i
iii
1
MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG SUKSES
RINA SURYANI
D0A013029
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan tugas akhir Mata Kuliah Kewirausahaan yang berjudul Menjadi Wirausahawan yang sukses. Tugas ini disusun untuk memenuhi persyaratan kurikuler mata kuliah Kewirausahaan di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf dosen mata kuliah Kewirausahaan Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, khususnya Bapak Ir. Muhammad Nuskhi, M.Si., dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, sehingga dikemudian penulis dapat memperbaikinya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khusunya penulis sendiri.
Penulis, Oktober 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………………ii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
II. PENGERTIAN DASAR KEWIRAUSAHAAN 3
2.1. Kewirausahaan 3
2.2. Pengandalian Alat Produksi 4
2.2.1. Kreativitas 5
2.2.2. Individu dan Kerja keras 5
2.2.3. Berani beresiko 6
2.3. Ditukar/Dijual 7
2.4. Pendapatan 8
III. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN 9
3.1. Percaya Diri 9
3.2. Berorientasi pada Tugas/ Hasil 10
3.3. Mandiri 11
3.4. Berinisiatif 12
3.5. Berfikir kedepan 13
IV. CARA MEMBANGUN REALITAS KEWIRAUSAHAAN 14
4.1. Dream (Mimpi) 14
4.2. Decisiveness (Ketegasan) 15
4.3. Does (Pelaku) 16
4.4. Determination 17
4.5. Dedication (Dedikasi) 18
4.6. Devotion (Kesetiaan) 19
4.7. Details (Terperinci) 20
4.8. Destiny (nasib) 21
4.9. Dollars (Uang) 22
4.10. Distribute (distribusi) 23
V. CIRI-CIRI UMUM WIRAUSAHAAN YANG BERHASIL 24
5.1. Tujuan Berkelanjutan 24
5.2. Ketekunan dan Ketabahan dalam mencapai tujuan. 25
5.3. Mengatasi Kegagalan 26
5.4. Mengambil Resiko 27
5.5. Kemampuan Memecah Masalah 28
5.6. Stamina 29
5.7. Kesehatan Mental dan Emosi 30
5.8. Objektif 31
5.9. Fleksibel 32
5.10. Komitmen 33
5.11. Hubungan antara manusia 34
5.12. Akses terhadap sumber keuangan 35
5.13. Latar Belakang Keluarga 36
KESIMPULAN ……………………………………………………………………...37
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewirausahaan merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengembangkan dan menginovasi produknya menjadi barang baru yang menjadi lebih baik. Pelaku wirausaha itu sendiri sering disebut dengan sebutan wirausaha. Menjadi seorang wirausaha yang sukses dan berhasil sangatlah tidak mudah. Seorang wirausaha akan dikatakan berhasil apabila ia mampu tergolong kedalam beberapa kriteria dan ciri- ciri tertentu serta dapat mengelola bahan baku dengan baik, mempunyai kreativitas, mempunyai sikap kerja keras serta berani mengambil resiko..
Seorang wirausaha akan dikatakan berhasil apabiala ia mempunyai karakteristik seperti mempunyai sikap percaya diri, dapat berorientasi kepada tugas dan hasil, mempunyai sikap mandiri, berinisiatif dan berfikir kedepan. Karakteristik itu sendiri diartikan sebagai suatu gaya hidup atau tingkah laku seseorang yang telah melekat serta berkembang dan teratur sehingga akan menjadi lebih konsisten. Karakter ini sendiri dapat membangun wirausaha menjadi sukses.
Keberhasilan seorang wirausaha juga dapat diukur dengan cara apakah dia mempunyai tujuan yang berkelanjutan, mempunyai sikap tekun dan tabah dalam mencapai tujuan, dapat mengatasi kegagalan, mampu mengamil resiko, mampu memecahkan berbagai masalah, dapat menjaga kesehatan mental maupun emosinya, bersikap objektif dan fleksibel serta mempunyai komitmen dan mempunyai hubungan yang baik antar manusia, dapat mengakses sumber keuangan dengan mudah dan mempunyai dukungan serta peran keluarga.
Seorang wirausaha dapat membangun realitas kewirausaahaanya dengan memiliki mimpi, mempunyai ketegasan, mempunyai ketetapan hati, dedikasi, kesetiaan, mampu membuat perincian dalam setiap tugasnya, mempunyai distribusi yang baik, tidak menganggap bahwa uang sebagai ukuran keuntungan atau kerugian serta seorang wirausaha harus mampu menentukan nasib mereka sendiri.
Tujuan
Mengkaji pengertian dasar kewirausahaan.
Mengkaji berbagai karakteristik kewirausahaan.
Mengkaji berbagai realitas untuk membangun kewirausahaan.
Mengkaji berbagai ciri-ciri wirausaha yang berhasil
PENGERTIAN DASAR KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan
Menurut Novian (2012) wirausaha merupakan orang atau seseorang yang menciptakan suatu bisnis baru yang bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan dan siap dengan berbagai resiko yang akan dihadapi selama proses itu berlangsung. Kemudian, yang dimaksud dengan kewirausahaan yaitu suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah atau persoalan dan menemukan peluang guna untuk memperbaiki kehidupan usahanya selain itu kewirausahaan juga merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan (Zimmerer, 2010).
Pelaku kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan (Hardiayanti, 2011). Wirausahawan diharuskan selalu dapat menghadapi suatu resiko yang akan dihadapi dalam menjalankan usahanya, karena seorang wirausahawan dituntut untuk melakukan beberapa perubahan dalam hal sumber daya, tenaga kerja, bahan faktor produksi lainya menjadi sesuatu yang baru dan lebih besar. Banyak yang mengatakan bahwa seorang wirausahawan mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan manusia pada umumnya, karena wirausahawan mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul (Alma, 2011).
Pengandalian Alat Produksi
Salah satu hal yang berkaitan dengan pengendalian alat produksi yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA). Susilo (2005) mengatakan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting karena merupakan salah satu faktor pendukung untuk menjalankan suatu usaha. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh David Ulrich "Sumber daya manusia didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tapi apa yang sumber daya manusia hasilkan", dan Tambunan (2007) menambahkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan usaha.
Sumber Daya Manusia sangat berkaitan erat dengan Sumber Daya Alam. Kedua aspek ini sangat berpengaruh dalam menunjang suatu keberhasilan usaha. Dalam nilai ekonomi, nilai sumber daya didefinisikan sebagai suatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi karena dapat membantu mensejahterakan kehidupan umat manusia. Sumber daya manusia akan dapat menunjang kesejahteraan umat manusia apabila sumber daya manusia tersebut memiliki pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya alam yang ada (Fauzi, 2009). Pengolahan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan sebaliknya, pengolahan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk (Basuki, 2005). Dalam mengendalian alat produksi, sebagai seorang pelaku usaha haruslah mempunyai sifat yang kerja keras, individu, kreaif dan berani beresiko.
Kreativitas
Sternberg dan Lubart (2005) mendefinisikan kreaivitas sebagai salah satu kemampuan untuk menghasilkan suatu karya yang baru dan lebih baik. Agar kekreativitasan seseorang muncul haruslah ada suatu dorongan atau suatu motivasi. Hal tersebut didukung oleh Munandar (2009) yang mengatakan bahwa individu harus memilki motovasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan sendiri. Selain didukung oleh perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan
Individu dan Kerja keras
Menurut Luter (2005) individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu yang berarti satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis merupakan manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Individu yang memiliki sifat keja keras adalah salah satu modal untuk menjadi wirausahawan sukses. Karena kerja keras mampu mendorong produktivitas dan mengembangkan keinginan berinovasi yang terus berkembang kearah tercapainya tujuan perusahaan (Fang, 2005). Mereka yang mempunyai sifat pekerja keras dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal. Granville (2007) menambahkan bahwa dengan kerja keras, praktek aktivasi penjualan atau usaha yang didirikan akan lebih baik dan bermutu.
