Kayu manis atau nama ilmiahnya adalah Cinnamomum burmani. Dibudidayakan untuk
diambil kulit kayunya di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut . Tinggi pohon mencapai1 m sampai sampai 12 m, daun lonjong atau bulat telur, warna hijau, daun
Kayu manis
muda berwarna merah. Umumnya tanaman yang (Cinnamomun burmani) tumbuh di dataran tinggi warna warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah (Rismunandar, 1993). Menurut Dirjen Perkebunan (2007), nama umum yang digunakan di Indonesia : Holim (Batak), Kayu Manis (Melayu), Madang Kulit Manih (Minangkabau), Mentek (Sunda), Onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puudinga (Flores). Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, Indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceaeyang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah,
hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain (Heyne, 1987). Kayu manis (Cinnamomum burmanni ) ) diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Anak kelas
: Magnoliidae
Bangsa
: Laurales
Suku
: Lauraceae
Marga
: Cinnamomum
Jenis
:Cinnamomum burmanni ( Backer and Brink, 1963:121) Dari 54 spesies kayu manis (Cinnamomum sp.) yang dikenal di dunia,
12 di antaranya terdapat di Indonesia. Tiga jenis kayu manis yang menonjol di pasar dunia yaitu Cinnamomum burmannii(di Indonesia) yang produknya dikenal dengan nama cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di Sri Lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum cassia cassia (di China) yang produknya dikenal dengan Cassia China. Jenis-jenis tersebut merupakan beberapa tanaman rempah yang terkenal dipasar dunia. Tanaman kayu manis yang selama ini banyak dikembangkan di Indonesia adalah C. burmannii Bl, yang merupakan usaha perkebunan rakyat, terutama diusahakan di Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Jenis C. burmanii BL atau cassiavera ini merupakan
hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain (Heyne, 1987). Kayu manis (Cinnamomum burmanni ) ) diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Anak kelas
: Magnoliidae
Bangsa
: Laurales
Suku
: Lauraceae
Marga
: Cinnamomum
Jenis
:Cinnamomum burmanni ( Backer and Brink, 1963:121) Dari 54 spesies kayu manis (Cinnamomum sp.) yang dikenal di dunia,
12 di antaranya terdapat di Indonesia. Tiga jenis kayu manis yang menonjol di pasar dunia yaitu Cinnamomum burmannii(di Indonesia) yang produknya dikenal dengan nama cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di Sri Lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum cassia cassia (di China) yang produknya dikenal dengan Cassia China. Jenis-jenis tersebut merupakan beberapa tanaman rempah yang terkenal dipasar dunia. Tanaman kayu manis yang selama ini banyak dikembangkan di Indonesia adalah C. burmannii Bl, yang merupakan usaha perkebunan rakyat, terutama diusahakan di Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Jenis C. burmanii BL atau cassiavera ini merupakan
produk ekspor tradisional yang masih dikuasai Indonesia sebagai negara pengekspor utama di dunia. Batang pohon kayu manis tegak, berkayu, bercabang-cabang, agak berat, agak lunak, padat, struktur agak halus, serat halus, warna ros kecoklat coklatan,getahnya keputihan dan kuning muda. Bagian yang paling sering digunakanadalah bagian dalam kulit kayu manis (Heyne, 1987: 795). Daun kayu manis tunggal, berbentuk lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 4-14 cm, lebar 1-6 cm, pertulangan daun melengkung, berbau harum ketika diremas, warna daun ketika muda merah pucat, dan setelah daun tua menjadi berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk malai, tumbuh di ketiak daun, berambut halus, tangkai panjang 412 mm, benang sari dengan kelenjar di tengah tangkai sari, mahkota panjang 4-5 mm, dan berwarna kuning. Jenis buahnya berupa buah buni dengan panjang ± 1 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi berwarna hitam. Bijinya kecil-kecil, bulat telur, masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi berwarna hitam. Akar pohon tunggang dan berwarna coklat (Backer and Brink,1963: 121 )
Thomas and Duethi (2001) menerangkan bahwa kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, damar, damar, zat penyamak, dimana cinnamaldehyd cinnamaldehyd merupakan komponen
yang terbesar yaitu sekitar 70 %. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni , dapat dilihat pada tabel 2.1.dibawah ini: Kadar air 7,90 % Minyak atsiri 2,40 % Alkohol ekstrak 8,2- 8,5 % Abu 3,55 % Serat kasar 20,30 % Karbohidrat 59,55 % Lemak 2,20 % Sumber : Thomas and Deuthi (2001) Minyak atsiri diperoleh dari destilasi kulit maupun daun kayu manis. Komponen -komponen utama minyak kulit kayu manis adalah sinamaldehid, eugenol, aceteugenol dan beberapa aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Disamping itu juga mengandung methyl-namyl ketone yang juga sangatmenentukan dalam flavour khusus dari minyak kayu manis (Rusli dan Abdullah,1988). Komponen terbesar minyak atsiri dari kulit kayu manis adalah sinamal aldehid dan eugenol yang menentukan kualitas minyaknya. Kadar komponen kimia kulit kayu manis sangat tergantung pada daerah asalnya atau tempat penanamannya (Rismunandar, 1993). Beberapa kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehid, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak (Hariana, 2008: 14). Kandungan polifenol yang terdapat di dalam kayu manis adalah rutin, quercetin, kaempferol, isorhamnetin, dancatechin. Polifenol dalam kayu manis
