LAPORAN KULIAH LAPANGAN ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PETERNAKAN SAPI
“
PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI BALI PADA SIMANTRI 050 ”
SEDAP MALAM KESIMAN
Oleh:
Kelompok Sapi
1. Alfitri Wulandari
1309005031
2. Mia Karlina Hariati
1409005002
3. Elis Mandari
1509005012
4. Isabella Anjari Ridwan
1509005063
5. Ni Luh Lasmi Purwanti
1509005064
6. Herdi Wahyu Adi Prananda
1509005065
7. Stefanie Nadya Stellanora Sunarko
1509005067
8. Muhammad Alfian Dinika
1509005078
9. Nisa Maharani
1509005079
10. Rahmi Maulidya Putranty
1509005080
11. Putri Nur Hasanah
1509005112
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas Ilmu Kesehatan Lingkungan dengan judul “Pengolahan “Pengolahan Limbah Ternak Sapi Bali Pada Simantri 050 Sedap Malam Kesiman” Kesiman” Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Kunjungan Lapangan Peternakan Sapi pada mata kuliahIlmu Kesehatan Lingkungan. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan tugas ini baik berupa pikiran, tenaga, bahkan dana. Penulis menyadari bahwa paper ini belum sempurna. Oleh karena itu, Penulis menerima dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita.
Denpasar, 22 November 2017 Hormat kami,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Tujuan ............................................................................................ 2 1.3. Manfaat ......................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3 2.1. Pengertian Limbah Peternakan ..................................................... 3 2.2. Macam-Macam Limbah Veteriner ................................................ 4 2.3. Kesehatan Lingkungan.................................................................. 4 BAB III METODOLOGI ........................................................................... 5 3.1.Waktu Pelaksanaan Survey Lapangan........................................... 5 3.2. Tempat Pelaksanaan Survey Lapangan ........................................ 5 3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 5 3.4. Metode Analisis ............................................................................ 5 BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 6 4.1. Simantri 050 Sedap Malam Kesiman ........................................... 6 4.2. Pengolahan Limbah Pada Simantri 050 ....................................... 8 4.2.1. Pengolahan Limbah Feses .................................................. 8 4.2.2. Pengolahan Limbah Urine ................................................. 10 4.2.3. Pembuatan Biogas di Peternakan Simantri 050 ................. 13 BAB V PENUTUP...................................................................................... 19 5.1. Kesimpulan ................................................................................ 19 5.2. Saran .......................................................................................... 19
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20 LAMPIRAN FOTO .................................................................................... 22
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ..................................................................................................... 6 Gambar 2 ..................................................................................................... 7 Gambar 3 ..................................................................................................... 7 Gambar 4 ..................................................................................................... 7 Gambar 5 ..................................................................................................... 7 Gambar 6 ..................................................................................................... 9 Gambar 7 ..................................................................................................... 9 Gambar 8 ..................................................................................................... 9 Gambar 9 ..................................................................................................... 9 Gambar 10 ................................................................................................... 9 Gambar 11 ................................................................................................... 12 Gambar 12 ................................................................................................... 12 Gambar 13 ................................................................................................... 12 Gambar 14 ................................................................................................... 15 Gambar 15 ................................................................................................... 16 Gambar 16 ................................................................................................... 17 Gambar 17 ................................................................................................... 18
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ternak sapi merupakan ternak yang dominan dikembangkan pada program pengembangan
pertanian
terintegrasi
(Simantri)
oleh
Pemda
Bali.