Berani beresiko
Berani beresiko merupakan salah satu ciri dan sifat yang melekat pada seorang wirausahawan. Seorang wirausahawan harus mempunyai kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan karena tidak ada satu bisnis pun yang luput dari resiko kerugian dalam menjalankan usahanya. Firman Alloh dalam Surat Luqman ayat 34 yang artinya "… dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa-apa yang diusahakannya besok…". Dengan demikian, untung/rugi akan senantiasa menjadi suatu yanng harus diperhitungkan oleh setiap wirausahawan (Fajar, 2010). Berkaitan dengan resiko, Sri (2005) mengatakan bahwa resiko merupakan suatu hal ketidakpastian dimasa yang akan datang mengenai kerugian.
Dalam pengambilan resiko para wirausahawan selalu memperhitungkan matang-matang keputusan yang akan diambilnya. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan kepercayaan diri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinan dalam mempengaruhi hasil dan keputusan, serta semakin siap pula mencoba apa yang menurut orang lain penuh dengan resiko. Yang membedakan seorang wirausaha dengan yang lainnya adalah kesiapan dalam pengambilan resiko. Kebanyakan orang lebih menyukai keadaan dimana ia berada dalam titik yang aman dan nyaman dengan tidak mengambil hal yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih rendah. Berbeda dengan wirausaha, resiko dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan, bukan suatu hambatan yang menjadikan kita gagal (Munandar, 2009) .
Ditukar/Dijual
Nilai tukar adalah harga suatu barang atau uang terhadap barang atau uang lainnya (Salvature, 2007) sedangkan harga jual yaitu sejumlah konvensasi (uang/barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang/jasa (Hansen, 2011). Mulyadi (2008) menambahkan pada prinsinya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah laba yang wajar. Sedangkan menurut Boone (2008) mengatakan bahwa harga jual yaitu sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi suatu barang/jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, salah satu cara yang tepat untuk menarik minat konsumen yaitu dengan menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual sehingga konsumen akan merasa puas dengan apa yang telah ia dapatkan.
Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan. Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan kecil harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran. Sedangkan pada perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Bahkan disini manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga serta memberikan persetujuan atas usulan harga dari manajemen dibawahnya (Mulyadi, 2008).
Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan seperti penjualan, penghasilan jasa, dan lainya (Hansen, 2011). Pendapat lain dikemukakan oleh Gycman (2006) yang mengatakan bahwa pendapatan yaitu arus masuk atau aktiva sebuah entitas atau penyelesaian selama satu periode dari pengiriman/ produksi barang, penyediaan jasa atau aktivitas lainya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. Menurut Smith (2006) pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukan agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatanya. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor. Dengan demikian apabila pendapatan kita tinggi, maka akan banyak perusahaan-perusahaan lain yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan kita. Tingginya pendapatan juga berpengaruh besar terhadap kesejahteraan perusahaan. Peran sumber daya manusia disini yangat diperlukan, dimana sumber daya manusia berperan untuk mengelola produk yang inovatif sehingga minat konsumen terhadap produk kita sangat tinggi dan hal ini dapat mempengaruhi nilai pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan Menurut Nisavonger (2005) konsep pendapatan ditinjau dari sisi ilmu ekonomi dan ilmu akutansi.
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
Seorang Wirausahawaan/ peternak harus mempunyai beberapa karakteristik agar peternakanya/usahanya sukses. Adapun karakteristiknya antara lain :
Percaya Diri
Seorang wirausaha adalah orang yang percaya bahwa mereka mampu mencapai hasil yang mereka inginkan. Salah satu modal untuk membentuk suatu usaha peternakan adalah untuk mewujudkan diri bertindak dan berhasil (Dimyati, 2009). Sikap percaya diri bukanlah sikap yang sombong, karena dilandasi oleh kesadaran mereka terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Sikap percaya diri akan mendorong seseorang untuk terus maju dengan kemampuan yang ada. Pribadi yang percaya diri akan selalu antusias dalam melakukan suatu tindakan dengan tekad, tekun dan pantang menyerah dalam melakukan sesuatu (Syaifulloh, 2006). Abdurrahman (2009) menambahkan bahwa rasa percaya diri muncul ketika seseorang akan terlibat dalam suatu aktivitas dimana pemikiranya terarah untuk mencapai hasil yang diinginkan. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang dilihat dari rasa tanggung jawabnya yang tinggi, objektif, kritis, dan tidak tergantung orang lain. Emosional pun stabil, tidak mudah tersinggung, dan naik pitam (Galo, 2005). Dengan demikian, seorang peternak harus membiasakan dan memampukan dirinya untuk meraih apa yang diinginkan.
Berorientasi pada Tugas/ Hasil
Seorang wirausahawan/ peternak dalam bergerak dan melakukan tugasnya harus selalu mengutamakan proses yang ia lakukan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, agar mampu mendapatkan hasil yang baik (Meredith, 2007). Seorang wirausahawan haru memperhatikan keefisiennan dan keefektifan suatu tugas, karena ini menyangkut terhadap dana (modal) yang ia keluarkan, tenaga yang ia habiskan dan waktu yang ia pakai. Sedangkan seorang wirausahawan selalu berpedoman terhadap prinsip ekonomi yaitu "Berusaha untuk menggunakan modal yang sekecil - kecilnya untuk mendapatkan hasil (untung) yang sebesar - besarnya. Ciri-ciri seperti ini menggambarkan bahwa seorang wirausaha tidak mengutamakan nilai prestise dulu lalu prestasi kemudian, tetapi ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah ia dikatakan berhasil maka prestisenya akan naik (Dimyati, 2009).
Menurut Alma (2008) orientasi akan tugas dan hasil sangat erat kaitanya dengan motivasi seorang wirausaha. Dengan adanya motivasi, seseorang akan mampu bekerja keras, enerjik dalam mengerjakan usahanya. Peternakpun dalam memulai dan mengembangkan usahanya harus memiliki motivasi tersendiri. Motivasi atau dukungan yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha yang paling bearti yaitu dukungan dari keluarga. Motivasi dari keluarga sangat dibutuhkan untuk seseorang dalam memulai/menjakankan usahanya (Winardi, 2009). Contohnya, peternakan kambing perah, dengan adanya motivasi tersebut maka peternak akan berkerja keras dan mampu produktif menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
Mandiri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) mandiri yaitu keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Lilis (2006) mengatakan bahwa kepribadian mandiri peternak dapat dibentuk melalui pelaksanaan kemampuan pengurus, manajer, penyuluh peternakan dan lain sebagainya. Prabu (2011) menambahkan bahwa karakteristik manusia/peternak mandiri adalah seorang atau individu yang memiliki sifat rajin, senang bekerja, sanggup bekerja keras, tekun, gigih, disiplin, berani merebut kesmpatan yang ada, jujur, mampu bersaing dan bekerja sama, dapat dipercaya dan mempercayai orang lain, mempunyai ciita-cita dan tahu yang harus diperbuat untuk mewujudkan serta tidak mudah putus asa.
Seorang peternak harus mempunyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide terutama dalam mencapai peluang dan tujuan usahanya, dapat mandiri menjalankan usahanya dan menemukan cara baru untuk memberikan keputusan kepada konsumen sehingga semua harapan yang diinginkan oleh seorang pengusaha/peternak dapat terwujud (Suryana, 2010). Sikap mandiri mencerminkan seseorang bahwa dia mampu mengerjakan semua rencana usaha/bisnisnya itu dengan baik dan sesuai prosedur. Sikap mandiri dimiliki oleh seorang wirausaha yang loyal akan pekerjaanya, ingin berhasil dan mendapatkan semua tujuan yang ingin ia capai (Lilis, 2006). Jadi sikap mandiri sangat dibutuhkan untuk seorang peternak untuk membangun usahanya sehingga usahanya bisa mencapai kesuksesan.
