Tugas Teknologi Produksi Bersih
Disusun oleh : Yuriska Andiri Teknik Kimia 114.08.2007
Institut Teknologi Indonesia 2012
Sekilas Mengenai Wilayah Perairan di Indonesia
Tidak Tida k ada nega negara ra bila tidak ada wil wilaya ayah. h. Ini ber berart artii eks eksiste istensi nsi wil wilayah ayah sang sangat at penting bagi suatu negara sebagaim sebagaimana ana juga halnya dengan Negar Negaraa Indones Indonesia. ia. Secara fisikal wilayah suatu negara dapat hanya berupa daratan saja atau berupa daratan dan lautan (peraira (per airan). n). Sehi Sehingga ngga dala dalam m dal dalam am perk perkemb embanga angannya nnya kem kemudi udian an dike dikenal nal nega negara-ne ra-negar garaa kepulauan dan negara pantai. Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dan penting. Sebagai negara kepulauan, maka jelas Negara Indonesia memiliki wilayah daratan dan lautan (perairan). Wilayah perairan Indonesia berada diantara dan sekitar pulau-pulaunya, dengan luas kurang lebih 5.193.250 km2 terletak pada posisi silang antara dua benua, Asia dan Australia, dan antara dua samudra Hindia dan Pasifik. Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2 km2 (DEPLU (DEPLU 2005). 2005). Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari dar i garis pantai.
Sekilas Mengenai Wilayah Perairan di Indonesia
Tidak Tida k ada nega negara ra bila tidak ada wil wilaya ayah. h. Ini ber berart artii eks eksiste istensi nsi wil wilayah ayah sang sangat at penting bagi suatu negara sebagaim sebagaimana ana juga halnya dengan Negar Negaraa Indones Indonesia. ia. Secara fisikal wilayah suatu negara dapat hanya berupa daratan saja atau berupa daratan dan lautan (peraira (per airan). n). Sehi Sehingga ngga dala dalam m dal dalam am perk perkemb embanga angannya nnya kem kemudi udian an dike dikenal nal nega negara-ne ra-negar garaa kepulauan dan negara pantai. Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dan penting. Sebagai negara kepulauan, maka jelas Negara Indonesia memiliki wilayah daratan dan lautan (perairan). Wilayah perairan Indonesia berada diantara dan sekitar pulau-pulaunya, dengan luas kurang lebih 5.193.250 km2 terletak pada posisi silang antara dua benua, Asia dan Australia, dan antara dua samudra Hindia dan Pasifik. Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2 km2 (DEPLU (DEPLU 2005). 2005). Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari dar i garis pantai.
Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982, wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km 2 terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya.
Wilayah Daratan dan Lautan Indonesia
Luas Km2
Km2
%
Daratan
1,826,440
23
Perairan Laut
6,120,673
77
7,947,113
100
%
Laut teroterial
3,205,695
40
Zona Ekonomi Eksklusif
2,914,978
37
Total
Berikut ini adalah data-data geografis Indonesia Lokasi
:Sebelah tenggara Asia, Asia, di Kepulauan Melayu antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik .
Koordinat geografis
: 6°LU 6°LU - 11°08'LS 11°08'LS dan dari 95°'BT 95°'BT - 141°45'BT 141°45'BT
Referensi peta
: Asia Tenggara
Wilayah
: total darat: 1.922.570 km² daratan non-air: 1.829.570 km² daratan berair: 93.000 km² lautan: 3.257.483 km²
Garis batas Negara
: SQZ total: 2.830 km: Malaysia 1.782 km, Papua Nugini 820 km, Timor Leste 228 km Negara Negara tetangga yang yang tidak berbatasan berbatasan darat: darat: India di barat laut laut
Aceh, Australia, Australia, Singapura, Singapura, Filipina, Filipina, Vietnam, Thail and, and, Brunei Darussalam, Darussalam, Kamboja, Kamboja, Thailand, Birma, Birma, Palau Garis pantai
: 54.716 km
Klaim kelautan
: diukur dari garis dasar kepulauan yang diklaim
zona ekonomi khusus
: 200 mil laut
laut yang merupakan wilayah negara: 12 mil laut Cuaca
: tropis; panas, lembap; sedikit lebih sejuk di dataran tinggi
Dataran
: kebanyakan dataran rendah di pesisir; pulau-pulau yang lebih besar mempunyai pegunungan di pedalaman pedalaman
Tertinggi & terendah
:titik terendah: Samudra Hindia 0 m titik tertinggi: Puncak Jaya 5.030 m
Sumber daya alam
: minyak, tanah, tanah, kayu, kayu, gas alam, kuningan, kuningan, timah, timah, bauksit, bauksit, tembaga, tembaga, tanah yang subur, batubar subur, batubara, a, emas, perak
Kegunaan tanah
:tanah yang subur: 9,9% tanaman permanen: 7,2% lainnya: 82,9% (perk. 1998)
Wilayah yang diairi
I.
