktu alir lebih dari 10 detik, maka akan mengalami kesulitan pada saat penabletan (Sheth et al., 1980). 3) Pengetapan Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan (tap) dan getaran (vibrating). Semakin kecil indeks pengetapan (dalam %) maka semakin baik sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir baik (Fasshihi and Kanfer, 1986). b. Sifat fisik tablet 1) Keseragaman bobot Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada besar dan kecilnya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan terhadap bobot ratarata tablet (Anonim, 1979). 2) Kekerasan tablet Kekerasan merupakan parameter yang digunakan untuk menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti kerusakan dan keretakan tablet selama pengemasan, penyimpanan, transportasi. Alat-alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester dan Strong cobb hardness tester. Tablet umumnya mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). 3) Kerapuhan tablet Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari tablet akibat adanya beban penguji mekanik. Kerapuhan dinyatakan dalam persen yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian dilakukan (Voigt, 1984). Kerapuhan tablet diukur dengan menggunakan friability tester. Nilai kerapuhan lebih besar dari 1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
17
4. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk kepada anakanak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh. Obat dengan rasa pahit atau tidak enak bukanlah calon yang baik untuk jenis tablet ini, dan itulah sebabnya pemakaian tablet kunyah sebagai bentuk obat menjadi terbatas (Banker and Anderson, 1986). Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak (Ansel, 1995). Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut (Banker and Anderson, 1986).
5. Monografi Bahan Tambahan
a. Manitol Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis. Mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Manisnya manitol 0,5-0,7 manisnya sukrosa (Daruwala, 1975). b. Laktosa Laktosa merupakan gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Mudah dan pelan-pelan larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Manisnya laktosa 0,16 manisnya sukrosa (Daruwala, 1975).
18
c. Aerosil Aerosil atau silisium dioksida terdispersi tinggi memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan terbukti sangat menguntungkan sebagai bahan pengatur aliran. Produk ini dapat mengatasi lengketnya partikel satu sama lain sehingga mengurangi gesekan antar partikel. Aerosil mampu menyerap lembab melalui gugus silanolnya (mereka dapat menyerap air 40% dari massanya) dan sebagai serbuk masih mampu mempertahankan daya alir yang baik (Voigt, 1984). d. Magnesium stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Berupa serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter (Anonim, 1995). e. Talk Talk
adalah
magnesium
silikat
hidrat
alam,
kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Tidak larut dalam hampir semua pelarut (Anonim, 1995). f.
Polivinil Pirolidon Merupakan hasil polimerasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam bentuk polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000 berupa serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau, higroskopis, mudah larut dalam air, etanol (95%) P, kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).
19
BAB III CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Jadwal Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi Solid Program Studi Farmasi dan Sains UNiversitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA. 2. Waktu pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2016 B. Pola penelitian
1. penyiapan bahan, pengumpulan dan pen yediaan bahan alam 2. Penyusunan formula 3. Pembuatan formula tablet kunyah 4. Evaluasi granul 5. Pencetakan tablet kunyah 6. Evaluasi sediaan tablet kunyah C. Prosedur Penelitian
1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat penelitian Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tablet kunyah adalah neraca analitik, pengaduk kaca, gelas ukur, baskom, pengayak granul No.12 dan No.14, Loyang dan mesin pencetak tablet. Selain itu juga digunakan alat - alat evaluasi granul seperti granul flow tester, mesin pengetap, dan ayakan bertingkat. Sedangkan untuk alat - alat evaluasi tablet yaitu hardnes tester, disintegration tester, millimeter sekrup, jangka sorong, dan friability tester. b.
Bahan Penelitian Ekstrak kental Jahe Merah, manitol, laktosa, aerosil, Nipagin, Nipasol, Polivinil pirolidon , Mg stearat, talk.
20
2. Prosedur kerja 1) Pengumpulan dan penyediaan bahan Mendapatkan simplisia basah Jahe Merah dari BALITRO, kemudian
dilakukan
pencucian,
perajangan,
pengeringan,
penyerbukan, lalu dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi dengan alcohol 70% dengan perbandingan 1:10 dan dipekatkan dengan rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental Jahe Merah. 2) Penimbangan semua bahan sesuai dengan tiap formula. 3) Membuat granul dengan metode granulasi basah dengan adanya fase dalam dan fase luar 4) Melakukan evaluasi granul, seperti : distribusi ukuran partikel, waktu alir, sudut diam dan kompresibilitas. 5) Kemudian dilakukan pencetakan tablet menggunakan mesin cetak tablet (Double Punch). 6) Melakukan
evaluasi
sediaan
tablet,
seperti
:
pemeriksaan
organoleptik, keseragaman bobot, kerseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan tablet.
