bumanni i ) Pengaruh Simplisia Kulit Batang Kayu Manis ( Cinnamomum bumanni Pseudomonas onas aer aer ugi nosa terhadap Pertumbuhan Pseudom
Pada Pengawetan Ikan Kembung
Karya Tulis Ilmiah
Oleh: Patih Rajahasta Eva Nursyifa Shofi Hanifa Rahmani
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN ANALIS KESEHATAN BANDUNG CIMAHI 2015
i
ABSTRAK
Ikan adalah makanan yang memiliki nutrisi yang tinggi terutama protein. Protein yang ada dalam ikan terutama jenis arginin, lisin dan histamin mudah mengalami pemecahan protein, sehingga ikan dapat menyebabkan pembusukan cepat dibandingkan bahan pangan lainnya. Karena ikan mudah mengalami pembusukan yang cepat, maka seringkali masyarakat menggunakan formalin sebagai pengawet makanan secara sintetik pada ikan. Sebenarnya, penggunaan formalin dilarang keberadaannya pada bahan pangan. Karena, formalin sangat berbahaya apabila sudah masuk ke dalam tubuh. Efek yang ditimbulkan apabila mengonsumsi formalin adalah menyebabkan kelainan paru-paru, pencernaan dan juga kerusakan hati. Oleh karena itu, dibutuhkan pengganti formalin sebagai pengawet bahan pangan yang alami. Kayu manis (Cinnamomum bumannii) adalah rempah – rempah yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memasak, dan digunakan juga sebagai obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit. Berdasarkan uji penelitian yang dilakukan bahwa kulit kayu manis dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami pada konsentrasi 8% dari berat bahan pangan. Setelah diaplikasikan serbuk kulit kayu manis 8% pada ikan dapat diketahui bahwa daya simpan kulit kayu manis terhadap ikan adalah 9 jam.
Kata kunci : Ikan, Serbuk Kulit Kayu Manis (Cinnamomum bumannii), Konsentrasi, Waktu.
ii
ABSTRACT Fish is a food that has a high nutrient especially protein. Proteins present in fish, especially the type of arginine, lysine and histamine prone to breakdown proteins, so that the fish can cause rapid decay than other foodstuffs. Because the fish susceptible to rapid decay, the public often use formaldehyde as a food preservative synthetically in fish. Actually, the use of formaldehyde is prohibited its presence in food. Because formaldehyde is very dangerous when it enters the body. The
effects
when
consumed formalin
is
cause
lung disorders,
gastrointestinal and liver damage. Therefore, the necessary replacement of formaldehyde as a preservative in food naturally. Cinnamon (Cinnamomum bumannii) are spices - spices that are used by the people of Indonesia for cooking, and is also used as a traditional remedy for various diseases. Based on tests conducted studies that cinnamon bark can be used as a natural preservative at a concentration of 8% of the weight of the food. Once applied cinnamon powder 8% in fish can be seen that the shelf life of the fish cinnamon bark is 9 hours.
Keywords: Fish, Leather Powder Cinnamon (Cinnamomum bumannii), Concentration, Time.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, penyusun mengungkapkan rasa syukur kepada
Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah . Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan penelitian dengan judul, “Pengaruh Simplisia Kulit Batang Kayu Manis ( Cinnamomum bumannii ) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aer ugi nosa ”.
Dengan selesainya penelitian ini, penyusun menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan mendukung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Adang Durachim, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
2.
Ibu Eem Hayati, S.Pd., M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Analis Keseshatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
3.
Ibu Iis Kurniati, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Analis Keseshatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
4.
Ibu Wiwin Wiryanti Kurniati, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua Prodi D-IV Jurusan Analis Keseshatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.
5.
Ibu Yeni Wahyuni, S.Si, selaku Penanggung Jawab Karya Tulis Ilmiah, yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, bimbingan, dan pengarahan.
iv
6.
Ibu Ai Djuminar, S.Pd., M.Kes
selaku dosen
yang telah banyak
memberikan ilmu, dan pengarahan pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 7.
Ibu Dewi, S.Si., M.Si selaku dosen yang telah banyak memberikan ilmu, dan pengarahan pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
8.
Bapak Sonny R Feisal , S.Pd., M.Kes selaku dosen yang telah membantu merevisi Karya Tulis Ilmiah .
9.
Bapak
Yayan
Sofyan,
S.Pd.,
M.Kes,
selaku
Penanggung
Jawab
Kemahasiswaan dan Pembimbing Akademik, yang senantiasa menjadi ayah kedua selama penyusun menempuh pendidikan di kampus. 10. Seluruh staff Dosen Jurusan Analis Kesehatan yang telah memberikan ilmunya melalui kegiatan perkuliahan. 11. Seluruh staff ADAK (Akademik) yang senantiasa mengurus kepentingan akademik selama penyusun menempuh pendidikan. 12. Staff ADUM (Administrasi Umum) yang senantiasa mengurus kepentingan administrasi selama penyusun menempuh pendididikan. 13. Staff Perpustakaan yang membantu dalam peminjaman buku referensi sehingga sangat mempermudah penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 14. Bapak Asep Iin Nur Indra, S.Si, selaku Staff Laboratorium Kimia, yang sudah banyak membantu selama penelitian. 15. Ibu Teti Rowanty, selaku Staff Laboratorium Mikrobiologi, yang sudah banyak membantu selama penelitian.
v
16. Teman-teman seperjuangan di Analis Kesehatan Bandung, Angkatan 29 yang tidak dapat penyusun tuliskan satu persatu. Dan tidak lupa, permohonan maaf kepada pihak-pihak yang sudah membantu, yang tidak dapat penyusun tuliskan semuanya, serta untuk segala kekurangan, baik dalam cara penyusunan bahasa maupun cara penulisan. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka penyusun memberi kesempatan selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi kritik dan saran. Penyusun mengharapkan, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca, serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Amin ya rabbal alamin.
Cimahi, Oktober 2015 Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1
Latar Belakang .........................................................................
1
1.2
Rumusan Permasalahan ..........................................................
2
1.3
Tujuan ......................................................................................
2
1.4
Manfaat ..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
2.1
3 4
Penelusuran Pustaka .................................................................
