SIFILIS PADA KEHAMILAN
Nama : NIM
:
Ocha Poetra 05 – 145
Unier!ita! Kri!ten In"one!ia Fa#$%ta! Ke"o#teran
PENDAHULUAN
Sifi Sifili liss meru merupa paka kan n peny penyak akit it infe infeks ksii menu menula larr seks seksua uall (IMS (IMS)) yang yang meny menyeb ebar ar cuku cukup p mengkh mengkhawa awatir tirkan kan di Indone Indonesia. sia. Penyak Penyakit it sifilis sifilis tidak tidak bisa bisa diabai diabaikan kan,, karena karena merupa merupakan kan penyakit berat yang bila tidak terawat dapat menyerang hampir semua alat tubuh, seperti kerusakan sistem saraf, jantung, tulang, dan otak. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat juga menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang bisa menyebabkan penyakit bawaan dan kematian. ahkan pada sifilis stadium lanjut terdapat suatu lubang (gumma) yang bisa timbul di langit!langit mulut. Maka istilah untuk penyakit ini yaitu "raja singa# sangat tepat karena keganasannya.
TINJAUAN PUSTAKA 1.
Defi Defini nisi si Sifi Sifili liss
Sifi Sifili liss adal adalah ah peny penyak akit it infek infeksi si menu menular lar seks seksua uall (IMS) (IMS) yang yang diseb disebab abka kan n oleh oleh bakt bakteri eri $rep $repon onem emaa pall pallid idum um,, sanga sangatt kron kronis is dan dan bersi bersifa fatt sistem sistemik ik.. Pada Pada perja perjala lana nann nnya ya dapa dapatt menyerang menyerang hampir semua alat tubuh, tubuh, dapat menyerupai menyerupai banyak banyak penyakit, penyakit, mempunyai mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito! genital (kelamin!kelamin) maupun oro!genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada kepada bayinya selama masa kehamilan. %adi &nda tidak dapat tertular oleh oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk '.
2.
Sinonim
Menurut Menurut sejarahnya sejarahnya terdapat banyak sinonim sinonim sifilis yang tidak laim dipakai. dipakai. Sinonim Sinonim yang umum ialah lues *enerea atau biasanya disebut lues saja. +alam istilah Indonesia di sebut raja singa.
3. Epide pidemi mio olog logi
&sal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun -/ belum dikenal di 0ropa. &da yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk indian yang di bawa oleh anak buah olumbus waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun -/. Pada tahun -- terjadi epidemi di 1apoli. Pad abad ke !2 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh senggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama. Pada abad ke!3 terjadi wabah di 0ropa, sesudah tahun 245 morbilitas sifiis di 0ropa menurun cepat, mungkin karena perbaikan sosio ekonomi. Selama Perang +unia kedua insidensnya meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun -4, kemudian makin menurun. Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 4 berkisar antara 5,5-! 5,3/6. Insidens yang terendah di ina, sedangkan yang tertinggi di &merika Selatan. +i Indonesia insidensnya 5,46. 7ejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru esar# karena sering dikira penyakit lainnya. +ata yang dilansir +epartemen 8esehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 3.555 9 5.555 kasus per tahun. Sementara di ina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 5,/ per 55.555 jiwa pada tahun : menjadi 3,; kasus per 55.555 jiwa pada tahun /553. +i &merika Serikat, dilaporkan sekitar :4.555 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.
4. Etiologi
Pada tahun 53 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
. Kl!sifi"!si
8lasifikasi menurut '<= berdasarkan faktor epidemiologi >
Sifilis dini
Perjalanan penyakit ? / tahun
ersifat menular
Masih ditemukan kuman $reponema pallidum di lesi kulit
Sifilis lanjut
Perjalanan penyakit @ / tahun
ersifat tidak menular
$idak ditemukan kuman di lesi kulit, kecuali ibu hamil yang menderita stadium lanjut, → $reponema pallidum dapat melalui plasenta masuk ke tubuh janin.