Berinisiatif
Seorang wirausahawan harus memiliki inisiatif, yaitu prakarsa atau ikhtiar dalam membuka peluang/membangun kegiatan usahanya (Hartono, 2013). Menurut Jenkins (2005) yang dimaksud inisiatif adalah kesempatan untuk bertindak atau mengambil alih sebelum orang lain. Inisiatif dalam kewirausahaan adalah mengambil atau mengatur semua kegiatan perusahaan dalam memajukan kesejahteraan karyawan tanpa ada yang dirugikan (Hartono, 2013). Kesempatan mungkin hanya dating sesekalu, namun peluang ada dimana-mana, yang artinya pengusaha harus pintar membaca situasi dan memanfaatkannya dengan ide-ide yang cemerlang. Schumpeter (2005) menambahkan bahwa inisiatif wirausaha dipandang sebagai studi kegiatan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang berasal dari praktik-praktik inisiatif. Selajutnya inisiatif wirausaha diharapkan mampu mengelola sumbeer daya menjadi organisme produktif (Crant, 2010).
Seorang wirausaha sebaiknya tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. Selain itu, seorang wirausaha dapat melakukan inisitatif dalam menghasilkan produk yang akan ia pasarkan. Hal ini akan mendukung dan memberikan peluang besar terhadap pemasaran karena konsumen akan melihat sesuatu yang baru dengan keinisiatifaan wirausaha tersebut. Maka dari itu sikap inisiatif sangat perlu dikeangkan dalam dunia wirausaha.
Berfikir kedepan
Berpikir jauh ke depan adalah suatu perilaku yang akan menggambarkan pemikiran diaman dia melakukan sesuatu yang perlu dilakukan atau akibat yang akan ditimbulkan dari suatu perbuatan tersebut sehingga memiliki sikap waspada terhadap segala sesuatu yang akan terjadi. Kebanyakan orang malas memikirkan masa depan karena beranggapan itu adalah sebuah misteri. Memang benar, namun jika kita membiasakan diri berpikir tentang masa depan, kita akan memiliki input berharga tentang masa depan. Mereka yang terbiasa berpikir dan membuat perencanaan dengan memperhitungkan berbagai sering kali lebih siap dan mampu menghadapi hal-hal tak terduga di masa depan. Bahkan mereka akan menjadi lebih unggul dan leading karena pemikiran maupun ide-ide mereka yang selalu advanced (Pittaway, 2007).
Seorang wirausahawan/peternak harus mampu membaca peluang bisnisnya dimasa yang akan datang, apakah dikemudian hari usaha yang ia geluti masih dibutuhkan oleh pasar atau tidak (Meredith, 2007). Nur (2012) menambahkan bahwa seorang wirausaha harus memiliki prespektif dan pandangan ke masa yang akan datang, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada. Pandangan yang jauh kedepan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan kerja dan karya yang sudah ada saat ini (Alex, 2005). Jadi, seorang peternak harus memiliki visi kedepan dan menyusun perencanaan (planning) dan strategi yang matang agar jelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan (Pittaway, 2007).
CARA MEMBANGUN REALITAS KEWIRAUSAHAAN
Apabila seorang wirausaha ingin mewujudkan usahanya, maka harus mempunyai beberapa hal dalam dirinya, yaitu:
Dream (Mimpi)
Tujuan pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya dapat dituangkan melalui visi dan misi dari perusahaan itu sendiri. Seorang Wirausaha menjadikan visi dan misi sebagai suatu acuan untuk mewujudkan impianya dengan berbagai kemampuan serta keahlian yang dimiliki (Alex, 2005). Sujana (2009) menambahkan bahwa dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan dan tindakan yang nyata untuk dapat mewujudkannya. Secara umum bisa dikatakan bahwa visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan. Yang dimaksud dengan visi itu sendiri yaitu suatu pandangan jauhmengenai bisnis atau usaha yang akan dimulai sehingga perusahaan tersebut melakukan beberapa tindakan untuk mencapai tujuannya pada masa yang akan datang (Syaifulloh, 2006). Sedangkan yang dimaksud dengan misi menurut Ali (2011) adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh suatu lembaga atau perusahaan dalam usahanya untuk mewujudkan visi itu sendiri. Misi usaha adalah cara mencapai tujuan dan alasan mengapa usaha itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan dalam proses pencapaian tujuan.
Decisiveness (Ketegasan)
Karakter individu kerap kali dikaitkan dengan bakat berbisnis. Jika terlalu baik hati atau cenderung tak tega dengan orang lain dianggap tidak cocok menjalani usaha karena kurangnya ketegasan bisa membuat usaha rugi (Diana, 2010). Kegiatan yang dimaksud oleh setiap enterpeneur adalah bagaimana mereka bisa menempatkan posisi masing-masing dalam koneteks bisnis itu sendiri (Nubiz, 2005). Arie (2012) menambahkan bahwa ketegasan yang dimaksud tentu didukung oleh berbagai data dan kerangka berfikir yang logis. Sehingga pada akhirnya para wirausahawan mulai memperhatkan bisnisnya terus berjalan dan bersikap tegas yang menunjukan pengaruh mereka dalam setiap bisnis yang dijalankan (Suryana, 2010).
Tegas bukan hanya dalam hal bersikap baik atau tidaknya kita kepada orang lain. Dalam merencanakan suatu proses pengolahan bahan baku atau pengolahan produksi pun diperlukan adanya suatu ketegasan. Karena ketegasan seorang wirausaha akan menentukan kemampuan dirinya untuk mencapai cita-citanya secara smart (Nubiz, 2005). Bill gates seorang yang sukses menciptakan sebuah system operasi untuk komputer ini yaitu mikrosoft merupakan salah satu contoh orang sukses yang memiliki sikap tegas. Dia bekerja tidak kenal lelah. Bill gates memiliki ketegasan dalam menentukan pilihannya. Ia tidak menunda-nunda waktu untuk mencapai impiannya. Ia mengambil keputusan secara cepat dan akhirnya dapat menikmati hasil kerja kerasnya (Diana, 2010). Maka dari itu, sikap tegas sangat diperlukan untuk seorang wirausaha agar tujuan yang diinginkannya tercapai.
Does (Pelaku)
Yang dimaksud dengan pelaku usaha menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2011) yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. sedangkan menurut Yahya (2013) yang dimaksud dengan pelaku usaha yaitu seseorang atau badan usaha yang meakukan kegiatan usahanya baik sendiri maupun bersama-sama. Menurut Surya (2010) pada dasarnya terdapat tiga pelaku bisnis, yaitu:
Pedagang : orang yang memelakukan usaha
Pembisnis atau pengusaha : orang yang melakukan bisnis.
Entrepreneur : orang yang melakukan wirausaha
Apapun itu, seorang pelaku usaha harus mempunyai hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam melakukan usahanya agar usaha peternakanya sukses (Dwi, 2012). Karena itu, pelaku usaha berperan penting menentukan arah kemana dan bagaimana perusahanya itu akan bergerak sehingga tujuan yang diimpikan akan terwujud. Tiga kemampuan yang harus dikuasai ole pelaku usaha menurut Sujana (2009):
Kemampuan Teknik, yaitu kemampuan memproduksi barang/jasa.
Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.
Kemampuan Finasial, yaitu kemampuan memperoleh sumber dana serta mengembangkan relasi dan kemampuan komunikasi serta negosiasi.
Determination
Menurut Dwi (2012) seorang wirausaha harus melaksanakan semua proses dalam kegiatannya dengan penuh perhatian, rasa tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah menyerah. Yang dimaksud dengan tanggung jawab disini yaitu kita harus mempunyai komitmen karena dengan tanggung jawab, berarti kita sedang menyelesaikan masalah karena apabila kita tidak tanggung jawab dalam suatu pekerjaan kita, maka kita tidak akan dipercaya oleh konsumen dan kita akan mendapatkan kerugian (Sri,2008). Dalam melakukan suatu usaha/bisnis baik dalam dunia peternakan ataupun dunia bisnis lainya perlu diketahui bahwa kegagalan selalu ada ,tapi bagi wirausahawan sejati kegagalan bukanlah akhir dari usahanya, putus asa bukan merupakan sifat dari seorang pengusaha.
