BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang menginfeksi sebanyak 5% dari seluruh pekerja seks diseluruh dunia (WHO, 2012). Hasil survey yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukan prevalensi penyakit sifilis yang diderita pekerja seks di Indonesia dari tahun 2005 – 2007 meningkat dari 7,8% menjadi 14,5%. [1] Sifilis dapat menular melalui kontak seksual maupun kongenital karena dapat menembus sawar plasenta. Lesi basah terinfeksi dari penderita memperoleh kontak langsung ke kulit atau mukosa pejamu yang akan mengakibatkan penularan sifilis. [2] Penularan yang mudah melalui hubungan seks yang berisiko tinggi pada pekerja seks di Indonesia membutuhkan perhatian penting dalam mencegah penularan, deteksi dini, dan manajemen pengobatan dan perawatan sesegera mungkin dibutuhkan agar penyakit ini dapat disembuhkan. [1] Pengetahuan tentang penularan dan kesadaran kes adaran terhadap bahaya penyakit sifilis sangat dibutuhkan agar penyebaran penyakit sifilis tidak t idak meningkat setiap tahunnya.
1.2. Rumusan Masalah
-
Definisi Sifilis
-
Klasifikasi Sifilis
-
Tanda dan Gejala Sifilis
-
Cara Penularan Sifilis
-
Pemeriksaan Diagnostik untuk Pasien Sifilis
-
Kajian Islam terkait Penyakit Menular Seksual
-
Studi Kasus
-
Rencana Asuhan Keperawatan Pasien Sifilis Sesuai Studi Kasus
-
Implementasi Asuhan Keperawatan
-
Evaluasi Asuhan Keperawatan
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sifilis
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh invasi bakteri spiral yakni Treponema Pallidum. [2] Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik dan kronik yang ditandai oleh beberapa tahap yang mudah dbedakan secara klinis.[3]
Schaudinn dan Hoffman (1905), berhasil me nemukan penyebab sifilis yaitu Treponema pallidum. pallidum . Organisme ini termasuk dalam ordo Spirochaetales, Spirochaetales, famili Spirochaetaceae dan genus Treponema Treponema dengan tingkat virulensi yang tinggi Treponema pallidum pallidum berbentuk spiral yang teratur rapat dengan jumlah lekukan sebanyak 8 – 8 – 24. 24. Panjangnya berkisar 6 – 15 μm dengan lebar 0,15 μm. Apabila difiksasi, Treponema pallidum terlihat seperti gelombang dengan panjang gelombang sebesar 1,1μm dan amplitudo 0,2 – 0,2 – 0,3 0,3 mm (Djuandi. A, 2000).
2.2. Klasifikasi Sifilis
Menurut cara penularannya, sifilis dapat dibedakan menjadi sifilis didapat dan sifilis kongenital. Sifilis didapat dibedakan menjadi sifilis dini dan sifilis lanjut. Menurut ECDC (2009) sifilis dini adalah sifilis yang terjadi kurang dari satu tahun setelah transmisi bakteri. Sifilis dini dibagi menjadi sifilis primer, sifilis sekunder, dan infeksi laten dini. Sedangkan sifilis lanjut adalah sifilis yang terjadi lebih dari 1 tahun setelah transmisi bakteri. Sifilis lanjut diklasifikasikan menjadi infeksi laten lanjut, dan sifilis
2
tersier yang termasuk didalamnya adalah neurosifilis, gummatosa, dan sifilis kardiovaskular.[5] Sifilis kongenital dapat diklasifikan menjadi sifilis kongenital dini yang terjadi pada dua tahun pertama kehidupan dan sifilis kongenital lanjutan.[5]
2.3. Patofisiologi Sifilis
Bakteri penyebab sifilis yaitu T. Pallidum ditemukan di eksudat lesi lembab mukosa atau kutaneus. Transmisi bakteri tersebut terjadi melalui hubungan kontak seksual antar kutan atau mukosa walaupun dapat terjadi di lokasi ekstra genital yaitu transmisi melalui transplasenta sehingga disebut sifilis kongenital.[6]
Rangkaian perjalanan penyakit sifilis terbagi atas empat tahap yakni primer, sekunder, laten, dan lanjut.[6]
2.3.1. Sifilis Primer
Pada tahap ini, sifilis berkembang pada tempat awal invasi bakteri penyebabnya. Bakteri T. Pallidum berkembang biak pada jaringan epitel berjalan berjala n melalui kelenjar getah bening ke nodus limfe li mfe sekitar yang merangsang terjadinya respon imun humoral dan respon imun selular. Reaksi tersebut menyebabkan munculnya reaksi peradangan jaringan sekitar berupa granulomatosa yang disebut chancre.[6]