yang memiliki aktivitas mirip dengan insulin ( insulun mimetic ) adalah doubly- linked procyanidintype-A polymeres yang merupakan bagian dari
catechin/epicatechin yang selanjutnya disebut sebagai MHCP atau cinnamtannin BI. Selain itu, kayu manis juga memiliki komponen bioaktif
berupa cinnamaldehyde, cinnamic acid, cinnamate, dan essential oil (Baker et al, 2008). Di dalam kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.) terdapat kandungan senyawa kimia berupa fenol, terpenoid dan saponin yang merupakan sumber antioksidan (Selvi et.al, 2003:455). Selain itu kayu manis juga diketahui sebagai salah satu tanaman yang mengandung senyawa sinamaldehid yang memiliki aktivitas tabir surya (Tahir dkk , 2002: 136). Sinamaldehid merupakan senyawa turunan aldehid yang juga termasuk ke dalam golongan senyawa polifenolat yang memiliki sifat antioksidan dan tabir surya yang bertanggung jawab untuk menghambat aktivitas radikal bebas. Beberapa hasil penelitian terhadap kayu manis
diantaranya
dilakukan penentuan koefisien minyak atsiri kulit kayu manis (Padang) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhosa. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata kandungan minyak atsiri kulit kayu manis (Padang) mempunyai daya anti mikroba (koefisien fenol) 3,18 (beberapa kali lebih kuat dari fenol) terhadap Staphylococcus aureus .Daya anti mikroba (koefisien fenol) 3,64 terhadap Salmonella typhosa. (H. Onggirawan, 1980). Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa pengaruh daya
hambat Kayu Manis (Padang) terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1,1 %; sedangkan pada konsentrasi 0,3%;0,5%;0,7% dan 0,9% tidak dapat menghambat (Ria, 1980). Kayu manis (Cinnamomum burmanni Nees ex Bl.) merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai penambah cita rasa masakan tumbuhan kayu manis dikenal memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai anticacing, antidiare, mengobati demam, dan berperan sebagai antiseptik (Trubus, 2012: 355). Tanaman kayu manis telah lama digunakan secara turun temurun oleh bangsa Cina dan India sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Manfaat farmakologis kayu manis diantaranya adalah antioksidan, analgesik, antipiretik, antialergenik, antikanker, antimikroba, antiulserogenik, antikonvulsan, anti inflamasi, sedatif, imunomodulator, hipoglikemik, hipokolesterolemik, dan sebagai obat pada penyakit kardiovaskular. Berbagai penelitian tentang efek kayu manis telah dilakukan akhir-akhir ini. Dengan membuktikan efek antioksidan ekstrak kayu manis pada tikus yang diinduksi Carbon Tetra Chlorida (CCL4), hasilnya ekstrak kayu manis mampu bertindak sebagai hepatoprotektor dengan menurunkan kadar malonilaldehyde (MDA) dan meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD) dan catalase (CAT) (Ravindran et al,
2004).
Bahan
: Kulit kayu manis 2 jari, daun sirih 3 lembar, cengkeh 3 buah, gula batu secukupnya
Pemakaian : Semua bahan digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Setelah
dingin
disaring
lalu
diminum
(Wijayakusuma, dkk , 1994). Bahan
: Kulit kayu manis 1 jari, asam trengguli 2 jari, cekur 1 ½ jari, daun sena ¼ genggam, daun saga manis ¼ genggam, daun kaki kuda ¼ genggam, gula enau 3 jari
Pemakaian : Semua bahan dicuci kemudian dipotong-potong seperlunya, digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum 3 kali sehari ¾ gelas (Wijayakusuma, dkk , 1994). Bahan
: Kayu manis 1 jari, biji pala 5 g, kapulaga 5 butir, cengkeh 5 butir, ubi jalar merah 200 g, merica 10 butir, jahe merah 15 g, susu cair 200 cc.
Pemakaian : Semua bahan kecuali susu direbus dengan 1.500 cc air sampai tersisa 500 cc. Kemudian disaring dan ditambahkan susu untuk diminum.
Bahan
: Kayu manis 5 gr, daun jambu biji 5 lembar.
Pemakaian : Kayu manis dan daun jambu biji direbus dengan 600 cc air dan biarkan hingga tersisa 300 cc. Air yang telah disaring ditambah gula secukupnya kemudian diminum dua kali sehari 150 cc. Bahan
: Kayu manis 3 gr, buah kayu ules 2 gr, rasuk angin 2 gr, rimpang kencur segar 8 gr, ketumbar 3 gr, jintan hitam 2 gr, mungsi 2 gr, rimpang lempuyang 10 gr, pulosari 2 gr, buah adas 2 gr, biji kedawung 4 butir, air sedikit.
Pemakaian : Semua bahan dipipis hingga menjadi pasta. Dipakai dengan cara ditempelkan di seluruh bagian perut dan pakailah gurita (Herlina, dkk , 2011).