Wirausahawan yang sukses akan selalu mempunyai tekad dan kemauan yang kuat. Seorang wirausahawan selalu menjalani usahanya dengan ketetapan hati, penuh perhatian dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Ia tidak akan mudah menyerah meski banyak tantangan dan rintangan yang akan dating menghadang (Suryono, 2007). Alma (2007) menambahkan bahwa seorang entrepreneur selalu memiliki keyakinan bahwa kegagalan itu tidak ada, namun kegagalan itu hanya akan muncul pada seorang yang tidak berusaha. Maka selama kita terus dan mau berusaha, kegagalan itu akan bisa kita lewati dengan mudah.
Dedication (Dedikasi)
Pengertian dedikasi menurut Toto (2014) yaitu suatu pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia. Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinggi maka kesuksesan akan selalu menghampirinya. Tidak sedikit orang mengrbankan keluarganya demi dedikasi terhadap usaha yang ia jalankan. Dedikasi itu bisa dimulai dari hal yang paling sederhana, contohnya ketika seorang peternak ayam broiler pada periode awal tidak kenal lelah karena harus memelihara ayamnya dengan menejemen yang baik sehingga hasilnya baik pula (Alma, 2007).
Seseorang yang sudah mendedikasikan dirinya untuk sesuatu tidak akan mudah mundur begitu saja sampai tujuan yang diinginka tercapai. Dedikasi membutuhkan keberanian, keinginan dan keikhlasan untuk melakukannya (Azghiffari, 2007). Bahrul (2010) menambahkan bahwa setiap orang yang berdedikasi tinggi pasti akan menemui kegagalan diawal perjalananya, tetapi komponen dedikasi yaitu keberanian, keinginan dan keikhlasan itulah yang akan menuntunya kembali bangkit untuk menuju kedalam kesuksesan.
Dedikasi berhubungan erat dengan konsistensi seseorang. Apabila seorang wirausaha ingin usahanya terus maju, berkembang dan sukses maka ia harus konsisten dan berdedikasi dengan sungguh-sungguh. Suatu proses yang dijalani akan menentukan hasil yang ia dapatkan.
Devotion (Kesetiaan)
Seorang wirausahawan haruslah menikmati, mencintai dengan sepenuh hati apapun jenis usaha yang dikerjakanya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2011) kesetiaan yaitu berpegang teguh, patuh, taat bagaimanapun berat tugas yang dijalankanya. Seorang wirausahawan haruslah mencintai usahanya agar yang dijalaknknya berhasil (Anoraga, 2006). Ragu-ragu dan setengah setengah adalah hal yang data menghambat kelancaran suatu usaha.
Model kesetiaan dalam berbisnis adalah sebuah modal bisnis yang dipergunakan dalam menejemen strategi agar meningkatkan kesetiaan pelanggan dan pihak lain agar tujuan perusahaan terpenuhi (Ulfah, 2012). Pada dasarnya, kesetiaan dalam berbisnis tidak ditujukan hanya kepada pelaku bisnis saja melainkan kita sebagai seorang wirausaha harus dapat membuat para pelanggan atau konsumen kita setia terhadap produk yang dikta pasarkan.. Happy (2012) menambahkan bahwa apabila usaha anda ingin maju dan sukses maka sebagai seorang wirausahawan kita harus loyal dan setia dalam melakukan pekerjaan, selain itu kita harus dapat membuat konsumen setia mengkonsumsi prosuk kita dengan berbagai strategi.
Kesetiaan pelanggan terhadap produk yang kita pasarkan merupakan suatu bentuk kepuasan dari produk barang/jasa yang telah kita tawaarkan. Dengan hal ini, kita sebagai seorang wirausaha harus mempunyai strategi yang baik dan bagus serta selalu memberikan inovasi terhadap produk kita agar kesetiaan pelanggan dapat selalu terjaga.
Details (Terperinci)
Terperinci yaitu teliti, seksama, tepat dalam merencanakan suatu usahanya (Ulfah, 2012). Miftakhul (2010) menambahkan bahwa untuk mencapai kesuksesan seorang wirausahawan harus berpikir details (terperinci) karena ketika menjalankan suatu usahanya, keuangan dan perencanaan harus dipikirkan secara details. Seorang wirausahawan juga diharuskan memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia harus memperhatikan faktor-faktor sekecil apapun yang dapat menghambat kegiatan usahanya.
Zimmerer (2008) menambahkan bahwa langkah awal seorang wirausaha harus serius untuk berwirausaha yaitu membuat perencanaan usahanya, dan untuk menghindari faktor yang menyebabkan kegagalan maka harus diperencanakan secara terperinci agar tujuan usaha tercapai. Perencanaan usaha secara terperinci mulai dari rencana usaha, aspek perijinan dan lokasi usaha, aspek pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek produksi, aspek keuangan, perencanaan resiko (Rangkuti, 2006).
Selain itu, seorang wirausaha tidak boleh kecolongan dan tidak boleh ceroboh. Selain detail dalam masalah perincian keuangan dan memikirkan jalannya suatu usaha secara terperinci juga seorang wirausahawan dituntut untuk dapat melihat dan memonitori masalah serta dapat memecahkan dan menyelesaikan masalahnya tersebut secara detail agar masalah tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan atau evaluasi untuk kedepannya (Ulfah, 2012).
Destiny (nasib)
Nasib yang dimaksud disini yaitu seorang wirausahawan bertanggung jawab atas nasib dan tujuan yang hendak dicapai dan dia mempunyai sifat tidak mau bergantung pada orang lain (Dwi, 2012). Seorang wirausahawan sukses tidak boleh bergantung pada orang lain. Ia harus mempunyai keyakinan dan percya diri akan nasib usahanya. Biasanya orang yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan bergantung kepada orang lain dan menjadi ekor orang yang mempunyai tujuan yang jelas (Hanifah, 2014). Maloko (2005) menambahkan bahwa nasib itu tergantung kepada kinerja yang dilakukannya. Nasib yang baik akan didapatkan apabila kinerja yang dia lakukan baik. Begitupun sebaliknya, kinerja yang biasa saja akan mendatangkan nasib yang biasa saja juga. Maka dari itu, semua terganung kepada pelaku usahanya itu sendiri (Anita, 2014).
Seorang wirausaha adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap apapun yang akan dia capai, karena mereka mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentukan masa depannya mereka sendiri (Hanifah, 2014). Rangkuti (2006) menambakan bahwa seorang wirausaha harus dapat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang akan terjadi di dalam hidupnya dan dalam usahanya, termasuk kesuksesan dan kegagalannya itu sendiri. Namun, sukses akan dapat diperoleh dengan lebih mudah, jika wirausaha bersedia dan mampu mengambil risiko yang perlu dengan penuh perhitungan dan dapat menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya dengan baik.
Dollars (Uang)
Menurut Dwi (2012), seorang wirausahawan menganggap bahwa uang hanya sebagai ukuran kesuksesan bisninsnya saja. Dia berasumsi bahwa jika ia berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah. Seorang wirausahawan tidak mengutamakan mencapai kekayaan, banyak memiliki uang, memiliki ketenaran dan kekuasaan. Semua itu dia anggap bukanlah sebagai tujuan utama atau prestasi yang dianggap penting. Motivasinya bukan untuk memperoleh semua itu. Semua itu hanya sebagai hasil kerja sekunder dari gairah kerja dan panggilan pribadinya.