2.3.2. Sifilis Sekunder
Pada sifilis sekunder, manifestasi klinis yang dihasilkan berbeda dengan sifilis primer. Pada tahap ini, reaksi peradangan
3
bersifat sistemik. Setelah melalui nodus limfe pada kelanjar getah bening, bakteri yang telah berproliferasi menyebar ke sistem vaskular melalui vena sehingga lesi peradangan yang berupa papula dapat ditemukan di hampir semua permukaan kulit terutama pada daerah genital, telapak tangan dan telapak kaki serta tempat – tempat – tempat tempat perlipatan yang lembab seperti perlipatan selangkangan, lipatan ketiak, dan mukosa oral. [6]
Pada akhir fase ini, terdapat periode dimana sistem imun dapat menekan terjadinya infeksi meskipun tanpa menjalani pengobatan sehingga lesi yang terdapat di permukaan kulit sembuh dan
menghilang
seketika.
Namun,
pemeriksaan
serologi
menunjukkan hasil positif bakteri T. Pallidum meskipun tidak terlihat manifestasi secara klinis pada pasien sifilis. Fase ini merupakan pertanda peralihan dari sifilis sekunder ke sifilis laten.[6]
2.3.3. Sifilis Laten
Fase laten merupakan fase peralihan dari sifilis dini ke tahap sifilis lanjut. Pada fase laten, manifestasi lesi papular menghilang akibat sistem imun humoral dan selular berhasil menekan infeksi bakteri penyebab. Namun hasil pemeriksaan serologi menunjukkan hasil positif pada penderita sifilis dini yang tidak menjalani pengobatan.
2.3.4. Sifilis Tersier
Fase tersier merupakan fase paling parah dan dapat menyebabkan kematian. Patogenesis dari manifestasi tahap tersier masih belum sepenuhnya diketahui. Namun, hipotesis yang diyakini saat ini adalah terjadinya hipersensitivitas dari sistem imun yang
4
sangat hebat sehingga menyebabkan kerusakan pada kulit, dan jaringan
lunak
yang
disebut gumma.
Guma
adalah
lesi
granulomatosa yang terbentuk akibat kumpulan kecil sel – sel makrofag mencoba menyekat bakteri penyebab sifilis yang akhirnya terlihat seperti nodul kecil yang berbatas tegas.
2.4. Tanda dan Gejala Sifilis
2.4.1. Sifilis Primer
Gambar 1. Chancre sifilis primer pada area anal (a) penis (b) dan
mukosa oral (c).[4]
Lesi khas pada sifilis berupa papula yang muncul pada tempat kontak seksual pada 10 – 90 hari setelah paparan. Lesi tersebut berkembang hingga diameter 0,5 – 1,5 1,5 cm dan setelah satu minggu akan menjadi lembab bernanah dan berbatas jelas yang disebut chancre pada sifilis primer. Ulserasi memiliki dasar cerah tanpa eksudat. Harus diperhatikan bahwa ulserasi genital yang berdiameter 1 – 1 – 2 2 cm tidak menyebabkan nyeri.[4]
Penyebaran sifilis melalui kontak seksual mengakibatkan tempat manifestasi chancre yang paling sering adalah di genital, perineal, dan anal. Pada laki – laki, chancre biasanya ditemukan pada penis dan pada perempuan ditemukan pada labia, vagina, dan serviks. Pada laki – laki heteroseksual, diagnosis sifilis dapat ditegakkan pada tahap primer karena chancre dapat terlihat langsung
5
pada organ genital. Sedangkan, pada laki – laki homoseksual yang letak chancre-nya chancre-nya berada pada anal dan perineal memberikan kerancuan diagnosis dengan hemoroid yang kadang disertai perdarahan rektal. Pada perempuan, diagnosis juga sulit ditegakkan sampai berlanjut pada tahap sekunder karena munculnya chancre tidak terlihat dan tidak terasa nyeri.[4]
2.4.2. Sifilis Sekunder
Gambar 2. Papula pada telapak tangan dan telapak kaki (a),
kondiloma lata pada vulva (b), dan ulkus mukosa pada lidah (c). [4]
Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, beberapa manifestasi lanjutan sifilis mulai bermunculan yang dikarakteristikan oleh demam ringan, malaise, sakit tenggorokan, sakit kepala, pembesaran kelenjar limfe, dan ruam pada mukosa.[4]
Perubahan manifestasi pada sifilis sekunder menandakan penyebaran T. Pallidum Pallidum ke vaskular sistemik dan kelenjar getah bening. Pada tahap ini, papula simetris mulai bermunculan pada batang tubuh dan ekstremitas termasuk telapak tangan dan telapak kaki.