: 48.150 km² (perk. 1998)
Keanekaragaman Ha Hayati Keanekaragaman Keanekaragaman hayati atau biodiversitas biodiversitas (Bahasa Inggris: Inggris: biodiversity) biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dapat dikel dikelom ompok pokka kan n menur menurut ut skal skalaa orga organis nisas asii biologisnya, biologisnya, yait yaitu u menc mencak akup up gen, gen, spesies tumbuhan,
hewan,
dan
mikroorganisme serta ekosistem dan
proses-
proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator . Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupaarchaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa. Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit. Proses evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis, akan meningkat ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru terbentuk; akan menurun ketika varian genetik dalam salah satu spesies berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan proses-prosesnya.
Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia
Nilai
Negara
Nilai
Keanekaragaman Endemisme
Nilai Total
Brazil
30
18
48
Indonesia
18
22
40
Kolombia Australia Mexico
26 5 8
10 16 7
36 21 15
Madagaskar
2
12
14
Peru Cina Filipina India Ekuador
9 7 0 4 5
3 2 8 4 0
12 9 8 8 5
Venezuela
3
0
3
A. Tingkatan Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem. •
Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.
•
Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup.
•
Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.
1. Keragaman Genetik
Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi
variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna. Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya. Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gengen pada kumpulan tersebut. Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitathabitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup. Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik. Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil.
Gen lain yang lebih terspesialisasi
meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar. 2. Keragaman Spesies
Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspekaspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik. Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari
spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui.
Pengukuran keragaman spesies yang
menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan. Pendekatan lainnya adalah
dengan
mengukur
keragaman
taksonomi
mempertimbangkan hubungan genetik antara
atau
filogenetik,
yang
kelompok-kelompok spesies.
Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis
ini
pada
umumnya
ditampilkan
dalam
bentuk
‘pohon’
yang
mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait. Pengukuran keragaman taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada. Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik.
Pada tingkat global,
diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies. Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal. Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga. Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di
darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi. 3. Keragaman Ekosistem
Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan subtropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan. Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum. Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa. Australia
dengan
wilayah-wilayahnya
memetakan
sejumlah
besar
lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap
wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro. Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.
II.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.