Namun pendapat lain menyatakan semakin banyak orang memiliki uang maka akan dianggap semakin kaya (Mankiw, 2007). Sangat wajar jika seorang wirausaha mengejar keuntungan yang bisa membuatnya kaya. Namun, seorang wirausaha jangan sampai terjebak kedalam motivasi yang semacam ini. Karena jika dia sudah terlena dengan harta kekayaan, itu bisa saja menjadikan boomerang bagi kehidupannya kelak. Joko (2007), mengatakan bahwa uang seringkali dianggap sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan, namun sesungguhnya uang bukanlah modal utama dalam membangun sebuah bisnis. Marikyon (2014) menambahkan bahwa ada 4 modal penting dalam membangun sebuah bisnis yaitu ide brilian, semangat dan kerja keras, percaya diri yang tinggi, serta mimpi yang besar. Pendapat lain dating dari hakim (2009) yang mengatakan bahwa uang dalah sumber daya tetap tapi tidak pernah dijadikan sebagai tujuan akhir.
Distribute (distribusi)
Seorang wirausahawan harus bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang kepercayaannya, yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai sukses dalam bidang bisnis (Dwi, 2012). Eko (2010) distribusi merupakan suatu proses yang menunjukan penyaluran barang yang dibuat dari produsen agar sampai kepada para konsumen yang tersebar luas. Selain itu distribusi juga merupakan kegiatan yang menjembatani suatu produksi dan konsumsi suatu barang agar bisa ditawarkan (Marinkyon, 2014). Alex (2005) menambahkan bahwa seorang pengusaha peternakan harus menguasai ilmu distribusi agar mampu mendistribusikan produk usahanya dengan cara efisien sehingga dapat menekan penurunan kualitas produk. Strategi dalam pendistibusian berkenaan dengan penentuan dan manajemen penyaluran distribusi yang digunakan oleh produsen untuk memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk tersebut dapat sampai ditangan konsumen sesuai dengan sasaran dan jumlah yang sesuai serta terhadap jenis yang dibutuhkan oleh konsumen itu sendiri (Eko, 2010)
Orang yang sukses adalah orang yang dapat membuat orang yang berada disekelilingnya juga mencapai sukses. Seorang wirausahawan dituntut agar dapat menyalurkan ilmu dan pengalamanya kepada orang lain. Karena ini merupakan salah satu kunci untuk menentukan kesuksesan bisnisnya (Marinkyon, 2014). Distribusi tidak hanya berkaitan dengan produk saja melainkan dengan mendistribusikan ilmu dan pengalamanya agar dapat dijadikan contoh yang baik untuk kesuksesan usahanya.
CIRI-CIRI UMUM WIRAUSAHAAN YANG BERHASIL
Seorang wirausaha akan dikatakan berhasil apabila mempunyai :
Tujuan Berkelanjutan
Menurut Baharuddin (2005) penetapan tujuan sangat penting bagi keberhasilan bisnis mana pun, senantiasa membuat tujuan baru merupakan salah satu ciri umum dari seorang wirausahaan. Contohnya yaitu apabila seorang peternak kambing membentuk usahanya dengan tujuan awal memasarkan hasil daging dari kambingnya tersebut, seiring berjalanya waktu tujuan itupun bertambah. Selain memasarkan daging kambing tersebut, peternak menjual kambing hidup atau cempe dari peternakannya. Itu merupakan suatu perkembangan dalam bisnis peternakanya.
Diawal menekuni bisnis, memang tidak sedikit orang cukup senang menjalankannya. Namun ada kalanya seorang pebisnis merasakan titik jenuh ketika aktivitas bisnis tersebut monoton dan tak ada inovasi. Salah satu yang bisa dilakukan pembisnis dalam menginovasikan bisnisnya yaitu dengan mendisversifikasikan bisnis atau usahanya (Sidarta, 2007). Menurut Harsen (2010) diversivikasi usaha adalah penganekaragaman usaha untuk menghindari ketergantungan pada ketunggalan kegiatan, produk, jasa, atau investasi. Hal ini dilakukan agar bisnis yang dijalankan tetap berjalan. Mengingat betapa pentingnya diversifikasi yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimum dengan cara mengombinasikan produknya satu, dua, atau bahkan lebih (Haryadi, 2005)
Ketekunan dan Ketabahan dalam mencapai tujuan.
Kesabaran dan ketekunan merupakan kunci yang akan membawa pembisnis menuju keberhasilan Ketekunan merupakan kemampuan untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan (Haryadi, 2005). Yang dimaksud ditengah tekanan dan kesulitan dalam berbisnis contohnya yaitu ketika peluang pasar melemah. Carilah solsi agar permasalahan dalam bisnis kita bisa berjalan lancar kembali jangan berputus asa. Salah satu yang dapat kita contoh yaitu orang Tionghoa karena mereka tidak pernah diam, melainkan selalu berusaha untuk mengubah hidupnya dengan bekerja keras, semangat maju untuk mencapai cita-citanya. "Bila orang lain dapat melakukan hal itu dalam satu kali, diri sendiri harus berani melakukan seratus kali, bila orang lain dapat melakukan dalam sepuluh kali, diri sendiri harus berani melakukan seribu kali" (Setyo, 2013)
Konsep tersebut mencerminkan ketekunan dan pantang menyerah seperti yang diungkapkan Zhong Yong "Memang ada hal yang tidak dipelajari, tetapi hal yang dipelajari bila belum dapat janganlah dilepaskan, ada hal yang tidak ditanyakan, tetapi hal yang ditanyakan bila belum sampai benar-benar mengerti janganlah dilepaskan." .Etika tersebut sebagai pendorong agar manusia dalam mengerjakan sesuatu dengan tekun, teliti, sungguh-sungguh dan tidak kenal menyerah. Apabila etika tersebut diterapkan dalam dunia bisnis, maka akan menjadikan seseorang bekerja secara sempurna (Arie, 2006). Ketekunan dan kesabaran dalam berbisnis merupakan suatu kunci kesuksesan dalam dunia bisnis (Baharuddin, 2005)
Mengatasi Kegagalan
Gagal dalam berbisnis merupakan sebuah momok menakutkan bagi mereka yang akan terjun ke dunia bisnis. Memang, kegagalan bisa saja terjadi tetapi kegagalan bisa diatasi. Gagal bukan merupakan sebuah alasan seorang pengusaha untuk menghentikan usahanya melainkan menjadi cambuk agar usaha tersebut bisa berkembang kembali (Satria, 2006). Wiliam Boty mengatakan: "Yang terpenting di dunia ini bukanlah mengumpulkan keuntungan-keuntungan. Ini mudah saja. Yang penting apakah keuntungan dari kegagalan yang kita derita. Ini memerlukan kecerdasan dan disinilah letak perbedaan antara yang cerdas dan yang bodoh". (Setyo, 2013). Berprinsiplah bahwa kegagalan itu merupakan peristiwa yang memalukan. Hal ini bukanlah berarti bila gagal lantas malu kepada orang lain. Akan tetapi bila mengalami kegagalan malulah pada diri sendiri. Kalau sudah demikian tentu dalam hati kita akan muncul niat untuk mendorong diri kita sendiri menjadi lebih baik. "Aku harus berhasil. Akan kutunjukkan siapa diriku yang sebenarnya." Bangkitkan perasaan keinginan diri untuk menjadi berhasil. Kalahkan semua rintangan. Seperti pribahasa mengatakan bahwa "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (Wisnu,2009)
Cara mengatasi kegagalan dalam berbisnis menurut Sidarta (2007) yaitu:
1. Anggaplah kegagalan adalah pendorong
2. Bangkit dan mencoba lagi
3. Berusahalah menekan kegagalan sekecil mungkin
4. Jangan mudah putus asa
Mengambil Resiko
Resiko dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian dimasa yang akan datang dan dapat diartikan juga sebagai suatu konsekuensi yang akan memunculkan dampak yang merugikan (Alex, 2005). Resiko bagi para wirausaha bukanlah sebagai suatu hambatan untuk meraih kesuksesan tetapi dijadikan sebagai suatu tantangan. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai hal-hal yang menantang untuk lebih mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Pengambilan resiko menurut perspektif wirausaha yaitu dengan mengambil resiko yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Karena seorang wirausaha selalu ingin berhasil mereka menjauhi resiko yang tinggi, dan menghindari resiko yang lebih rendah karena bagi mereka tidak ada tantangan (Arauf, 2009)
Dalam pengambilan resiko para wirausaha harus selalu memperhitungkan matang-matang keputusan yang akan diambil. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan kepercayaan diri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinan dalam mempengaruhi hasil dan keputusan, selain itu maka seorang pelaku usaha akan semakin siap pula mencoba melakukan apa yang menurut orang lain penuh dengan resiko (Dimyati, 2009). Menurut Harsen (2010) yang membedakan seorang wirausaha dengan yang lainnya adalah kesiapan dalam pengambilan resiko. Kebanyakan orang lebih menyukai berada didalam titik yang aman dan nyaman dengan tidak mengambil hal yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih rendah. Berbeda dengan seorang pelaku usaha, resiko akan mereka dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan, bukan suatu hambatan yang menjadikan mereka gagal gal tidak mau berbuat apa-apa lagi.