Papula berwarna merah atau merah kecoklatan dengan
diameter 0,5 – 2 cm. Papula biasanya bersisik, lembut, dan berbentuk folikel atau pustular (bisul) .[4]
Kondiloma lata adalah lesi abu – keputihan keputihan yang ditemukan pada area yang hangat dan lembab. Kondiloma lata dimanifestasikan
6
sebagai kutil daerah genital – perianal yang juga dapat ditemukan pada perlipatan selangkang dan ketiak. Pada bagian mukosa oral, ulkus mukosa (jejak siput) sebagai lesi khas yang terjadi pada sifilis sekunder.[3],[4]
Sifilis sekunder adalah penyakit sistemik dan pemeriksaan oleh ahli dermatologi sangat dibutuhkan untuk diagnosis banding selain manifestasi pada kulit harus dipastikan terjadinya gejala lain seperti
limfadenopati
biasanya
epitroklear,
malaise,
demam,
penurunan berat badan, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan rasa gatal.[4]
2.4.3. Sifilis Tersier
Manifestasi dan gejala sifilis tersier biasanya mulai muncul tiga tahun atau lebih setelah sifilis primer terjadi. Pada tahap ini lesi khas berupa guma. guma. Guma merupakan lesi berbentuk seperti ulkus, depigmentasi sentral, dan hiperpigmentasi perifer yang pada waktu yang lama akan terbentuk jaringan parut. Pada awitan pertama, kemunculan guma kemunculan guma tidak menunjukkan tanda – tanda – tanda tanda peradangan dan keras. Namun, setelah beberapa bulan guma mulai melunak mulai dari bagian tengah dan tanda – tanda peradangan mulai muncul diikuti oleh perforasi guma yang mengeluarkan cairan seropurulen (pus) yang berwarna kekuningan dan berbau tidak sedap. Kemudian, tempat – tempat perforasi tersebut meluas menjadi ulkus dan jaringan nekrotik.[3]
Sifilis tersier dapat menyerang beberapa jaringan lain selain genital dan kutan yakni menyerang sistem kardiovaskular, sistem saraf, dan sifilis kongenital.[3]
7
2.4.3.1. Sifilis Kardiovaskular
Sifilis yang menyerang sistem kardiovaskular paling sering menyerang aorta dengan menyebabkan aortitis sehingga megakibatkan inkompetensi aorta dan menyerang lengkung aorta yang mengakibatkan aneurisma aorta yang ditandai dengan suara serak, batuk keras, stridor dan disfagia. Sedangkan, jika menyerang aorta asendens mengakibatkan erosi iga, gagal jantung kanan, dan kolaps paru.[3]
2.4.3.2. Neurosifilis
Neurosifilis paresis
dibagi
generalisata,
menjadi
dan
tabes
meningovaskular, dorsalis.
