PAPER PRAKTIKUM SEISMIK REFRAKSI METODE DELAY TIME Muhammad Bakhtiar Risqa 115.150.066 Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta
[email protected]
INTISARI Seismik Refraksi adalah sebuah metode geofisika yang berfungsi untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi. Metode Seismik Refraksi dibagi menjadi 2 jenis metode yaitu metode T-X dan metode Delay time . Pada penelitian kali ini digunakan Metode Delay time jenis GRM ( Generalized Reciprochal Method ) dan Hagiwara, kedua metode menghasilkan kondisi dibawah permukaan berupa kedalaman lapisan, Undulasi pada bidang perlapisan dan jenis litologi di bawah permukaan bumi. Metode GRM dan Hagiwara memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dalam menggambarkan kondisi bawah permukaan. Penelitian Seismik Refraksi dilakukan di Timur sungai Gajah Wong, desa pugeran, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tanggal 16 April 2017 ,dengan menggunakan seperangkat alat PASI Seismograph. ABSTRACT Seismic refraction method is one of geophysical method that can detect a subsurface condition. This method can be devided into two types. The first one is T-X method and the second one is Delay Tme Method. On this survey, we used Generilized Reciprocal Method (GRM) and Hagiwara Method. Those method provide depth, undulation and lithology of each layer. GRM and hagiwara method have their own adventages and defiency between them. In this survey we used PASI as a seismogram. This survey held on April 16th, 2017 and located in Sungai Gajah Wong, Desa Pugeran, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Kata Kunci : Metode Delay Time, Generalized Reciprochal Method, Hagiwara, PASI Seismograph.
1.PENDAHULUAN
Delay time dibagi menjadi empat jenis
Metode seismik refraksi adalah salah satu
metode
metode geofisika yang bersifat sounding
Minus,GRM dan Hagiwara.Namun dalam
atau
secara
penelitian ini hanya menggunakan dua
vertical,Sehingg metode seimik Refraksi
jenis metode saja yaitu netode GRM dan
dapat menggambarkan kondisi dibawah
Hagiwara.
metode
survey
permukaan bumi . Dari kegiatan survey seismik
refraksi
metode
ABC,
Plus
Metode GRM memiliki beberapa
kondisi
kelebihan dibanding dengan metode yang
batuan
bawah
lainya karena bisa mendeteksi adanya
bidang
batas
hidden layer ,selain bisa mendeteksi
perlapisan dan jenis litologi penyusun
adanya hidden layer melalui metode GRM
dibawah
dengan
juga bisa melakukan analisa kecepatan
mengidentifikasi berdasarkan ciri cepatan
dan analisa kedalaman. Namun metode
rambat gelombang seismik di setiap
GRM memiliki kelemahan yaitu tidak bisa
medium yang dilewatinya.
mendeteksi kedalaman lapisan batuan
kedalaman
didapatkan
yaitu
lapisan
permukaan,undulasi
permukaan
bumi
Dalam kegiatan survey Seismik
dibawah
source
dan
lapisan
batuan
Refraksi di lapangan didapatkan data awal
dibawah geophone sebelum gelombang
berupa waktu tiba gelombang dan jarak
seismik terbiaskan.
offset untuk digunakan sebagai dasar pengolahan
umum
kelebihan dibnding dengan metode yang
pengolahan data seismik Refraksi dibagi
lainya dimanan metode Hagiwara bisa
menjadi dua jenis yaitu Metode T-X dan
mendeteksi kedalaman lapisan batuan
metode Delay time. Metode Delay time
dibawah source dan kedalaman lapisan
adalah
memanfaatkan
batuan dibawah geophone baik sebelum
adanya waktu tunda tiba gelombang dari
gelombang seismik dibiaskan maupun
Sumber gelombang (Source) ke penerima
sesudah gelombang seismik dibiaskan.
sinyal gelombang (Geophone). Dari waktu
Namun metode Hagiwara tidak bisa
tunda
mendeteksi adanya hidden layer seperti
metode
yang
gelombang
mendeteksi dibawah
data.
adanya permukaan
Secara
Metode Hagiwara juga memiliki
seismik
dapat
kondisi-kondisi bumi
metode GRM.