Pengembangan pertanian terintegrasi dalam bentuk unit percontohan kandang koloni dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah ternak sapi baik padat maupun cair. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (2011) melaporkan sampai tahun 2012 telah dikembangkan 300 Simantri di seluruh Kabupaten/Kota di Bali dan sampai tahun 2013 Simantri ditargetkan dapat dikembangkan di 500 lokasi. Pendekatan kegiatan Simantri adalah adanya sistem usahatani dengan sistem zero waste, dengan harapan terjadinya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal dan mengurangi ketergantungan akan input luar. Peningkatan
populasi
ternak
secara
nasional
dan
regional
akan
meningkatkan limbah yang dihasilkan. Apabila limbah tersebut tidak dikelola sangat berpotensi mencemari lingkungan terutama dari limbah kotoran yang dihasilkan setiap hari. Pembuangan kotoran ternak sembarangan dapat menyebabkan pencemaran pada tanah, air dan udara (bau), berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya serta dapat memicu konflik social, selain itu juga akan mengganggu kesehatan lingkungan. Pengembangan peternakan ramah lingkungan dan berbasis sumberdaya
lokal
merupakan
langkah
strategis
dalam
mewujudkan
peningkatan kualitas dan kuantitas produk peternakan. Sistem pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik pada tanaman pertanian semakin lama semakin berkembang. Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai tambah terhadap usaha ternak. Sehingga dari latar belakang terse but kami mengambil judul “ Pengolahan Limbah Ternak Sapi Bali Pada Simantri 050 Sedap Malam Kesiman ” dalam hal ini dapat membantu peningkatan kesehatan lingkungan peternakan sapi.
1
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesehatan lingkungan pada Simantri 050 Sedap Malam, Kesiman. 2. Untuk mengetahui pengolahan limbah peternakan sapi bali yang ada di simantri 050.
1.3. Manfaat Penulisan
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan menimbulkan pemikiran untuk mengolah kotoran ternak tersebut menjadi s uatu produk yang lebih bermanfaat. Kotoran ternak diolah dengan cara yang lebih baik akan bernilai ekonomi tinggi seperti pemanfaatan kotoran tersebut sebagai bahan pembuatan biogas, pupuk padat, dan pupuk cair. Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas pupuk padat ataupun cair akan menambah nilai ekonomis dari kotoran ternak tersebut.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Limbah Peternakan
Limbah adalah segala sesuatu yang merupakan sisa hasil buangan dari suatu kegiatan/produksi yang sudah tidak terpakai lagi. (Saputra, Rodhie. 2006). Limbah (waste) adalah sisa proses pengolahan atau pembuatan yang dikeluarkan sistem pengolah atau pembuat bersama dengan hasil berguna yang dibuat. Limbah adalah keluaran yang tidak berguna. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah ternak adalah buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan dan pengolahan produk ternak. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan cair seperti feses, urin, sisa makan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan isi rumen (Simamora dan Salundik dalam Gamayanti, K.N., et al. 2012). limbah ternak atau peternakan adalah semua yang berasal dariternak atau petenakan baik bahan padat maupuncair, yang belum dimanfaatkan dengan baik,yang termasuk dalam limbah ternak adalah tinjaatau feses dan air kencing atau urin. (Sihombing dalam Kusuma, M.E. 2012). Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat, cairan ataupun sisa pakan (Soehadji dalam Sumiyarsa., et al ., 2011). Menurut Wahyuni (2009), limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi biasanya dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat atau berada dalam fase padat, seperti kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair, seperti air seni atau urine, air pencucian alat-alat. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas dan biasa dapat diolah menjadi energi, yaitu biogas(Wahyuni, 2009).
3
2.2. Macam-Macam Limbah Veteriner 2.3. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia danlingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat,sejahtera dan bahagia. (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan) Ilmu mempelajari
Kesehatan dinamika
Lingkungan hubungan
diberi
interaktif
batasan
antara
sebagai
kelompok
ilmu yang
penduduk
atau
masyarakatdengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup sepertis pesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan. (Umar Fahmi Achmadi, 1991). Pengertian kesehatian menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Slamet Riyadi: Ilmu kesehatan lingkungan ialah bagian integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani tentang hubungan manusia dengan lingkungannya untuk mencapai keseimbangan ekologi dan bertujuan untuk membina dan meningkatkan derajat maupun kehidupan sehat yang optimal. b. WHO (World Health Organization) : Kesehatan lingkungan ialah suatu keseimbangan ekologi yang harus tercipta diantara manusia dengan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan sehat dari manusia. c. HAKLI
(Himpunan
Ahli
Kesehatan
Lingkungan
Indonesia):
Kesehatan lingkungan ialah suatu kondisi lingkungan yang dapat menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
4
BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu Pelaksanaan Survey Lapangan
Kunjungan ke Simantri 050 Gapoktan Sedana Bakti Pertiwi dilakukan pada Jumat, 17 November 2017 pada jam 10.30. Anggota survey adalah mahasiswa dan mahasiswi dari FKH Udayana yang mengambil mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan berangkat dengan kendaraan pribadi. 3.2. Tempat Pelaksanaan Survey Lapangan
Tempat survey lapangan dilakukan di Simantri 050 Gapoktan Sedana Bakti Pertiwi kelurahan Kesiman, kecamatan Denpasar Timur kota denpasar. Simantri ini terbentuk tahun 2010 dengan diketuai oleh I Ketut Sutapa. 3.3. Metode Pengumpulan Data
-
Data primer : Data yang diperoleh dari survey yang dilakukan di lokasi yaitu dengan observasi dan wawancara.