Sifilis
meningovaskular dapat timbul 5 tahun setelah infeksi primer dan timbul sebagai meningitis, palsi saraf kranial, dan kadang – kadang – kadang kadang hemiplegia.[3]
Sifilis paresis generalisata dapat terjadi 10 – 30 tahun setelah infeksi primer dengan disfungsi korteks global sehingga menyebabkan gangguan kognitif, tremor, kejang, dan akhirnya demensia.[3]
Sifilis tabes dorsalis dapat terjadi 15 – 35 tahun setelah infeksi awal. Manifestasinya berupa nyeri yang menonjol, hilangnya modalitas sensorik (postural, suhu, nyeri dalam dan superfisial), hipotonia, gangguan refleks, ataksia, dan gangguan kandung kemih. [3]
8
2.4.3.3. Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital disebabkan oleh infeksi in – utero utero dan bermanifestasi dini dengan bicara sengau, ruam makulopapular, osteokondritis, hepatosplenomegali, dan anemia. Dapat bermanifestasi lanjut sebagai keratitis interstitial dahi menonjol, tuli, susunan gigi abnormal, dan artropati rekuren.[3]
2.5. Cara Penularan Sifilis
Sifilis dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui transplasental yang terjadi pada sifilis kongenital. Transmisi melalui kontak seksual terjadi akibat paparan lesi mukosa lembab dan lesi kutaneus dari sifilis primer atau sekunder.[4] Sedangkan, sifilis kongenital kongenital terjadi akibat akibat bakteri T. Pallidum dapat menembus sawar plasenta dan menginfeksi neonatus.[2]
Bakteri T. Pallidum menyebar melalui aliran darah yang dimulai pada periode per iode inkubasinya. Transmisi melalui plasenta terjadi segera setelah onset infeksi terjadi dan dapat diketahui pada usia sembilan minggu kehamilan.[4]
2.6. Pemeriksaan Diagnostik untuk Pasien Sifilis
Beberapa
pemeriksaan
diagnostik
dapat
dilakukan
untuk
mengidentifikasi keberadaan bakteri T. Pallidum pada Pallidum pada tubuh seseorang. Uji pemeriksaan yang dilakukan berupa tes serologik menggunakan serum darah sebagai sampel pemeriksaan. Beberapa jenis tes serologik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit sifilis adalah sebagai berikut :
9
2.6.1. Uji nontreponemal Uji non – treponemal menggunakan antigen non – spesifik yang merupakan uji awal sebelum uji treponemal. Jika uji non – treponemal
positif
maka
pemeriksaan
dilanjutkan
ke
uji
treponemal.[4]
2.6.1.1. Uji Wasserman Uji ini dilakukan untuk mengukur kadar antibodi Wassermann
yang
timbul
sebagai
respon
terhadap
kardiolipin yang merupakan antigen penting bagi
T.
Pallidum. Pallidum.[4]
2.6.1.2. Uji Flokulasi Uji flokulasi dibagi menjadi dua jenis yakni Veneral Disease Research Laboratory (VRDL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). VRDL dilakukan dengan menambahkan reagen VRDL kedalam serum dengan hasil positif (reaktif) jika terdapat flokulasi (gumpalan) butir – butir – butir butir gelap. [4] Peoses pengujian menggunakan Rapid Plasma Reagin (RPR) hampir sama dengan VRDL hanya RPR sensitivitasnya lebih tinggi karena antigen lebih mirip dengan antigen T. Pallidum daripada Pallidum daripada antigen VRDL. [4]
2.6.2. Uji Treponemal Uji treponemal dikenal dengan nama Treponema Pallidum Hemaaglutination Assay (TPHA). Uji tersebut bertujuan untuk memdeteksi langsung antibodi spesifik terhadap antigen T. Pallidum yang digunakan untuk mengonfirmasi uji non – treponemal. Hasil
10
positif yang konsisten biasanya biasan ya dihasilkan pada sifilis sekunder yang tidak diberikan manajemen pengobatan. [4]
2.7. Kajian Islam
Penyebab utama transmisi penyakit sifilis adalah melalui hubungan seksual yang meningkat dengan pasangan yang berganti – ganti. ganti. Dalam hal ini, perzinahan menjadi faktor utama dalam penularan penyakit seksual. Dalam pandangan Islam perzinahan merupakan perbuatan yang kotor dan keji sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al – Al – Isra’ Isra’ :
“Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S. Al – Isra – Isra 17:32).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa berzina atau berhubungan seksual dengan seseorang yang bukan mahram-nya mahram-nya merupakan perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Perbuatan keji dapat diartikan perbuatan yang kotor dan dapat menyakiti diri sendiri. Menyakiti diri sendiri yang dimaksud adalah tingginya resiko penularan penyakit akibat kontak seksual dengan pasangan yang berbeda – berbeda – beda. beda.