A. Keanekaragaman Hayati Indonesia berdasarkan Karkteristik Wilayahnya
Secara astronomis indonesia berada pada 60 LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT. artinya indonesia terletak didaerah iklim tropis (daerah tropis berada diantara 23 1/20 LU dan 23 1/20 LS). Ciri - ciri daerah tropis antara lain temperatur cukup tinggi (260C - 280C), curah hujan cukup banyak (700 - 7000mm/ tahun) dan tanahnya subur karena proses pelapukan batuan cukup cepat. Bila dilihat dari geografis , indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni sirkum pasifik dan rangkaian sirkum mediterania, sehingga
indonesia memiliki banyak pegunungan berapi. hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur. Di Indonesia terdapat 10% spesies tanaman, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi , dan 17% dari spesies burung yang ada didunia. Sejumlah spesies tersebut bersifat endemik , yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan ditempat lain. Contohnya adalah sebagai berikut: 1. burung cendrawasih di papua, 2. burung maleo di sulawesi, 3. komodo di pulau komodo. 4. anoa di sulawesi 5. rafflesia arnoldii, terdapat dipulau sumatera dan penyebarannya disepanjang bukit barisan dari aceh sampai lampung. 6. Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) merupakan flora khas indonesia yang terdapat disumatra. Tumbuhan yang beraneka ragam dan bernilai ekonomi dapat dimanfaatkan. contohnya sebagai berikut: 1. macam - macam varietas durian (Duriozibethinus), antara lain , durian petruk dari randusaria jepara, durian sitokong dari 2. ragunan, durian sunan yang berasal dari boyolali, durian simas dari bogor. 3. Kedondong (Spondias cythrerea), misalnya kedondong karimunjawa berasal dari Karimunjawa. 4. Salak (Zalacca edulis), misalnya , salak pondoh berasal dari desa soka sleman dan salak bejalen dari ambarawa. B. Keanekaragaman Hayati Indonesia berdasarkan Persebarannya
Persebaran organisme dimuka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogeografi . studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies -
spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah . Organisme tersebut kemudian mengalami diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies baru yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Penghalang geografi atau barrier seperti gunung yang tinggi, sungai dan lautan dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies (isolasi geografi). adanya isolasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna diberbagai tempat. Berdasarkan adanya persamaan fauna didaerah - daera h tertentu , maka dapat dibedakan menjadi 6 daerah biogeografi dunia sebagai berikut: 1. Nearktik : Amerika utara 2. Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika , gurun sahara sebelah utara. 3. Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah. 4. Oriental: Asia, Himalaya bagian selatan. 5. Ethiopia : Afrika 6. Australian : Australia dan pulau - pulau sekitarnya.
C. Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia •
Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui, urutan kedua di dunia
•
7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia
•
17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima
•
270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
•
2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
•
35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
•
121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)
•
Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)
Taxonomic Group Species Plants Mammals Birds Reptiles Amphibians
III.
10,000 201 697 188 56
Endemic
Percent
Species 1,500 123 249 122 35
Endemism 15 61.2 35.7 64.9 62.5
Keanekaragaman Hayati di Perairan Indonesia Keanekaragaman hayati perairan merupakan semua keberagaman bentuk yang ada di permukaan dan laut/danau dalam, termasuk interaksi antar jenis, populasi maupun dengan habitat serta lingkungannya. Indonesia merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia mendapatkan nilai total 40 dari nilai keanekaragaman 14 dan nilai endemis sawa sebesar 22. Indonesia berada di atas tingkat Kolombia, Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru serta China. Keanekaragaman hayati ini terfokus pada variasi bentuk kehidupan seperti jenis tanaman air dan hewan air yang beraneka ragam, struktur genetis yang terkandung dalam masing-masing individu, serta interaksi antar spesies yang membentuk suatu ekosistem. Keanekaragaman hayati dapat dilihat dari macam-macam makhluk hidup yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Dalam makalah ini hanya akan dibahas keanekaragaman hayati dalam ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. A. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua
filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut. 1. Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Teratai
2. Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan),
dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. 2. Berdasarkan
kebiasaan
hidup,
organisme
dibedakan
sebagai
berikut.
a. Plankton; terdiri
alas
fitoplankton
dan
zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. b. Nekton; hewan
yang
aktif
berenang
dalam
air,
misalnya
ikan.
c.Neuston; organisme bertempat
yang
mengapung
pada
d. Perifiton; merupakan pada
tumbuhan
atau
permukaan tumbuhan atau
berenang air,
atau
di
misalnya
hewan
benda
permukaan
yang
lain,
air
serangga
atau air.
melekat/bergantung misalnya
keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan.
Bentos
dapat sessil (melekat)
atau
bergerak
bebas,
misalnya cacing dan remis. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. 1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut. a. Daerah litoral Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
Contoh hewan penghuni danau :
Water strider
Angsa
b. Daerah limnetik Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk
ganggang
dan
sianobakteri.
Ganggang berfotosintesis
dan
bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kurakura, dan burung pemakan ikan.
