BAB III RAWAT INAP
A. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. PENGERTIAN Demam Berdarah Dengue (Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, dan trombositopenia (Suhendro et al, 2009). 2. ETIOLOGI
Virus dengue dengue seritipe seritipe 1, 2, 3, dan dan 4 yang ditularkan ditularkan melalui vektor nyamuk nyamuk Aedes Aedes Aegypti.
Infeksi Infeks i dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
3.
W E B O F C A U S A T I ON ON
Virus masuk
Agregasi platelet
Pemusnahan platelet oleh RES
Trombositopeni a dan DIC
Waktu pembekuan melambat
Perdarahan
antibodi non-netrlalisasi non-netrlalisasi
Aktivasi koagulasi
aktivasi faktor Hageman
Aktivasi komplemen
Rangsang prostagladin di hipotalamus
DIC
Perdarahan
Permeabilitas vaskular meningkat
Demam
Hipertermia
Hipovolemia
Anafilatoksin
Perembesan plasma
Risiko Syok
Perfusi Perifer Tidak Efektif
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 1
4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Hipovolemia b.d peningkatan permeabilitas permeabilitas kapiler k apiler d.d:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam ……… diharapkan hipovolemia teratasi dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Turgor kulit kembali dalam 1 detik Ubun – ubun datar Produksi urin 1cc/kg/BB/jam Tidak terjadi syok hipovolemi Akral hangat
1. Kaji keadaan umum pasien. 2. Observasi TTV/ 3 jam. 3. Observasi tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin, kesadaran menurun, gelisah). 4. Monitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit menurun, ubun – ubun cekung, produksi urine turun). 5. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 6. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……… jam perfusi perifer efektif dengan kriteria hasil: TD normal Nadi perifer normal Turgor kulit baik Akral hangat Integritas kulit baik
1. Monitor TTV/ 3 jam. 2. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/ dingin/ tajam/ tumpul. 3. Monitor adanya parastesia. 4. Diskusikan mengenai perubahan sensasi. 5. Kolaborasi pemberian analgesik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …….. jam suhu tubuh normaldengan kriteria kriteri a hasil: Suhu 36 – 37,50C
1. Observasi TTV/ 3 jam. 2. Monitor warna kulit. 3. Monitor tingkat kesadaran. 4. Monitor intake dan intake dan output . 5. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa. 6. Berikan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila. 7. Kolaborasi pemberian antipiretik.
DS: Merasa lemah Mengeluh haus DO: HR meningkat Nadi teraba lemah TD menurun Tekanan nadi menyempit Turgor kulit menurun Membran mukosa kering Volume urin menurun Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun Perubahan status mental Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan volume cairan d.d :
Intervensi
DS: Parastesia Klaudikasi intermiten DO : Waktu pengisian kapiler>3 dtk Nadi perifer menurun/ tidak teraba Akral teraba dingin Warna kulit pucat Turgor kulit menurun Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi virus) d.d:
DS: DO: Suhu tubuh lebih 37,80C Kulit merah Kejang Takikardi Takipnea Kulit terasa hangat
dari
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 2
Diagnosa Keperawatan Risiko syok d.d : Ds : Do :
-
Akral dingin Hilang kesadaran Kulit tampak pucat Badan lemas keluar keringat berlebihan Nafas dangkal dan cepat Nadi lemah Out put urine turun atau tidak ada sama sekali Tampak bingung dan gelisah
Tujuan Dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... jam, tidak terjadi syok dengan kriteria hasil: Status sirkulasi normal (CRT < 3 detik) TTV dalam batas normal Ph urin dalam batas normal Diuresis normal Intake oral dan intravena adekuat Suara nafas vesikuler Tidak ada sianosis Tidak ada dispnea (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada penggunaan otot bantu napas, retraksi dada) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama dan frekuensi RR dalam batas normal)
Intervensi 1. Monitor keadaan umum klien/jam 2. Monitor tanda-tanda vital/jam 3. Posisikan pasien untuk mendapatkan perfusi yang optimal (posisi kaki lebih tinggi dari kepala). 4. Buat dan pertahankan kepatenan jalan napas sesuai jalan napas. 5. Monitor tekanan oksimetri sesuai kebutuhan. 6. Monitor adanya tandatanda syok dan perdarahan. 7. Monitor input dan out put pasien 8. Cek hemoglobin, hematocrit dan trombosit. 9. Monitor analisa gas darah dan oksigenisasi 10. Monitor status hidrasi (turgor kulit, membran mukosa, urin output) 11. Observasi adanya perdarahan 12. Lakukan balance cairan 13. Berikan/ dukung pemberian cairan PO 14. Kolaborasi pemberian IV fluid 15. Kolaborasi pemberian transfusi (jika perlu) 16. Kolaborasi pemasangan kateter (jika perlu)
B. ASMA 1. PENGERTIAN Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012). 2. ETIOLOGI
Faktor predisposisi
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 3
-
Genetik faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Faktor presipitasi
3.