8lasifikasi Secara klinis, Sifilis terbagi >
Sifilis kongenital (bawaan) terdiri atas > . +ini (sebelum dua tahun) /. Aanjut (sesudah dua tahun) :. Stigmata
Sifilis akuisita (didapat) terdiri dari > . Stadium I ( Stadium +ini ) /. Stadium II ( Stadium Sekunder ) :. Stadium laten > ! +ini > bersifat menular ! Aanjut > bersifat tidak menular -. Stadium III 3. Stadium kardio*askular dan neurosifilis
#. P!togenesis A. St!di$m dini
Pada sifilis yang didapat $.pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. 8uman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel!sel limfosit dan sel!sel plasma, terutama di peri*askuler, pembuluh!pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh $.pallidum dan sel!sel radang. $reponema tersebut terletak diantara endotelium kapiler dan jaringan peri*askuler di sekitarnya. 8ehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak sebagai SI. Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapi kelenjar getah bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multifikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi 4!2 minggu sesudah SI. SI akan sembuh perlahan!lahan karena kuman di tempat tersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas!fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatriks, SII juga mangalami regresi perlahan!lahan dan lalu menghilang.
$ibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi dengan sifillis kongenita. 8adang!kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga $,pallidum membiak lagi pada tempat SI dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren SII, yang terakhir ini lebih sering terjadi daripada yang terdahulu. Aesi menular tersebut dapat berulang!ulang, tetapi pada umumnya tidak melebihi dua tahun. Sifilis tersebut terdapat pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.
%. Sifilis L!n&$t
Stadium laten dapat berlangsung bertahun!tahun, rupanya treponema dalam keadaan dorman.
Meskipun
demikian
antibodi
tetap
ada
dalam
serum
penderita.
8eseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sekonyong!konyong berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah SIII berbentuk gumma. Meskipun pada gumma tersebut tidak dapat ditemukan $.pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun!tahun. Setelah mengalami masa laten yang ber*ariasi gumma tersebut timbul di tempat!tempat lain. $reponema mencapai sistem kardio*askulerdan sistem syaraf pada waktu dini, tetapi kerusakan terjadi perlahan!lahan sehingga memerlukan waktu bertahun!tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Penderita dengan gumma biasanya tidak mendapat gangguan syaraf dan kardio*askuler, demikian pula sebaiknya. 8ira!kira /B: kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
'.
(e&!l! Klinis
1. Sifilis A"$isit! )Did!p!t*
A. Sifilis Dini 1. Sifilis P+ime+ )SI*
Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu (/!- minggu). $.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesiBmikrolesi secara langsung, biasanya melalui senggama. $reponema tersebut akan berkembang biak kemudian terjadi
penyebaran secara
limfogen dan
hematogen. 8elainan kulit di mulai sebagai papul lentikuler yang permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Clkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya ialah jaringan granulasi berwarna merah dan bersih , diatasnya hanya tampak serum. +indingnya tak bergaung, kulit di sekitarnya tidak menunjukkan tanda!tanda radang akut. Dang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum. 8elainan tersebut dinamakan afek primer dan umumnya berlokasi pada genitalia eksterna. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronius, sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain juga dapat di ekstragenital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus. &fek primer tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional di inguinalis medialis. 8eseluruhannya disebut kompleks primer. 8elenjar tersebut soliter, indolen tidak lunak, besarnya biasanya lentikuler, tidak supuratif. 8ulit diatasnya tidak menandakan tanda!tanda radang akut. Istilah sifilis dEemblee dipakai, jika tidak terdapat efek primer. 8uman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transffusi suntikan.
darah
atau
Clkus durum pada lidah
Clkus durum sulcus coronarius
2. Sifilis se"$nde+ )SII*
iasanya SII timbul setelah 4!2 minggu sejak SI dan sejumlah B: kasus masih disertai SI. Aama SII dapat sampai sembilan bulan. erbeda dengan SI yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada SII dapat disertai gejala tersebut yang terjadi sebelum atau selama SII. 7ejalanya umumnya tidak berat, berupa anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan atralgia. 8elainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great imitator. Selain pada kulit SII juga dapat menyebabkan kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata , hepar, tulang, dan syaraf. 8elainan kulit yang membasah (eksudatif) pada SII sangat menular, kelainan yang kering kurang menular. 8ondiloma lata dan plaFue muFueuses ialah bentuk yang sangat menular. 7ejala yang penting untuk membedakan dengan penyakit kulit yang lain ialah 8elainan kulit pada SII umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, pada SII dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki. &ntara SII dini dan SII lanjut terdapat perbedaan. Pada SII dini kelainan kulit generalisata, simetrik, dan lebih cepat hilang (beberapa hari hinggga beberapa minggu ). Pada SII lanjut tidak generalisata lagi, melainkan setempat! setempat, tidak simetris dan lebih lama bertahan (beberapa minggu hingga beberapa bulan).