Kayu manis dapat tumbuh di dalam semak belukar tanpa pemeliharaan yang intensif. Namun untuk mendapatkan tanaman dengan hasil yang optimal tentu perlu dilakukan persiapan lahan. Biasanya, lahan dibersihkan dari kayu-kayu dan rumput-rumputan liar atau gulma. Setelah lahan dibersihkan, lalu dipersiapkan lubang tanam pada jarak tanam yang diinginkan. Pada penanaman kayu manis dengan sistem monokultur, jarak tanam yang digunakan petani biasanya cukup rapat, dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m. Namun dengan menerapkan sistem tanam monokultur ini maka petani harus melakukan penjarangan, yaitu pada umur 6 tahun dan 10 tahun. Pada sistem tanam tumpang sari lahan juga ditanami dengan tanaman jenis lain sambil menunggu kayu manis menghasilkan. Jenis tanaman yang umumnya digunakan sebagai tumpang sari dengan kayu manis antara lain palawija, sayur, buah, kopi, dan cengkeh. Untuk penanaman sistem tumpang sari, jarak tanamnya harus lebih lebar. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 2 m x 2 m; 2,5 m x 2,5 m; 3 m x 3 m; 4 m x 4 m; dan 5 m x 5 m. Penggunaan jarak tanam ini tergantung pada jenis tanaman lain yang akan ditanam (Rismunandar dan Paimin, 2001). Cara pengolahan tanah untuk penanaman kayumanis sebagai tanaman konservasi ditentukan oleh kondisi topografi dan kedalaman solum
lahan yang akan ditanami (Anonim, 2006), seperti kemiringan, kedalaman solum tanah dan jenis tanaman yang akan ditanam, pengolahan tersebut sebagai berikut: 1. Lahan dengan kemiringan 15-30%. Setelah pengolahan tanah dilakukan pembuatan teras bangku, selain ditanami kayumanis juga ditanami dengan tanaman sela (budidaya lorong) dengan tanaman lain seperti rumput, tanaman penutup tanah, untuk lahan dengan solum yang sangat dalam (>90 cm) ditambah dengan pagar hidup. 2. Lahan dengan kemiringan 30-45%. Bila solum tanah berkisar antara 40-90 cm, setelah pengolahan tanah dibuat teras gulud, kemudian ditanami dengan tanaman penutup tanah dan pagar hidup. Sedangkan bila solum tanah lebih dari 90 cm perlu dibuat teras bangku. 3. Lahan dengan kemiringan >45%. Pada lahan dengan kemiringan >45% diperlukan teras individu dan teras kebun. Lahan hanya ditanami dengan kayumanis, bila ditanami dengan tanaman sela lainnya harus dengan tanaman pohon. Cara pengolahan tanah untuk penanaman kayumanis sebagai tanaman konservasi ditentukan oleh kondisi topografi dan kedalaman solum lahan yang akan ditanami (Anonim, 2006), seperti kemiringan, kedalaman solum tanah dan jenis tanaman yang akan ditanam, pengolahan tersebut sebagai berikut:
Persiapan awal penanaman adalah menyiapkan bibit. Bibit yang digunakan dapat berasal dari biji, tunas (carang), dan stek. Kriteria bibit yang baik umumnya sama yaitu tidak cacat fisik atau luka, sehat dan memiliki pertumbuhan bibit yang baik. Bibit yang sudah terserang hama atau penyakit biasanya pertumbuhannya lambat. Selain kriteria tersebut, bibit harus sudah memiliki tinggi 50-60 cm. Untuk mendapat kualitas kulit manis yang baik ditinjau dari bentuk stick, umur panen yang ideal adalah 6-12 tahun. Hal ini disebabkan kulit tananaman belum 11 begitu tebal sehingga dapat menggulung dengan baik. Hanya saja tanaman umur 6-1 2 tahun masih rendah kandungan minyaknya. Kandungan minyak yang tinggi diperoleh dari tanaman berumur lebih dari 15 tahun. Saat panen terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua. Tanaman yang sudah berdaun demikian biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu kulit sehingga kulit mudah terkelupas. Selain dengan memperhatikan warna daun, tanda-tanda pada tanaman sebagai petunjuk bahwa kulit sudah terkelupas adalah mulai tumbuhnya pucuk baru (Rismunandar dan Paimin, 2001) Seperti tanaman lain, untuk pertumbuhan kayu manis membutuhkan unsur hara tanaman. Selain langsung dari tanah, unsur hara dapat dipenuhi melalui pemupukan. Jenis pupuk yang dianjurkan antara lain pupuk tunggal seperti Urea, TSP dan KCl atau pupuk majemuk seperti NPK. Bila
menggunakan pupuk tunggal, pupuk tersebut dicampur merata dahulu sebelum diberikan dengan perbandingan Urea : TSP : KCl sebesar 2:1:1. Pemberian pupuk tanaman kayu manis sebaiknya pada umur 3-4 bulan setelah tanam dengan frekuensi dua kali setahun yaitu pada saat awal dan akhir musim hujan agar pupuk dapat cepat larut dalam tanah sehingga dapat segera diserap oleh akar tanaman. Bila menggunakan campuran pupuk tunggal, dosis pada pemupukan awal (umur 3-4 bulan) sebanyak 150gr/pohon. Semakin bertambah umur tanaman, dosis pupuk semakin ditingkatkan yaitu untuk tanaman berumur tiga tahun pupuk yang diperlukan sebanyak 1 kg/pohon. Untuk pupuk majemuk NPK, dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan NPK awal dimulai sejak tanaman berumur enam minggu setelah ditanam, selanjutnya pada umur satu tahun pemupukan dilakukan dua kali, dan pada umur selanjutnya pemupukan dilakukan sekali tahun. Dosis pemupukan dengan pupuk majemuk NPK adalah sebagai berikut : umur 1,5 bulan sebanyak 20 g/pohon, umur 6 bulan sebanyak 50 g/pohon, umur 1 tahun sebanyak 125 g/pohon, umur 2 tahun sebanyak 250 g/pohon, umur 3 tahun sebanyak 500 g/pohon, umur 4 tahun sebanyak 750 g/pohon, umur 5 tahun sebanyak 1 kg/pohon dan diata 5 tahun sebanyak 1,5-2,5 kg/pohon. Cara pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dibenamkan dalam lubang tugalan atau pada alur di sekeliling tanaman. Namun sebelum
dilakukan pemupukan, gulma yang tumbuh disekitar tanaman harus dibersihkan terlebih dahulu, selanjutnya tanah digemburkan terlebih dahulu sebelum dipupuk agar penyerapan pupuk lebih cepat. Lubang tanam yang telah disiapkan diberi pupuk kandang sebanyak 1kg/lubang tanam. Apabila pembibitan dilakukan dengan menggunakan polibeg, bibit dimasukkan ke lubang tanam, polibeg disobek dengan hati-hati agar akaryang membungkus akar tidak ambruk. Kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan agar pertumbuhannya kokoh. Pada saat penanaman diusahakan agar leher akar tidak tertimbun tanah. Waktu tanam dilakukan pada awal musim hujan dan kira-kira sebulan sebelumnya lubang tanam telah disiapkan.
