PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
PEMANFAATAN KAYU HUTAN RAKYAT UNTUK KOMPONEN BANGUNAN
Oleh : Abdurachman dan Nurwati Hadjib 1)
ABSTRAK
Kayu untuk komponen bangunan dari hutan alam pasokannya semakin menurun sejalan dengan degradasi hutan dan kenaikan kebutuhan akan kayu. Beberapa jenis kayu rakyat yang berasal dari hutan rakyat maupun tanaman kebun, dapat dikembangkan untuk komponen bangunan baik struktural maupun bukan struktural. Kayu rakyat pada umumnya berdiameter kecil, dari jenis cepat tumbuh dan tidak mendapatkan perlakuan silvikultur seperti kayu dari hutan tanaman, sehingga sifat kayunya umumnya kurang baik dibandingkan kayu dari hutan alam bahkan dari hutan tanaman sendiri. Kayu rakyat dapat dimanfaatkan untuk komponen bangunan rumah, jembatan, kapal dan tiang listrik. Sortimen kayu rakyat yang ada di pasaran umumnya tidak sesuai dengan persyaratan SNI. Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggergajian, pengeringan, pengawetan dan membuat produk perekatan.
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
berasal dari hutan rakyat atau hutan tanaman, terutama sebagai bahan baku industri pengolahan kayu, baik yang berskala kecil maupun besar. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan dan industri barang kerajinan. Oleh sebab itu, kayu yang berasal dari hutan tanaman maupun hutan rakyat yang potensinya cukup besar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan tersebut. Di sisi lain, kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman dan hutan rakyat pada umumnya merupakan jenis kayu cepat tumbuh ( fast growing ), seperti kayu mangium, mahoni, rasamala, gmelina, sengon dan lain-lain. Jenis-jenis kayu tersebut relatif bermutu rendah karena selain berumur muda, juga mengandung banyak cacat seperti mata kayu, miring serat, cacat bentuk dan sebagainya. Sehingga untuk dapat memenuhi persyaratan bahan konstruksi bangunan diperlukan
teknologi yang tepat sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Sebagai bahan konstruksi bangunan, kayu sudah dikenal dan banyak dipakai sebelum orang mengenal beton dan baja. Dalam pemakaiannya kayu tersebut harus memenuhi syarat : mampu menahan bermacam-macam beban yang bekerja dengan aman dalam jangka waktu yang direncanakan; mempunyai ketahanan dan keawetan yang memadai melebihi umur pakainya; serta mempunyai ukuran penampang dan panjang yang sesuai dengan pemakainnya dalam konstruksi.
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
halaman/pekarangan. Menurut definisi, hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimum 0,25 ha dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis tanaman lainnya lebih dari 50% dan atau pada tanaman tahun pertama dengan tanaman sebanyak minimal 500 tanaman per hektar. Luas hutan rakyat di Indonesia adalah 1.568.415,63 ha dengan potensi 39.416.557 m3 (Ditjen BPK, 2005). Jumlah pohon siap tebang 78.485.993 atau potensi produksi 19.621.480 m3 (dengan assumsi volume 0,25 m3/pohon) Hutan rakyat yang terkonsentrasi di P. Jawa, potensinya sekitar 23.578.787 m 3 dari jenis akasia, bambu, jati, mahoni, pinus, sengon, sonokeling dan tisuk. Jumlah pohon siap tebang diperkirakan 77.214.541 pohon (19.303.480 m 3 ).
III. KAYU RAKYAT SEBAGAI KOMPONEN BANGUNAN
Kayu untuk bahan bangunan berasal dari hutan alam, hutan tanaman
dan
tanaman rakyat baik dari hutan rakyat maupun dari kebun. Saat ini ketersediaan kayu dari hutan alam semakin menurun, sementara hasil kayu dari hutan tanaman belum dapat mencukupi kenaikan kebutuhan kayu yang semakin meningkat dengan
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
yang digunakan. Potongan/sortimen kayu gergajian harus memenuhi persyaratan ukuran minimum yang berlaku (seperti SNI, SII dsb). Penguji kayu (grader) yang berpengalaman dapat membuat penaksiran ini dengan teliti dan dengan kecepatan yang tinggi. Selain jenis, dan bentuk cacat kayu, ukuran/banyaknya
cacat juga diatur dalam standar
pengujian seperti SNI, Peraturan konstruksi dan ASTM.