seperti
kedalaman lapisan batuan, Undulasi batas
1. DASAR TEORI
perlapisan dan jenis litologi penyusun
1.1. Seismik Refraksi
lapisan di bawah permukaan. Metode
Metode seismik refraksi merupakan metode
yang
tempuh
dari
memanfaatkan gelombang
waktu
yang
pada medium yang memiliki kecepatan tidak homogen.
telah
terbiaskan untuk menuju pada suatu penerima gelombang. Terdapat asumsiasumsi yang digunakan dalam metode seismik
refraksi
ini
yaitu
menurut
Sismanto (1999) antara lain : 1. Bumi dianggap sebagai benda berlapis yang pada tiap lapisannya dapat
Gambar 2.1. Model seismik bias dua
merambarkan gelombang seismik dengan
lapis
kecepatan yang berbeda.
Pada metode ini pertama kali
2. Kecepatan gelombang bertambah seiring bertambahnya kedalaman.
dihitung fungsi kecepatan untuk tiap-tiap geophone sesuai jarak (XY), misalnya XY
3. Panjang gelombang seismik harus tidak lebih dari seperempat tebal tebal
= 1,2 3,….dst (gambar 2.1). fungsi tersebut diberikan sebagai :
lapisan. 4. Perambatan gelombang seismik (2.1)
diasumsikan sebagai sinar dan mematuhi hukum-hukum pembiasan cahaya. 5.
Pada
bidang
batas
Dengan Tv adalah waktu jalar dari lapisan,
gelombang merambat dengan kecepatan lapisan dibawahnya.
untuk
memberikan
batasan
pemahaman untuk pengolahan data dan interpretasi selanjutnya
didapatkan bentuk biasan dari dua arah dengan titik bias yang sama. Pemilihan
XY
optimum
ini
dilakukan dengan menggambar semua
1.2. Metode GRM Merupakan
Jika dapat diperoleh harga “XY optimum” maka titik E dan F akan berimpit sehingga
Asumsi yang dikemukakan tersebut digunaka
A ke G yang terletak diantara E dan F.
grafik analisis kecepatan, dan ditentukan penggambaran
grafik yang tidak banyak berundulasi
terakhir dari metode waktu tunda (plus
(regresi
linearnya
memiliki
minus). Interpretasi akhir dapat diterapkan
korelasi paling besar).
koefisien
Setelah diperoleh besarnya XY optimum dihitung kecepatan rerata (V
avg)
yang dirumuskan sebagai berikut :
memperlihatkan
struktur pelapisan di
bawah permukaan di daerah penelitian. Berbeda dengan pemrosesan data seismik bias
sederhana
yang
hanya
mampu
menggambarkan lapisan datar (rata) baik (2.2)
horizontal
maupun
miring.
Metode
hagiwara mampu menggambarkan lapisan dimana :
yang tidak datar karena metode ini akan mengetahui kedalaman lapisan di bawah tiap (2.3)
geophone
V’
adalah
“kecepatan
semu” dibawah titik G (diperoleh dari slope
lapisan
pertama
di
bawah
geophone). Vavg adalah kecepatan rerata, dan XY adalah jarak optimumnya.
menggunakan
dibawah
dapat
diperoleh
G sebagai :
metode
dengan hagiwara,
yang berupa data first break dan metode pengukurannya
dilakukan
dengan
Pada gambar V1 dan V2 masingmasing adalah kecepatan lapisan atas dan kecepatan lapisan bawah, dan i adalah sudut kritis refraksi. Dengan hukum Snellius adalah:
(2.4)
2.3. Metode Hagiwara Metode
Hagiwara
merupakan
metode waktu tunda yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar, atau sudut kemiringan mendekati nol atau (20o). Metode ini dikembangkan untuk struktur dua lapis.
nantinya
pemrosesan
penembakan arah maju dan arah balik
kedalaman bidang pembias di bawah titik
Metode
break-nya
dibutuhkan data seismik hasil pengukuran
Berdasarkan hasil kecepatan rerata persamaan
first
merupakan gelombang bias. Untuk dapat dilakukan
Dengan
yang
ini
dipakai
dapat
dengan
dipergunakan
harapan untuk
sin i
V1 V2
Gambar 2.2. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis
A dan B adalah titik tembak, P adalah
titik
penerima
(geophone).
Lintasan gelombang bias dari A ke P adalah
hA
V1 ' A cos i
hB
V1 ' B cos i
Untuk
mencari
kedalaman
pembias dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
A A" P" P dan lintasan
hP
dari B ke P adalah B B" P" P .