SII p!d! m$"os!
iasanya timbul bersama!sama dengan eksantema pada kulit, kelainan pada mukosa disebut enantem, terutama terdapat pada mulut dan tenggorok. Cmumnya berupa makula eritematosa, yang cepat berkonfluensi sehingga membentuk eritem yang difus, berbatas tegas dan disebut angina sifilitika eritematosa. 8eluhannya nyeri pada tenggorok, terutama pada waktu menelan. Sering faring juga diserang, sehingga memberi keluhan suara parau. Pada eritema tersebut kadang!kadang terbentuk bercak putih keabu!abuan, dapat erosif dan nyeri. 8elainan lain ialah yang disebut plaFue muFueuses (mucous patch), berupa papul eritematosa, permukaannya datar, biasanya miliar atau lentikuler, timbulnya bersama!sama dengan SII bentuk papul pada kulit. PlaFue muFueuses tersebut dapat juga terletak di selaput lendir alat genital dan biasanya erosif. Cmumnya kelainan pada selaput lendir tidak nyeri, lamanya beberapa minggu.
8elainan selaput lendir
Mucous
patch
banyak
!
mengandung
$ pallidum,
entuk
bulat,
kemerahan → ulkus
8elainan bibir,
mukosa
→
pipi,
laring,
tonsil dan genital PlaFue muFueuses (mucous patch)
Interstitial glossitis 3. Sifilis L!ten dini
Aaten berarti tidak ada gejala klinis dan kelainan, termasuk alat!alat dalam, tetapi infeksi masih ada dan aktif. $es serologik darah positif, sedangkan tes likuor cerebrospinalis negatif.
4. Sifilis st!di$m +e"$+en
Gelaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelainan kulit mirip SII, maupun serologikyang telah negatif menjadi positif.
yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Cmumnya bentuk relaps ialah SII, kadang!kadang SI. Gelaps dapat memberi kelainan pada mata, tulang, alat dalam, dan susunan saraf.
%. Sifilis L!n&$t
1. Sifilis l!ten l!n&$t
iasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes serologik. Aama masa laten beberapa tahun hingga bertahun!tahun, bahkan dapat seumur hidup.
2. Sifilis Te+sie+ )S III*
Aesi pertama umumnya terlihat antara :!5 tahun setelah S I. 8elainan yang khas adalah gumma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak dan destruktif. esar gumma ber*ariasi dari lentikuler sampai sebesar telur ayam. 8ulit di atasnya mula!mula tidak menunjukkan tanda!tanda radang akut dan dapat digerakkan.setelah beberapa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda!tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan li*id serta melekat terhadap gumma tersebut. 8emudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen, kadang!kadang sanguinolen, pada beberapa kasus disertai jaringan nekrotik. $empat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya lonjongBbulat, dindingnya curam, seolah!olah kulit tersebut terdorong ke luar. eberapa ulkus berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yang polisiklik. %ika telah
menjadi ulkus, maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi datar. $anpa pengobatan gumma tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun. iasanya gumma soliter, tetapi dapat pula multiple, umumnya asimetrik. 7ejala umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika gumma multiple dan perlunakannya cepat, dapat disertai demam. Selain gumma, kelainan yang lain pada S III ialah nodus. Mula!muladi kutan kemudian
ke
epidermis,
pertumbuhannya
lambat
yakni
beberapa
mingguBbulan dan umumnya meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. 1odus tersebut dalam perkembangannya mirip gumma., mengalami nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. +apat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya dengan gumma, nodus lebih superficial dan lebih kecil (miliar hingga lentikuler), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk bergerombol atau berkonfluensi, selain itu tersebar. 'arnanya merah kecoklatan. 1odus!nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus. agian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti llin dan disebut psoriasiformis. 8elenjar getah bening regional tidak membesar. 8elainan yang jarang ialah yang disebut nodositas juHta articularis berupa nodus!nodus subkutan yang fibrotik, tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar.
S III p!d! m$"os!