A. Konstruksi Bangunan
Bahan konstruksi adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung beban dalam arti memerlukan analisa/perhitungan yang cukup cermat, dan untuk kayu mencakup bahan-bahan untuk kuda-kuda, jembatan, tiang pancang dan sebagainya. Wirjomartono (1977) menunjukkan bahwa penggunaan kuda-kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 40-50% dibandingkan jika menggunakan baja. Diperkirakan sekitar 80% konsumsi kayu diperuntukkan pada bangunan rumah/gedung, sedangkan yang 20% untuk perancah, jembatan, dermaga dan lain-lain. Penggunaan kayu untuk pembangunan jembatan dan tiang pancang tidak lebih dari 5%. Jika kita akan bicara tentang kayu sebagai bahan struktur bangunan, maka yang harus diperhatikan antara lain adalah kekuatan dan keawetan kayu, karena tujuan umum para pemilik bangunan
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
bentangan dan ukuran yang besar sangat sulit, karena bentang dan ukuran terbesar sesuai dengan ukuran pohonnya. Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat balok glulam yaitu gabungan dua atau lebih papan kayu gergajian yang direkat dengan menggunakan perekat tertentu dengan arah serat kayunya sejajar satu sama lain. Laminasinya dapat terdiri dari beberapa atau satu jenis kayu, dengan jumlah lapisan dari dua sampai banyak. Glulam ini dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan dengan bentangan yang cukup besar seperti gedung olah raga, hall, pabrik, hanggar, dan lain-lain. Hasil penelitian Karnasudirdja (1989) menunjukkan glulam yang dibuat dari meranti merah dan jati dengan perbandingan meranti merah : jati = 2,5 cm:1cm, menghasilkan nilai kekuatan yang tidak berbeda nyata dengan kekuatan yang dihasilkan dari glulam sejenis dengan porsi jati lebih tinggi. Hasil penelitian ini telah dapat digunakan oleh PT PAL untuk mengganti lambung jati menjadi lamina jati-meranti. Hasil penelitian sifat mekanis glulam bentang besar menggunakan beberapa jenis kayu rakyat dan beberapa jenis perekat tersaji pada Tabel 1. (Abdurachman dan Hadjib, 2005).
Tabel 1. Nilai rata-rata sifat mekanis glulam bentang besar dari kayu hutan tanaman dan hutan rakyat
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
B. Lantai (Flooring)
Lantai kayu dapat berupa solid atau mozaik parquet flooring . Untuk lantai lebih disukai hardwood (kayu daun lebar). Untuk keperluan lantai diperlukan kayu dengan kekerasan tinggi, beberapa industri mensyaratkan kayu untuk lantai dipilih kayu yang bercorak indah, kelas kuat I-III dan kelas awet I-II.
C. Dinding
Untuk dinding bagian luar (eksterior) selain digunakan papan kayu, saat ini lebih umum digunakan kayu lapis eksterior, flakeboard atau papan partikel eksterior. Sedangkan untuk dinding di bagian dalam ruangan (interior) tidak diperlukan persyaratan yang tinggi. Untuk
pembuatan dinding, selain diperlukan kayu yang
bercorak indah, juga kayu yang stabil dan awet, untuk berbagai keperluan dipersyaratkan mampu meredam suara (isolator). Beberapa produk kayu yang dapat digunakan untuk dinding : 1. Kayu gergajian Kayu gergajian yang telah dicoba dibuat untuk partisi dinding antara lain kayu karet,
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
D. Jembatan Kayu
Pada abad 20, kayu merupakan bahan utama untuk jembatan jalan raya maupun jembatan jalan kereta api. Setelah pasokan kayu yang secara alami mempunyai kekuatan dan keawetan tinggi yang berasal dari hutan alam mulai berkurang, maka penggunaan kayu untuk jalan kereta api dan jembatan mulai menggunakan beton dan baja. Akan tetapi sejarah mencatat di USA selama tahun 1990-an telah dibuat ratusan jembatan kayu, beberapa bahkan dengan bahan dan rancangan yang bagus (USDA, 1999). Untuk pembuatan jembatan kayu solid diperlukan kayu dari kelas kuat I dan kelas awet I. Di Malaysia telah dibuat jembatan dari kayu karet yang diawetkan dan dibuat glulam terlebih dahulu. Dari konstruksi jembatan muncul produk baru yang disebut stress laminated timber (SLT) untuk geladak. SLT pada dasarnya adalah suatu sistem yang terdiri atas balok-balok yang berdiri pada sisi tebalnya, berjajar berdempetan ditekan dengan menggunakan tulangan baja mutu tinggi. Tekanan tersebut cukup tinggi s ehingga yang terjadi tahanan geser antar sisi-sisi balok yang bersinggungan yang dapat mencegah sesaran (slip). SLT merupakan struktur pelat kayu yang kompak.