Allah juga menjelaskan bahwa seseorang yang keji adalah pasangan dari seseorang yang keji pula. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah An – An – Nur Nur :
11
“Artinya : wanita yang yang keji adalah untuk laki – laki yang keji, dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita – wanita yang keji (pula)” (Q.S. An - Nur 24:26). 2.8. Studi Kasus SKENARIO
Nn. A berusia 20 tahun bekerja sebagai perempuan pekerja seks selama 1 tahun terakhir. Setiap bulan tempat ia bekerja, dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin IMS (Infeksi Menular Seksual) oleh PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Sekitar sebulan sebelum hari pengkajian oleh kelompok kami, ia mengaku mengetahui mengidap penyakit sifilis setelah dilakukan pemeriksaan dengan metode VCT (Voluntary Counseling and Testing) melalui analisis darah yang didapatkan hasil positif sifilis. Nn. A mengaku mengeluh demam, sakit tenggorokan, dan malaise sekitar sebulan terakhir. Nn. A mengeluh merasa tidak nyaman pada area genitalnya seperti ada massa yang mengganjal namun tidak ti dak terasa gatal ataupun sakit. Akibat adanya massa yang mengganjal tersebut, Nn. A merasa aneh dan saat menyentuh area genitalnya. Karena tidak ada rasa gatal ataupun sakit Nn. A hanya mengabaikan keadaan tersebut. Setelah divonis menderita penyakit sifilis dan mengalami gejala yang membuatnya merasa tidak nyaman, Nn. A langsung dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Setelah diperiksa Nn. A mengatakan bahwa dia diberi beberapa obat oleh dokter. Nn. A mengaku setelah mengonsumsi obat – obatan tersebut gejala yang dialaminya berkurang sehingga aktivitasnya dapat berjalan seperti biasa lagi. Nn. A menyatakan saat koitus dengan pasangan atau “pacar”“pacar”- nya dia tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Sedangkan, jika melaukan koitus dengan “pelanggan” dirinya
12
selalu memakai alat kontasepsi. Sampai saat ini, Nn. A selalu rutin mengikuti pemeriksaan IMS yang selalu diadakan 4 kali sebulan. Dari hasil observasi pengkajian kelompok kami, Nn. A terlihat enggan terbuka menceritakan masalah kesehatannya dengan cara menatap ruangan sekitar dengan gugup. Nn. A menyatakan merasa cemas terhadap penyakitnya karena merasa takut jika orang lain dan teman – temannya akan menjauhinya apabila mereka mengetahui penyakitnya. Sekaligus, dapat mengganggu pendapatan dari pekerjaannya sebagai perempuan pekerja seks. 2.9. Rencana Asuhan Keperawatan Keperawatan
2.9.1. Pengkajian Nama
: Nn. A
PENGKAJIAN
Usia
: 20 Tahun
Hari / tgl
Pekerjaan
: PPS
2014
: Kamis, 20 November
Pukul
: 14.50 – 14.50 – 15.30 15.30 WIB
Lokasi
:
PPPS
(Perhimpunan
Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta
Data Objektif
Klien
terlihat
Data Subjektif
enggan Klien mengeluh merasa tidak
menceritakan penyakitnya
nyaman pada area genitalnya seperti
ada
massa
yang
mengganjal Klien
terlihat
memalingkan lingkungan sekitar
gugup tatapan
dan
Klien
mengaku
mengeluh
ke demam, sakit tenggorokan, dan malaise sekitar sebulan terakhir Klien
menyatakan
tidak
memakai alat kontrasepsi saat koitus dengan pasangannya
13
Klien menyatakan merasa cemas jika penyakitnya diketahui oleh orang lain Klien menyatakan merasa aneh saat menyentuh area genitalnya
2.9.2. Analisa Data
D ta
E
M
k i
g
la
a ti
T
a sa o
a
F lo
el
b
o
h
u .