-
Data Sekunder : Data tidak langsung yang didapat berupa bahan yang ada di media massa atau jurnal ataupun internet.
3.4. Metode Analisis
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Melalui metode ini, peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan secara detail.
5
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.
Simantri 050 Sedap Malam Kesiman
Simantri 050 ini terletak di jalan sedap malam gang simantri 050, banjar kebon puri kelod, kesiman, Denpasar Timur. Ternak sapi bali yang ada di simantri 050 berjumlah 70 ekor. Lokasi simantri 050 memiliki lokasi strategis yaitu
keserdiaannya
sumber
air
untuk
minum,
memandikan,
dan
membersihkan kandang. Dekat dengan sumber pakan, dimana pakan terbanyak berupa rumput gajah. Kemudahan akses transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran, serta tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Pencahayaan dan ventilasi simantri 050 bagus, tempat pakan dan minum untuk sapi bali juga bersih. Sistem kebersihan simantri 050 yaitu pembersihan kandang dilakukan setidaknya satu kali dalam sehari. Pembersihan biasanya dilakukan pada sore hari dengan mengambil kotoran sapi yang telah menumpuk dengan alat seperti skop dan air yang mengalir. Air yang mengalir dari selang yang telah di desain khusus dengan meletakan selang di sisi atap kandang sehingga ketika membersihkan kandang tidak perlu lagi untuk menarik dan menggulung selang,cukup dengan memutar keran dan air keluar. Tidak hanya lantai kandang yang dibersihkan tetapi juga sapi yang ada di simantri ini juga di mandikan sehingga tetap bersih.
Gambar 1. Kandang Sapi Bali Pada Simantri 050 Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
6
Gambar 2. Tempat Pakan yang Bersih
Gambar 3. Pembersihan Kandang
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Gambar 4. Pembersihan Kandang
Gambar 5. Sapi yang sedang dibersihkan
dengan Air Selang Setiap Kandang
oleh petugas Simantri 050
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
7
4.2.
Pengolahan Limbah Pada Simantri 050
Limbah sapi bali pada Simantri 050, Jalan Sedap Malam, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur yaitu tinja atau feses dan air kencing atau urin. Limbah tersebut diolah oleh pihak simantri 050 dengan cara menjadi pupuk dan biogas berikut adalah penjelas annya : 4.2.1. Pengolahan Limbah Feses Kotoran ternak merupakan limbah ternak yang terbanyakdihasilkan dalam pemeliharaan ternak selain limbah yang berupa sisa pakan. Guna menghindari dan mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh kotoran ternak (feces) maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan dari sapi-sapi yang berada disimantri 050 diolah menjadi pupuk organik sebagai salah satu cara pengolahan limbah. Pertama kotoran sapi dari kandang dikumpulkan, dan di bawa ke tempat penjemuran yang telah disediakan. Kotoran ini dapat dicampur dengan tanah ataupun bisa ditambah dengan sekam. Setelah
kering
kotoran
kemudian
di
bawa
ke
dalam
gudangpenyimpanan dan di simpan selama seminggu. Ketika penyimpanan berlangsung, pupuk di tambahkan dengan activator (EM4). Aktivator ini merupakan bahan yang terdiri dari enzim dan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Tujuan dari digunakannya aktivator ini adalah untuk mempercepat proses pengomposan feces sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.Selanjutnya feses yang disimpan tersebut digiling dengan mesin khusus, dan dikemas menggunakan karung siap untuk dipasarkan.