4
2.1.1 Pengertian Kayu Manis ...................................................
4
2.1.2 Kandungan Zat Kimia Kayu Manis ....................
5
2.1.2 Simplisia..........................................................................
6
2.1.3 Pseudomonas aeruginosa................................................
7
2.2
Kerangka Konsep.....................................................................
8
2.3
Definisi Operasional.................................................................
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
9
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian ...............................................
9
3.2
Populasi dan Sampel ................................................................
9
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
9
3.4. Cara Pengumpulan Data...........................................................
9
3.5
Analisis Data ...........................................................................
10
3.6
Alat, Bahan dan Cara kerja ......................................................
10
3.6.1
Alat ...............................................................................
10
3.6.2
Bahan............................................................................
11
3.6.3
Cara Kerja ....................................................................
11
3.6.3.1 Sterilisasi ..........................................................
11
vii
3.6.3.2 Pembuatan Media Reagensia ...........................
11
3.6.3.3 Pembuatan Suspensi Pseudomonas aeruginosa
12
3.6.3.4 Persiapan Simplisia Kayu Manis .....................
12
3.6.3.5 Persiapan Larutan Kayu Manis Berbagai Konsentrasi .....................................................
12
3.6.3.6 Pengujian Simplisia Kulit Batang Kayu Manis Terhadap Pseudomonas aeruginosa .....
12
3.6.3.7 Pengujian ALT pada Ikan Kembung yang Dilumuri
Kayu Manis...................................... 13
3.6.3.8 Cara Pelumuran Hasil........................................
13
BAB IV ANGGARAN BIAYA .....................................................................
15
BAB V DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN…………………
16
5.1 Hasil Pengamatan ……................................................................
16
5.1.1 Uji Penelitian Zona Hambat........................................... .
16
5.1.1.1 Analisis Data Zona Hambat..............................
18
5.1.2 Uji Penelitian Angka Lempeng Total .............................
20
5.1.2.1 Hasil Analisis Data ALT..................................
22
5.2 Pembahasan.............................................................................. ...
26
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN………………… ................................
28
6.1 Simpulan.................................................................................... .
28
6.2 Saran............................................................................................
28
………………………. ...................................
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………. ...................
30
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kulit Kayu Manis (Cinnamomum bumannii)....................... ........
6
Gambar 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................
8
Gambar 5.1 Grafik Zona Hambat Konsentrasi Simplisia.................................
18
Gambar 5.2 Grafik Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Bakteri...................
23
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional..........................................................................
8
Tabel 4.1 Anggaran Biaya.................................................................................
15
Tabel 5.2 Diameter Zona Hambat Simplisia Kulit Batang Kayu Manis(Cinnamomum Bumannii) Pada Mueller Hinton Agar ( MHA) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas Aeruginosa pada Kulit Batang Kayu Manis......................................................................................
16
Tabel 5.3 Diameter Zona Hambat Kontrol untuk Pseudomonas aeruginosa Menggunakan Antibiotik Ciprofloxacin pada Mueller Hinton Agar (MHA)...............................................................................................
17
Tabel 5.4 Standar Interpretasi Diameter Zona Hambat untuk Pseudomonas aeruginosa menggunakan Antibiotik Ciprofloxacin
17
Tabel 5.9 Uji Normalitas ALT.........................................................................
18
Tabel 5.10 Levene’s Test of Equality of Error Variances................................
19
Tabel 5.11 Tests of Between-Subjects Effects...................................................
19
Tabel 5.5 Berat Kulit Batang Kayu Manis yang ditaburkan pada Ikan Kembung..................................................................................
20
Tabel 5.6 Jumlah Bakteri pada Plate Count Agar (PCA) dengan Metoda Pour Plate pada penambahan Kayu Manis 8%................................
21
Tabel 5.7 Jumlah Perhitungan Angka Lempeng Total pada Ikan Kembung..
21
Tabel 5.12 Hasil Jumlah Bakteri Total.............................................................
22
Tabel 5.13 Test of Homogeneity of Variances..................................................
23
Tabel 5.14 Jumlah Bakteri Total.......................................................................
24
Tabel 5.15 Signifikasi Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada Ikan Kembung yang dilumuri Kulit Kayu Manis......................................................
25
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia juga digunakan oleh mikroorganisme untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, karena pertumbuhan mikroorganisme di dalam makanan dapat mengakibatkan berbagai perubahan fisika dan kimia yang tidak diinginkan. Apabila hal ini terjadi, maka produk pangan tersebut dapat mengalsmi pembusukan. Salah satu bahan pangan yang mudah mengalami pembusukan adalah ikan (1) Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein hewani tinggi, serta memiliki sifat fisik yang mudah rusak dan membusuk. Kerusakan ini banyak disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri. Salah satu bakteri yang dapat mengakibatkan kerusakan pada makanan adalah Pseudomonas aeruginosa. Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa mengakibatkan terjadinya denaturasi protein maupun lemak, yang mengakibatkan pembusukan pada ikan. Salah satu parameter kualitas makanan termasuk ikan, ditentukan oleh angka lempeng total yang merupakan salah satu cara untuk menghitung cemaran mikroba dalam suatu
sampel. Menurut SNI 7388:2009, tentang persyaratan
cemaran mikroba dalam ikan dan produk perikanan segar termasuk molusca, krustase dan ekinodemata, jumlah cemaran mikroba khusus pada ikan segar yang disimpan pada suhu 30 oC (suhu ruang) selama 72 jam adalah 1x102 koloni/g, sedangkan hasil penelitian Annisa pada tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah cemaran mikroba pada produk hewani yang beredar dipasaran dengan umur 8
kurang dari 1 hari dapat mencapai 7,7x10 CFU/g. Hal ini jauh melebihi batas cemaran mikroba minimal yang ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia.
(2,3)
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bahan pengawet alami pada makanan yang mudah didapat, bernilai ekonomis rendah dan aman
digunakan dalam bahan pangan. Pengawet alami yang digunakan merupakan pengawet alami dengan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Maksimal (KBM) untuk Pseudomonas aeruginosa. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan adalah kayu manis. Kayu manis ( Cinnamomum bumannii) memiliki beberapa zat aktif yang berpotensi sebagai antibakteri seperti minyak atsiri dan aldehida lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai mikroorganisme khususnya bakteri.
(4)
Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
penambahan
kayu manis
terhadap
pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa pada pengawetan ikan kembung.
1.2
1.
Perumusan Masalah
Adakah pengaruh penambahan kayu manis
terhadap pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa? 2.