Kemampuan Memecah Masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Menurut Hudojo (2007) pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan mudah dapat dicapai. Para wirausahawan hendaknya dapat menganalisis dengan mengumpulkan data-data, mengolahnya, dan menarik kesimpulan dari penganalisisan tersebut. Keterampilan yang diperoleh para wirausahawan, akan menjadi bekal didalam pemecahan masalah dalam kegiatan usaha atau bisnis. Meskipun banyak persoalan tidak mempunyai pemecahan masalah yang benar, namun keputusan terakhir untuk menentukan pemecahan masalah yang paling baik terserah kepada para wirausahawan sendiri (Haryadi, 2005).
Suherman (2008) menambahkan bahwa ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu:
Memahami masalah
Merencanakan pemecahan masalah
Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana
Memeriksa kembali hasil yang diperoleh
Pemecahan masalah mempunyai fungsi dalam kegiatan berwirausaha, sebab melalui pemecahan masalah pelaku usaha dapat melatih dan mengintegrasikan konsef-konsef, teori-teori dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya (Saputra, 2012).
Stamina
Membuka usaha sendiri membutuhkan waktu, tidak bisa instan. Ada proses yang harus dilalui. Mulai dari memikirkan ide awal, membuka, memperkenalkan dan mempromosikan usaha tersebut. Dalam proses ini, banyak sekali tantangan dan rintangan. Baik dari internal pebisnis sendiri maupun yang datang dari eksternal. Salah satu tantangan factor internal yaitu kesehatan pelaku usaha itu sendiri (Sunarto, 2008). Kesehatan Fisik atau stamina merupakan kekuatan dan energi fisik seseorang yg memungkinkan dia dapat bertahan dalam bekerja atau dalam kesehatan tubuh (Saputra, 2012) Cahya (2006) menambahkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Apabila seorang pelaku usaha mengalami gangguan terhadap stamina atau kesehatan fisiknya ada kemungkinan usaha yang ia hadapi akan terhambat karena ia tidak akan bisa melakukan aktivitas usahanya seperti biasa. Berikut adalah cara mempertahankan stamina tubuh menurut Yani (2009) :
Cukup Istirahat.
Berpikir Positif.
Rutin Berolahraga.
Kebersihan Makanan
Kontrol Makanan.
Makanan Berserat.
Kesehatan Mental dan Emosi
Kesehatan mental dan emosi sangatlah diperlukan dalam dunia bisnis karena tekanan dalam bisnis dapat menuntut kesetabilan mental dan emosi pelaku bisnis tersebut. Kesehatan mental adalah pengetahuan serta perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan atau orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa (stress) (Dewi, 2006). Sedangkan kesehatan emosi menurut Johnson (2007) merupakan suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan sosiologi yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
Seorang pelaku bisnis harus dapat mengontrol emosi dalam menjalankan bisnisnya apalagi emosi yang berkaitan dengan amarah. Karena apabila seorang pelaku usaha tidak dapat mengontrol mental dan emosinya (amarah) kemungkinan itu akan berdampak buruk pada usaha yang dijalankannya. Tekanan bisnis dapat mengakibatkan usaha yang dijalankannya akan berjalan labil sehingga dapat menurunkan kualitas produksi terhadap usahanya (Arie, 2008). Contohnya apabila seorang peternak mengalami tekanan dalam menjalankan usahanya akan berdampak buruk kepada produksi ternak tersebut karena ternak sangat sensitive terhadap lingkungannya. Hal ini dapat menyebabkan peternak tersebut mengalmi kerugian (Subandri, 2007).
Objektif
Seorang pemimpin dalam memimpin suatu perusahaan hendaknya tidak membeda-bedakan karyawannya. Sifat objektif sangat diperlukan dalam jiwa wirausaha. Aditya (2009) berpendapat bahwa objektif itu artinya bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang netral dan tidak memihak. Firman Alloh SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 216 yang artinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Al-Baqarah Ayat 216). Esensi dari ayat di atas adalah agar seluruh umat Islam harus berpikir objektif, netral dan tidak memihak, sehingga bisa mengambil nilai baik atau buruk dalam segala aspek kehidupan. Contohnya seperti dalam hal politik, dalam hal jual beli, dalam bersikap terhadap seseorang, dan lain sebagainya (Dini, 2009).
Objektif berarti adil. Eka (2005) mengatakan bahwa rahasia keberhasilan berwirausaha adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan para pelanggan. Berwirausaha janganlah berorientasi pada keuntungan semata, namun mengedepankan sisi memberi manfaat bagi sesama maka akan menuai barakah dan ridha dari Allah SWT. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, Nabi telah memberi contoh yang terbaik untuk menjadi pedagang yang berhasil. Rasulullah Salallohu Alaihi Wassalam memiliki sifat jujur, adil, integritas, sikap baik dan kemampuan berdagang yang luar biasa yang patut dicontoh oleh seluruh pelaku wirausaha agar usahanya dapat berjalan dengan baik dan menuai keberhasilan (Ali, 2006)
Fleksibel
Yang dimaksud dengan fleksibel menurut Dini (2009) yaitu mampu untuk menyesuaikan bisnis dengan situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain arti fleksibel ini menuntut seorang wirausahawan harus serba bisa mengikuti perkembangan jaman karena mau tidak mau dalam berbisnis kita harus berteman dengan tren yang ada didunia. Maksudnya seorang wirausahawan harus bisa menerima perubahan dan mampu menyesuaikan tujuan serta kegiatnnya dengan berdasarkan informasi terbaru. Misalnya seorang wirausaha dituntut untuk mengetahui peluang pasar. Tujuannya agar wirausaha mengetahui pesaing yang menyangkut pesaing yang ada, pesaing baru yang mungkin masuk serta kekuatan pesaing dan kelemahan pesaing sehingga dapat memunculkan ide-ide baru dalam bisnisnya agar produksinya tetap bisa diterima di masyarakat (Dewi, 2006).
Tujuan dalam berwirausaha harus disesuaikan seiring berjalanya waktu. Tujuan itu sendiri berkaitan dengan situasi dan kondisi tertentu (Suherman, 2010). Misalnnya dengan cara diversifikaasi. Maksudnya seorang pengusaha penjual telur asin bisa memberika inovasi baru terhadap produk yang dipasarkannya. Contohnya memberikan inovasi terhadap rasa telur asin yang beragam seperti rasa strawberry, apel dan lainnya.
Adapun keuntungan sifat fleksibel bagi seorang wirausaha salah satunya yaitu bisa mempertahankan ketertarikan konsumen terhadap produk yang telah kita ciptakan (Sucipto, 2010)
Komitmen
Setiap orang yang bekerja di dalam suatu perusahaan atau organisasi, harus mempunyai komitmen dalam bekerja karena apabila suatu perusahaan dan karyawannya tidak mempunyai suatu komitmen dalam bekerja, maka tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut tidak akan tercapai (Justin, 2005). Yang dimaksud dengan komitmen itu sendiri yaitu kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang atau organisasi, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain (Subandri, 2007). Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidup serta usaha yang dijalankanya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya (Mahendra, 2012). Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan (Agung, 2005).