a) Hama kayu manis 1. Ulat sikat a. Gejala serangan Daun tanaman yang diserang ulat sikat tampak rusak karena digerogoti. Ditanah bagian bawah tanaman banyak terdapat kotoran ulat dan bekas sobekan daun. b. Pengendalian Hama ini dapat dikendalikan secara fisik maupun kimiawi. Cara fisik dengan menangkap ulat yang menempel pada daun,
lalu dibuang atau dimusnahkan. Sementara daun atau bagian tanaman bekas serangan ulat ini dipotonh lalu dibuang. Hal ini perlu dilakukan karena bisa saja ada telur serangga yang belum menetas menempel pada daun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak. Penggunaan insektisida kontak dilakukan agar hama yang pada saat penyemprotan insektisida belum menyerang tanaman akan mati saat menyerang tanaman bagian tanaman yang sudah disemprot. 2. Ulat sikat rambut kuning a. Gejala serangan Ulat sikat rambut kuning menyerang tanaman dengan cara memakan daun. Dalam waktu singkat biasanya sebatang pohon bisa gundul akibat serangannya. Walaupun dapat menggunduli tanaman, namun belum pernah tercatat bahwa serangannya dapat merusak areal kayu manis. Biasanya hanya beberapa pohon saja yang diserang. b. Pengendalian Oleh karena serangannya belum bisa dikatakan merugikan maka umumnya pengendalian hama ini praktis tidak dilakukan. Namun demikian, kalau di khehendaki maka pengendaliannya dapat menggunakan insektisida.
3. Ulat kenari a. Gejala serangan Gejala serangan ulat kenari dapat dilihat dari keadaan kulit kayu yang sulit dikupas karena lengket. Pada daun dan cabang banyak terdapat telur yang menempel. Selain itu, pada tangkai daun terdapat kepompong yang membentuk seperti kantong jala. Serangan pada tanaman muda atau berumur kurang dari satu tahun dapat dilihat dari matinya tanaman. b. Pengendalian Pengendalian ulat kenari dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya ialah secara fisik, kimiawi, atau biologis. Pengendalian secara fisik dilakukan dengan cara mengumpulkan hama tersebut dan membakarnya. Pengendalian fisik dengan mengumpulkan telur dan kepompong lebih baik dibanding mengumpulkan larva. Ini disebabkan dengan pengambilan telur maka kerusakan tanaman dapat dihindari. Sementara dengan pengumpulan kepompong maka perluasan serangan dapat dicegah. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan insektisida berbahan aktif fenvalerat (sumicidin 5 EC) atau sipermetrin (cymbush 50 EC) yang mampu membunuh larva instar terakhir hingga 80-90%. Bila menggunakan fenvalerat, dosisnya 1 ml/1
air. Sementara bila menggunakan sipermetrin, dosisnya 1,5 ml/1 air. Untuk pengendalian secara biologis dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama ini, baik yang menyerang telur maupun larva. Musuh alami kyang menyerang telur antara lain Telenomus sp., Angiommatus sp., dan Mesocomys orientalis . Sementara musuh alami yang menyerang larva di
antaranya ialah Xantopimpla sp dan Excorita sp. Semua musuh alami tersebut adalah jenis ngengat. 4. Ulat agar-agar a. Gejala serangan Gejala serangan yang tampak antara lain pada bagian bawah daun terdapat ulat ini. Bila dalam bentuk telur, biasanya pada daun menempel telur secara berkelompok atau satu-satu. Daun yang diserang biasanya mengering. b. Pengendalian Pengendalian
hama
ini
dapat
dilakukan
dengan
memanfaatkan musuh alaminya, yaitu lebah parasit dan lalat parasit. Selain dengan musuh alami, hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida Curacron 500 EC. Dosisnya sesuai petunjuk pada label kemasan. 5. Ulat kantung a. Gejala serangan