Ganggang
Fitolankton
Fitolankton c. Daerah profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba. d. Daerah bentik Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Bentos
Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut : a. Danau Oligotropik Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. b. Danau Eutropik Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming,
sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau. 2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air. Berikut ini adalah beberapa contoh ikan air tawar yang hidup di danau dan/atau sungai : 1) Ikan yang hingga saat ini masih banyak terdapat di sungai dan danau Indonesia :
Glodok/Gelodok
Popular Name : Mudskipper, rockskipper, Mangrove Gobi Cientific Name: Blenniella periophthalmus Family: Gobiidae Environment: freshwater/warmwater (payau) Origin: Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the
Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Adult Size: Max length : 15 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years
Social: Territorial Feed: Feed on filamentous algae and associated small invertebrates, such as
foraminiferans, ostracods, copepods, and gastropods. Breeding: Oviparous, Eggs are demersal and adhesive Care: pH range: Temperature: tropical, Distribution : Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to
the Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Nama lokal/daerah: Gobi, gelodok, puntang
Betutu
Popular Name : Marble Gobi Cientific Name: Oxyeleotris marmorata Family: Eleotridae Environment: freshwater Origin: Asia: Mekong and Chao Phraya basins, Malay Peninsula,
Indochina, Philippines and Indonesia. Adult Size: Max length : 65 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter
Feed: Feeds on small fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 22°C - 28°C Distribution : Asia: Mekong and Chao Phraya basins, Malay Peninsula,
Indochina, Philippines and Indonesia.
Gabus
Nama lokal/daerah: betutu, Bloso, kembo, gabus males, gabus marles,
ikan hantu, belantok, beluru Popular Name : Snakehead murrel Cientific Name: Channa striata Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Asia: Pakistan to Thailand, south China to Indonesia. Adult Size: Max length : 100 cm, max weight : 30 kg Deept water: 1 - 10 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on small fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 23°C - 27°C Distribution : It has a widespread range covering southern China, Pakistan,
most of India, southern Nepal, Bangladesh, Sri Lanka and most of Southeast Asia. It has more recently been introduced to the outmost parts of Indonesia, the Philippines, and Mauritius Nama lokal/daerah: gabus, kutuk, deleg, aruan, haruan
Gabus Toman
Popular Name : Giant Snakehead Cientific Name: Channa micropeltes Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Malabar snakehead, Ikan toman (where ikan is "fish" in
both Indonesian and Malay) Adult Size: Max length : 130 cm, max weight : 20 kg Deept water: up to 100 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on birds, duck, fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and
crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 25°C - 28°C Distribution : The giant snakehead is found in Vietnam, Indonesia, Laos,
Thailand, Malaysia, India, and possibly Myanmar. Nama lokal/daerah: Toman, tauman, malabar, taubang, aruan, haruan
Kotes
Popular Name : Gachua Cientific Name: Channa Gachua Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Asian countries from Pakistan to Indonesia. Adult Size: Max length : 20 cm, max weight : -- kg Deept water: 100 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on small fishes, frogs, shrimps, aquatic insects, mollusks and
crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6 - 7 Temperature: tropical, 22°C - 26°C Distribution : Asia: Sri Lanka to the Mekong (Xe Bangfai and Nam
Theun basins) and Indonesia. Also Maharashtra, India. Nama lokal/daerah: kotes, bogo, benguk, gabus kerdil.
Arowana/Arwana, Belut, Betok , Gabus, Gurami/Gurame/Gurameh,
Ikan Mas, Mujair , Lele, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung, lais, tambakan, bawal, sepat siam,
betutu, nila, sidat, papuyu, Paedocypris progenetica (ikan terkecil di dunia), ikan tapah, ikan toman, ikan puting beliung, Sepat, Terubuk , selinca, sepatung, sapel, serandang, bujuk . 2) Ikan-ikan yang terancam punah
Ikan Papar, Betutu, Jambal, Bloso, Murah Ginting, dan Ikan Ulo
B. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. 1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat
laut
dapat
dibedakan
berdasarkan
kedalamannya
dan
wilayah
permukaannya secara horizontal. 1) Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari
sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m). 2) Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi
laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut. a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air
sekitar 200 m. b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman
200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu. c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500
m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita. d. Abisalpelagik merupakan
daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m;
tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini. e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih
dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. Berikut ini adalah contoh-contoh makhluk hidup yang hidup di laut :
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah :
Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan
Annelida. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera.