Alergen (inhalan, ingestan dan kontaktan)
Faktor allergen yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang.
W E B O F C A U S A T I ON
Faktor pencetus asma
Serangan asma
Edema dinding bronkiolus
Ekspirasi
Menekan sisi luar bronkiolus
Pola Napas Tidak Efektif
Diameter bronkiolus menyempit
Dispnea
Gangguan Pertukaran Gas
4.
Sekresi mukus di bronkiolus
Spasme otot polos bronkiolus
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Perfusi paru tidak cukup mendapat ventilasi
Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……… jam pola nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil: Frekuensi napas normal Irama pernapasan normal Saturasi oksigen normal Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
1. Monitor TTV. 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas. 3. Monitor pola napas 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 5. Catat pergerakan dada, catat
DS: Dispnea Nafas pendek DO: Penggunaan otot bantu pernapasan Fase ekspirasi memanjang
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 4
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheynestokes). Pernapasan pursed-lip Diameter AP thoraks meningkat Ventilasi semenit menurun Pernapasan cuping hidung Kapasitas vital menurun
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara abnormal)
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan d.d: DS: Tidak mampu mengeluarkan dahak DO: Batuk tidak efektif Sputum berlebih Mengi, wheezing, dan/ atau ronkhi kering Sianosis Bunyi napas menurun Frekuensi napas berubah Pola napas abnormal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …… jam jalan napas paten dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Suara paru bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi kesimetrisan, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi dada pada otot supraklavikula dan interkosta. 6. Monitor saturasi oksigen. 7. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. 8. Lakukan fisioterapi dada. 9. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction. 10. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea. 11. Pertahankan jalan nafas yang paten. 12. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tekhnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas. 13. Ajarkan bagaimana batuk efektif. 1. Monitor status oksigen pasien. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning . 3. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning . 4. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning. 5. Minta klien nafas dalam sebelum suction. 6. Berikan O 2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal. 7. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan 8. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter Page 5
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler d.d: DS: Pusing Penglihatan kabur DO: Hiperkapnia/ hiperkarbia Hipoksemia Takikardia Kadar CO2 abnormal pH arteri abnormal Bunyi napas tambahan Sianosis Diaforesis Gelisah Pernapasan cuping hidung Pola napas abnormal (cepat/ lambat, irama iregular, dalam/ dangkal) Warna kulit abnormal Kesadaran menurun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam selama …… gangguan pertukaran gas terarasi dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan perfusi yang adekuat TTV dalam batas normal Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Intervensi
9.
1.
2.
3. 4.
5. 6.
7.
8.
9. 10.
11. 12.
C.
dikeluarkan dari nasotrakeal Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, penurunan saturasi O2, dll. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi. Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraklavicular dan interkostal. Monitor suara nafas. Monitor pola nafas: bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis). Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, fowler/ semifowler. Lakukan fisioterapi dada jika perlu. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction. Lakukan suction k/p. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
KEJANG DEMAM 1. PENGERTIAN Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 OC) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium (Ngastiyah: 229).
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 6
2. ETIOLOGI
Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
3.
Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
W E B O F C A U S A T IO N
Infeksi bakteri/ virus/ parasit
Rangsang mekanik dan biokimia: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Perubahan konsentrasi iondi ruang ekstraseluler
Reaksi inflamasi
Ketidakseimbangan potensial membran
Hipertermia
Difusi Na+ dan K+
Risiko kejang berulang
Kurang dari 15 menit
Tidak menimbulkan gejala sisa
Kelainan neurologis
Risiko
Kejang
Cedera
Lebih dari 15 menit
Timbul gejala sisa
Ansietas Gangguan Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif 4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi virus) d.d: DS: DO: Suhu tubuh lebih dari 37,80C Kulit merah Kejang Takikardi
Tujuan Dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……… jam klien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang normal, dengan kriteria hasil: suhu normal 36-37,5 0C
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi 1. Observasi tanda – tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering). 2. Monitor warna kulit. 3. Monitor tingkat kesadaran. 4. Monitor intake dan output. 5. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembababan membran mukosa. 6. Berikan kompres hangat pada Page 7
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Diagnosa Keperawatan Takipnea Kulit terasa hangat
Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d kerusakan neurovaskular d.d: DS :DO : Gangguan status mental Perubahan perilaku Perubahan respon motorik Perubahan reaksi pupil Kesulitan menelan Kelemahan atau paralisis ekstremitas Abnormalitas bicara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……… gangguan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil: Tekanan sistol dan diastole (120/80mmHg) Tidak ada ortotastikhipertensi Komunikasi jelas Menunjukkan konsentrasi dan orientasi Pupil seimbang dan reaktif Bebas dari aktivitas kejang
Intervensi lipatan paha dan aksila. 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik. 1. Monitor TTV 2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan, dan reaksi. 3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala. 4. Monitor level kebingungan dan orientasi. 5. Monitor tonus otot pererakan. 6. Monitor tekanan intracranial dan respon neurologik. 7. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus. 8. Monitor status cairan. 9. Pertahankan parameter hemodinamik. 10. Tinggikan kepala 0-45 derajat.
Resiko cedera b.d penurunan koordinasi otot d.d: DS :DO : - Kelemahan - Penglihatan menurun - Penurunan koordinasi otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... jam klien tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil: klien terbebas dari trauma fisik.
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk klien. 2. Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik. 3. Pasang side rail tempat tidur. 4. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih. 5. Batasi pengunjung. 6. Berikan penerangan yang cukup. 7. Kontrol lingkungan dari kebisingan. 8. Pindahkan barang-barang yan dapat membahayakan. 9. Berikan penjelasan kepada keluarga adanya perubahan status kesehatan akibat penyakit.
D. BRONKOPNEUMONIA 1. PENGERTIAN Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan pneumonia yang mempunyai pola
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 8
penyenaran berbercak, dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru yang terdekat (Nursalam, 2005).
2. ETIOLOGI
Bakteri (Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa )
Virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
Protozoa menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, 2001).
3.
W E B O F C A U S A T IO N
Jamur, virus, bakteri, protozoa
Masuk alveoli
Leukosit mengisi alveoli
Leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam paru
Konsolidasi jaringan paru
Kompliance paru menurun
Pola Napas Tidak Efektif STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Eksudat dan serous masuk alveoli melalui pembuluh darah
Polimorfonuklear meningkat
Penumpukan cairan dalam alveoli
Gangguan Pertukaran Gas
Sputum mengental
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Page 9
4. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan d.d: DS: Tidak mampu mengeluarkan dahak DO: Batuk tidak efektif Sputum berlebih Mengi, wheezing, dan/ atau ronkhi kering Sianosis Bunyi napas menurun Frekuensi napas berubah Pola napas abnormal
Tujuan Dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …… jam jalan napas paten dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Suara paru bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. jam pola nafas kembali efektif, dengan kriteria hasil: Frekuensi napas normal Irama pernapasan normal Saturasi oksigen normal Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d: DS: Dispnea Ortopnea DO: Penggunaan otot bantu pernapasan Fase ekspirasi memanjang Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheynestokes). Pernapasan pursed-lip Diameter AP thoraks meningkat Ventilasi semenit
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi 1. Monitor status oksigen pasien. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning . 3. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning . 4. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning. 5. Minta klien nafas dalam sebelum suction. 6. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal. 7. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan. 8. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal 9. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, penurunan saturasi O 2, dll.