Gejala kerusakan yang tampak pada tanaman antara lain adanya lubang-lubang pada daun yang terpisah satu sama lain. Selain itu, pada tanaman terdapat kantung-kantung yang didalamnya berisi ulat. Semakin banyak ulatnya maka semakin besar ukuran kantungnya. b. Pengendalian Pengendalian ulat ini dapat dengan cara fisik, yaitu memusnahkan kantung-kantung yang ada pada tanaman. Selain itu, tanaman perlu disemprot dengan insektisida seperti Curacrin 500 EC. 6. Kutu Perisai a. Gejala serangan Gejala serangan kutu perisai ini antara lain pada permukaan daun-daun muda bebercak kuning. Daun yang bebercak tersebut lama kelamaan akan mengering. b. Pengendalian Walaupun serangannya belum dapat dikatakan serius, tetapi tindakan pencegahan atau pengendaliannya sangat diperlukan. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan. 7. Tungau bungkul a. Gejala serang b. Pengendalian 8. Kumbang moncong
a. Gejala serang Tanaman yang terserang tampak memiliki ranting yang mengering. Di dalam ranting tersebut terdapat alur atau lubang berbentuk spiral melingkar ranting. b. Pengendalian b) Penyakit kayu manis 1. Kanker baris Ada dua cara untuk mengendalikan serangan penyakit kanker ini pada tanaman Produk utama kayu manis adalah kulit kayu. Kulit kayu manis ini dibutuhkan banyak negara untuk keperluan bahan industri farmasi, kosmetika, pengawet serta bumbu penyedap makanan dan minuman. Tentunya negara-negara pengimpor kayu manis tersebut menetapkan standar mutu yang diinginkan. Agar produk kayu manis memenuhi standar mutu, perlu adanya perawatan yang intensif. Salah satu faktor menyebabkan turunnya mutu kayu manis adalah adanya serangan hama dan penyakit. a. Hama kayu manis Dimana pun lokasi penanamannya, kayu manis tidak akan luput dari serangan beberapa jenis hama. Memang hingga saat ini belum ada laporan kerusakan yang sangat berarti akibat serangan hama pada kayu manis. Namun, karena faktor mutu hasil yang sangat diutamakan maka
serangan hama harus dapat diantisipasi. Hama dapat menurunkan mutu hasil produk yang sebagian besar digunakan untuk pasar ekspor. Adapun beberapa jenis hama yang menyerang kayu manis adalah sebagai berikut. 1. Ulat sikat Ulat sikat merupakan larva dari kupu-kupu Dasychra mendosa yang berasal dari Asia Timur, Asia Selatan, dan
Australia. Hama ini disebut ulat sikat karena disekeliling tubuhnya dihiasi rambut yang relatif panjang sehingga tampil seperti sikat. Kepalanya yang berwarna merah ditumbuhi gugusan rambut putih dari segmen keempat sebelah kanan-kiri dan gugusan rambut berwarna hitam dari segmen kelima. Sisi tubuhnya dihiasi noda-noda merah. Tubuhnya berukuran 3-4 cm. Ulat ini menyerang daun, tetapi serangan hama ini belum membahayakan karena tanaman masih bisa tumbuh baik. Namun, bukan berarti hama ini tidak diwaspadai. Kalau serangannya dalam populasi yang banyak, sangat mungkin tanaman bisa mati karena seluruh daun bisa rusak. Beberapa jenis tanaman inang hama ini adalah kayu manis, kopi, juwet, rambutan, kedondong, jarak, ubi kayu, kapok, jambu air, kemiri, ketapang, dan gambir. 2. Ulat sikat rambut kuning Ulat sikat rambut kuning pun merupakan larva dari salah satu jenis kupu-kupu, yaitu Orgyia postica, yang betinanya tidak
bersayap. Ulat ini mudah dikenali dari gugusan rambut kuning dibagian atas depan tubuhnya. Seluruh tubuhnya berambut panjang. Tanaman inang ulat ini adalah kakao, kopi, kina, teh, jeruk, mangga, jarak, kacang-kacangan. lamtoro, pinus dan kayu manis. Ulat yang akan menjadi kupu-kupu betina dewasa akan tumbuh dalam kepompong. Oleh karena tidak bersayap, kupu-kupu ini tidak meninggalkan kepompongnya. Bentuk tubuh betina bulat telur memanjang dengan warna sawo matang dan berbulu lebat. Kupukupu betina akan kawin dengan jantan yang baru saja keluar dari kepompongnya. Setelah kawin, kupu-kupu betina tidak dapat berkeliaran, tetapi lambat laun akan menjadi sejenis kantung yang penuh telur. Daur hidup dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berkisar 3-4,5 minggu.