Hubungan antara manusia
Seorang pelaku usaha dituntut harus dapat mengerti dan berinteraksi dengan baik. Salah satu contoh berinteraksi yaitu dengan cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik merupakan salah satu untur yang sangat penting dalam usaha karena komunikasi merupakan kunci yang dapat mendorong sebuah tim agar dapat bekerja dengan lebih baik (Widya, 2008). Selain itu dengan komunikasi, tim pemasaran dapat menerpkan pendekatan dengan pelanggan lebih terfokus sehingga dapat mendatangkan dividen yang menguntungkan dalam jangka panjang dalam bentuk peningkatan angka penjualan dan marginkeuntungan yang melonjak (Sutanto, 2005).
Selain dengan berkomunikasi, pelaku bisnis juga dapat menerapkan istilah "take and give" untuk melakukan hubungan yang baik khususnya dnegan pelanggan. Yang dimaksud dengan give adalah memberi. Sebagai pelaku bisnis selain kita harus membuat pelanggan puas dengan produk yang kita pasarkan kita juga harus memberikan pelayanan semaksimal mungkin agar pelanggan merasa lebih merasa puas sehingga pelanggan akan merasakan nyaman (Wira, 2006). Sebagai pelaku bisnis, kita juga harus mampu menerima kritik dan saran dari orang lain. Seorang pengusaha sukses akan menganggap kritikan dan nasihat orang lain sebagai guru yang membimbingnya ke jalur sukses. Mau menerima kritik artinya menyadari kita banyak kekurangan sehingga kita sebagai pelaku bisnis akan berusaha lagi semaksimal mungkin untuk memperbaiki kesalahan yang sudah ada (Subandri, 2007). Dan inilah salah satu contoh arti dari take .
Akses terhadap sumber keuangan
Akses terhadap sumber keuangan sangat berhubungan erat dengan masalah permodalan. Bagi petani ternak modal identik dengan pembiayaan yang sangat sulit untuk ditanggulangi, khususnya dalam mengembangkan usaha tani ternak di pedesaan. Akses petani terhadap sumber resmi masih terbatas, lebih mudah mendapatkan modal dari pelepas uang dengan bunga yang cukup tinggi. Oleh karena itu modal merupakan salah satu factor penghambat dalam usaha tani ternak. (Bambang, dkk, 2010). Petani yang bersekala besar mengatasi kendala modal dengan modal sendiri atau meminjam kredit yang bersifat komersil. Sedangkan petani yang tidak mampu mengatasi keterbatasan modal dengan meminjam uang dari lembaga yang tidak resmi yang persyartanya lebih mudah (Ashari, 2009). Hasil penelitian Hastuti (2008) menunjukan bahwa kredit informal lebih fleksibel, prosedurnya mudah dan saling mengenal antara kreditur dan debitur. Kredit formal kurang fleksibel, prosedur pengajuan kredit lebih sulit, memerlukan waktu yang cukup lama dari proses pengajuan sampai dengan penerimaat kreditan. Kadang-kadang debitur juga memerlukan biaya tambahan dalam proses pengajuan kredit.
Tidak sedikit program pembiayaan pertanian yang telah diluncurkan oleh pemerintah akan tetapi hanya petani yang tinggal didaerah yang mendapat program bantuan yang bisa mengakses program tersebut. Oleh karena itu, diperlukan upaya khusus agar petani dapat dengan mudah mengakses program tersebut (Riskayanto, 2009).
Latar Belakang Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2005). Dukungan dari keluarga untuk melakukan suatu usaha sangat dibutuhkan karena menurut Jhonson (2007) itu akan lebih memperlancar dalam usahanya. Dukungan keluarga memang dapat memberikan nilai tambah yang hebat bagi orang yang sedang mengerjakan bisnis. Misalnya sang suami terjun kelapangan untuk mngurusi ternaknya, sedangkan istrinya memberikan dukungan dengan cara membantu sang suami dalam mencatat income dan outcome sehingga bisnis akan lebih lancar (Marni, 2006). Menurut Santoso (2010) ada beberapa jenis dukungan keluarga yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator informasi dunia.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,
c. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
d. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
KESIMPULAN
Kewirausahaan merupakan proses pengembangan kreativitas dan inovasi untuk memberikan inovasi pada produk yang dihasilkannya.
Seorang wirausaha akan dikatakan berhasil apabila ia mampu mengelola bahan baku dengan baik, mempunyai kreativitas, mempunyai sikap kerja keras serta berani mengambil resiko.
Karakteristik merupakan suatu penilaian diamana pelaku usaha tersebut masuk kedalam katagori berhasil atau tidak.
Karakteristik wirausaha sukses yaitu mempunyai sikap percaya diri, dapat berorientasi kedapa tugas dan hasil, mempunyai sikap mandiri, berinisiatif dan berfikir kedepan Perlu adanya suasana yang mendukung dalam proses belajar mengajar.
Wirausaha akan terwujud apabila dia memiliki mimpi, ketegasan, ketetapan hati, dedikasi, distribusi dan kesetiaan.
Seorang wirausaha merupakan suatu individu yang dapat menentukan nasibnya dimasa depan serta menganggap bahwa uang bukan suatu bentuk keberhasilan.
Berhasil berarti mampu dan telah mencapai tujuan yang diinginkan/ diharapkan.
Keberhasilan seorang wirausaha juga dapat diukur dengan cara apakah dia mempunyai tujuan yang berkelanjutan, mempunyai sikap tekun dan tabah dalam mencapai tujuan, dapat mengatasi kegagalan, mampu mengamil resiko, mampu memecahkan berbagai masalah, dapat menjaga kesehatan mental maupun emosinya, bersikap objektif dan fleksibel serta mempunyai komitmen dan mempunyai hubungan yang baik antar manusia, dapat mengakses sumber keuangan dengan mudah dan mempunyai dukungan serta peran keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. "Niat Wirausaha dikalangan Siswa: Menuju Agend Pelatihan Ulang Fokus. Jurnal Bisnis Kecil dan Enterprise Pembangunan Vol 17 No. 4, hal 537-551
Aditya, R. 2009. Bisnis Ala Nabi. Alpabeta. Bandung.
Agung, M. 2005. Penghantar Bisnis. Salemba Empat. Yogyakarta.
Alex. 2005. Manajemen Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta
Ali, A. 2006. Wirausaha Islami.Gramedia Utama. Jakarta
Ali. 2011. Ekonomi Untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta
Alma, B. 2011. Ekologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. BPFE. Yogyakarta
Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan Edisi ke-4. Alfabeta. Bandung
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan Edisi ke-5. Alfabeta. Bandung
Anita. 2014. Dasar-dasar Kewirausahaan. Erlangga. Jakarta
Anoraga. 2006. Seminar Fakultas Ekonomi. UI. Jakarta
Arauf, Ahmad. 2009. Motivasi Dalam Berbisnis. Gramedia utama, Jakarta
Arie, M. Bisnis Yang Bermain Dan Beretika.I. pustaka pelajar. Yogyakarta
Arie, Muhammad. 2008. Mental Wirausaha. Rineka Cipta. Jakarta .
Ashari. 2009. "Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertnian di Indonesia".
Azghiffari. 2012. Dedikasi dalam Berbisnis. UI. Jakarta
Baharuddin, Taufik. 2005. Konsep Kewirausahaan Dan Kemampuan Usaha. Gramedia. Jakarta
Bakhrul. 2012. Berwirausaha Ala Mahasiswa. UIN. Bandung.