1. Monitor TTV. 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas. 3. Monitor pola napas 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 5. Catat pergerakan dada, catat kesimetrisan, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi dada pada otot supraklavikula dan interkosta. 6. Monitor saturasi oksigen. 7. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. 8. Lakukan fisioterapi dada. 9. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction. 10. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea. Page 10
Diagnosa Keperawatan menurun Pernapasan cuping hidung Kapasitas vital menurun
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler d.d: DS: Pusing Penglihatan kabur DO: Hiperkapnia/ hiperkarbia Hipoksemia Takikardia Kadar CO2 abnormal pH arteri abnormal Bunyi napas tambahan Sianosis Diaforesis Gelisah Pernapasan cuping hidung Pola napas abnormal (cepat/ lambat, irama iregular, dalam/ dangkal) Warna kulit abnormal Kesadaran menurun
Tujuan Dan Kriteria Hasil Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara abnormal) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam ….. gangguan pertukaran gas terarasi dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan perfusi yang adekuat TTV dalam batas normal Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Intervensi 11. Pertahankan jalan nafas yang paten. 12. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tekhnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas. 13. Ajarkan bagaimana batuk efektif. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. Monitor rata rata, – kedalaman, irama dan usaha respirasi. Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraklavicular dan interkostal. Monitor suara nafas. Monitor pola nafas: bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis). Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, fowler/ semifowler. Lakukan fisioterapi dada jika perlu. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction. Lakukan suction k/p. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
E. GASTROENTERITIS 1.
PENGERTIAN Gastroentritis adalah infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen, termasuk bakteria, virus dan parasit (Nelson, 2000: 889).
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 11
2.
ETIOLOGI
Faktor infeksi
-
Faktor enternal
: Infeksi saluran pencernaan makanan (bakteri, virus
dan parasit)
-
Infeksi Parental
: Infeksi diluar pencernaan makanan seperti : Otitis
Media Akut (OMA), tonsilitis/tonsilo faringitis, bronkopneumonia ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.
Faktor Malabsorbsi
-
Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (histeransi lakeosa maltosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering hetoieransi laktosa).
-
Malabsorbsi lemak
-
Malabsorbsi protein
Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan)
Faktor psikologis (rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak lebih besar)
3.
W E B O F C A U S A T IO N
Infeksi virus/ bakteri/ parasit
Malabsorpsi
Reaksi Inflamasi
Tekanan osmotik meningkat
Peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
Pergeseran cairan & elektrolit ke rongga usus
Isi rongga usus meningkat
Makanan beracun
Faktor Psikologis
Gangguan motilitas usus
Rangsang saraf parasimpatik
Hipermotilitas
Sekresi air dan elektrolit meningkat
Diare
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 12
(lanjutan Web of Causation Diare) Diare
Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
Defikasi sering
Output >>
Iritasi kulit
Absorpsi <<
Risiko Gangguan Integritas Kulit
Defisit Nutrisi
Volume cairan ekstra sel menurun
Volume cairan interstisial menurun
Hipovolemia
4. Diagnosa keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN Diare b.d inflamasi, iritasi, infeksi, malabsorpsi, kecemasan, atau terpapar toksin d.d: DS: nyeri abdomen DO: Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam Feses lembek atau cair Frekuensi peristaltik meningkat Bising usus hiperaktif
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama jam ….. diharapkan diare teratasi dengan kriteria hasil: Konsistensi feses lunak/ padat Pasien dapat mengendalikan pengeluaran feses dari tubuh Status hidrasi baik Pasien dapat melakukan praktik higiene untuk mencegah kerusakan kulit Pasien mematuhi ketentuan diet untuk mengurangi diare
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI (NIC) Identifikasi pola defekasi pasien. Timbang BB pasien tiap hari Kaji dan dokumentasikan frekuensi, warna, konsistensi dan jumlah, serta turgor kulit dan kondisi mukosa mulut sebagai indicator dehidrasi 4. Ambil specimen feses untuk uji kultur dan sensitivitas jika diare berlanjut 5. Evaluasi profil obat terhadap efek samping disaluran cerna catatan asupan 6. Evaluasi kandungan nutrisi pasien tentang 7. Informasikan kemungkinan obat yang mengakibatkan diare pasien untuk 8. Ajarkan menghindari susu, kopi, makanan pedas, dan makanan yang mengiritasi saluran cerna pasien tentang 9. Ajarkan penggunaan obat antidiare yang benar 10. Ajarkan pasien dan anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses 11. Anjurkan pasien untuk melapor 1. 2. 3.