7umma juga ditemukan di selaput lendir, dapat setempat atau menyebar. Dang setempat biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi. seperti biasanya akan melunak dan membentuk ulkus, bersifat destruktif jadi dapt merusak tulang rawan septum nasi atau palatum mole hingga terjadi perforasi. Pada lidah yang tersering ialah gumma yang nyeri dengan fisur!fisur tidak teratur serta leukoplakia.
Sifilis Stadium III, Aarge gumma
1asal perforation ec nasal gumma
Sifilis III, 7umma on lower lip
S III p!d! t$l!ng
Paling sering menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, dan humerus. 7ejala nyeri biasanya pada malam hari. $erdapat dua bentuk, yakni periostitis gumatosa dan osteitis gumatosa, kedua!duanya dapat didiagnosa dengan sinar! H.
S III p!d! !l!t d!l!m
2. Sifilis Kongenit!l Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak $.palidum beredar dalam darah. $reponema masuk secra hematogen ke janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 5 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan. Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati terdapat kemungkinan penularan sampai 56. %ika ibu menderita sifilis laten dini, kemungkinan bayi sakit 25 6 , bila sifilis lanjut :56. Pada kehamilan yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang kemudian menjadi berkurang. Misalnya pada hamil pertama akan terjadi abortus pada bulan ke lima, berikutnya lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin dengan sifilis kongenital yang akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti oleh dua sampai tiga bayi yang hidup dengan sifilis kongenital. &khirnya akan lahir seorang atau lebih bayi yang sehat. 8eadaan ini disebut hukum kossowit. 7ambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. atas antara dini dan lanjut ialah dua tahun. Dang dini bersifat menular, jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk
gumma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.
1. Sifilis "ongenit!l dini
8elainan kulit yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang!kadang pada tempat lain di badan. airan bula mngandung banyak $.pallidum. ayi tampak sakit, bentuk ini adakalanya disebut pemfigus sifilitika. 8elainan lain biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi pada S II, pada umumnya berbentuk papul atau papula!skuamosa yang simetris dan generalisata. +apat tersusun teratur, misalnya anular. Pada tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi seperti kondiloma lata. Gagades merupakan kelainan umum yang terdapat pada sudut mulut, lubang hidung, dan anus, bentuknya memancar (radiating). 'ajah bayi berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan sehingga kulit keriput. &lopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi dan belakang kepala. 8uku dapat terlepas akibat papul di bawahny, disebut onikia sifilitika. %ika tumbuh kuku yang baru akan kabur dan bentuknya berubah. Pada selaput lendir mulut dan tenggorok dapat terlihat plaFues muFueuses seperti pada S II. 8elainan semacam itu sering terdapat pada daerah mukoperiosteum dalam ka*um nasi yang menyebabkan rinitis dan disebut syphilitic snuffles. 8elainan tersebut disertai sekret yang mukopurulen atau seropurulen yang sangat menular dan menyebabkan sumbatan. Pernafasan dengan hidung suka. %ika plaFues muFueuses terdapat pada laring suara menjadi parau. 8elenjar getah bening dapat membesar, generalisata, tetapi tidak sejelas pada S II.
Sifilis 8ongenital Snuffle nose
Sifilis 8ongenital
$ulang
sering
diserang
pada
waktu
bayi
berumur
beberapa
minggu.
=steokondrosis pada tulang panjang umumnya terjadi sebelum berumur enam bulan dan memberi gambaran khas pada waktu pemeriksaan dengan sinar!H. Cjung tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak dapat digerakan, seolah! olah terjadi paralisis dan disebut psuedo paralisis parrot. 8adang!kadang terjadi komplikasi berupa terlepasnya epifisis, fraktur patologik, dan arthritis supurati*a. Pada pemeriksaan dengan sinar!H terjadi gambaran yanng khas. $anda osteokondritis menghilang setelah / bulan, tetapi periostitis menetap. Cmunya tedapat anemia berat sehingga rentan terhadap infeksi.
Sifilis kongenital periostitis
1eurosifilis aktif terdapat kira!kira 56. &kibat in*asi $.pallidum pada otak waktu intrauterin menyebabkan perkembangan otak terhenti. Menyebabkan pada bayi terjadi kon*ulsi dan defisiensi mental.