D. Formula Tablet
Formulasi tablet kunyah dibuat dalam 6 formula dan tiap formula dibuat dengan bobot tablet 750 mg.
Tabel 3 . Formula tablet kunyah ekstrak Jahe Merah
Formula% Bahan
F1
F2
F3
F4
F5
F6
Fungsi
4,29
4,29
4,29
4,29
Zat Aktif
Fase Dalam
Ekstrak kering Jahe Merah
4,29 4,29
21
Manitol
50
50
50
50
50
50
pemanis
PVP
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
5,5
Pengikat
Aerosil
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
Pengering
Nipagin
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
Nipasol
0,01 0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Laktosa ad
100
100
100
100
100
100
Mg Stearat
2
2
2
2
2
2
Lubricant
Talk
1
1
1
1
1
1
Glidant
pengisi
Fase Luar
E. Pembuatan formula tablet kunyah dengan metode granulasi basah
1. Semua bahan fase dalam yang telah ditimbang (ekstrak, manitol, aerosol, laktosa, nipagin, nipasol), dicampurkan dan diaduk sampai homogen (massa 1). 2. Buat larutan pengikat pada masing – masing formula. a. PVP = Larutkan PVP dengan Aquadest (1:10) hingga homogen. 3. Kemudian ditambahkan larutan pengikat tersebut ke dalam massa 1 sedikit demi sedikit pada masing – masing formula, sehingga terbentuk massa yang dapat dikepal dan mudah dipatahkan (Banana Breaking). 4. Masssa basah yang telah homogeny diayak dengan pengayak No.12 , kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 50℃. 5. Granul kering yang didapat diayak dengan pengayak No.14. 6. Fase luar yang terdiri dari Mg.Stearat dan Talk, dapat ditambahkan pada granul kering dicampur sampai homogen. 7. Setelah itu granul dapat dilakukan evaluasi granul, lalu dicetak menjadi tablet sebesar 750 Mg dan dilakukan evaluasi tablet.
22
F. Evaluasi Granul
1. Sudut diam (Lachman 1994) Sudut diam dilakukan dengan cara memasukan 50 g massa granul ke dalam corong yang telah ditutup. Granul dibiarkan mengalir bebas ke dalam corong, kemudian akan terbentuk suatu kerucut dan terbentuk sudut kemiringan dan dapat dihitung sudut diamnya. 2. Kompresibilitas Masukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml, diukur sampai tinggi 100 ml, kemudian granul diketuk dengan tapped density tester sebanyak 50 kali ketukan dan dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Lalu dicatat volume granul setelah di tap dan ditimbang beratnya (siregar 2010). 3. Distribusi ukuran granul Sebanyak 100,00 gram granul dimasukan ke dalam ayakan bertingkat, kemudian nyalakan mesin pengayak pada frekuensi 4Hz selama 25 menit. Timbang bobot granul yang tertinggal pada masing – masing ayakan (Lachman 1994). 4. Waktu alir Waktu alir dilakukan dengan cara memasukan 50 g massa granul ke dalam corong yang telah ditutup. Lalu dibuka tuutpnya, bersamaan dengan nyala stopwatch dan pada saat granul telah habis mengalir, matikan stopwatch nya. Kemudian catat waktu yang diperlukan granule untuk mengalir. G. Evaluasi Tablet
1. Pemeriksaan organoleptik (Lachman 1994) a. Warna : pengamatan warna dilakukan dengan cara visual secara mata telanjang terhadap tablet kunyah. b. Bau : bau tablet kunyah yang telah disimpan dalam wadah yang sesuai dilakukan dengan cara membuka tutup botol dari sediaan dan dicium aromanya. c. Bentuk : diamati secara visual dengan mata.