Page 13
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d: DS: Merasa lemah Mengeluh haus DO: HR meningkat Nadi teraba lemah TD menurun Tekanan nadi menyempit Turgor kulit menurun Membran mukosa kering Volume urin menurun Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun Perubahan status mental Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi makanan atau keengganan untuk makan d.d:
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam ….. diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Turgor kulit kembali dalam 1 detik Ubun – ubun datar Produksi urin 1cc/kg/BB/jam Tidak terjadi syok hipovolemi
INTERVENSI (NIC) kepetugas kesehatan setiap kali diare 12. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tetapiu sering dan tingkat kepadatannya bertahap 13. Kolaborasi pemberian diit rendah serat. 14. Kolaborasi pemberian terapi anti diare. 1. Kaji keadaan umum pasien 2. Observasi tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin, kesadaran menurun, gelisah). 3. Monitor tanda – tanda dehidras (turgor kulit menurun, ubun – ubun cekung, produksi urine turun). 4. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 5. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …… jam defisit nutrisi teratasi dengan kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampumengidentifik asi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi
DS: Nyeri abdomen Nafsu makan menurun DO: BB menurun minimal 10% dari rentang ideal Bising usus hperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Kaji makanan kesukaan 4. Timbang BB/ hari 5. Jadwalkan pemberian obat diluar jam makan 6. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total Page 14
DIAGNOSA KEPERAWATAN pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan Diare
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) penurunan berat badan yang berarti
Risiko gangguan integritas kulit b.d kelembaban d.d.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……. Jam kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
DS: DO: - Gangguan pada bagian tubuh - Kerusakan lapisa kulit (dermis) - Gangguan permukaan kulit (epidermis) - Hipertermia atau hipotermia - Kelembaban kulit - Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi - Perubahan turgor (elastisitas kulit)
INTERVENSI (NIC) protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 13. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi 14. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 15. Berikan substansi gula 16. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 17. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 18. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 19. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 20. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 21. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan 2. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 4. Hindari kerutan pada tempat tidur 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 6. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali 7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan 8. Monitor status nutrisi pasien 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 15
F. MORBILI 1. PENGERTIAN Morbili/ campak adalah penyakit infeksi virus menular yang ditandai dengan gejala – gejala demam, batuk, inflamasi pada membran mukosa di hidung, konjungtivitis, dan timbulnya rash (The Center for Acute Disease Epidemiology , 2011). 2. ETIOLOGI
Virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
3. WE B OF C A US A TI ON
Virus morbili
Masuk melalui sal.napas
Virus masuk ke aliran darah (viremia)
Hipertermia
Mengendap pada organ
Kulit
Epitel saluran napas
Piliferasi sel endotel kapiler dalam korium
Penurunan fungsi silia
Saluran cerna
Iritasi mukosa usus
Peristaltik meningkat Eksudasi serum/ eritrosit dalam e idermis
Ruam
Peningkatan sekret Diare Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Dehidrasi
Hipovolemia
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 16
4. Diagnosa Keperawatan DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA KEPERAWATAN HASIL (NOC) Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan penyakit (infeksi virus) keperawatan selama …. d.d: jam klien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang DS: normal, dengan kriteria DO: hasil: suhu normal 36Suhu tubuh lebih dari 37,50C 37,80C Kulit merah Kejang Takikardi Takipnea Kulit terasa hangat