V1 (TAP TBP TAB ) 2 cos i
Dengan menggambar garis P’R yang tegak lurus dari P’ ke P”, diperoleh
pembias
hubungan :
dinotasikan
dari
mencari
kedalaman
gelombang
langsung
digunakan persamaan sebagai berikut :
RP" RP" P' P" V1 V2 sin i V2 Bila
Untuk
hP
(2.15) V1 (TAP T ' AP ) cos i
hP
V1 (TBP T ' BP ) cos i
waktu
perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik penerima P dengan TAP, waktu perambatan dari B ke P dengan TBP, dan waktu perambatan dari A ke B dengan TAB, maka :
AA" A" P" P" P hA cos i hP cos i A' P' TAP V1 V2 V1 V1 V1 V2
BB" B" P"' P"' P hB cos i hP cos i B' P' TBP V1 V2 V1 V1 V1 V2
2. METODOLOGI PENELITIAN Kegiatan pengambilan data seismik refraksi dilakukan di timur sungai Gajah wong ,desa Pugeran, Kabupaten Sleman,Yogyakarta Pada hari Minggu (2.16) 16 April 2017 pukul 13.00 sampai 15.00. 3. DIAGRAM ALIR (2.17)
TAB
AA" A" B' B"' P hA cos i hB cos i A' B' V1 V2 V1 V1 V1 V2 (2.18) (2.19 dapat dicari kedalaman pembias di
bawah source dengan persamaan :
(2.29)
Kemudian merangkai alat Pasi dengan geophone dan setelah Geophone
terangkai
tancapkan
Geophone ke tanah sesuai offset yang telah ditentukan.
Melakukan pengukuran Forward dari titik offset terdekat ke titik offset terjauh.
Melakukan
kontrol
data
pengukuran forward.
Melakukan pengukuran Reverse dari titik offset terjauh ke titik offset terdekat.
Melakukan
kontrol
data
pengukuran Reverse.
Gambar 4.1. Diagram alir pengambilan data Terdapat berbagai tahapantahapan
dalam
pengambilan
data
dilapangan .Adapun tahapan-tahapanya sebagai berikut :
Langkah pertama yang dilakukan adalah
menetukan
lintasan
pengukuran dan membersihkan segala ssuatu yang mengganggu pengukuran.
Setelah
lintasan
sudah
siap
kemudin siapkan seperangkat alat pasi.
Membuat tempat source.
Gambar 4.2.Diagram alir pengolahan data
Berikut langkah-langkah pengolahan data
kegiatan
metode GRM dan Hagiwara. :
refraksi
Menentukan
titik
penelitian dengan
seismik
menggunakan
metode delay time.
kapan
gelombang seismik menjalar di lapisan batuan pertama dan kapan gelombang
seismik
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
mulai
menjalar di lapisan batuan kedua dengan menganalisa dari kurva TX.
Menghitung
nilai
kedalaman
lapisan baik dengan metode GRM dan Hagiwara.
Membuat profil bawah permukaan
Gambar 5.1. Kurva T-X
yang menggambarkan kedalaman lapisan
batuan
dengan
undulasinya.
menggunakan software surfer.
Membuat pemodelan 3 dimensi
untuk
mengidentifikasi
mulainya gelombang seismik bergerak di
biru mengambarkan pergerkan gelombang
pertama
saat
pengukuran
forward
sedangkan garis dengan warna merah
Melakukan
analisa
litologi
menggambarkan kondisi saat gelombang
penyusun
lapisan
batuan
seismik merambat di lapisan batuan ke
berdasarkan
table
kecepatan
dua saat pengukuran forward. Kemudian
batuan.
berfungsi
seismik yang menjalar di lapisan batuan
bawah permukaan.
kegiatan survei seismik refraksi. Kurva T-
lapisan batuan ke dua. Garis dengan warna
Membuat peta kecepatan dengan menggunakan software surfer.
waktu tiba gelombang dan offset dari
X
Membuat peta kedalaman dengan menggunakan software Surfer.