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa jenis kayu dari hutan tanaman dan tanaman rakyat menunjukkan bahwa tegangan lentur dan konositas tiang rata-rata kayu eucalyptus ( Eucalyptus deglupta ) berturut-turut 730,40 (kg/cm2 ) dan 0,631 (cm/meter), sedangkan tiang kayu rasamala berturut-turut 764,37 (kg/cm 2 ) dan 0,716 (cm/meter) dengan koefisien regresi hubungan antara konositas-ketinggian tiang kayu eucalyptus R= 0,247 dan rasamala R= 0,597.
F. Kapal Kayu
Indonesia termasuk negara maritim sehingga untuk perhubungan antar pulau dan usaha perikanan, kapal merupakan suatu alat transportasi yang telah lama dipergunakan. Industri kapal kayu telah berkembang sejak dulu yang diawali dengan perahu-perahu tradisional hingga kapal patroli cepat yang dibuat secara modern. Kayu yang digunakan untuk membuat kapal/perahu umumnya harus kuat dan awet. Untuk menjamin keselamatan pelayaran, maka Biro Klasifikasi
Indonesia di bawah
Departemen Perhubungan mengatur semua persyaratan kayu, pembuatan serta perlengkapan yang harus dipenuhi oleh kapal kayu, antara lain (Anonim, 1975) : -
Untuk lunas, linggi haluan, lingggi buritan, wrang, gading, balok buritan, tutup sisi
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Gambar 1. Pembuatan kapal rakyat di Probolinggo
Beberapa syarat lainnya adalah tahan terhadap air, cuaca, jamur dan serangga. Untuk bagian konstruksi di atas garis air dibuat dari kayu yang telah dikering udarakan. Untuk bagian di bawah garis air dapat dibuat dari kayu yang tidak begitu kering. Untuk kamar ikan harus dibuat dari kayu dengan kelembaban yang sangat tinggi. Dari beberapa jenis kayu yang direkomendasikan untuk pembuatan kapal kayu (FPB-28), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan telah disarankan bahwa kayu jati dapat menggantikan kayu kambala ( Chlorophora excelsa ) yang diimpor dari Afrika. Di galangan kapal rakyat di pesisir utara P. Jawa terdapat beberapa jenis kayu rakyat digunakan untuk pembuatan kapal kayu tradisional.
Tabel 2. Beberapa jenis kayu yang digunakan untuk kapal
No.
Jenis kayu
Bagian kapal
1.
Mahoni
Gading, senta, lambung, geladak
2.
Waru
Gading
3.
Jati
Lunas, gading, senta, tiang, lambung, geladak
4.