8
Gambar 6. Feses Sapi Bali Pada Kandang
Gambar 7. Feses yang dikumpulkan dan
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
dikeringkan Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Gambar 8. Gudang Penyimpanan Feses
Gambar 9. Mesin Penggilingan
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Gambar 10. Produk Pupuk Simantri 050 Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
9
4.2.2. Pengolahan Limbah Urine Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di bagiandaun-daun(Suhedi,1995). Urine sapi adalah limbah hewan ternak yang mengandung auksin dan senyawa nitrogen. Auksin yang terkandung dalam urine sapi terdiri dari auksin-a (auxentriollic acid ), auksin-b dan auksin lain (hetero auksin) yang merupakan IAA ( Indol Acetic Acid ). Auksin tersebut berasal dari berbagai zat yang terkandung dalam protein hijauan dari makanannya. Karena auksin tidak terurai dalam tubuh maka auksin dikeluarkan sebagai filtrat bersama dengan urin yang mengeluarkan zat spesifik yang mendorong perakaran (Yunita, 2011). Pengolahan urine sapi dilakukan karena urine sapi mengandung unsure hara NPK yang lebih tinggi dari kotoran sapi, unsur hara mikro yang lengkap dan mempunyai kandungan hormon zat pengatur tumbuh seperti: auxin, gibberelin, cytokinin dan inhibitor, yang berfungsi untuk memperpanjang sel, membelah sel sehingga tanaman menjadi lebih cepat tumbuh (Rismunandar, 1992).
10
Urine atau kencing ternak pada simantri 050 diolah menjadi bahan organik untuk menyiram tanaman. Kunggulan penggunaan bio urine yaitu volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan dengan penyemprotan atau penyiraman, serta dengan proses akan dapat ditingkatkan kandungan haranya (unsur Nitrogen). Keberhasilan pembuatan pupuk organik cair adalah dengan mempergunakan alat aerator. Penggunaan aerator sebagai alat aerasi agar kandungan amoniak dalam urine sapi berkurang dengan cara diuapkan. Alat ini juga berfungsi sebagai alat pencampur bahan baku (Berkah, 2012). Dalam memproses urine sapi menjadi bio urine, maka bahan-bahan yang perlu di sediakan adalah sebagai berikut : 1. Air Kencing/Urine Sapi yang ditampung dalam bak penampungan 2. Fermentor RB (Rummino Bacillus) dan AZBA (Azotobacter) 3. Pompa 4. Aerator Bio Urine Teknik produksi urine menjadi pupuk cair : 1.
Tampung Urine (Air Kencing) ternak sapi di dalam bak penampungan
2.
Masukkan Fermentor Rummino Bacillus (RB) dan Azotobacter (AZBA) kedalam bak penampungan Urine, dengan Takaran Untuk 800 Liter urine di fermentasi dengan RB : 1 Liter dan AZBA : 1 Liter
3.
Diaduk dengan Aerator selama 3 sampai dengan 4 Jam
4.
Setelah proses pengadukan selesai, bak ditutup dengan penutup seperti plastik atau triplek, untuk proses Fermentasi, diamkan hingga 7 hari
5.
Pada hari ke-8, urine diputar dengan pompa menuju tangga aerasi selama 6 sampai dengan 7 jam dengan tujuan untuk penipisan, untuk mengurangi kandungan gas ammonia yang berbahaya bagi tanaman
6.