2. Sifilis Kongenit!l L!n&$t
Cmumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahun. 7umma dapat menyerang kulit, tulang, selaput lendir, dan alat dalam. Dang khas ialah gumma pada hidung dan mulut. %ika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas menjadi dekstruksi seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan deformitas. 7umma pada palatum mole dan durum juga sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum. Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai B:tengah tulang dan menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. =steoperiotiitis setempat pada tengkorak berupa tumor bulat yang disebut parrots nodus, umumnya terjadi pada daerah frontal dan parietal. 8eratitis merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antara umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensinya /36 dari penderita dengan sifiis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. &kibat diserangnya ner*us III terjadi ketulian yang biasanya bilateral.
3. Stigm!t!
. Stigmata pada lesi dini Jasies &kibat rinitis yang parah dan terus!menerus pada bayi, akan menyababkan gangguan pertumbuhan septum nasi dan tulang lain pada ka*um nasi. 8emudian terjadi depresi pada jembatan hidung dan disebut saddle nose.
Maksilla tumbuh secara abnormal yakni lebih kecil daripada mandibula yang tumbuh normal dan disebut buldogjaw.
7igi 7igi hutchinson merupakan kelainan yang khas, hanya terdapat pada gigi insisi* permanen. 7igi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi kon*eks, sedangkan daerah untuk menggigit konkaf. 8elainan lain yang khas ialah pada gigi molar pertama, biasanya yang di bawah. Pertama kali dilukiskan oleh moon dan disebut moon>s molar. Permokaannya berbintil!bintil (tuberkula) sehingga mirip murbai, karena itu dinamai pula mulbery molar. 8elainan ini lebih sering terdapat daripada gigi hutchinson. 0namel di tempat itu tipis, hingga mudah teradi karies dan cepat tanggal.
Gagades
Gagades terdapat terutama pada sudut mulut, jarang pada lubang hidung dan anus. $erbentuknya dari papul!papul yang berkonfluensi, akibat pergerakan mulut terjadi fisur yang kemudian mengalami infeksi sekunder, jika sembuh meninggalkan jaringan parut linear yang memancar dari sudut mulut.
/. Stigmata pada lesi lanjut 8ornea 8eratitis interstitsial dapat meninggalkan keruhan pada lapisan dalam kornea.
8eratitis interstisial
Sikatriks gumatosa 7umma pada kulit meninggalkan sikatriks yang hipotrofi seperti kertas perkamen. Pada palatum dan septum nasi meninggalkan perforasi.
$ulang
=steoporosis gumatosa meninggalkan deformitas sebagai sabre tibia. 1odus periosteal yang menyembuh sering memberi prominen yang abnormal dan pelebaran regio frontalis yang disebut frontal bossing. 8alianan ini bersama dengan saddle nose dan bulldog jaw disebut buldog facies. $rias hutchinson $rias hutchinson ialah sindrom yang terdiri dari keratitis intertisisal, gigi hutchinson, dan ketulian ner*us III.
,. Kompli"!si 1. Kompli"!si P!d! J!nin D!n %!-i
+apat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. ayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak. =leh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. 8arena pengobatan yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2. Kompli"!si Te+!d!p I/$
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung b. 8ehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu! abuan dan licin c. 8ehamilan ?4 minggu dapat menyebabkan kematian janin d. 8ehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan cacat.
Peng!+$ Te+!d!p Ke!mil!n
Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses kehamilannya dan janin. erikut ini adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan yaitu> . Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 4 kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana $reponema telah dapat menembus barier plasenta. /. &kibatnya kelahiran mati dan partus prematurus. :. ayi lahir dengan lues konginetal > pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan! kaki, serta kelainan mulut dan gigi. -. ila ibu menderita baru / bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.
0. Peme+i"s!!n
. Pemeriksaan $reponema pallidum K
Pemeriksaan ! mikroskop lapangan gelap→ melihat pergerakkan $reponema
K
Pewarnaan urri (tinta hitam)
→
$reponema, ! $. pallidum telah mati
tidak adanya pergerakan kuman berwarna jernih
→
dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.
/. Serologi $es sifilis (S$S) K
S$S penting u diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan. Prinsip pemeriksaan S$S ! mendeteksi bermacam antibodi yang berlainan akibat infeksi $. pallidum 8lasifikasi S$S K
$es 1on $reponema
>
kardiolipin,
lesitin
dan
kolesterol K
$es $reponema > $reponema pallidum hidup B mati B fraksi $reponema pallidum
K
8etepatan hasil S$S dinilai berdasarkan > –
Sensiti*itas > 6 indi*idu yang terinfeksi yang memberi hasil positif
–
Spesifi*itas > 6 indi*idu yang tidak infeksi yang memberikan hasil negatif .