Bungur
Rangka, gading, galar, kulit,
geladak
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
buah sebagai bahan kayu pertukangan dan konstruksi. Hal ini mungkin ini disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai pemanfaatan kayu rakyat yang sesuai dengan tujuan pemakaian atau jenis peralatan yang dimiliki atau dipakai sangat sederhana. Dalam makalah ini diinformasikan spesifikasi ukuran balok untuk rangka dinding, kusen pintu kayu, kusen jendela kayu, daun pintu kayu dan daun jendela kayu untuk bangunan rumah dan gedung seperti pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Ukuran penampang balok untuk rangka dinding yang biasa digunakan
Balok Ukuran penampang (cm) Untuk bantalan 6/8, 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12 Untuk dinding 8/12, 10/12, 10/14, 12/14, 12/16 Kuda-kuda penopang 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12, 12/14 Tiang 8/8, 10/10, 12/12 Palang 6/8, 8/8, 8/10, 10/10, 10/12, 12/12 Sumber : SK SNIS – 1990. Departemen PU Sampai saat ini konstruksi kayu masih banyak dilakukan oleh tukang yang umumnya tidak mengikuti perhitungan konstruksi. Di Indonesia sendiri baru pada akhir tahun 50-an (1957), perhitungan mengenai konstruksi kayu mendapat perhatian yaitu setelah dicantumkannya konstruksi kayu sebagai mata kuliah di perguruan tinggi dan
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Dalam beberapa hal ukuran tersebut sangat sulit diperoleh di pasaran, hal ini karena untuk memperoleh ukuran yang sesuai standard dan persyaratan perhitungan gaya, maka diperlukan ketelitian yang tinggi sejak saat penggergajian yang memperhitungkan adanya kadar air dan penyusutan arah. Selain itu kayu yang digergaji yang umumnya berasal dari hutan rakyat, berdiameter kecil dengan mutu batang yang kurang bagus (bengkok dan porsi gubalnya tinggi).
B. Mutu Kayu Gergajian
Setiap penggunaan kayu, diperlukan perencanaan yang matang. Dalam perencanaan penggunaannya diperlukan dukungan data teknis dari masing-masing jenis kayu yang akan digunakan. Untuk pembuatan produk kayu tertentu seringkali diperlukan persyaratan ukuran maupun mutu kayu sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk keperluan konstruksi, sebaiknya ukurannya disesuaikan dengan ukuran standar, misalnya untuk reng berukuran 2/3, 4/6; kaso berukuran 5/7, atau untuk komponen kuda-kuda kayu berukuran 5/10, 6/12 dan 8/12 dan sebagainya. Selain itu disyaratkan kadar air, kerapatan dan sebagainya perlu pula diperhatikan.
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
tersebut digunakan. Kondisi kayu yang paling aman untuk dipergunakan adalah kondisi kayu kering udara, karena pada kondisi ini dimensi kayu sudah stabil dan tahan terhadap perusak biologis. Di Indonesia kadar air kayu dalam kondisi kering udara berkisar antar 10 – 18 % (Kadir, 1973). Selain sifat fisisnya, untuk keperluan bahan bangunan, perlu diperhatikan pula sifat mekanis kayu. Sifat mekanis yang sering digunakan sebagai acuan dalam perencanaan suatu struktur bangunan antara lain modulus slastisitas (MOE), modulus patah (MOR), keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan geser. Sifat fisis dan mekanis kayu selain dipengaruhi oleh jenis kayu dan umur pohon, juga dipengaruhi oleh bagian batang (gubal dan teras). Sifat fisis dan mekanis beberapa jenis kayu dari hutan rakyat dapat dilihat pada Lampiran 1.
V. PENGEMBANGAN KAYU RAKYAT UNTUK BAHAN BANGUNAN
Kayu dari hutan rakyat seperti halnya kayu dari hutan tanaman, yaitu berdiameter kecil, sebagian besar merupakan kayu muda, untuk mengolahnya menjadi bahan bangunan diperlukan beberapa teknologi antara lain :
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
et.al ., 2000), sedangkan Ginoga (1999) dalam Malik et.al. (2000) dari rata panjang dolok
259 cm dan diameter rata-rata 21,5 cm, diperoleh rendemen 53,57%. Rendemen gergajian kayu mimba sampai menjadi kusen rata-rata 38%.
B. Teknologi Pengeringan
Pengeringan kayu dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber panas memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, terutama pada industri kecil atau pengrajin yang kemampuan modal, tenaga kerja serta bahan baku kayu yang diolah terbatas dan tidak menentu. Alat pengering kayu lainnya ialah kombinasi energi surya dan energi lain dari tungku untuk 3 kapasitas kayu basah, yaitu kapasitas maksimum 1,5 m3, 3 – 4 m3 dan 6 – 8 m3. Hasil percobaan pengeringan alami lima jenis kayu andalan Jawa Barat menunjukkan bahwa kayu pulai kongo, mahoni dan suren termasuk agak cepat mengering, sedangkan kayu kibawang dan salamander agak lambat mongering. Untuk percobaan pengeringan suhu tinggi, maka suhu dan kelembaban minimum-maksimum yang diperkenankan untuk kayu pulai kongo dan mahoni 70-95°C dan 29-75%; kibawang 65-88°C dan 29-78%; salamander 58-83°C dan 27-82%; suren 65-90°C dan
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
metode rendaman (panas, dingin, dan panas-dingin) dan metode pelaburan, metode pelaburan kurang efektif karena retensi dan penetrasinya rendah. Bahan pengawet yang digunakan antara lain Impralit CKB, Borak-borik atau bahan pengawet yang mudah dijangkau di pasar bebas.