Ulat ini berkembangbiak secara eksplosif. Sebatang pohon kayu manis dapat dihinggapi oleh banyak ulat. Serangannya berlangsung pada malam hari, sedangkan siang hari ulat beristirahat. 3. Ulat kenari
Ulat kenari merupakan larva dari kupu-kupu Cricula trifenestrata . Hama ini menyerang tanaman mudah maupun tanaman
tua. Serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan turunannya produksi dan mutu kulit karena sulit dikupas. Hama ini mudah dikenali dari warna hitam berbintik dan berambut putih di seluruh tubuhnya. Kepala dan bagian abdomen atau belakang berwarna merah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 6 cm. Fase larva ini berlangsung selama 25-30 hari. Memasuki fase kepompong, ulat ini secara bersama akan bergerak ke suatu tempat secara sekelompok untuk membentuk kepompong. Kepompong terangkai satu sama lainnya ditangkai daun sehingga membentuk seperti kantong jala. Warna kepompong kuning emas. Setelah menjadi kupu-kupu, tubuhnya berwarna cokelat. Kupu-kupu jantan berukuran 7,5 cm yang diukur dari ujung-ujung sayap, sedangkan betina lebih gemuk. Pada sayap bagian atas dari betina terdapat bercak transparan yang lebih besar dari jantan. Jumlah bercaknya sama, yaitu tiga bercak pada sayap depan dan satu pada sayap belakang. Telur berwarna putih abu-abu, pipih dan jumlahnya banyak. Oleh karena banyak, perkembangan hama ini sangat pesat sehingga perlu diwaspadai karena dapat merusak tanaman secara serius.
Keberadaan telur dapat dilihat pada daun dan cabang. Fase telur berlangsung selama 10-11 hari. Sebenarnya hama ini merupakan hama utama pada jambu mete. Selain itu beberapa jenis tanaman inang hama ini antara lain alpukat, kedondong, jambu, kopi dan mangga. Kalau tidak menemukan jenis tanaman inang tersebut maka hama ini akan menyerang kayu manis. 4. Ulat agar-agar Ulat yang merupakan larva kupu-kupu Chalcoscelides copaneipars ini merupakan ulat polifag dan banyak ditemukan di
India, Malaka, Taiwan, dan Jawa hingga ketinggian 1.700 m. Tubuhnya bulat, lunak seperti agar-agar, dan tertutupi lapisan seperti agar-agar berwarna transparan kebiruan sampai hijau kekuningan. Panjangnya sekitar 25 cm dan lebar 13 mm. Kupukupunya bertelur hingga 400-600 butir yang diletakkan satu-satu atau berkelompok pada daun. Larva yang baru menetas memakan jaringan daun bagian bawah. Tanaman inangnya ialah mangga, kelapa, kedondong, jeruk, kakao, jambu biji, dan kayu manis baik di dataran rendah maupun tinggi. 5. Ulat kantung Di Jawa barat ulat kantung ini diberi nama eunteup . Ulat kantung merupakan larva dari kupu-kupu Amatissa cuprea . Kantung yang dibentuk ulat ini berbentuk silindris meruncing kebawah dengan
panjang 3 cm. Kupu-kupunya berwarna cokelat dengan sayap atas tampak berkilau seperti kuningan. Tanaman inang ulat ini antara lain kayu manis, mangga, jambu biji, jambu air, dan jeruk. 6. Kutu perisai Kutu perisai (Parlatoria sp) berwarna hitam. Kutu ini biasanya melekat
pada
daun
dan
ranting
dalam
kelompok.
Perkembangbiakannya sangat cepat sehingga dalam satu kelompok bisa terdiri atas puluhan bahkan ratusan individu. Kutu ini hidup dengan mengisap jaringan pada daun atau ranting sehingga jaringan daun dan kulit ranting bisa mati. Walaupun demikian, serangan hama ini diareal kayu manis belum berarti karena belum menunjukan kerusakan yang cukup serius. Tanaman inangnya antara lain kayu manis, jeruk, dan kapuk. 7. Tungau bungkul Tungau bungkul atau mitjen atau tungau gelembung (Eriophyes boush ) di jawa barat disebut sieur . Serangan dari ordo Acarina ini bertubuh memanjang dan berbentuk seperti cacing. Pada tubuhnya hanya terdapat dua pasang kaki. Panjang tubuhnya hanya sekitar 0,12-0,14 mm. Tungau ini menyerang pucuk ranting dari pucuk daun mudah. 8. Kumbang moncong Kumbang moncong Rhynchites lauraceae yang bertubuh warna hitam ini sangat dikenal di dataran tinggi Jawa. Panjang
tubuhnya hanya 5-6 mm. Disebut kumbang moncong karena dibagian mulutnya terdapat moncong sepanjang 1,5 mm. Bentuk moncong tersebut halus. Bagian tanaman yang diserang terutama ranting muda. Tanaman inangnya adalah kayu manis dan alpukat. b. Penyakit kayu manis 1. Kanker baris Kanker baris lebih dikenal sebagai penyakit akar. Penyakit ini banyak muncul di perkebunan kayu manis rakyat yang berada di dataran tinggi yang iklimnya lembab sepanjang tahun dan periode keringnya sangat terbatas. Kanker baris mulai muncul sekitar tahun 1922 di Sumatera Barat. Tanaman yang diserang umumnya berumur 2-3 tahun yaitu pada saat kebun mulai padat. Selain itu, penyakit ini pun dapat terjadi di persemaian dan tanaman yang masih relatif muda. Namun, umumnya penyakit kanker muncul pada tanaman yang berada di tanah lempung, perakaran tidak dalam dan sistem pembuangan airnya kurang baik. Sementara pada tanah-tanah ...... dengan sistem pembuangan air yang baik, praktis tidak pernah muncul penyakit ini. di daerah pegunungan dengan lereng cukup miring, serangan penyakit ini praktis tidak membahayakan. a. Penyebab penyakit Penyakit kanker baris disebabkan oleh virus Phytophthora cinnamomi Rands. Virus ini menyerang tanaman
melalui luka pada akar. Hidupnya di dalam tanah dan dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Tanaman inang dari Phytophthora cinnamomi antara lain kayu manis, pinus, nanas,
kina, dan alpukat. Untuk itu, tumpang sari kayu manis dengan tanaman inang lainnya harus dihindari. b. Gejala penyakit Beberapa gejala tanaman yang terinfeksi penyakit ini antara lain adanya garis-garis hitam selebar 5 cm pada kulit batang pokok. Infeksi ini dimulai dari kulit batang pokok dekat leher akar dan menjalar hingga 10-15 meter. Selanjutnya kambium batang pokok akan mengering dan sekaligus kayu dibawahnya akan mati. Serangan bisa berhenti dan diikuti oleh penyembuhan kembali. Lalu, dari kanan kiri garis infeksi tumbuh kalus atau kulit baru sehingga lambat laun luka yang memanjang ke atas ....... kembali. Perkembangan ini akan lebih cepat kalau pohonnya cukup sehat. Pengrusakan sekunder dapat terjadi kalau ada kumbang yang memakan kulit dan kayu yang mengering. Serangan kumbang tersebut dapat masuk hingga kedalam kayu. Akibat serangan kumbang tersebut dapat terjadi infeksi baru. Infeksi pada tanaman yang masih muda menampakkan gejala seperti menguning atau layu, bentuk daun yang baru
tumbuh tidak normal dan ukurannya kecil, serta cabang mengering. 2. Penyakit jamur upas Penyakit ini sering menyerang ranting maupun cabang kayu manis bila keadaan iklim sangat lembab atau kebun yang padat. a. Penyebab Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Corticium vavanicum atau lebih dikenal dengan jamus upas.