dari pengukurn forward dan reverse. Kurva T-X yang tersusun dari komponen
Membuat Penampang kecepatan rambat gelombang seismik dengan
Gambar 5.1 adalah kurva T—X
garis warna hijau menunjukkan kondisi
Melakukan
dan
gelombang seismik mermbat pada lapisan
menarik kesimpulan mengenai hal
batuan pertama saat pengukuran reverse
yang
dn garis warna ungu menggambarkan
telah
pembahasan
didapatkan
dari
kondisi gelombang seismik saat merambat
dan zona Blind zone dibatasi oleh garis
di lapisan batuan ke dua saat pengukuran
lengkung berwarna merah. batas bidang
reverse.
perlapisan berundulasi dengan kedalaman maksimal
lapisan
pertama
terletak
dibawah offset 6 meter sedalam -4,66414 meter
dibawah
Kemudian
permukaan
dibawah
bumi.
lapisan
batuan
pertama terdeteksi adanya blind zone. Blind zone sendiri adalah lapisan dengan densitas lebih kecil dari lapisan batuan yang diatasnya, Blind zone apabila tidak Gambar 5.2. Profil bawah permukaan metode GRM. Gambar 5.2 adalah gambar dari
terdeteksi akan mengakibatkan kesalahan dalam perkiran kedalaman lapian lapuk sehingga pendeteksian keberadaan blind
profil bawah permukaan hasil pengolahan
zone
dengan menggunakan metode GRM .
perencanaan
dimana
survei
komponen
x
adalah
offset
ini
penting peletakan
seismik
dalam
kegiatan
dinamit
refleksi.
pada
Kedalaman
pengukuran dan komponen y merupakan
maksimal lapisan blind zone dari hasil
komponen kedalaman hasil pengolahan
pengolahan data sedalam -9,373320722
data . Profil bawah permukaan yang
meter dibawah permukaan bumi dan
dihasilkan dengan menggunakan metode
ketebalan maksimal blind zone terletak
GRM memiliki kelemahan yaitu tidak bisa
dibawah offset 10 meter dengan ketebalan
menggambarkan
sebesar 4,709182024 meter.
kedalaman
lapisan
batuan dibawah sumber gelombang dan dibawah geophone sebelum gelombang seismik dibiaskan sehingga menghasilkan profil bawah permukaan dengan bentuk perahu
namun
profil
hasil
metode
hagiwara memiliki kelebihan yaitu bisa menggambarkan adanya blind zone. Dari pengolahan metode GRM didapatkan pada gambar 5.2. lapisan batuan pertama dibatasi oleh garis lengkung berwarna biru
Gambar 5.3. Profil bawah permukaan metode Hagiwara.
Gambar 5.3 adalah profil bawah
lain apabila hasil profil kedalaman metode
permukaan hasil pengolahan dari metode
lain hanya dapat mendeteksi sedikit profil
hagiwara . Profil kedalaman hasil dari
bawah permukaan. Kemudian dengan
pengolahan metode hagiwara memiliki
menggnakan
kelebihan
mendeteksi
bermanfaat dalam efisiensi waktu survei
kedalaman lapisan batuan dibawah source,
karena hasil kedalaman yang dihasilkan
kedalaman
telah maksimal.
geophone
dimana
dapat
lapisan setelah
batuan
dibawah
metode
hagiwara
juga
gelombang seismik
terbiaskan dan kedalaman lapisan dibawah geophone sebelum gelombang seismik dibiaskan. Profil bawah permukaan hasil pengolahan menghasilkan
metode profil
hagiwara batas
bidang
perlapisan berundulasi dengan kedalaman yang berubah-ubah dari offset pertama ke offset lainya dimana lokasi kedalaman lapisan batuan terdalam terdapat dibawah offset 20 atau dibawah sumber gelombang seismic saat pengukuran reverse, nilai kedalaman lapisan batuan dibawah offset
Gambar 5.4. Penampang kecepatan metode GRM
20 sedalam -6,76133 meter dibawah
Gambar 5.4 adalah gambar dari
permukaan. Dan lokasi dengan kedalaman
penampang kecepatan gelombang seismik
terdangkal
offset
yang merambat di lapisan batuan pertama
pengukuran ke 1 atau dibawah sumber
dan kecepatan rambat gelombang seismik
gelombang seismik pengukuran forward
yang
dengan kedalaman lapisan batuan sedalam
Penampang dibuat dengan menggunakan
-1,59924 meter dibawah permukaan.
Software Surfer 13 ,metode interpolasi
terletak
dibawah
merambat
di
batuan
ke
dua.