Mikrobenthos
merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata.
Decapoda
Fitoplankton
Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Banggai cardinalfish
Banggai cardinalfish ( Pterapogon kauderni) adalah cardinalfish tropis
yang
kecil
(
family Apogonidae )
yang
sangat
populer
dijadikan ornamental fish.
Dugong
Dugongs (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang panjang tubuhnya dapat mencapai tiga meter dan beratnya dapat mencapai 400 Kg. Dugong juga sering dikenal sebagai 'sapi laut' karena memakan pada rumput laut dan akar tanaman air yang ada di perairan pantai. Dugong memiliki ekor fluked yang memungkinkan mereka untuk berenang.
Penyu
Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Rumput laut
Bunga karang/spons
Teripang
Kuda laut
Bintang laut
Kepiting laut
Kerang laut
Spesies baru di Indonesia : hemiscyllium gallei, hemiscilium
henryi, melaotaenia synergos
Ikan-ikan laut : Barakuda, Baronang, Bawal, Blowfish, Buntal,
Coelacanth, Cucut, Haring, Hiu, Kerapu, Kakap, Kembung, Kue, Lion Fish,Layur , Pipis, Tenggiri, Terubuk , Teri, Tongkol, Tuna, Terbang.
Mamalia yang hidup di laut : Paus dan lumba-lumba
Hewan laut yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999
MAMALIA
Suku
Nama Latin
Balaenoptera musculus Balaenoptera Balaenopteridae physalus Megaptera novaeangliae Dugongidae Dugong dugon Cetacea Dolphiniidae
Ziphiidae
Nama Lokal
Nama Internasional
Paus biru
blue Whale
Paus bersirip
common-finback whale
Paus bongkok
humpback whale
Duyung Dugon paus (semua jenis dariall of species in famili cetacea) the family lumba-lumba air laut all of species in (semua jenis dari the family famili ini) lumba-lumba air laut all of species in (semua jenis dari the family famili ini)
REPTIL
Suku Dermochelyidae
Chelonidae
Nama Latin Dermochelys coriacea Caretta caretta Chelonia mydas Eretmochelys imbricata Lepidodhelys olivacea Natator depressa
Nama Lokal
Nama Internasional
Penyu belimbing
leatherback turtle
Penyu tempayan Penyu hijau
loggerhead turtle green turtle
Penyu sisik
hawksbill turtle
Penyu ridel Penyu pipih
olive / pacific ridley flatback turtle
IKAN
Suku
Nama Latin
Nama Lokal
Latimeria chalumnae
Ikan raja laut
coelacanth
Nama Internasional
CNIDARIA Suku
Nama Latin
Anthozoa Antiphates spp.
Nama Lokal
Nama Internasional
akar bahar/koral hitam All of species in (semua jenis dari the genus marga ini)
MOLLUSCA
Suku
Nama Latin
Nama Lokal
Nama Internasional
Hippopus hippopus Kima tapak kuda
horse's hoof, bear paw
Hippopus porcellanus
Kima cina
china clam
Tridacna crocea
Kima kunia, Lubang
crocus, safron colored-giant clam
Tridacna derasa
Kima selatan
souther-giant clam
Tridacna gigas
Kima raksasa
great clams
Tridacna maxima
Kima kecil
Largest claw mussel
Tridacna squamosa
Kima sisik, kima seruling
scaly, fluted-giant clam
Ranellidae Charonia tritonis
Triton terompet
trumpet triton
Cassidae
Cassis cornuta
Kepala kambing
horned helmet
Trochus niloticus
Susu bunder
top shell
Tridacnidae
Trochidae
Turbo marmoratus Batu laga, siput hijau
Nautilidae Nautilus pompillus Nautilus berongga
green shell, turban shell pearly-chambered
nautili
ARTHROPODA
Suku
Nama Latin
Limulidae Tachypleus gigas
Nama Lokal Ketam tapak kuda
Nama Internasional horseshoe crab
Daftar Hewan Laut Terancam Punah
Ikan / Hewan Laut yang terancam punah baik karena memang lambat perkembangbiakannya maupun rentan terhadap over-fishing : 1. Lumba-Lumba 2. Ketam Kelapa 3. Kerapu 4. Lobster 5. Pari Manta 6. Hiu (semua jenis) 7. Mola-Mola 8. Triton 9. Paus 10. Lencam 11. Ekor Kuning Daftar Ikan Berbahaya Untuk Dikonsumsi
Beberapa hewan laut bisa jadi berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung berbagai unsur yang membahayakan kesehatan konsumen.