1
s
A n
(K
li en
k n an te a
o
ik
es
R n
at
k
g
in
en
M
p
fe
al
n li
g
is a
u
D
g
at m a en P en y
y
k ia
an
rh at
g
In
ad ak
aj n
ap
k em si
p
.
at ak
d
ti
ap en
an
g
o ar
14
an
G
y
en
m
u y
al g
a
g
m y
p
y
ak
m
en
h
m n
ar as
u
.
g aa li
K
p
te
as
aw y
ih
en
k a t
n li
ji a
ca ar
an er
p m
y
g
en k
se
g
ak
at
ce
it
ak
y
en
m y
en
p
k an
K ih
n
u
er b
o ta y
ah d an in at d am
k ak
al
an
a o
st ti
u
g
p
g b
g
an
y f
si
u ta u p ta
i
an li k e
an
si et as
m
k g
eh
es en
(K d
n
s
ru k
(K
A at
u
p en
s)
en
at
ir an
P li
li
k
d ta
(k
ri
an
.
ri
si
t
g it
en
T
te
li
m
k a
u
k ak
fi
at
an ak
a) (K
d
g
en y
as
in
ti
b
s
.
te al
/
it
m
n
u
at
ir
em
ta
n li
rl
k
g u
ak
ce
n
k si
u
m
ag rl
at
a
er as
li
ri
g
i
R
n
te
ak
m ea
in
y an
ar
is fe
is
-
m
y
p h
a
(I
g
la
a
t
s
an lo
li
u
ad
o fi
el ad
l) k
-
n
g
ti ja
a
an p
g
er
a
k
sa
si an
en
er
k
h
n
u
k m
p an
er
u
)
sa
y se
an
en
u
am
m u
ea
im
r
m
li
y
er at
tu
ab
er
K
er
n
an
en en
to eb
u
K
ak n
an
en
y id
(K d
g
at a)
sa
it
ti
li sa
n
g as
en
al
m an
eh it
ll
ak
F en
-
(K
en
p a
g
P
li en
id at an ap
2.8.3 Diagnosis Keperawatan
1) Resiko infeksi berhubungan dengan Meningkatnya pemaparan lingkungan terhadap patogen (klien menyatakan tidak memakai alat kontrasepsi saat koitus dengan pasangannya).
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan
Faktor
imunologis (Infeksi bakteri penyebab sifilis yakni T. Pallidum) ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (Klien mengeluh merasa tidak nyaman pada area genitalnya seperti ada massa yang mengganjal), gangguan permukaan kulit (Klien menyatakan merasa aneh saat menyentuh area genitalnya).
15
3) Ansietas berhubungan dengan Perubahan dalam status kesehatan (klien dinyatakan positif mengidap sifilis) ditandai dengan Kontak mata yang buruk (Klien terlihat gugup dan memalingkan tatapan ke lingkungan sekitar, ragu / tidak percaya diri (Klien terlihat enggan menceritakan penyakitnya), khawatir (Klien menyatakan merasa cemas jika penyakitnya diketahui oleh orang lain).
2.9.3. Rencana Intervensi
2.9.3.1.
Nursing Outcome Classification
Knowledge : Infection Management Management – – 1842 1842 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam klien dapat memahami tentang infeksi, penanganan, serta pencegahannya dengan kriteria hasil :
-
Pengetahuan tentang cara transmisi infeksi dari tingkat sedang ke tingkat ekstensif (level 3 – 3 – 5). 5).
-
Pengetahuan tentang tanda dan gejala infeksi dari tingkat terbatas ke tingkat ekstensif (level 2 – 2 – 5). 5).
-
Pengetahuan tentang tanda dan gejala infeksi lanjutan dari tingkat tidak tahu ke tingkat ekstensif (level 1 – 1 – 5) 5)
-
Pengetahuan tentang penatalaksanaan infeksi dari tingkat tidak tahu ke tingkat ekstensif (level 1 – 1 – 5) 5)
-
Pengetahuan tentang efek samping pengobatan (penatalaksanaan) dari tingkat tidak tahu ke tingkat ekstensif (level 1 – 1 – 5) 5)
16
2.9.3.2.