D. Teknologi Perekatan
Dari kayu yang berasal dari tanaman rakyat telah dihasilkan beberapa produk perekatan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan, antara lain kayu lapis indah, glulam, papan partikel, papan mineral dan papan blok. 1. Kayu lapis indah
Kayu lapis indah adalah kayu lapis yang permukaannya diberi lapisan venir dan kertas bercorak indah (Sulastiningsih et al . 1999 dalam Kliwon et. al., 2002). Kayu lapis indah yang dibuat dari venir kayu manii, gmelina, mimba dan mangium mutunya memenuhi standar Indonesia. 2. Glulam
Glulam yang lebih dikenal sebagai balok lamina merupakan suatu balok yang diperoleh dari perekatan papan gergajian yang berdimensi lebih kecil yang direkat
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
formaldehida maupun kestabilan dimensi terhadap pengaruh kelembaban tinggi dan keteguhan rekat internalnya, papan partikel komposit sengon aman digunakan sebagai komponen rumah baik di dalam ruangan khususnya plafon, penyekat ataupun sebagai dinding yang tidak terlalu menahan beban.
Gambar 2. Contoh produk papan partikel komposit sengon
4. Papan mineral
Beberapa jenis papan mineral telah dikenal digunakan sebagai penyekat ruangan seperti papan gypsum, papan wol kayu. Papan wol kayu dari kayu sengon yang dibuat telah dicoba untuk dinding di perumahan dan kantor.
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
VI. PENUTUP
Kayu yang berasal dari hutan rakyat yang pada umumnya berumur muda, berdiameter kecil (< 25 cm), sudah tentu bermutu rendah, tetapi karena pasokan kayu dari sumber utama (hutan alam/hutan tanaman) semakin menurun bahkan hampir habis maka pemakai kayu sudah lama cenderung memilih kayu-kayu tersebut. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai akhir-akhir ini, kayu yang berasal dari hutan/tanaman rakyat pada dasarnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk pertukangan maupun bahan bangunan. Namun dalam pemakaiannya harus didukung oleh teknologi yang dapat memperbaiki sifat-sifat kayu, seperti pola penggergajian, pengeringan, pengawetan dan teknologi pengolahan seperti perekatan kayu. Disamping itu diperlukan pula data-data teknis dari masing-masing jenis kayu yang akan digunakan. Untuk keperluan kayu sebagai komponen bangunan, sebaiknya ukuran kayu mengikuti ukuran standar seperti ukuran reng, kaso, balok-balok dan lain-lain, atau melalui perhitungan analisa struktur bangunan sesuai dengan spesifikasi bahan bukan
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Brown, HP, J. Panshin dan C.C. Forsaith. 1952. Textbook of Wood Technology. Vol. II. Mc.Graw-Hill Book.Co. New York. Tular, R.B. dan A. Idris. 1981. Sekilas mengenai ”Struktur Bangunan Kayu di Indonesia”. Proceedings Lokakarya Standardisasi dan Normalisai Kayu Bangunan. Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Darmaga 18 September 1980. Dungani, R. 2002. Status pengawetan kayu di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. November
2002. Diakses dari Internet E-mail:
[email protected],