Berapakah Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Maksimal (KBM) kayu manis terhadap pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa?
3.
Berapakah waktu simpan bunuh bakteri paling efektif ikan kembung yang dilumuri kayu manis?
1.3
1.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penambahan kayu manis terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
2.
Mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM)kayu manis terhadap pertumbuhan
bakteri Pseudomonas
aeruginosa 3.
Untuk mengetahui waktu paling efektif penyimpanan ikan kembung yang dilumuri kayu manis
2
1.4
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai manfaat kayu manis yang dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami pada ikan kembung dan mengetahui waktu simpan yang paling efektif untuk mengawetkan ikan kembung.
3
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelusuran Pustaka
Ikan memiliki sifat sangat mudah rusak dan membusuk, sebagai akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme , antara lain oleh bakteri, khamir dan kupang
sehingga
menyebabkan
terjadinya
denaturasi
protein.
Hal
ini
menyebabkan maraknya penggunakan bahan tambahan makanan berbahaya, seperti formalin untuk mengatasi kebusukan pada ikan. Tetapi formalin
penggunaan
dalam makanan dilarang penggunaanya, karena dapat menyebabkan
paparan akut, seperti pnemonia, gastroenteritis dan kerusakan hati.
(1)
Dengan demikian, dibutuhkan bahan pengawet alami yang aman, ekonomis, dan mudah didapat, sebagai pengganti pengawet makanan yang berbahaya bagi tubuh; Untuk mengetahui apakah bahan alami tersebut dapat menghambat pembusukan produk makanan yang diakibatkan oleh bakteri, maka diperlukan uji potensial antibakteri.
(6)
Berdasarkan penelitian sebelumnya, zat aktif yang memiliki potensi sebagai antibakteri, yaitu minyak atsiri; Minyak atsiri banyak terdapat pada berbagai macam tumbuhan, salah satunya adalah kulit kayu manis ( Cinnamomum bumannii) yang banyak tumbuh di hutan tropis Indonesia. (8)
2.1.1
Pengertian Kayu Manis
Kayu Manis (Cinnamomum bumannii) adalah jenis tanaman yang memiliki kulit, batang berkayu, bercabang-cabang, serta memiliki tinggi 15 meter; selain itu, daunnya berwarna merah muda pucat, setelah tua berwarna hijau kehitaman; memiliki kulit yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, dan termasuk salah satu jenis rempah-rempah yang tersedia di Indonesia. (13) Kayu manis (Cinnamomum burmannii) dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2400 m dpl, di daerah Sumatera dan Jawa, dengan kelembapan 70-90%. Selain itu, untuk pemilihan waktu penanamanpun perlu diperhatikan, karena kayu manis (Cinnamomum burmannii) tumbuh baik pada bulan Mei dan September. 4
(7)
Kayu manis adalah jenis tanaman yang termasuk Kingdom Plantae, Divisi Gymnospermae, Kelas Dicotyledonae, Subkelas Dialypetalae, Ordo Policarpicae, Famili Lauraceae, Genus Cinnamomum, dan Spesies Cinnamomum burmannii. Kayu manis yang terdapat di Indonesia adalah cassiavera, yang banyak diproduksi di Sumatera Barat, Jambi, dan Sumatera Utara sebagai pengekspor tanaman kayu manis di dunia.
2.1.1.1
(6,7)
Kandungan Zat Kimia Kayu Manis (Cinn amomum bur mannii )
Komponen utama kayu manis adalah minyak atsiri. Kulit kayu manis memiliki kadar minyak atsiri yakni 0,9%. Komponen utama minyak atsirinya adalah sinamaldehid (38,92%) , aceteugenol (44,45%), kedua komponen utama minyak atsiri tersebut digunakan sebagai penentu kualitas minyak atsiri dari berbagai jenis kulit kayu manis lainnya. Selain itu, kulit kayu manis juga mengandung zat kimia lainnya yakni methyl-n-amylketone yang berperan sangat penting dalam menentukan flavour khusus dari minyak kulit kayu manis.
(7,8)
Berdasarkan fungsinya, komponen kimia minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia yang sangat kompleks, karena memiliki beberapa tipe senyawa organik, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida, dan eter. Komponen kompleks kimia tersebut terbagi menjadi dua 2 jenis kategori, yakni, komponen kimia yang kompleks tetapi tidak mempunyai kandungan zat kimia melebihi 300 senyawa,
yang digunakan sebagai pemberi bau ataupun aroma,
yang selanjutnya adalah komponen kompleks kimia yang memiliki kandungan minyak atsiri melebihi 300 senyawa yang digunakan sebagai obat. Dosis 0,4 – 1 g dapat digunakan sebagai penghangat lambung dan untuk obat sakit perut.
(8)
Kadar komponen kimia kulit kayu manis sangat tergantung pada daerah asalnya, dan tempat penanamannya. Indonesia sendiri memiliki jenis kulit kayu manis yakni Cinnamomum bumarii yang memiliki kualitas kayu manis berbeda dengan negara-negara lain di dunia.
5
Gambar 2.1 Kulit Kayu Manis ( Cinn amomum burm annii )
2.1.2
Simplisia
Simplisia, adalah bahan tanaman yang masih sederhana, murni belum tercampur atau belum diolah, kecuali dibersihkan agar tidak tercampur dengan bagian- bagian tanaman lainnya. Bagian-bagian simplisia yang dapat digunakan adalah daunnya saja, akar-akarnya saja, kulit dan batangnya saja, bunga saja dan biji. Simplisia yang telah diambil, umumnya harus dikeringkan sampai derajat kering tertentu (90% – 95 %), sehingga mudah untuk dihaluskan (kecuali bahan bahan yang akan disuling dan diambil minyaknya dengan teknik destilasi). Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air, mencegah reaksi enzimatik, dan pertumbuhan bakteri. Setelah proses pengeringan, dilakukan pemilihan (disortasi) yang bertujuan untuk membebaskan bagian tanaman dari debu dan kerikil, serta memisahkan bagian simplisia satu dengan bagian simplisia lainnya. Proses terpenting lainnya, adalah penyimpananan, simplisia harus disimpan pada tempat yang bersih, tidak panas, berudara kering, dan tidak terlalu terang, perlakuan tersebut bertujuan untuk menjamin mutu dari simplisia dan mengurangi kerusakan simplisia dari pengaruh luar.