23
2. Keseragaman ukuran Keseragaman ukuran ditentukan dengan mengukur diameter dan tebal dari 10 tablet dari tiap formula dengan menggunakan jangka sorong (Lachman 1994). 3. Keseragaman bobot Dua puluh tablet ditimbang satu persatu dengan menggunakan timbangan analitik. Dihitung bobot rata – rata dari tablet tersebut. Bobot tiap tablet dibandingkan dengan bobot rata – rata (Lachman 1994). 4. Kekerasan tablet Tiap tablet dari sampel diletakan secara vertical tepat ditengah alat penekan dan tekanannnya diatur hingga skala 0 dengan menekan tombol reset, lalu tekan tombol start maka skala akan semakin naik secara lambat sampai tablet pecah. Tekanan dibaca langsung pada skala. 5. Keregasan tablet Dilakukan dengan mengambil 20 tablet yang telah dibebas debukan, kemudian ditimbang. Pengujian dilakukan dengan alat uji keregasan, tablet dimasukan kedalam friabilator. Tabung plastik pada alat akan berputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dari alat, dibersihkan dari debu kembali, kemudian ditimbang, nilai kerapuhan yang baik adalah tidak kurang dari 1% (Lachman 1994).
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL Evaluasi Granul
1. Distribusi Ukuran Granul Formula 1 No.mesh
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang ayakan)
18
285,0
298,9
13,9
1,0
13,9
20
332,6
342,9
10,3
0,84
8,652
30
277,6
332,4
54,8
0,59
32,332
40
312,8
323,3
11,1
0,42
4,662
45
312,2
321,0
8,8
0,35
8,8
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang
Formula 2 No.mesh
ayakan) 18
285,0
300,9
15,9
1,0
15,9
20
332,6
350,4
17,8
0,84
14,952
30
277,6
288,9
11,3
0,59
6,667
40
312,8
333,3
20,5
0,42
8,61
45
312,2
345,9
33,7
0,35
11,795
25
Formula 3 No.mesh
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang ayakan)
18
285,0
303,9
18,9
1,0
18,9
20
332,6
350,1
17,5
0,84
14,7
30
277,6
306,9
29,3
0,59
17,287
40
312,8
329,4
16,6
0,42
6,972
45
312,2
322,4
10,2
0,35
3,57
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang
Formula 4 No.mesh
ayakan) 18
285,0
304,9
19,9
1,0
19,9
20
332,6
365,3
32,7
0,84
27,468
30
277,6
295,9
18,3
0,59
10,797
40
312,8
329,6
16,8
0,42
7,056
45
312,2
324,,1
11,9
0,35
4,165
26
Formula 5 No.mesh
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang ayakan)
18
285,0
307,1
22,1
1,0
22,1
20
332,6
352,2
19,6
0,84
16,464
30
277,6
307,3
29,7
0,59
17,523
40
312,8
330,2
17,4
0,42
7,308
45
312,2
328,4
16,2
0,35
5,67
Berat
Berat
Granul
Diameter
Ukuran
ayakan
ayakan +
tertinggal
lubang
partikel (g
kosong (g)
granul (g)
(g)
ayakan
x lubang
Formula 6 No.mesh
ayakan) 18
285,0
300,8
15,8
1,0
15,8
20
332,6
360
27,4
0,84
23,016
30
277,6
296,9
19,3
0,59
11,387
40
312,8
326,5
13,7
0,42
5,754
45
312,2
335
22,8
0,35
7,98
27
2. Uji Waktu Alir I (detik)
II (detik)
III (detik)
Rata-rata (detik)
Formula 1
5
7
6
6
Formula 2
7
7
6
6,67
Formula 3
7
8
7
7,3
Formula 4
8
8
8
8
Formula 5
7
8
8
7,67
Formula 6
8
8
7
7,67
3. Uji kompresibilitas Formula
Massa
Volume
Volume
ρb (g/ml)
ρn (g/ml)
C (%)
granul (g)
awal (ml)
akhir (ml)
1
43,675
100
92
0,4747
0,43675
7,99
2
43,678
100
90
0,4853
0,43678
9,99
3
43,788
100
88
0,4975
0,43788
11,98