$es 1on $reponema K
K
Penilaian !Lkualitatif kuantitatif
K
$iter pada berbagai stadium > K
SI
> 1egatif B positif rendah sampai tinggi
K
S II
> Positif tinggi
K
S III
> Positif tinggi
K
S kardio*askular
> +apat non reaktif
K
1eurosifilis
> +apat non reaktif
Pengaruh pengobatan terhadap kuantitas S$S antara lain >
SI
> ila $herapi sudah mulai pd saat hasil S$S non reaktif, →
tetap non reaktif
> ila $herapi mulai pd saat hasil S$S reaktif → non reaktif setelah O tahun S II
>
Aaten dini
>
Aaten lanjut
> /5 9 :5 6 kasus akan (!) dalam 3 tahun
Sifilis lanjut
> ? /5 9 :5 6 kasus akan (!) dalam 3 tahun
Jalse
> s (N) 9 9 / 6 S II, disebut Proone reaction
negati*e Jalse positi*e > (N) akibat salah teknik, ps penyakit $reponema lain
$es $reponema $es $reponema digolong - kelompok, yaitu > . $es Imobilisasi K
$reponema Pallidum Immobiliation ($PI) $es $reponema yang paling spesifik
K
K
8ekurangannya –
GH lambat, baru (N) pd akhir stadium I,
–
$idak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan,
–
$eknik sulit dan
–
iayanya mahal
/. $es imunofluoresensi a. Jluorecent $reponemal &ntibody &bsorption $est (J$&!&bs) K
$es ini paling sensitif (5 6), bisa untuk mendeteksi Ig 7
K
Jalse (N) pada >
8eganasan
&nemia hemolitik
Aupus eritematosus
Sirosis hepatik
Gheumatoid arthritis
8ehamilan
Skleroderma
Infeksi *irus, *aksinia
+rug induced A0
=rang normal
1. Pengo/!t!n
=bat pilihan untuk $herapi sifilis adalah Penisilin K
$idak dianjurkan pemberian penisilin oral
K
Prinsip $herapi sifilis adalah kadar obat harus dapat bertahan dalam serum selama 5 9 - hari u sifilis dini lanjut, / hari u neurosifilis dan sifilis kardio*askular.
K
8adar penisilin yg diperlukan cukup 5,5: unitBml selama 5 9 - hari
K
ara dosis pemberian penisilin dalam kepustakaan masih berbeda. +osis total yang dianjurkan > K
SI
> -,2 juta unit
K
S II
> 4 juta unit
K
S III
> juta unit
+osis yang dianjurkan oleh '<= (2/ yaitu > Stadium dini (menular)
> dosis total :5 gramB3 hari
Stadium lanjut (tidak menular)
> dosis total 45 gramB:5 hari
Sebelum $herapi diberikan, harus pemeriksaan S$S
Pemeriksaan S$S ini diulang kembali setelah $herapi selesai
Pemeriksaan S$S pasca $herapi dilakukan secara cermat , :, 4, / bulan sampai / tahun setelah $herapi selesai
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai hasil $herapi kemungkinan adanya $herapi tidak adekuat atau adanya relaps penyakit.
11. P+ognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder dan fase laten adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk, karena kerusakan yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
•
+juanda adhi,dkk.Ilmu Penyakit 8ulit dan 8elamin. edisi I. %akarta > /553
•
&.Price Sil*ia dan m.'ilson Aorraine, /554. Patofisiologi.edisi 4.07> %akarta
•
Mansjoer arif,dkk./55. 8apita Selekta 8edokteran. 0dsi III. Media &esculapius Jakultas
•
8edoketran Cni*ersitas Indonesia > %akarta
Gani & ais,dkk, /553. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan +okter Spesialis Penyakit +alam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit +alam Jakultas 8edokteran Cni*ersitas Indonesia > %akarta
•
Sudoyo aru ', /554.Ilmu Penyakit +alam. 0disi I. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit +alam Jakultas 8edokteran Cni*ersitas Indonesia > %akarta http>BBwww.google.com http>BBwww.medicastore.com