b. Gejala serangan Tanaman yang terserang penyakit ini tampak berwarna merah muda. Di atas permukaan ranting atau cabang tampak selapis jamur, baik sebagian maupun melingkar ranting atau cabang. Ranting atau cabang yang kecil tidak dapat bertahan lama dan cepat mati karena infeksi mulai dari kulit hingga kedalam kayu. Ranting atau cabang agak besar yang terserang dapat sembuh kembali, tetapi meninggalkan bekas yang mengering. 3. Penyakit cendawan daun a. Penyebab Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Aecidium cinnamomi. b. Gejala serangan Gejala serangannya berupa noda berwarna kuning yang tertutup serbuk spora kuning. Selain itu, daun tampak bengkak-
bengkak. Infeksi ini mengakibatkan jaringan daun dan ranting mengering atau mati. Panen kayu manis ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru. Jika tanaman sudah mempunyai tanda tanda tersebut biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas dan segera dapat dipanen. Kayu manis yang diperdagangkan adalah dalam bentuk kulit kering, sehingga waktu yang baik untuk memanen atau menguliti tanaman kayu manis adalah menjelang musim hujan agar setelah panen kulit kayu dapat langsung dijemur. Umur panen sangat mempengaruhi produksi kulit kayu manis. Semakin tua umur tanaman maka hasil kulit kayunya akan lebih tebal sehingga produksinya pun akan lebih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas kulit kayu manis dalam bentuk stick , umur ideal untuk dipanen adalah 6-12tahun. Hal ini disebabkan kulit tanaman belum begitu tebal sehingga kulit kayu dapat menggulung dengan baik. Jika ditinjau dari kandungan minyak atsiri, makin tua umur tanaman maka kandungan minyak atsirinya makin tinggi pula tanaman kayu manis berusia 20 tahun memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 3- 4,5% Sistem panen sangat menentukan mutu kulit kayu manis yang dihasilkan, bila cara panen kurang benar maka mutu kayu manis akan turun. Ada empat sistem panen yang biasanya digunakan, yaitu: a. Sistem tebang sekaligus
Sistem ini sangat umum dilakukan petani kulit manis. Caranya dengan memotong langsung tanaman sehingga dekat tanah, setelah itu dikuliti. b. Sistem situmbuk Cara panen ini dilakukan oleh petani di daerah Situmbuk, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini, sekitar dua bulan sebelum batang kayu manis ditebang, kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80 sampai 100 cm. Selanjutnya baru tanaman tersebut ditebang pada ketinggian 5 cm dari 13 pangkal batang. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat dijadikan bibit. c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang Sistem ini dikembangkan oleh petani di daerah Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Caranya yaitu dengan memukuli kulit batang secara melingkar agar kulit yang diperoleh lebih tebal. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti. Benda atau alat yang digunakan sebagai pemukul harusnya benda keras seperti pemukul dari kayu. d. Sistem Vietnam Pada sistem ini dilakukan pengupasan kulit membentuk persegi panjang dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit ini secara berselang-seling sehingga tampak seperti gambar kotak papan catur. (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Teknis pengupasan tanaman kayu manis dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Pengupasan kulit batang Kulit batang kayu manis dikupas dengan menggunakan alat khusus terbuat dari besi yang dibengkokkan pada bagian ujungnya, disebut penganit. Kulit batang dikupas mulai dari bagian bawah dengan panjang sekitar 120 cm. Pengupasan biasanya dilakukan setelah ditebang dan terlebih dahulu batang dikikis agar bersih dari kotoran dan lumut. Setelah dikupas dari batangnya, permukaan kulit
kayu manis harus dibersihkan lapisan kulit terluarnya
menggunakan peraut sampai kulit kayu manis berwarna kemerahan. 2. Pengupasan kulit dahan dan kulit ranting Kulit dahan dan ranting dikupas setelah tanaman ditebang. Setelah itu, tanaman yang sudah ditebang itu dibiarkan selama dua minggu, agar semua bagian dahan dan ranting dapat dikupas dengan mudah. Sebelum dikupas, dahan dan ranting dikerok dengan pisau untuk membersihkan lumut dan kerak. a. Prospek pasar tanaman kayu manis (Cinnamomun burmani)
Prospek kayu manis dunia diperkirakan akan meningkat dengan semakin diketahuinya kegunaan bahan kimia yang terkandung dalam kulit dan minyak kayumanis tersebut. Minyak kayumanis dari C. cassia banyak diperdagangkan di dunia, paling banyak diproduksi oleh China.