Bambang, dkk. 2010. "Peningkatan 20 Persen Akses Petani Terhadap Berbagai Sumber Pembiayaan Usahatani". Proposal Penelitian. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Basuki. 2005. Proyek Pengolahan Sumber Daya Alam.USAID. Jakarta
Boone. 2008. Sistem Informasi Penjualan. Alfabeta. Bandung
Cahya. 2006. Bisnis itu Asik. Salemba Empat. Jakarta
Crabt, M. J. 2005. "The Proactive Personality Scale as a Predictor of Entrepeneurial in Tentions". Journal of small Business Management Vol. 34 No. 3
Dewi, Puspita. 2006. Sistem Informasi Pola Pembiayaan Usaha Kecil. Universitas
Dian. 2010. Prinsip-Prinsip Manajemen.Salemba Empat. Jakarta
Dimyati. 2009. Manajemen Resiko. Rajawali Pers. Jakarta
Dini, P. 2009. Analisis dan disain Informasi : Pendekatan Struktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta.
Dwi, J. 2012. Kewirausahaan SMK. Erlangga. Jakarta
Eka, Novi. 2005. Bisnis. Rineka Cipta .Jakarta
Eko. 2010. Distribusi dalam Berwirausaha. Univ. Sebelas Maret. Solo
Fajar. 2010. Manajemen Resiko dalam Kewirausahaan Menurut Islam.
Fang. 2005. Motivasi dan Pemotivasi dalam Manajemen. Grafindo. Yogyakarta
Friedman. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta. Jakarta.
Galo. 2005. Metode Penilaian Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta
Granville. 2007. Kewirausahaan. Grafindo. Yogyakarta
Gyckman. 2006. "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Alokasi Belanja Daerah." Jurnal Akutansi dan keuangan Vol. 4 No.2
Hakim. 2009. Pengertian dan Teori Kewirausahaan. Pustaka Pelajar. Jakarta
Hanifah. 2014. Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi. Rineka Cipta. Jakarta
Hansen, M. 2011. Pengantar Ekonomi. Viva Pakarinda. Klaten
Happy. 2012. Belajar Kewirausahaan. UIN. Yogyakarta
Hardianti. 2011. Menjadi Wirausaha Sukses (cetak ke-2). PT. Remaja Rosdakarya.
Harsen, Rio. 2010. Manajemen Modern, Jakarta : Erlangga,
Hartono. 2013. "Strategi Bisnis Usaha kecil dan Menengah (UKM). Skripsi. Program
Haryadi. 2005. Manajemen Bagian 1, PT Pustaka Binamas Pressindo, Jakarta:
Hastuti. 2008. "Aksessibilitas Masyarakat Terhadap Kelembagaan Pembiayaan
Hudojo (2007). Wawasan Kewirausahaan. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta
Jenkins, R. 2005. Identitas Sosial. Routledge. London
Johnson. 2007. Konsep DasarKesehatan dan Keperawatan Jiwa. Gramedia Utama.
Joko. 2011. Pentingnya Tnaggung JAwab dalam Bekerja. UI. Jakarta
Justin,G. 2005 Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Yogyakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi-III. 2011. Badan Pembangunan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta
Lilis, N. 2006. Membentuk Kepribadian Mandiri Peternak dalam Upaya Mencapai Keberhasilan Usaha Peternakan Sapi Perah". Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. UNPAD. Bandung
Lubart. 2008. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Bessari Buana. Jakarta
Luter, Marthen. 2005. Individu dan Masyarakat. Bumi aksara. Jakarta
Mahendra, S. 2012. Dasar-Dasar Pemasaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Malako, MT. 2005. Ketegasan Seorang Leader. Gramedia. Jakarta
Mankiw. 2007. "Keadaan Pendidikan Kewirausahaan di Amerika Serikat : Survei Nasional dan Analisis". Jurnal Internasional Pendidikan Kewirausahaan Vol.3 No.1
Marixon. 2014. The Market Planing Guite. Dearborn Publishing Groupp. USA
Marni, S. 2006. Peluang Usaha. Salemba Empat. Yogyakarta.
Meredith. 2007. Kewirausahaan Teori dan Praktek. PPM. Jakarta
Miftakhul. 2010. "Teori Pelaku Terencana". Pelaku Organisasi dan Proses keputusan Manusia Vol. 50 No.2 Hal. 179
Mulyadi. 2008. Sistem Akutansi. Salemb Empat. Jakarta
Munandar. 2009. Kreatif atau Mati (terjemah Lilik Rochmat). Al-Jadid. Surakarta
Niswonger, T. 2005. Ilmu Ekonomi. Gramedia. Jakarta
Novian. 2012. Konsep Kewirausahaan Era Globalisasi. Erlangga. Jakarta
Nubiz, A. 2015. Dasar-dasar Wirausaha. Rineka Cipta. Jakarta
Nur, D. 2012. Mengidentifikasi Sikap dan Prilaku Wirausahawan. Gramedia. Jakarta
Pittaway, L. 2007. "Enterpreneurship Education-a Systematic Review of The Evidence". International Small Business Journal vol. 25 No. 5.
Prabu, S. 2011. Dasar-dasar Psikomotori. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Rangkuti. 2006. Teknik Membedah Kasus Bisnis- Reorientasi Konsep Perencanaan Strtegi Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia. Jakarta
Riskayanto, 2009. Determinan Penyaluran Kredit pada Usaha Mikro, Kecil dan
Rosdakarya. Bandung
Salvature. 2007. "Korelasi Sistem Pengendalian Intern Penjualan dengan Efektivitas Pencapaian Target Penjualan". Jurnal Akutansi dan Manajemen Vol.2 No.1
Santoso. 2010. Hubungan perburuhan Di Sektor Informal: Permasalahan dan Prospek, Akatiga, Bandung.
Saputra, Ahmad. 2012. Teori Praktis Keirausahaan.Alfabeta. Bandung
Satria, 2006 . Pengantar Hidup Sukses. Gramedia Utama. Jakarta
Schumpter. 2005. Teori Pengembanngan Ekonomi. Aquarius. Surabaya
Setyo, Ongki. 2013. Hubungan Etika Dengan Perilaku Ekonomi.Rineka Cipta.
Sidarta Lani 2007,Pengantar Sistem Informasi Bisnis. PT Media Komputindo, Jakarta
Smith, Jhon. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pustaka Setia. Jakarta
Sri. 2008. Pengantar Agribisnis. Universitas Padjajaran Perss. Bandung
Subandri. 2007. Kewirausahaan. Alpabeta. Bandung
Sucipto, Angga. 2010. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha kecil. Rineka Cipta.
Suherman. 2008. Menjadi Wirausaha Sukses. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Suherman. 2010. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE, Yokyakarta.
Sujana, A. 2009. Fokus Ekonom. Baniku. Yogyakarta
Sunarto 2008.Kiat Memulai Usaha. PT Media Komputindo, Jakarta
Surya,M. 2010. Wawasan Kewirausahaan. Lembaga Penerbit – UI. Jakarta
Suryana. 2010. Kiat-kiat Seorang Wirausahawan Sukses. Salemba Empat. Jakarta
Suryono. 2007. Kewirausahaan. Aquarius. Surabaya
Susilo. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja
Sutanto. 2005. Sistem Tenaga Kerja Dualitis, Suatu Kritik Terhadap Konsep Sektor Informal.,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Syaifulloh. 2006. "Media Ekonomi". Jurnal UMP. Purwokerto
Tambunan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia (Cetak ke-16). Bumi Aksara. Jakarta
Toto, T. 2014. "Pembelajaran Keriwaudahaan dan Minat Wirausaha". Ekpalansi Vol.6 No.2
Ulfah, N. 2012. Pengantar Enterpreneurship. Gramedia Utama. Jakarta
Widya. 2008. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kedua, AMP-YKPN, Yogyakarta.
Winardi, J. 2009. "Rekontruksi Pendidikan Kewirausahaan dalam Membangun Watak Wirausaha. Edunonic Vol.1
Wira, Ahmad. 2006. Manajemen Keuangan. Ekonisia. Yogyakarta
Wisnu, A. 2009. Mari Berbisnis. Gramedia Utama. Jakarta
Yani, Dr. Sehat Itu Indah. Rineka Cipta. Jakarta
Zimmerer. 2010. Kewirausahaan dai Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Gramedia. Jakarta