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan d.d:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. jam jalan napas paten dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Suara paru bersih, tidak DS: ada sianosis dan Tidak mampu dyspneu (mampu mengeluarkan dahak mengeluarkan sputum, DO: mampu bernafas Batuk tidak efektif dengan mudah, tidak ada pursed lips) Sputum berlebih Menunjukkan jalan Mengi, wheezing, nafas yang paten (klien dan/ atau ronkhi tidak merasa tercekik, kering irama nafas, frekuensi Sianosis pernafasan dalam Bunyi napas menurun rentang normal, tidak Frekuensi napas ada suara nafas berubah abnormal) Pola napas Mampu abnormal mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan kehilangan cairan secara keperawatan selama…….. aktif, evaporasi d.d: jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan DS: kriteria hasil: Merasa lemah TTV dalam batas normal Mengeluh haus DO: Turgor kulit kembali dalam 1 detik HR meningkat Ubun – ubun datar Nadi teraba lemah
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI (NIC) 1. Observasi tanda – tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering). 2. Monitor warna kulit. 3. Monitor tingkat kesadaran. 4. Monitor intake dan output. 5. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembababan membran mukosa. 6. Berikan kompres hangatpada lipatan paha dan aksila. 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik. 1. Monitor status oksigen pasien. 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning . 3. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning . 4. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning. 5. Minta klien nafas dalam sebelum suction. 6. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal. 7. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan. 8. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal 9. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, penurunan saturasi O 2, dll. 1. Kaji keadaan umum pasien 2. Observasi tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin, kesadaran menurun, gelisah). 3. Monitor tanda – tanda dehidras (turgor kulit menurun, ubun – ubun cekung, produksi urine Page 17
G.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TD menurun Tekanan nadi menyempit Turgor kulit menurun Membran mukosa kering Volume urin menurun Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun Perubahan status mental Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Produksi urin 1cc/kg/BB/jam Tidak terjadi syok hipovolemi
INTERVENSI (NIC) turun). 4. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 5. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
DEMAM TIFOID 1. PENGERTIAN Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi, biasanya bakteri masuk melalui sistem pencernaan yang mengkontaminasi air maupun makanan (WHO, 2015). 2. ETIOLOGI
3.
Bakteri Salmonella Thypi.
W E B O F C A U S A T IO N
Salmonella Thypi
Masuk ke dalam saluran pencernaan
Kelenjar limfa usus halus
Tukak
Penurunan nafsu makan
Defisit Nutrisi STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Menyerang usus halus
Endotoksin
Hati HIpertermia Hepatomegali
Mual muntah
Hipovolemia
Page 18
4. Diagnosa Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kekurangan intake cairan, evaporasi, d.d.:
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Turgor kulit kembali dalam 1 detik Ubun – ubun datar Produksi urin 1cc/kg/BB/jam Tidak terjadi syok hipovolemi
DS: Merasa lemah Mengeluh haus DO: HR meningkat Nadi teraba lemah TD menurun Tekanan nadi menyempit Turgor kulit menurun Membran mukosa kering Volume urin menurun Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun Perubahan status mental Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan penyakit (infeksi), keperawatan selama …. dehidrasi, d.d: jam klien menunjukkan suhu tubuh dalam rentang DS: normal, dengan kriteria DO: hasil: suhu normal 36Suhu tubuh lebih dari 37,50C 37,80C Kulit merah Kejang Takikardi Takipnea Kulit terasa hangat
INTERVENSI (NIC) 1. Kaji keadaan umum pasien 2. Observasi tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin, kesadaran menurun, gelisah). 3. Monitor tanda – tanda dehidras (turgor kulit menurun, ubun – ubun cekung, produksi urine turun). 4. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. 5. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
1. 2. 3. 4. 5.