Indonesia telah memproduksi minyak kayumanis dari jenis C. burmanii dan C. cassia walaupun dalam jumlah yang sedikit. Konsumen utama Cassia oil adalah Amerika Serikat yang menggunakannya sebagai bahan
campuran pada industri minuman yang populer. Minyak dari daun kayumanis juga banyak dikonsumsi di Amerika sebagai bahan penyedap makanan dan industri parfum. Oleoresin yang dihasilkan dari kulit kayumanis jenis C. burmanii asal Indonesia dan sebagian besar diproduksi di Amerika, banyak dikonsumsi dunia (90%). Oleoresin ini digunakan dalam industri backery (roti dan kue) terutama untuk pembuatan pastry (bahan pie ). Minyak kayu manis banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, rokok dan kosmetika. Disamping itu, minyak ini bersifat anti cendawan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Kayumanis berkhasiat untuk obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, nafsu makan, sakit kepala (vertigo), masuk angin, diare, perut kembung, muntah-muntah, hernia, susah buang air besar, asma, sariawan, dan sakit kencing. Kayumanis memiliki efek farmakologis yang dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic ), peluruh kentut (carminative ), dan menghilangkan rasa sakit (Sedarnawati dan Hanny, 2008; Febriana dan Muhtadi, 2008). Saat ini masyarakat dunia mempunyai kecenderungan untuk menggunakan produk-produk alami yang terlihat dari meningkatnya pengembangan produk special organic dan meningkatnya pasar rempah
termasuk kayumanis di Uni Eropa sebesar rata-rata 9 % per tahunnya. Peningkatan konsumsi kayumanis ini antara lain dikarenakan meningkatnya tuntutan konsumen Uni Eropa terhadap “ healthy lifestyle ” dan adanya anggapan bahwa rempah adalah baha n alami yang
menyehatkan (Dirjenbun, 2008). Permintaan terhadap minuman kesehatan juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 jumlah konsumsi minuman ini mencapai 67 juta liter dengan pertumbuhan sama seperti tahun-tahun sebelumnya sebesar 15%. Pada akhir tahun 2008 diperkirakan akan mencapai 109 juta liter. Ini berarti merupakan peluang yang sangat menggembirakan, apalagi untuk terjun ke industri minuman kesehatan tidak perlu membangun pabrik. Dalam lima tahun terakhir, negara-negara produsen seperti Srilanka, India, Vietnam, dan China mengalami pertumbuhan produksi kayumanis yang cukup tinggi, sedangkan Indonesia mengalami perkembangan produksi sebesar 29,33% dan perkembangan ekspor dalam kurun waktu lima tahun terakhir (Gambar 1). Sementara itu tingkat konsumsi kayumanis dalam negeri selama 5 tahun terakhir tumbuh sekitar rata-rata 81,08% per tahun (Gambar 2). Peningkatan konsumsi tersebut disebabkan oleh makin beragamnya manfaat kayumanis, terutama untuk kesehatan. b. Harga pasar tanaman kayu manis (Cinnamomun burmani) Kurun waktu sampai tahun 1997 merupakan masa keemasan pelaku usaha kayumanis, mulai dari petani, pedagang pengumpul dan
eksportir. Harga kayumanis mencapai titik tertinggi sampai US$ 1,92 per kg dan tidak pernah di bawah US$ 1 seperti terlihat pada Gambar 3 dengan nilai ekspor sebesar US$ 35.979,-. Situasi di atas mendorong masyarakat memperluas areal pertanaman, yang akhirnya menyebabkan over supply . Hal ini menyebabkan sejak tahun 1998 harga kayumanis terus mengalami penurunan sampai sekitar US$ 0,5 dengan nilai ekspor sebesar US$ 20.657,- dan harga ini terus turun mencapai Rp. 2500,-/kg pada tahun 2008 (Bupati Kerinci, 2008). Selain itu, rendahnya harga kayumanis disebabkan oleh bentuk produk yang diekspor masih dalam bentuk produk kulit kayumanis kering gulung, bentuk yang sangat hulu, sedangkan harga produk olahannya seperti minyak kayumanis atau oleoresin tetap tinggi (AECI, 2008), serta mutu yang rendah. Kondisi ini makin sulit dengan adanya isu kandungan coumarin yang tinggi pada kayu manis asal Indonesia, yang dapat menyebabkan alergi kulit bagi sebagian manusia. Permintaan bahan alami termasuk bahan rempah di dunia ke depan akan makin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, perekonomian, tuntutan kesehatan, semakin mahalnya produk-produk sintetis dan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup. Kondisi tersebut mendorong kenaikan akan harga kayu manis di masa datang.