Nursing Intervention Classification
Teaching : Disease Process – Process – 5602 5602 pg 709 -
Nilai tingkat pengetahuan dasar klien tentang proses penyakit sifilis.
-
Tinjau pengetahuan tentang kondisinya saat ini terkait penyakit sifilis.
-
Identifikasi penanganan apa yang sudah klien jalani selama mengetahui mengidap penyakit sifilis.
-
Jelaskan patofisiologi tentang penyakit sifilis dan hubungannya hubungannya dengan anatomi dan fisiologi.
-
Gambarkan tanda dan gejala dari penyakit sifilis
-
Gambarkan proses terjadinya penyakit sifilis
-
Identifikasi
penyebab
yang
mungkin
dari
penyakit sifilis yang diderita klien. -
Identifikasi
perubahan
fisik
pasien
akibat
gaya
hidup
untuk
penyakit sifilis -
Diskusikan
perubahan
merencanakan pencegahan keparahan penyakit sifilis -
Diskusikan dengan klien tentang pilihan terapi untuk penyakit sifilis.
-
Jelaskan rasional tentang pilihan terapi untuk penyakit sifilis.
2.10. Implementasi Asuhan Keperawatan
Nama
: Nn. A
IMPLEMENTASI
Usia
: 20 Tahun
Hari / tgl : Minggu, 23 November 2014
17
Pekerjaan
: PPS
Pukul
: 13.00 – 13.00 – 14.30 14.30 WIB
Lokasi
: PPPS (Perhimpunan
Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta
Kelompok kami melakukan implementasi asuhan keperawatan berupa edukasi dan promosi kesehatan terkait penyakit menular seksual sifilis menggunakan media leaflet, gambar, dan konseling. Kegiatan – kegiatan implementasi asuhan keperawatan yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
-
Menanyakan pengetahuan dasar yang dimiliki klien tentang penyakit sifilis
-
Mengidentifikasi perubahan fisik yang terjadi pada klien akibat penyakit sifilis
-
Menanyakan manajemen terapi yang telah dilakukan klien selama mengetahui mengidap penyakit sifilis
-
Menjelaskan
patofisiologi
sifilis
kepada
klien
dengan
menggunakan media leaflet dan edukasi secara oral. -
Menjelaskan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit sifilis disertai gambar spesifik manifestasi klinis penyakit sifilis.
-
Menjelaskan proses penyakit sifilis dengan bahasa yang mudah dipahami melalui edukasi secara oral.
-
Menanyakan riwayat kesehatan dan pola seksualitas klien untuk mengidentifikasi penyebab penyakit sifilis yang paling mungkin.
-
Menanyakan perubahan fisik apa yang terjadi setelah klien mengidap penyakit sifilis dan keterkaitannya dengan tanda dan gejala khas penyakit sifilis yang telah dijelaskan s ebelumnya.
-
Mempromosikan
perubahan
gaya
hidup
khususnya
pola
seksualitas dalam pencegahan keparahan penyakit sifilis dengan menggunakan kondom dan berhenti untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti – berganti – ganti. ganti.
18
-
Memberikan informasi terkait terapi medis yang saat ini direkomendasikan
oleh
instansi
kesehatan
sesuai
dengan
Evidence Based Practice. -
Menjelaskan alasan pemilihan terapi medikasi yang tepat
-
Menyediakan informasi terkait instansi kesehatan yang dapat dihubungi jika tanda dan gejala bertambah parah.
2.11. Evaluasi Asuhan Keperawatan Keperawatan
-
Klien menyatakan mengetahui jika sifilis merupakan penyakit menular seksual tetapi klien menyatakan bahwa sifilis disebabkan oleh virus seperti HIV.
-
Klien menyatakan bahwa perubahan fisik yang sekarang terjadi berupa massa yang terdapat pada vagina namun tidak terasa nyeri ataupun gatal. Klien menyatakan tidak mengetahui bentuk pasti massa tersebut karena sulit melihat area vagina secara langsung.