(7)
6
2.1.3
Pseudomonas aer ugi nosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif, batang kecil dengan ukuran 0,5-1,0 x 3,0- 4,0 mm, berpili dan berflagel, polar pada satu ujung. Psedomonas aeruginosa bersifat aerob, tidak meragikan karbohidrat (laktosa), dan dapat membentuk lapisan polisakarida berlendir terutama pada kolonisasi paru paru. (9,10) Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit nosokomial, selain itu dapat menimbulkan infeksi pada saluran pernafasan, saluran kemih, dan mata. Pseudomonas aeruginosa pertama menginvasi bagian jaringan atau luka tubuh dengan cara melekatkan diri pada jaringan menggunakan pili, tetapi tidak menekan fagositosis, kemudian terjadi lesi pada luka bakar di kulit, terjadi pula pada mata yakni pada bagian kornea yang dapat menimbulkan kebutaan, saluran kemih, infeksi paru – paru yang dapat menimbulkan pneumonia, dan infeksi septikemia yang seringkali menimbulkan penyakit gastroentereritis.
(9) o
o
Pseudomonas aeruginosa tumbuh optimal pada suhu 35 C – 42 C, yang dapat menimbulkan beta hemolisis pada agar darah. Sifat khas dari Pseudomonas aeruginosa, adalah menghasilkan pigmen yang mempermudah dalam diagnosis klinik; pigmennya, yakni piosianin, pigmen ini dapat yang larut dalam kloroform, selain itu dapat berflouresensasi yang menghasilkan pigmen warna merah, dan dapat larut dalam air.
(9)
Psedomonas aerugenosa merupakan penyebab berbagai jenis kerusakan pada makanan, karena mempunyai kemampuan dalam memproduksi enzim yang dapat memecah komponen lemak maupun protein dari bahan pangan. Banyak organisme Pseudomonas dapat berkembang dengan cepat pada suhu kamar ataupun suhu dingin, membentuk lendir dan pigmen pada permukaan makanan.
7
(1)
2.2
Kerangka Konsep
Serbuk kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii) dengan konsentrasi 2%,4%,6%,8%,10%
Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada ikan kembung
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.3
Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
1
Konsentrasi kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii)
Besarnya konsentrasi simplisia kayu manis yang dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
Pengenceran
Labu Ukur
Persen (%)
2
Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa yang dihambat oleh kayu manis dengan berbagai konsentrasi
Diameter zona hambat
Jangka sorong
Mm
3
Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada ikan kembung
Banyaknya koloni yang diperoleh dari berbagai variasi waktu penyimpanan setelah pelumuran kayu manis
Menghitung koloni berdasarkan ALT (Angka Lempeng Total)
Coloni counter
Baik, jika ALT <1x103 CFU/g Tidak Baik jika 3 >1x10 CFU/g
8
9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini simplisia kulit batang kayu manis ( Cinnamomum bumannii) dengan konsentrasi berbeda dimasukkan ke dalam sumur pada media Muller Hinton Agar yang telah ditanami Pseudomonas aeruginosa pada permukaan agar. Konsentrasi kayu manis yang dapat menghambat Pseudomonas aeruginosa secara maksimal diaplikasikan pada ikan kembung dengan melumurinya menggunakan kayu manis dan menentukan jumlah cemaran pada ikan kembung
dengan variasi
waktu
pelumuran 0 jam, 6 jam dan 9 jam. Data hasil pengamatan dibandingkan dengan kontrol (tanpa pelumuran).
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah ikan kembung yang diperjualbelikan di pasar Cimindi, sedangkan sampel adalah ikan kembung sebanyak 1 kg, kemudian diambil bagian daging ikannya. Jumlah perlakuan yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan perbedaan waktu pelumuran, yaitu 0 jam, 6 jam dan 9 jam.
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Kimia
Jurusan
Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung pada 917 Oktober 2015.
3.4
Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer hasil eksperimen dari pengukuran zona hambat Pseudomonas aeruginosa terhadap kayu manis (Cinnamomomun Bumannii) dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% yang dimasukkan ke dalam well (sumur) pada media Muller Hinton Agar . Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Maksimal 9
(KBM)
serbuk kulit kayu manis digunakan untuk melumuri ikan kembung
dengan variasi waktu pelumuran 0 jam, 6 jam dan 9 jam pada suhu kamar, kemudian ditentukan jumlah kuman (ALT) dari masing – masing perlakuan.
3.5
Analisis Data
Pada penelitian ini hasil yang diperoleh adalah zona hambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa berupa zona bening disekitar well yang terbentuk setelah penambahan kayu manis (Cinnamomum bumanii) dengan konsentrasi 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Dari data yang diperoleh dilakukan uji stastistika ANOVA Univariate (One Way) menggunakan SPSS18 untuk menguji variabilitas observasi masing-masing group (konsentrasi), dan variabilitas antar rata-rata group (zona hambat), dilanjutkan dengan uji statistika lanjutan Least Significant Diference ( LSD); Hasil ALT dilakukan uji statistik ANOVA Univariate (One Way) menggunakan SPSS18.
3.6 3.6.1
Alat, Bahan dan Cara Kerja Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian, adalah sebagai berikut: oven 1 buah, rak tabung reaksi 3 buah, inkubator 1 buah, erlenmeyer 500mL 2 buah, penggaris 1 buah, pipet ukur 10mL 12 buah , mikro pipet 50 mikrometer 2 buah, tip kuning 15 buah. ose bulat 2 buah, labu ukur 5mL 5 buah, tabung reaksi 50 buah, autoclave 1 buah, gelas ukur 100mL 2 buah ,spatula 15 buah, blender 1 buah, corong 8 buah, batang pengaduk 2 buah , neraca analitik 1 buah, neraca teknis 1 buah, kertas timbang secukupnya, spirtus 1 buah, cawan petri 40 buah, kertas pembungkus secukupnya, kertas saring secukupnya, jangka sorong 20cm 1 buah, pisau 2 buah , hot plate 1 buah, kertas label secukupnya, spektrofotometer 1 buah.
10
3.6.2
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian, adalah sebagai berikut: Bakteri Pseudomonas aeruginosa , kulit batang kayu manis (Cinnamomum bumanii) BaCl2 1 gram , H2SO4 1mL, media Muller Hinton Agar ( MHA) 38 gram, aquadest 2L. etanol 96% 30mL, NaCl 1L, media PCA 1L, ikan kembung 1 kg.