Tringulasi sehingga didapatkan data asli Profil kedalaman hasil pengolahan metode hagiwara dapat mendeteksi semua zona dibawah geophone. Hal ini dapat menutupi kekurangan dari hasil metode
tanpa adanya eksterpolasi. Berdasarkan hasil
pengolahan
gelombang
data
seismik
cepat
rambat
dilapisan
batuan
pertama sebesar 78,45419755 m/s namun
karena asumsi bahwa semakin dalam kodisi tubuh batuan maka semakin padat pula material, sehingga menyebabkan semakin dalam kondisi suatu tubuh batuan maka akan semakin cepat pula gelombang seismik
dapat
penampang
merambat.
kecepatan
,zona
Dalam dengan
kecepatan rambat gelombang seismik terendah terdapat di zona paling atas dekat permukaan
bumi
dengan
kecepatan
gelombang seismik sebesar 20 m/s sampai 40 m/s dan zona dengan nilai kecepatan rambat
gelombang
seismik
tertinggi
terletak dibagian bawah penampang yang ditandai dengan kenampakan warna hijau dengan cepat rambat gelombang seismik sebesar 50 m/s sampai 80 m/s. Kedua zona tersebut sebenarnya terdiri dari komposisi litologi yang sama yaitu soil jenis material lepas.
Gambar 5.5. Penampang kecepatan metode Hagiwara Gambar
5.4
adalah
gambar
dari
penampang kecepatan gelombang seismik yang merambat di lapisan batuan pertama dan kecepatan rambat gelombang seismik yang
merambat
di
batuan
ke
dua.
Penampang dibuat dengan menggunakan Software Surfer 13 ,metode interpolasi Tringulasi sehingga didapatkan data asli tanpa adanya eksterpolasi. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan metode
Kemudian zona lapisan batuan kedua terletak dibagian paling bawah peta yang ditandai dengan kenampakan warna merah dan cepat rambat gelombng seismik di lapisan batuan kedua mulai dari 90 m/s hingga 160 m/s. Zona dengan range kecepatan rambat gelombang seismic kmulai dari 90 m/s hingga 160 m/s tergolong dalam soil jenis material lepas.
Hagiwara sebenarnya hanya didapatkan satu buah nilai cepat rambat gelombang seismik di lapisan batuan pertama dan kedua namun karena adanya asumsi bahwa semakin dalam zona tubuh batuan maka
semakin
semakin
kompak
cepat
batuan
pula
dan
perambatan
gelombang
seismik,
maka
pada
penampang
kecepatan
terjadi
proses
interpolasi kecepatan
yang rambat
menggambarkan gelombang
dengan kondisi kedalaman .
sesuai
pada penampang kecepatan, cepat
Pada pemodelan peta kedalaman
rambat gelombang seimik di lapisan
secara 3 dimensi hasil pengolahan metode
batuan pertama berkisar dari kecepatan 20
GRM, zona dengan kedalaman paling
m/s hingga 160 m/s yang ditandai dengan
dalam terletak dibagian tengah dari model
kenampakan warna ungu hingga hijau.
yang ditandai dengan kenampakan warna
Karena cepat rambat gelombang seismik
biru dengan kedalaman lapisan mulai dari
di lapisan batuan pertama berkisar antara
3 m sampai 4,5 meter dibawah permukaan
20 m/s sampai 160 m/s ,maka lapisan
bumi , kemudian setelah dikorelasi dengan
batuan pertama tersusun dari soil jenis
pemodelan 3 dimensi
material lepas.
terjadi korelasi yang berbanding terbalik
peta kecepatan
Kemudian Lapisan batuan kedua pada
dimana pada zona paling dalam dilalui
penampang kecepatan metode Hagiwara
gelombang seismik dengan kecepatan
ditunjukkan dengan kenampakan warna
rambat paling cepat pula ,dengan nilai
kuning hingga merah yang terletak di zona
kecepatan perambatan gelombang mulai
bagian bawah penampang. Cepat rambat
dari 550 m/s sampai 780m/s . Hal ini
gelombang seismik yang mrambat di
sesuai dengan asumsi bahwa semakin
lapisan batuan kedua berkisar pada nilai
dalam letak suatu tubuh batuan maka
180 m/s hingga 380 m/s. Karena cepat
semakin keras dan semkin cepat pula
rambat
gelombang
gelomabang
seismik
berkisar
antara 180 m/s sampai 380 m/s menurut
perambatan
gelombang seismik.