Urine bisa diambil dan dikemas dalam wadah untuk selanjutnya digunakan atau disimpan Pada simantri 050 bio urine yang sudah jadi biasanya langsung diambil
oleh dinas pertanian Kota Denpasar sebagai pupuk tanaman berikut adalah beberapa dokumentasi kami :
11
Gambar 11. Pengaliran urine dari kandang
Gambar 12. Tempat Penampungan Urine
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
Gambar 13. Tempat Penampungan Urine Sumber : Dokomen Pribadi. 2017
12
4.2.3
Pembuatan Biogas di Peternakan Simantri 050 Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material
organik dengan bantuan bakteri. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) sebesar 55%-65% dan karbon dioksida (CO2) sebesar 35%45%, dan beberapa kandungan yang jumlahnya sekitar 0%-1% diantaranya hydrogen (H2), oksigen (O2), nitrogen (N2) dan Hidrogen Sulfida (H2S) (Abdul Kadir, 1987). Energi yang terkandung dalam biogas ter gantung dari konsentrasi metana (CH4). Kandungan metana yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin besar pula kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya. Peternakan Simantri 050 merupakan sebuah industri peternakan di Sedap Malam, Kesiman, Bali. Bahan baku biogas didapatkan dari peternakan sendiri, dengan jumlah sapi produktif sekitar 160 ekor sapi. Selama ini, perusahaan hanya mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Produksi biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter s.d. 1000 liter biogas per hari, kebutuhan energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi dari kotoran 3 ekor sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya memiliki kadar pencemar BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini pupuk dari kotoran sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat diatasi. Jenis konstruksi unit pengolah (digester) biogas yang dapat dibangun di daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model yaitu: 1. Digester permanen (fixed dome digester) 2. Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
13
3. Digester dengan tutup plastik. (Junaedi, 2002) Instalasi pengolahan biogas menggunakan bak digester dari kantung plastik polyethylene tubular dengan tipe pembangkit horizontal continous feed, biasa disebut tipe plug-flow, atau terkadang disebut juga sebagai model Vietnam karena dikembangkan terakhir disana (Indraswati, 2005). Diskripsi instalasi pengolahan biogas dari kotoran sapi yang diterapkembangkan di Peternakan Simantri 050: 1. Bak Pengisi, digunakan untuk memasukkan bahan baku berupa
kotoran padat dan cair sapi. Bak pengisi merupakan silinder terbuka yang dibuat dari drum minyak, bak pengisi diberi katup outlet sederhana yang dilengkapi dengan kawat penyaring. Bahan baku kotoran sapi dicampur dengan air dan diaduk, perbandingan jumlah air dengan kotoran sapi hanya berdasarkan feeling operator secara teori perbandingan yang baik antara 7-9 % dari bahan padat. Hasil adukan dimasukkan ke dalam bak pencerna (digester) melalui katup outlet setelah melewati kawat penyaring. Tujuan penyaringan agar bahan baku tidak mengandung serat yang terlalu kasar. Serat kasar disini berarti sampah sampah atau kotoran kandang selain kotoran ternak, seperti batang dan daun keras, sisa batang rumput dan kotoran lainnya yang sebagian besar adalah sisa sisa pakan ternak yang terlalu kasar. Hal ini dapat menimbulkan buih dan residu di dalam pembangkit yang dapat mengurangi kinerja dari pembangkit itu sendiri. Penyaringan juga dimaksudkan untuk memisahkan kotoran sapi sebagai bahan baku organik pembangkit dengan bahan anorganik lain terutama pasir dan batu batu kecil. Proses ini cukup penting mengingat kandungan bahan anorganik (pasir) di dalam pembangkit tidak dapat dicerna oleh bakteri dan dapat menyebabkan residu di dasar pembangkit.