3.6.3
Cara Kerja
3.6.3.1
Sterilisasi
Alat-alat
gelas
dicuci
bersih,
dikeringkan,
dan
dibungkus
kertas
pembungkus. Alat gelas disterilisasi menggunakan oven pada suhu 180 oC selama 120 Menit. Bahan yang akan digunakan seperti NaCl 0,85%, Media agar 0
disterilisasi menggunakan autoclave 121 C selama 15 menit.
3.6.3.2
1.
Pembuatan Media dan Reagensia
Pembuatan Muller Hinton Agar Ditimbang sebanyak 38 g Muller Hinton Agar , kemudian dilarutkan dalam 300 mL aquadest. Dicampur hingga homogen dan disterilisasi menggunakan 0
autoclave 121 C selama 15 menit. 2.
Pembuatan Larutan BaCl2 1% Dilarutkan 1 g BaCl 2 kedalam 100 mL aquadest kemudian diaduk hingga homogen.
3.
Pembuatan Larutan H2SO4 1%. Dimasukkan 1 mL H2SO4 pekat kedalam 100 mL aquadest melalui dinding gelas kimia kemudian dihomogenkan.
4.
Pembuatan larutan standard Mc.Farland 0,5 Disediakan tabung reaksi kering, steril dan bersih kemudian diisi 0,05mL larutan BaCl2 1% dan 9,95 mL H 2SO4 1%. Dihomogenkan dan dibaca menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 625 nm. Kekeruhan setara dengan absorban antar 0,08-0,10 untuk standard Mc.Farland 0,5.
5.
Pembuatan Larutan NaCl 0,85%
11
Dilarutkan 17 g NaCl dalam 2 L aquadest dan diaduk hingga homogen. 6.
Pembuatan Media PCA Ditimbang 17,9 g PCA ditambah 1L aquadest, dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, ditutup dengan kapas kasa dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Kemudian di autoclave 121 0C selama 15 menit.
3.6.3.3
Pembuatan suspensi Pseudom onas aeru ginosa
Dipipet 5,0 mL NaCl 0,85% yang telah steril, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang steril. Ditambah koloni bakteri (diameter 1 mm) menggunakan ose bulat.
Dikocok
hingga
homogen,
dan
kekeruhan
diukur
menggunakan
spektrofotometri pada panjang gelombang 625 nm. Kekeruhan suspensi antara 6
6
1x10 sampai 5x10 CFU/mL.
3.6.3.4
Persiapan simplisia kayu manis ( Cinnamomum bumannii )
Kulit batang kayu manis (Cinnamomun bumannii) dibersihkan dan dicuci menggunakan air bersih, ditiriskan, diiris tipis, dikeringkan dengan cara diangin – anginkan, dihaluskan, kemudian serbuk disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, bersih dan kering.
3.6.3.5
Persiapan larutan kayu manis dalam berbagai konsentrasi
Ditimbang serbuk kayu manis sesuai konsentrasi yang diinginkan, dimasukan ke dalam labu ukur 5 mL, ditambahakan etanol 96% hingga tanda batas, dikocok hingga larutan homogen.
3.6.3.6
Pengujian
Simplisia
Kulit
Batang
Kayu
Manis
Terhadap
Pseudom onas aeruginosa
Disediakan larutan simplisia kulit batang kayu manis 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%, bagian cawan petri dibagi menjadi tiga bagian menggunakan spidol dan penggaris kemudian diberi label.Dituangkan Muller Hinton Agar Kedalam masing-masing cawan petri dan dibiarkan hingga memadat, digoreskan suspensi
12
Pseudomonas aeruginosa
menggunakan ose bulat steril, dibuat 3
well
menggunakan ujung tabung reaksi 1 cm, dipipet 50 µL larutan simplisia kulit batang kayu manis 0%,2%,4%,6%,8% dan 10% pada masing-masing well sesuai 0
label, diinkubasi 37 C selama 24 jam dan diamati zona hambat yang terbentuk. Zona hambat yang terbentuk berupa daerah coklat disekitar well yang diukur menggunakan jangka sorong.
3.6.3.7
Pengujian ALT Pada Ikan Kembung yang Dilumuri Kayu Manis
Disiapkan masing-masing 5 Tabung raeaksi sesuai treatment waktu yang akan diuji. Setiap tabung reaksi telah berisi 9 ml NaCl fisiologis dan secara berurutan diberi kode 10 -1, 10 -2,10 -3, 10 -4, 10 -5., disiapkan masing-masing 3 buah cawan petri untuk pengenceran 10 -3,10-4, dan10-5, ditimbang 0,9 g sampel dan dimasukan pada tabung pertama
kemudian dihomogenkan, diambil 1 mL dari
tabung reaksi 1 yang berisi suspensi sampel ke tabung kedua lalu dihomogenkan, dilakukan pengenceran dengan cara yang sama hingga tabung kelima yaitu -5
-3
-4
pengenceran 10 , dari masing-masing pengenceran dimulai dari 10 , 10 dan 105, dipipet 1 mL dan dimasukkan kedalam masing-masing cawan petri sesuai kode pengenceran, kedalam masing-masing cawan petri steril yang berisi suspensi 0
sampel, ditambahkan 15 mL PCA suhu 45 C, masing-masing cawan petri dihomogenkan secara perlahan hingga tercampur merata, dan dibiarkan hingga dingin dan membeku, cawan yang telah membeku diinkubasi selama 24 jam di o
dalam inkubator pada suhu 37 C dengan posisi cawan terbalik.
3.6.3.8
Cara Pelaporan Hasil
Pelaporan hasil didasarkan pada perhitungan angka lempeng total. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah koloni 30-300 pada cawan petri dan jumlah koloni pada kontrol kurang dari 10. Jumlah koloni dari masingmasing cawan dikurangi jumlah koloni pada cawan petri kontrol Hasil yang dilaporkan terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua dibelakang koma.
13
Jika semua pengenceran dibuat penumpukan, dan menghasilkan angka koloni kurang dari 30, maka dihitung jumlah koloni pada konsentrasi terendah. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
Jika pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri maka dihitung pengenceran tertinggi, misalnya dengan menghitung jumlahnya dari seperempat cawan petri kemudian dikali empat.