Burger (1992) Lapisan batuan kedua tersusun dari litologi soil.
kecepatan
Kemudian zona paling dangkal dari
pemodelan
3
dimensi
terletak
dibagian barat dan timur peta yang ditandai
dengan
peta,dan
setelah
warna
merah
dikorelasi
pada dengan
pemodelan 3 dimensi peta kecepatan memberikan hasil korelasi yang tepat dimana nilai cepat berbanding
terbalik
rambat gelombang dengan
nilai
kedalaman ,dimana pada zona dangkal Gambar 5.6. Pemodelan 3 dimensi peta kedalaman dan v1 metode GRM
memberikan
respon
cepat
rambat
gelombang kecil. Hal ini sesuai dengan Hukum bahwa semakin dangkal lokasi
suatu tubuh batuan maka akan semakin
semakin cepat pula gelombang seismik
lunak pula tubuh batuan dan semakin
saat merambat di tubuh batuan tersebut.
lambat pula gelombang seismik yang melewati tubuh batuan tersebut.
Kemudian dari peta kedalaman salah satu zona dangka terletak sibagian tengah peta juga tepat di utara dari zona dalam ,zona dangkal ditandai dengan kenampakan warna merah . Pada peta kecepatan zona dangkal tersebut ditandai dengan kenampakan warna merah hingga biru ,zona dangkal dilewati gelombang
Gambar 5.7. Pemodelan 3 dimensi peta kedalaman dan v1 metode Hagiwara Gambar
5.12.
adalah
perbandingan antara pemodelan 3 dimensi peta kecepatan dan pemodelan 3 dimensi peta kedalaman hasil pengolahan dengan menggunkan
metode
Hagiwara.
Pada
pemodelan 3 dimensi peta kedalaman zona paling dalam terletak dibagian tengah peta dengan koordinat 9141420 yang dalam skala warna ditunjukkan dengan warna biru sampai hijau tua dengan kedalaman 3,5 meter hingga 5,5 meter
dibawah
permukaan
bumi.
Kemudian pada peta kecepatan zona kecepatan tinggi juga terletak di koordinat 9141420
yang
ditandai
dengan
kenampakan warna merah dengan nilai kecepatan rambat gelombang mulai dari 400 m/s sampai 650 m/s Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa semakin dalam letak suatu tubuh batuan maka akan
seismic dengan kecepatan perambatan gelombang
paling
lambat
dengan
kecepatan mulai dari 50 m/s sampai dengan 250 m/s . 5. KESIMPULAN pengolahan metode GRM didapatkan lapisan batuan pertama dengan bidang perlapisan berundulasi dengan kedalaman maksimal
lapisan
pertama
terletak
dibawah offset 6 meter sedalam -4,66414. dan pada lapisan batuan pertama memiliki cepat rambat gelombang seismik sebesar 78,45419755
m/s
dan
terdiri
dari
komposisi litologi soil jenis material lepas. Hasil pengolahan dengan metode Hagiwara
menghasilkan
kedalaman
lapisan batuan terdalam terdapat dibawah offset 20 atau dibawah sumber gelombang seismik saat pengukuran reverse, nilai kedalaman lapisan batuan dibawah offset 20 sedalam -6,76133 meter dibawah permukaan. Dan lokasi dengan kedalaman
terdangkal
terletak
dibawah
offset
pengukuran ke 1 atau dibawah sumber gelombang seismik pengukuran forward dengan kedalaman lapisan batuan sedalam -1,59924 meter dibawah permukaan. cepat rambat gelombang seimik di lapisan batuan pertama berkisar dari kecepatan 20 m/s hingga 160 m/s dan lapisan batuan pertama tersusun dari soil jenis material lepas.
7.DAFTAR PUSTAKA
Seno, Wrego. 2017. Buku Panduan Praktikum Seismik Refraksi. Yogyakarta. eksplorasi
Laboratorium juruan
teknik
geofisika fakultas teknologi mineral
UPN
“Veteran”
Yogyakarta. Anonim.Pertimbangan pondasi
perancangan
berdasarkan
jenis
tanah http://www.ilmusipil.com/pert imbangan-perancanganpondasi-berdasarkan-jenistanah. Diakses pada 13 Maret 2017