14
Gambar 14. Bak Pengisi Sumber : Putro, 2007 2. Bak Digester, merupakan bak pencerna yang dibuat dari kantung
plastik polyethylene dengan lebar 150 cm dalam bentuk tubular memiliki diameter 95 cm. Kapasitas bak pencerna direncanakan 4000 liter, sehingga panjang kantung plastik yang dibutuhkan 5,6 meter. Tebal kantung plastik polyethylen yang berhasil didapatkan memiliki ketebalan 0,15 mm, agar diperoleh kekuatan yang lebih besar maka kantung plastik perlu dirangkap dua. Selanjutnya bak digester ditempatkan setengah terkubur di dalam tanah. Untuk itu dibuatkan semacam parit sebagai wadah agar bak digester yang berbentuk tubular dapat dipasang dengan baik. Parit ini berukuran panjang 6 m, lebar atas 95 cm, lebar bawah 75 cm, tinggi di ujung input adalah 85 cm, dan tinggi di ujung output 95 cm. Inklinasi ini dibuat untuk memaksimalkan volume pembangkit yang dapat diisi oleh bahan baku. Lubang input dan output dibuat dibuat dari pipa PVC Æ 4 inchi, sedangkan untuk saluran gas menggunakan selang plastik Æ ¾ inchi dibuatkan konektor dari pelat baja dengan cara dibaut. Setelah terpasang pada tempatnya, bak digester diisi dengan sedikit air untuk menghindari terlipatnya plastik dan membuatnya menyesuaikan dengan kontur parit. Pipa inlet dipasangkan pada lubang outlet dari bak pengisi dan dipasangkan sumbat, sedangkan gas outlet dan pipa outlet dibiarkan tetap tertutup. Selanjutnya dilakukan pengisian bahan baku, 15
sekitar 20 hari kemudian terlihat bahwa gas sudah mulai di produksi. Indikatornya plastik mulai menggelembung dan keras.
Gambar 15. Bak Digester Sumber : Dokumen Pribadi, 2017 3. Bak Penampung, adalah bak untuk menampung biogas sebelum
digunakan. Kapasitas bak penampung dibuat 2000 liter dengan bahan yang sama dengan bak digester yang membedakan adalah lapisan yang digunakan hanya 1 lapis. Bak penampung ditempatkan di atas kandang. 4. Tabung Pengontrol Gas , merupakan tabung penjebak air hasil
kondensasi air yang ikut mengalir bersama biogas. Tabung penjebak dibuat dari sambungan pipa PVC model T dengan Æ ½ inchi, saluran atas merupakansaluran input dan output sedangkan saluran bawah terendam dalam air. PipaT selanjutnya ditempatkan dalam silinder berisi air yang terbuat juga dari pipa PVC Æ 4 inchi. Tabung penjebak diletakkan pada bagian terbawahdari saluran biogas, tepat setelah bak digester untuk memudahkan uap airhasil kondensasi turun dan masuk ke dalam botol. Air yang berlebihan dalamsistem dapat memampetkan saluran biogas, selain itu adanya kandunganair dalam biogas menurunkan tingkat panas api dan membuat api berwarnakemerah
16
merahan. Tinggi permukaan air dari batas bawah tabung dijaga,apabila terlalu
rendah
gas
akan
mudah
keluar
dari
air
sebelum
mencapaitekanan yang diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang adamembesar dan hal ini dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri.Lubang air pada tabung penjebak selain berfungsi sebagai lubang pengisian juga sebagai pengatur tinggi muka air. 5. Kompor Gas, penggunaan biogas yang paling adalah sebagai bahan
bakar. Untukmengetahui apakah biogas yang dihasilkan dapat terbakar atau tidak,dilakukan dengan menyambungkan pipa biogas ke pipa tembaga dengandiameter 0.5 cm. Katup gas dibuka dan ujung pipa didekatkan dengan sumber api, maka api pun menyala. Prinsip inilah yang digunakan untuk membuatkompor.
Gambar 16. Kompor Gas Sumber : Dokumen Pribadi, 2017 6. Bak Output Digester, terlihat bahwa permukaan isian digester mulai
lubang input sampai output menganut prinsip bejana berhubungan. Apabila lubang input terus diisi, permukaan isian akan mencapai garis tertinggi dan akhirnya akan dikeluarkan melalui lubang output. Hasil dari lubang output merupakan kotoran sapi yang telah mengalami fermentasi, sehingga tidak mengandung gas, tidak berbau menyengat dan merupakanpupuk organik (slurry). 17
Gambar 17. Bak Output Digester Sumber : Putro, 2007
18
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Pengolahan limbah ternak diperlukan karena dapat menyebabkan pencemaran pada tanah, air dan udara (bau), berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, kualitas hidup peternak dan ternaknya serta dapat memicu konflik sosial, selain itu juga akan mengganggu kesehatan lingkungan. Oleh sebab
itu,
pengembangan
peternakan
ramah
lingkungan
dan
berbasis
sumberdaya lokal merupakan langkah strategis dalam mewujudkan peningkatan kualitas dan kuantitas produk peternakan. Pengembangan Simantri di beberapa kabupaten/kota di Bali menunjukkan bentuk realisasi pemerintah untuk mencapai kesehatan lingkungan bahkan kesehatan masyarakat veteriner. Pengolahan limbah ternak untuk dijadikan kembali bahan yang bisa dimanfaatkan seperti di Simantri 050 Sedap Malam Kesiman, selain menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan lingkungan, juga memberikan dampak positif lainnya seperti hemat energi, hemat biaya, dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan sampingan peternak (menjual pupuk hasil olahan limbah ternak).