tanggal 21 Agustus 2006. Khaerudin. 1995. Analisis Biaya dan Marjin Tataniaga Kayu Gergajian di DKI Jakarta (Studi Kasus di Pelabuhan Sunda Kelapa). Skripsi Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor. Tidak diterbitkan. Kadir, K. 1973. Kadar air kering udara di Bogor. Laporan No. 12. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Malik, J., A. Santoso dan O. Rachman. 2000. Himpunan Sari Hasil Penelitian : Sari Hasil Penelitian Mangium dan Tusam. Pusat Litbang Haasil Hutan. Bogor Martawidjaya, A. dan I. Kartasudjana. 1986. Ciri Umum Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
Lampiran 1. Sifat fisis dan mekanis beberapa jenis kayu rakyat No. 1 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Jenis 2 Akasia (Acacia mangium Willd.) Bungur (Lagerstroemia speciosa) Damar (Agathis alba) Durian (Durio zibethinus) Jabon (Anthocephalus cadamba) Jati (Tectona grandis) Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Kayu afrika (Maesopsis eminii Enghl.) Kayu manis (Cinnamomum purrectum) Laban (Vitex pubescens) Mahoni (Swietenia macrophylla) Matoa (Pometia pinnata) Meranti putih (Shorea javanica) Mindi (Melia excelsa) Pasang (Quercus lineata) Balobo (Diplodiscus sp) Puspa (Schima wallichii Noronhae) Rasamala ( Altingia excelsa Noronhae) Saninten (Catanopsis argentea) Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) Sonokeling (Dalbergia latifolia) Sonokembang (Pterocarpus indicus) Sukun ( Artocarpus altilis)
Kerapatan 3 0.446-0.577 0.69 (0.58-0.81) 0.48 (0.43-0.54) 0.57 (0.42-0.69) 0.42 (0.29-0.56) 0.67 (0.62-0.75) 0.59 (0.47-0.73) 0.4 0.63 (0.40-0.86) 0.87 0.61 (0.53-0.67) 0.77 (0.50-0.99) 0.63 (0.47-0.83) 0.53 (0.48-0.57) 1.00 (0.94-1.1) 0.73 (0.67-0.73) 0.62 (0.45-0.72) 0.81 (0.61-0.90) 0.73 (0.55-0.85) 0.33 (0.24-0.49)
MOE (x1000) 4 113 97 11.2 97.9 68.0 127.7 63.6 52.6 85 101 92 143 98 82 181 80 114 92 103 44.5
MOR 5 942 861 503 618 691 1031 734 484 563 1215 623 1020 587 548 1298 768 800 1043 987 526
0.49 (0.39-0.57) 0.83 (0.77-0.86) 0.65 (0.39-0.94) 0.33 (0.24-0.54)
44.9 115 134 25.4
439 1162 915 244.54
C// 6 436 432 334 361 374 550 385 284 370 681 360 578 323 312 539 389 440 598 545 283 263 617 519 159.13
Geser (R) 7 61.4 89.7 24.8 45.4 48.4 80 92.5 38.9 65.2 115 40.2 65.8 51.1 55.6 90.1 88.3 44.0 51.1 73.0 44.5
Geser (T) 8 70.5 94.5 25.0 52.3 59.1 80 100.6 47.4 71.0 42.4 70.5 55.9 66.7 115.7 106.5 47.8 62.5 81.9 49.9
Kelas Kuat 9 III II-III III II-III III-IV II III-II III II-III II II-III II-III II-III III-II I II II II II IV-V
Kelas Awet 10 III-IV II-III IV IV-V IV-V I V III-IV II-IV III III-IV II-IV IV-V II-IV II III II-III III IV-V
47.5 78.5 92.9 38.47
51.7 90.2 95.1 36.55
III II II-IV III-IV
IV-V I II-IV IV-V
147
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 130-148
1 25. 26. 27 28. 29.
2 3 Sungkai (Peronema canescens) 0.63 (0.52-0.73) Suren (Toona sureni) 0.29 (0.27-0.67) Tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) 0.55 (0.40-0.75) Waru (Hibiscus tiliaceus CAU.) 0.54 (0.36-0.64) Warugunung (Hibiscus macrophyllus 0.40 (0.36-0.56) Roxb.) 30. Nyamplung (Calophyllu inophyllum L.) 0.69 (0.56-0.79) Sumber : Martawijaya et al. 1989; Martawijaya et al., 2005; Oey (1991)
4 101 86.5 127 43.0 65.3
5 683 532 849 438 588
6 317 292 449 226 342
7 62 32 81.2 74.4 61.8
8 67.8 41.6 93.2 87.4 64.1
9 II-III IV III III-II III-IV
10 III IV-V IV III-IV III-IV
77
486
432
58.2
65.1
II
II-IV
148