-
Klien menyatakan saat ini menjalani general check – up teratur di Puskesmas terdekat dan mengonsumsi obat – obat – obatan obatan yang diberikan oleh dokter. Klien enggan memberi informasi tentang obat apa yang digunakan tetapi memastikan bahwa obat tersebut meringankan gejala seperti demam, sakit tenggorokan, dan malaise yang dialaminya.
-
Klien terlihat memperhatikan dengan seksama ketika dijelaskan tentang patofisiologi, perjalanan penyakit, dan tanda – gejala penyakit sifilis dengan sesekali bertanya.
-
Klien bersama dengan kelompok kami mengeidentifikasi perubahan fisik dan tanda – tanda – gejala gejala yang terjadi akibat penyakit sifilis.
-
Klien mengetahui cara pencegahan keparahan penyakit sifilis dan menyetujui promosi kesehatan yang dianjurkan, namun enggan melaksanakannya karena dapat mengganggu pekerjaannya.
-
Klien terlihat antusias dan sesekali bertanya saat dijelaskan tentang terapi medis untuk penangan sifilis.
19
-
Klien telah mengetahui bagaimana cara menjangkau perawatan kesehatan melalui puskesmas terdekat.
BAB III KESIMPULAN Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang kronis, progresif, dan mematikan. Di Indonesia dari tahun 2005 – 2007 2007 prevalensi penyakit sifilis pada wanita pekerja seks meningkat dari 7,8% menjadi 14,5%. Sifilis disebabkan oleh transmisi bakteri T. Pallidum transmukosal dan transplasental. Sifilis dapat dibedakan menjadi sifilis dini yang termasuk didalamnya adalah sifilis fase primer, sekunder, laten dan sifilis lanjut yang termasuk didalamnya adalah fase tersier. Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri
T.
20
Pallidum dalam vaskular. Pemeriksaan tersebut antara lain uji non – treponemal dan uji treponemal.
Dari hasil pengkajian, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan didapatkan hasil bahwa klien memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakit sifilis dan mendukung gerakan promosi kesehatan pencegahan keparahan penyakit sifilis. Akan tetapi, klien enggan dalam implementasi promosi kesehatan tersebut karena mengganggu pekerjaan dan mengurangi pendapatannya dari pekerjaannya sebagai perempuan pekerja seks.
Dalam pandangan Islam, Islam sangat melarang dan mengharamkan adanya perzinahan karena benyak mengakibatkan ke-mudharatan ke- mudharatan daripada manfaatnya. Penyakit dari tubuh seseorang dapat tersebar ke tubuh orang yang lain melalui kontak seksual. Seseorang yang berganti – ganti ganti pasangan yang bukan mahram-nya mahram-nya dengan kata lain mengakumulasikan penyakit – penyakit dari pasangan – pasangan – pasangannya pasangannya ke dalam tubuhnya. tu buhnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. N.I. Majid., L. Bollen., G. Morineau., SF. Daily., DE. Mustikawati., N. Agus., AS. Anartati., C. Natpratan., R. Magnani. Syphilis Among Female Sex Workers in Indonesia: Need an Opportunity of Intervention. Sex Transform Infect Journal. Journal . 2010 Oktober ; 86(5):377-83.
2. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses – Proses Proses Penyakit. Jakarta Penyakit. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
21
3. Mandal. Wilkins. Dunbar. 2004. Lecture Notes: Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga. 4. Holmes, King K., Sparling, P. Frederick., Stamm, Walter E., Piot, Peter., Wasserheit, Judith N., Corey, Lawrence., Cohen, Myron S., Watts, D. Heater. 2008. Sexually Transmitted Disease Fourth Edition. USA: McGraw - Hill Companies. 5. French P., M Gomberg., M Janier., B Schmidt., P van Voorst Vader., H Young. IUSTI: Young. IUSTI: 2008 European Guidelines on the Management of Syphilis . International Journal of STD & AIDS 2009; 20: 300 – 300 – 309. 309. 6. McCance, Kathryn L., Huether, Sue E. 2006. Pathophysiology : The Biologic Basic for Disease in Adult and Children Fifth Edition. USA : Elsevier Mosby.
22