5.2.
Saran
Perlu dikembangkan lebih luas pengadaan simantri yang ada di Bali. Fasilitas
yang
diperlukan
juga
harus
diperhatikan
oleh
pemerintah.
Pengembangan simantri juga diharapkan tidak hanya untuk beberapa ternak, tapi seluruh ternak yang ada di Bali dapat diolah limbah ternaknya melalui pengadaan simantri. Kesadaran akan kesehatan lingkungan yang turut menyukseskan kesehatan masyarakat melalui pengadaan simantri perlu digalakkan. Sehingga bukan hanya peternak dan petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat luas ikut menyukseskan pengadaan simantri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Gamayanti, K.N., Pertiwiningrum, A., dan Yusiati, L.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Limbah Cairan Rumen Dan Rumput Gambut Sebagai Starter Dalam Proses Fermentasi Metanogenik . Buletin Peternakan Vol. 36(1): 3239 Indraswati Serindit. 2005. Pembangkitan Biogas dari Kotoran Sapi: Hidrolisis Termal Pada Tahap Pengolahan Pendahuluan, Jurnaleknik Kimia, Institut teknologi sepuluh Nopember, Surabaya. Junaedi, M. 2002. Pemanfaatan Energi Biogas di Perusahaan Susu Umbul Katon Surakarta, Laporan Program Vucer 2002, Dikti-UMS, Surakarta. Kadir, Abdul. (1982). Energi. Jakarta: UI-PRESS. Maria, E.K. 2012. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap Kualitas Bokashi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika 1(2): 41-46 Notohadiprawiro, T. 2006. Repro: Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Poltekkes. 2016. Pengertian Kesehatan Lingkungan dan Menurut Para Ahli. http://kesling.poltekkes-mks.ac.id/2016/12/21/pengertiankesehatanlingkungan-dan-menurut-para-ahli.Diakses
pada
tanggal
17
November 2017 Putro, Sartono. 2007. Penerapan Instalasi Sederhana Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Energi Biogas di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. WARTA, Vol .10, No. 2, September 2007: 178 – 188 Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta Rismunandar. 1992. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta Sumiyarsa, Dadan, et al.2011. Perbaikan Kualitas Limbah Cair Peternakan Sapi Perah
Oleh
Spirulina
Sp.
[online]
Tersedia
di:
https://www.researchgate.net/publication/277859397_Perbaikan_Kualitas_L imbah_Cair_Peternakan_Sapi_Oleh_Spirulina_Sp [Diakses Nov 17 2017]. Wahyuni, Sri. 2009. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya Grup.
20
Warasfarm.
2013.
Potensi
Urine
Sapi
sebagai
Pupuk
Organik
Cair.
https://warasfarm.wordpress.com/2013/01/22/potensi-urine-sapi-sebagai pupuk-organik-cair-poc/ Warasfarm.
2013.
Potensi
Urine
Sapi
sebagai
Pupuk
Organik
Cair.
https://warasfarm.wordpress.com/2013/01/22/potensi-urine-sapi-sebagai pupuk-organik-cair-poc/ World
Health
Organization
: http://who.int/en/
(WHO). Environmental Health.
Disitasi
dari
Last Update : Januari 2008. Diakses pada 18
November 2017. Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air kelapa dan Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa). Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air kelapa dan Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa). Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
21
LAMPIRAN FOTO KELOMPOK
Foto bersama dengan perwakilan kelompok bersama peternak di Peternakan Simantri 050, Sedap Malam, Kesiman. Sumber: Dokumen Pribadi, 2017
22