Observasi TTV/ 3 jam. Monitor warna kulit. Monitor tingkat kesadaran. Monitor intake dan output . Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa. 6. Berikan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila. 7. Kolaborasi pemberian antipiretik.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 19
DIAGNOSA KEPERAWATAN Defisit nutrisi b.d keengganan untuk makan d.d: DS: Nyeri abdomen Nafsu makan menurun DO: BB menurun minimal 10% dari rentang ideal Bising usus hperaktif Otot pengunyah lemah Otot menelan lemah Membran mukosa pucat Sariawan Serum albumin turun Rambut rontok berlebihan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam defisit nutrisi teratasi dengan kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI (NIC) 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Kaji makanan kesukaan 4. Timbang BB/ hari 5. Jadwalkan pemberian obat diluar jam makan 6. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 13. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi 14. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 15. Berikan substansi gula 16. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 17. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 18. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 19. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 20. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 21. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Page 20
H. APENDISITIS 1. PENGERTIAN Apendisitis adalah penyakit pembedahan abdominal yang paling umum dan merupakan inflamasi apendiks vermiform akibat adanya obstruksi (Nursing, 2011). 2. ETIOLOGI obstruksi di lumen instestinal karena gumpalan fekal, Penyempitan Masuknya barium, atau infeksi virus (Lippincott Williams Wilkins, 2012). 3. W E B O F C A U S A T IO N
Obstruksi: gumpalan fekal atau infeksi
Peningkatan tekanan intra lumen/ dinding apendiks
Mual muntah
Aliran darah berkurang
Edema dan ulserasi mukosa
Hipovolemia
Apendisitis akut
Tindakan apendisektomi
Nyeri Akut
Luka operasi
Risiko Infeksi
4. Diagnosa Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d: DS: mengeluh nyeri DO: Tampak meringis Bersikap protektif (mis.waspada, posisi menghindari nyeri) Gelisah Frekuensi nadi meningkat Sulit tidur TD meningkat
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….. jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
INTERVENSI (NIC)
1.
2.
3.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Page 21
DIAGNOSA KEPERAWATAN Pola napas berubah Nafsu makan berubah Proses berpikir terganggu Menarik diri Berfokus pada diri sendiri Diaforesis
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal
INTERVENSI (NIC)
4.
5. 6.
7.
8.
9. 10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan, d.d.: DS: Merasa lemah Mengeluh haus DO: HR meningkat Nadi teraba lemah TD menurun
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Turgor kulit kembali dalam 1 detik Ubun – ubun datar Produksi urin
1. 2.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan pemberian analgesik Kaji keadaan umum pasien Observasi tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin, kesadaran menurun, gelisah). Monitor tanda – tanda dehidras (turgor kulit menurun, ubun – ubun cekung, produksi urine turun). Page 22
DIAGNOSA KEPERAWATAN Tekanan nadi menyempit Turgor kulit menurun Membran mukosa kering Volume urin menurun Hematokrit meningkat Pengisian vena menurun Perubahan status mental Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) 1cc/kg/BB/jam Tidak terjadi syok hipovolemi
INTERVENSI (NIC) 4.
5.
Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … jam diharapkan pasien tidak menunjukkan gejala infeksi dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal Luka operasi bersih Pasien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Menunjukkan perilaku hidup sehat
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. 2. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah. 3. Pertahankan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka. 4. Batasi pengunjung bila perlu. 5. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien 6. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 7. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan 8. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung. 9. Tingkatkan intake nutrisi 10. Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu.
Page 23
DAFTAR PUSTAKA Almazini, P. (2012). Bronchial Thermoplasty: Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat . Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lippincott Williams Wilkins. (2012). Lippincot’s Review for Medical Surgical Nursing Certification. Philadelphia: Wolters Kluwer. Nursing. (2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta: PT Indeks. Saheb, A. (2011). Penyakit Asma. Bandung: CV Medika. Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2008). Brunner & Suddarth’s Testbook of Medical Surgical Nursing . Philadelphia: Lippincott Williams Wilkins. Suhendro., Nainggolan, L., Chen, K., dan Pohan, H. T. (2009). Buku ajar: Ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed-ke 5. Jakarta: Interna Publishing. The Center for Acute Disease Epidemiology. (2011). Measles (Rubeola and Hard Measles). Lowa: Departement Public of Health.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Page 24