Jika jumlah bakteri dalam cawan petri diantara 30-300 dilakukan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran lebih kecil atau sama dengan dua dan dirata-ratakan.
Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari dua, maka dilaporkan hanya hasil terkecil. Jumlah ALT = (Jumlah koloni cawan – Jumlah koloni kontrol) x Pengenceran Jumlah cawan yang dihitung
14
15
BAB IV ANGGARAN BIAYA Anggaran biaya yang digunakan pada penelitian ini, tercantum pada tabel di bawah ini Tabel 4.1 Anggaran Biaya No
Jenis Pengeluaran Biaya
Biaya (Rp)
1
Peralatan penunjang
0
2
Bahan habis pakai: Muller Hinton Agar , ikan,...
500.000
3
Perjalanan: sampling, konsultasi pada tim pakar, dll
25.000
4
Lain-lain: administrasi dan laporan
100.000
Jumlah
625.000
15
16
BAB V DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diperoleh data yang merupakan hasil dari pengujian langsung tanpa dilakukan uji pendahuluan.
5.1.1
Uji Penelitian Zona Hambat
Dalam proses penelitian, dilakukan penelusuran berbagai referensi mengenai penelitian untuk menguji efektivitas kayu manis ( Cinnamomum bumannii) dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
dengan penambahan simplisia kulit batang kayu manis ( Cinnamomomum Bumannii). Pada pelaksanaannya, dilakukan terlebih dahulu penggunaan simplisia kulit batang kayu manis (Cinnamomomum Bumannii) dengan berbagai konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% (mengacu zona hambat yang dihasilkan).
Tabel 5.2 Diameter Zona Hambat Simplisia Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum B umannii ) Pada M uell er H inton Agar (M H A ) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas Aeru gin osa pada Kulit Batang Kayu Manis
No
Konsentrasi Simplisia (%)
Diameter Zona Hambat (1)
(2)
(3)
Rerata (mm)
1
0
0
0
0
0
2
2
16
14
0
10
3
4
18
20
18
18,66
4
6
18
20
18
18,66
5
8
20
22
22
21,33
6
10
18
18
18
18
16
Tabel 5.3 Diameter Zona Hambat Kontrol untuk Pseudom onas aer ugi nosa Menggunakan Antibiotik Ciprofloxacin pada M uell er H inton Agar (M H A) No
Kontrol
1
Ciprofloxacin
Diameter Zona Hambat
20
12
18
Rerata
16,66
Tabel 5.4 Standar Interpretasi Diameter Zona Hambat untuk Pseudomonas aeruginosa menggunakan Antibiotik Ciprofloxacin
Agent Antibacteria
Disk Content
Ciprofloxacin
5mg
Zone Diameter R
Intermediet
S
< 15
16 – 20
<21
Dari data yang disajikan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan zona hambat pada setiap konsentrasi kulit kayu manis. Pada simplisia kulit kayu manis rata-ratanya adalah 18,00 mm. Konsentrasi paling optimum ditemukan pada kulit kayu manis yang dihaluskan dengan konsentrasi 8 %. Pada tabel kontrol positif (Ciprofloxacin) menunjukkan aktivitas antibakteri dengan rerata zona 16,66 mm, termasuk ke dalam kategori intermediet untuk menghambat Pseudomonas aeruginosa sebagai quality control . Sehingga dapat diketahui bahwa kulit kayu manis dengan konsentrasi 8 %, daya hambatnya lebih baik dibandingkan antibiotik Ciprofloxacin.
17
5.1.1.1 Analisis data zona hambat
Setelah data dianalisis menggunakan aplikasi SPSS18 dengan uji statistik ANOVA Univariate (One Way), hasil uji didapatkan sebagai berikut: Tabel 5.9 Uji Normalitas ALT ANOVA
Konsentrasi Sum of Squares Df
Mean Square
Between Groups
35.653
5
7.131
Within Groups
14.464
11
1.315
Total
50.118
16
F 5.423
Sig. .009
Pada tabel di atas, terlihat bahwa Sig >0,05 sehingga semua data dapat di kategorikan tidak terdistribusi normal.
Gambar 5.1 Grafik Zona Hambat Konsentrasi Simplisia
Grafik di atas, menunjukkan bahwa adanya interaksi antara variabel dependen dan independen, dan konsentrasi simplisia optimal adalah 8 %
18
Tabel 5.10 Levene’s Test of Equality of Error Variances
Konsentrasi Levene
df 1
Statistic 10.181
df 2
a
2
Sig. 11
.003
a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for Konsentrasi. Dari tabel 5.10 terlihat bahwa nilai signifikansi 0,003, hal ini menunjukkan bahwa data dari setiap variabel adalah heterogen, sehingga data dapat diolah secara statistik dengan ANOVA One Way, karena tidak memenuhi persyaratan Sig <0,05
Tabel 5.11 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Konsentrasi
Source
Type III Sum of Squares
Mean Square
Df
115.593a
1
.279
1
115.593
1
Error
84.877
15
Total
656.000
17
Corrected Total
200.471
16
Corrected Model Intercept Zona_Hambat
115.593 20.428
Sig.
.000
.577
.049
.827
.003
115.593 20.428
.000
.577
.279
5.658
a. R Squared = .577 ( Adjusted R Squared = .548)
19
F
Partial Eta Squared
Pada tabel di atas, hasil uji menunjukkan bahwa jika F hitung dibandingkan dengan F tabel adalah 20,428 dengan taraf (Sig : 0,000), artinya semua data adalah independen, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar semua konsentrasi simplisia dengan diameter zona hambat. Zona hambat adalah R squared = 0,577 menunjukkan bahwa persentase pengaruh variabel konsentrasi dengan zona hambat adalah 57,7%.