4
43,875
100
90
0,4875
0,43875
10
5
44,281
100
88
0,5031
0,44281
11,983
6
44,221
100
90
0,4913
0,44221
9,99
Evaluasi Tablet
1. Uji Keseragaman Bobot kontrol atas (750mg + 5%) = 787,5mg kontrol bawah (750mg -5%) = 712,5 mg Toleransi atas (750mg + 7,5%) =806,25mg Toleransi bawah (750mg – 7,5%)= 693,75mg
28
Formula 1 Dalam miligram 750
749
742
745
752
751
731
754
761
751
730
757
739
749
726
731
750
734
760
733
769
736
743
730
754
738
741
742
782
737
735
752
784
737
705
703
735
734
779
720
753
741
750
736
735
723
758
757
753
727
754
840
754
814
754
745
736
754
761
769
717
763
730
735
742
710
733
728
856
760
780
690
691
855
727
789
701
779
776
730
Formula 2 Dalam miligram
Formula 3 Dalam miligram
Formula 4 Dalam miligram
29
Formula 5 Dalam miligram 713
688
708
696
682
735
709
710
699
725
686
746
733
703
692
731
721
687
731
699
779
716
752
721
712
722
718
683
704
777
769
736
691
694
726
716
736
685
731
704
Formula 6 Dalam miligram
2. Uji kerapuhan Formula
Bobot sebelum
Bobot setelah
% kehilangan
diuji (gram)
diuji
bobot
(gram) 1
13,263
13,143
0,9047
2
14,875
14,378
3,3411
3
15,289
15,120
1,1053
4
14,989
14,701
1,9214
5
14,185
14,157
0,1973
6
14,934
14,463
3,1538
30
3. Ketebalan dan Diameter Tablet Ketebalan tablet (Milimeter)
Formula
I
II
III
1
4,23
4,24
4,23
2
4,28
4,28
4,28
3
4,23
4,23
2,23
4
4,24
4,23
4,23
5
4,24
4,24
4,24
6
4,28
4,25
4,23
Formula
I
II
III
1
1,31
1,33
1,31
2
1,32
1,31
1,32
3
1,31
1,31
1,33
4
1,31
1,31
1,31
5
1,31
1,33
1,31
6
1,33
1,32
1,33
Formula
I
II
III
1
4,50
4,68
4,86
2
4,57
5,40
4,86
3
4,82
6,68
5,40
4
5,33
5,80
6,61
5
5,40
4,80
4,84
6
5,85
8,78
6,88
Diameter tablet (cm)
4. Uji Kekerasan
31
5. Uji waktu hancur Formula
Waktu hancur
1
13 menit 12 detik
2
14 menit 12 detik
3
12 menit 12 detik
4
11 menit 35 detik
5
11 menit 20 detik
6
12 menit 55 detik
B. PEMBAHASAN
1. Pengujian massa cetak tablet Granul yang dihasilkan harus di evaluasi sifat fisiknya. Sifat fisik granul akan berpengaruh pada proses pengempaan. Granul dengan sifat alir yang baik akan berpengaruh memberikan keseragaman bobot tablet yang baik. Kompaktibilitas granul akan berpengaruh pada kekerasan tablet, dan daya serap granul akan berpengaruh pada waktu hancur tablet. Evaluasi granul meliputi : A. Waktu alir Dari uji waktu alir, keenam granul hanya ada satu
yang
memenuhi syarat, hasil yang didapat yaitu 5, 7,7,8,7,8. Untuk syarat waktu alir tiap 100 gram waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik. Dalam uji kali ini granul yang kami gunakan seberat 50 grm , maka waktu alirnya seharusnya tidak boleh lebih dari 5 detik. b. Kompresibilitas Hasil yang diperoleh dari pengujian kompresibilitas didapat perbedaan kompresibilitas massa cetak tablet yang berbeda antara keenam formulasi yang dibuat. Semua formulasi yang dibuat telah memenuhi standar kompresibilitas massa cetak tablet, dengan persen kompresibilitas antara 7-11%.
32
c. Distribusi ukuran granul Dari hasil uji yang didapat, semua granul terdistribusi merata pada ayakan bertingkat. Massa ganul yang baik untuk dicetak adalah granul yang terdistribusi merata pada tiap ukuran ayakan.