5.1.2
Uji Penelitian Angka Lempeng Total
Pada pelaksanaan uji zona hambat, didapatkan data bahwa simplisia yang dapat menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah kulit kayu manis dengan konsentrasi optimal 8%. Konsentrasi optimal 8 % diaplikasikan dengan menaburkan kulit kayu manis pada ikan kembung. Tabel 5.5 Berat Kulit Batang Kayu Manis yang ditaburkan pada Ikan Kembung
No
Berat Ikan (g)
Berat Simplisia (g)
Keterangan
1
47
0,00
Tanpa Pelumuran (-)
2
45
3,60
Pelumuran 0 jam
3
46
3,68
Setelah 6 jam
4
43
3,44
Setelah 9 jam
20
Tabel 5.6 Jumlah Bakteri pada Plate Count Agar (PCA ) dengan Metoda Pour Plate pada penambahan Kayu Manis 8%
No
Lama Penyimpanan
Jumlah Bakteri Pada Pengenceran -3
-4
-5
10
10
10
Total Bakteri
1
Tanpa Pelumuran
70
6
1
77
2
Pelumuran 0 jam
8
30
2
40
3
Setelah 6 jam
2
9
12
23
4
Setelah 9 jam
2
1
2
5
Dari data yang disajikan pada tabel terlihat bahwa terjadi penurunan bakteri setelah pelumuran 0 jam, 6 jam, dan 9 jam setelah inkubasi. Berdasarkan penelitian, kulit batang kayu manis dengan kadar 8 % dapat digunakan sebagai pengawet ikan dan penurunan adanya bakteri Pseudomonas aeruginosa pada ikan kembung ataupun makanan berprotein lainnya.
Tabel 5.7 Jumlah Perhitungan Angka Lempeng Total pada Ikan Kembung
No
Lama Penyimpanan
Jumlah Bakteri Pada Pengenceran -3
-4
-5
10
10
10
Total Bakteri
1
Tanpa Pelumuran
70.000
600
10
70.610
2
Pelumuran 0 jam
8000
3000
20
11.020
3
Setelah 6 jam
2000
900
120
3.020
4
Setelah 9 jam
2000
100
20
2.120
Pada tabel 5.7 hasil pengamatan jumlah bakteri pada ikan tanpa pelumuran kayu manis adalah 70x10 3 CFU/g, jumlah bakteri pada ikan tanpa pelumuran kayu manis setelah disimpan 0 jam adalah 11x10 3 CFU/g, jumlah bakteri pada
21
ikan dengan pelumuran kayu manis setelah disimpan 6 jam adalah 3x10 3 CFU/g, jumlah bakteri pada ikan dengan pelumuran kayu mani s setelah pelumuran 9 jam adalah 2,1x10 3CFU/g. Penurunan jumlah bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah linear.
5.1.2.1 Hasil Analisis Data ALT
Tabel 5.12 Hasil Jumlah Bakteri Total ANOVA
Jumlah_BakteriTotal Sum
of
Mean
Squares
df
Square
F
Sig.
951.333
3
317.111
.733
.561
874.800
1
874.800
2.022
.193
76.533
2
38.267
.088
.916
Within Groups
3460.667
8
432.583
Total
4412.000
11
Between Groups (Combined) Linear Term Contrast Deviation
Pada tabel terlihat bahwa Sig > 0,05 sehingga semua data dapat di kategorikan terdistribusi tidak normal.
22
Gambar 5.2 Grafik Lama Penyimpanan terhadap Jumlah Bakteri
Grafik menunjukkan bahwa adanya interaksi antara variabel dependen dan independen.Terjadi penurunan jumlah bakteri setelah penambahan kulit kayu manis secara linear dengan variasi waktu 0 jam, 6 jam dan 9 jam.
Tabel 5.13 Test of H omogeneity of V ari ances Test of H omogeneity of Vari ances
Jumlah Bakteri Total Levene Statistic 9.648
df 1
df 2 3
Sig. 8
.005
Dalam tabel terlihat bahwa nilai signifikansi 0,005, hal ini menunjukkan bahwa data dari setiap variabel adalah heterogen, sehingga data dapat diolah secara statistik dengan uji ANOVA One Way
23
Tabel 5.14 Jumlah Bakteri Total Tests of B etween-Subj ects Ef fects
Dependent Variable: Jumlah BakteriTotal Source
Partial Type III Sum of Squares
Mean Df
Square
Eta F
Sig.
Squared
Corrected Model
874.800a
1
874.800
2.473
.147
.198
Intercept
2074.539
1
2074.539
5.865
.036
.370
874.800
1
874.800
2.473
.147
.198
Error
3537.200
10
353.720
Total
6140.000
12
Corrected Total
4412.000
11
Lama_Penyimpanan
R Squared = .198 (Adjusted R Squared = .118)
Pada tabel hasil uji menunjukkan bahwa jika F hitung dibandingkan dengan F tabel adalah 2,473 dengan taraf (Sig : 0,147), artinya terdapat perbedaan penurunan jumlah bakteri tetapi tidak signifikan. Pengaruh waktu adalah R squared = 0,198 menunjukkan bahwa persentase lama penyimpanan ikan yang ditaburi simplisia kayu manis terjadi penurunan jumlah bakteri hasilnya linear 0 jam, 6 jam dan 9 jam. Dengan nilai signifikan adalah 19,8%.
24
Tabel 5.15 Signifikasi Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada Ikan Kembung yang dilumuri Kulit Kayu Manis L SD (L east Si gnif icant Di ff er ence) Multiple Comparisons
Jumlah_BakteriTotal LSD (I) (J) Lama_Penyimpanan Lama_Penyimpanan Mean Difference Std. (I-J) Error Tanpa Pelumuran 0 12.333 16.982 dim Pelumuran jam ensi Simpan 6jam 18.333 16.982 on3 Simpan 9jam 24.000 16.982 Pelumuran 0 Tanpa -12.333 16.982 dim jam Pelumuran ensi Simpan 6jam 6.000 16.982 on3 Simpan 9jam 11.667 16.982 dim Simpan 6jam Tanpa -18.333 16.982 ensi dim Pelumuran on2 ensi Pelumuran 0 -6.000 16.982 on3 jam Simpan 9jam 5.667 16.982 Simpan 9jam Tanpa -24.000 16.982 dim Pelumuran ensi Pelumuran 0 -11.667 16.982 on3 jam Simpan 6jam -5.667 16.982
Sig. .488
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound -26.83 51.49
.312 .195 .488
-20.83 -15.16 -51.49
57.49 63.16 26.83
.733 .512 .312
-33.16 -27.49 -57.49
45.16 50.83 20.83
.733
-45.16
33.16
.747 .195
-33.49 -63.16
44.83 15.16
.512
-50.83
27.49
.747
-44.83
33.49
Dari tabel hasil uji statistik lanjutan dengan metoda LSD (Least Significant Difference), jumlah bakteri Pseudomonas aeruginnosa setelah dilumuri kulit kayu manis terjadi penurunan jumlah bakteri yang linear. Nilai Sig nya adalah > 0,05 artinya
tidak
terdapat
hasil
yang
signifikan
Pseudomonas aeruginosa pada ikan.
25
perubahan
jumlah
bakteri
5.2
Pembahasan
Antibakteri, secara umum diartikan sebagai senyawa yang digunakan untuk pengobatan
penyakit infeksi
yang disebabkan
oleh
bakteri.
Antibakteri
mempunyai dua daya desinfeksi, yakni sebagai dan bakteriostatik (menghambat bakteri) bakterisidal (membunuh bakteri). Penelitian diawali dengan menggunakan simplisia serbuk kulit batang kayu manis. Simplisia yang akan diujikan dilarutkan dengan etanol 96%. Etanol 96% dipilih menjadi pelarut kayu manis dikarenakan hasil pengujian pelarut membuktikan bahwa etanol 96% lebih baik melarutkan kayu manis dari pada aquadest. Dalam penelitian ini, konsentrasi paling optimal adalah 8 %, sehingga dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 8 % serbuk
kulit kayu manis dapat
menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa paling baik. Dari hasil pengamatan dalam penelitian, diolah dengan menggunakan ANOVA Univariate (One Way), didapatkan hasil bahwa pengaruh signifikansi terdapat pengaruh variabel signifikasi antara konsentrasi kulit batang kayu manis dengan zona hambat sebesar 57,7%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa simplisia kayu manis dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Kayu manis ( Pseudomonas aeruginosa) memiliki kandungan utamanya yakni minyak atsiri. Minyak atsiri paling tinggi Sinamalaldehida terkandung dalam kayu manis sebanyak 65-75%. Komponen-komponen kimia lainnya yang terdapat dalam kayu manis antara lain benzaldehida, nonialdehida, eugenol, metil n-amil keton, furfural, l-α pinen, α-felandren, p-sinen, hidrosinamat aldehida, cuminaldehida, l-linalool, kriofilen, dan linalil isobutirat. Pembusukan pada ikan tergantung dari pH ikan; Histamin, diamin, dan senyawa volatil (total volatile substances). Histamin diproduksi dari asam amino histidin oleh enzim histidin dekarboksilase yang diproduksi oleh mikroorganisme: Histidin
Histamin (denaturasi protein pada ikan)
26
Denaturasi protein juga terjadi dengan pembentukan kadaverin dan putresin di dalam ikan, terjadi melalui reaksi sebagai berikut: dekarboksilase
Lisin Ornitin atau arginin
H2 N(CH2)5 NH2 Kadaverin dekarboksilase
H2 N(CH2)4 NH2 Putresin
Putresin merupakan senyawa diamin yang diproduksi oleh Pseudomonas, sedangkan kadaverin terutama diproduksi oleh Enterobacteriaceae yang dapat menimbulkan kebusukan yang cepat pada ikan. Komponen komponen kimia dalam kayu manis memiliki daya bioaktifitas yang cukup besar sehingga terjadi reaksi dehidrogenasi dan adanya reaksi dekarboksilasi (pemindahan gugus karbon yang kuat antara ikan dan serbuk kulit kayu manis) sehingga mencegah terjadinya pembusukan pada ikan. Dari hasil pengamatan dalam penelitian, diolah dengan menggunakan ANOVA Univariate (One Way), didapatkan hasil bahwa pengaruh signifikansi penggunaan kulit kayu manis (Cinnamomum bumannii) terhadap interval waktu adalah sebesar19,8%. Dari tabel hasil uji statistic lanjutan dengan metoda LSD ( Least Significant Difference), jumlah bakteri Pseudomonas aeruginosa setelah penyimpanan 0 jam, 6 jam dan 9 jam nilai Signya adalah > 0,05 artinya tidak terdapat hasil yang signifikan perubahan jumlah bakteri pada ikan.
27
28
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Konsentrasi simplisia kulit batang kayu manis (Cinnamomum bumannii) dengan konsentrasi sebesar 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10% memiliki daya hambat yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa.
2.
Konsentrasi optimal simplisia kulit kayu manis (Cinnamomum bumannii) yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa adalah pada konsentrasi 8%.
3.
Kulit kayu manis dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dengan waktu yang simpan paling baik yakni 9 jam , sehingga dapat digunakan sebagai pengawet alami pada makanan berprotein tinggi.
6.2
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan: 1.
Pengujian angka lempeng total dengan interval waktu 0 jam, 6 jam dan 12 jam untuk melihat masa simpan yang optimal.
2.
Pengujian aktivitas simplisia kulit kayu manis (Cinnamomum bumannii) pada jenis bakteri lain dan juga pada jamur.
3.
Pengujian membandingkan aktivitas kulit kayu manis sebagai pengawet pada ikan yang disimpan di suhu ruang dan juga di dalam lemari es.
4.
Pengujian dilakukan pada sumber makanan yang memiliki kadar protein tinggi lainnya dalam makanan.
28
DAFTAR PUSTAKA 1.
Purnomo, Hari. Adiono. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
2.
Anisa. 2013. Pengaruh Penambahan Fermentasi Limbah Kubis terhadap Pertumbuhan S.aureus pada ikan Bandeng. Bandung : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3.
SNI No 7388 : 2009
4.
Widyaningsih, Tri Dewanti. Murtini, Erni Sofia. 2006. Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan . Surabaya : Trubus Agri Sarana
5.
Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Depok : Agromedia Pustaka.
6.
Kartasapoetra, G. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat . Jakarta : PT Asdi Mahasatya
7.
Agusta, Andria. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB
8.
Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mikrobilogi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
9.
E.S, Dr. Yulius.1994. Seri Ringkasan Mikrobiologi dan Imunologi . Jakarta : Binarupa Aksara.
10. Rismunandar, 1995. Kayu Manis. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya. 11. Abdullah, A. 1990. Kemungkinan Perkembangan Tiga Jenis Kayu Manis di Indonesia, dalam Tanaman Tanaman Industri Lainnya . Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, hal 1231 -1244. 12. Rusli, S dan Abdullah A, 1988. Proses Pengembangan Kayu Manis di Indonesia . Bandung : Jurnal Litbang Penelitian.
29
Lampiran 1
Pengujian KHM dan KBM
30