2. Uji sifat fisik tablet Evaluasi sifat fisik tablet dilakukan untuk menjamin kualitas tablet. Maka sebelum tablet dipasarkan atau dilakukan penyalutan, tablet harus di uji sifat fisiknya (Sugihartini dkk, 2009). Uji sifat fisik tablet meliputi : a. Keseragaman bobot Hasil yang diperoleh dari pengujian ini pada tiap tiap formula masih memenuhi control atas bawah maupun batas toleransi atas bawah. Hasil yang didapat dari pengujian keseragaman bobot tablet semuanya telah memenuhi standar yang di persyaratkan. Keseragaman bobot yang tidak bersalut dengan bobot rata-rata >300 mg, maka penyimpangannya tidak boleh ada dua tablet yang mempunyai penyimpangan 5% dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan 10%. Hasil yang diperoleh dari pengujian keseragaman bobot adalah penyimpangan 5% ± 711-785 mg dan penyimpangan 10% ± 673-283 mg, dengan perolehan nilai rata-rata yang sama pada semua percobaan. Hasil yang diperoleh dari pengujian keseragaman bobot adalah dengan bobot tablet Antara 746 - 751 mg. Melihat observasi dilapangan, hal ini dikarenakan pada saat pencampuran bahan dan penyimpanan tablet telah sesuai dengan standar yang ada. Menurut Lachman (2008), fator-faktor yang dapat menimbulkan masalah dalam keseragaman bobot suatu tablet yaitu : 1) Tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau 2) Pemisahan dari campuran bubuk atau granulasi selama berbagai proses pembuatan. 3) Penyimpanan berat tablet.
33
b. Uji keseragaman ukuran Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan keseragaman ukuran tablet yang berbeda antara keenam formulasi yang dibuat. Semua formulasi yang dibuat telah memenuhi standar uji keseragaman ukuran tablet, dengan diameter tablet tidak melebihi tiga kali tebal tablet dan tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet. Tidak ada perbedaan yang mencolok dari keseluruhan ukurn tablet keenam formula. c. Uji kekerasan tablet Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kekerasan tablet yang berbeda antara keenam formulasi yang dibuat. Semua formulasi yang
dibuat
telah
memenuhi
standar
kekerasan
tablet/range
yang
diperbolehkan (4-7 kPa). Hasil yang diperoleh dari pengujian kekerasan tablet yang baik adalah formulasi Nomor 1-5, sedangkan ormulasi nomor 6 memiliki kekerasan diatas 8 sehingga dikatakan tidak memenuhi syarat. d. Kerapuhan tablet Hasil yang diperoleh dari pengujian ini didapat perbedaan kerapuhan tablet yang berbeda antara keenam formulasi yang dibuat. Semua formulasi yang dibuat telah memenuhi standar kerapuhan tablet kunyah (< 4%). Formulasi nomor 5 dengan persen kerapuhan tablet kunyah 0,197 (%) adalah formulasi yang memiliki persen kerapuhan lebih baik dari formulasi yang lain. e. Uji waktu hancur Dari hasil uji yang waktu hancur yang didapat, keenam formula memiliki waktu hancur yang berbeda. Hasil uji waktu hancur dari formula 1 sampai 6 berturut turut yaitu 13 menit 12 detik, 14 menit 12 detik, 12 menit 12 detik, 11 menit 35 detik, 11 menit 20detik, 12 menit 55 detik. Keenam formula tablet kunyah telah memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 15 menit.
34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa Polivinil Pirolidon berpengaruh pada kekerasan dan kerapuhan setiap formulasi tablet kunyah. Sediaan tablet kunyah menghasilkan sediaan yang homogen, berwarna putih-kekuningan, berbau khas,rasa manis khas dan mudah di kunyah . Formula V menghasilkan tablet kunyah yang paling tidak mudah rapuh serta memiliki kekerasan yang memenuhi syarat.
B. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap uji bioavailabilitas maupun bioekivalensinya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. Teknologi sediaan Padat. Penerbit ITB. Bandung. 2006. Ansel H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed. IV. Terjemahan: Farida Ibrahim. UI Press. Jakarta. Hlm. 387-388. Cicilia E. Formulasi Tablet Kunyah Attapulgit dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat Gelatin Menggunakan Metode Granulasi Basah. jurnal. Universitas Tanjungpura. Pontianak. 2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 1979 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sediaan Galenik. Edisi V. Jakarta : Depkes RI. 1986 Lachman, L., Liberman H.A., & Kanig J.L. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Akarta : UI Press. 1994. Rowe, C.R., Sheskey, J.P & Quinn, E.M. Handbook of Pharmaceutical excipients, 6 th edition. The Pharmaceutical Press, London. 2009. Siregar, Charles, J. P. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Dasar-Dasar Praktis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2010. Sulaiman, T. N. S. Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat. Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi UGM. Yogyakarta. 2007. Voigt, R. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono. Yogyakarta : UGM Press.1995.
36
LAMPIRAN
Granul formula 1
37
Granul formula 2
Granul formula 3
38
Granul formula 4
Granul formula 5
39
Granul formula 6
Mesin pencetak tablet yang digunakan
40
Jangka sorong
41