1. Barakuda 2. Layaran / Marlin 3. Todak 4. Kerapu 5. Kakap 6. Tenggiri
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. a. Formasi pescaprae Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea
pes caprae
yang
tahan
terhadap
hempasan
gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia
martina.
Lebih
asiaticum (bakung), Pandanus Fruescens (babakoan).
ke
arah
darat
lagi
ditumbuhi Crinum
tectorius (pandan),
dan Scaeuola
b. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnyaWedelia, Thes pesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. C. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Berikut ini adalah beberapa contoh ikan yang termasuk ikan air payau : 1)
Kakap Sungai / Mangar
Popular Name : Mangrove Jack Cientific Name: Lutjanus argentimaculatus Family: Lutjanidae Environment: saltwater-freshwater/warmwater (payau) Origin: known only from Papua New Guinea Adult Size: Max length : 150cm, max weight : 10kg Deept water: up to 40 m Lifespan: 30 years Social: Predator Feed: Carnivore feed as small fishes, worm, plankton; invertebrates such
as pteropodsand crustaceans; and Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15°C - 28°C Distribution : Indo-West Pacific: East Africa to Samoa and the Line Islands, north
to the Ryukyu Islands, south to Australia. Nama lokal/daerah: kakap raja, kakap sungai, mangar, kakap bakau 2)
Bandeng
Popular Name : Milkfish Cientific Name: Chanos chanos Family: Chanidae Environment: saltwater/warmwater (payau) Origin: offshore marine waters and shallow coastal embayments Adult Size: Max length : 180 cm, max weight : 15kg Deept water: up to 30 m Lifespan: -Social: Schoolfish Feed: Spawn only in fully saline water. Larvae eat zooplankton; juveniles and
adults eat cyanobacteria, soft algae, small benthic invertebrates, and even pelagic fish eggs and larvae. Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15°C - 43°C Distribution : Indo-Pacific: along continental shelves and around islands, Red Sea
and South Africa to Hawaii and the Marquesas, north to Japan, south to Victoria, Australia. Eastern Pacific: San Pedro, California to the Galapagos. Nama lokal/daerah: Bandeng, Bolu, Bandang, muloh, agam dll 3)
Payus (Bandeng Laki)
Popular Name : Hawaiian Giant Herring/ Hawaiian Ladyfish Cientific Name: Elops Hawaienensis Family: Elopidae Environment: saltwater/warmwater (payau)
Origin: A coastal fish, commonly entering lagoon, bays, and estuaries sometimes
enters freshwater streams Adult Size: Max length : 120 cm, max weight : 10kg Deept water: up to 30 m Lifespan: -Social: Schoolfish Feed: Spawn only in fully saline water. Larvae eat zooplankton; juveniles and
adults eat cyanobacteria, soft algae, small benthic invertebrates, and even pelagic fish eggs and larvae. Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15°C - 43°C Distribution : Indo-Pacific: throughout the Western Central Pacific. Nama lokal/daerah: Payus, Bandeng laki, bandang
4)
Tarpon
Popular Name : Indo-Pasific Tarpon Cientific Name: Megalops cyprinoides Family: Megalopidae Environment: saltwater/freshwater/warmwater (payau) Origin: generally found at sea, but inhabit river mouths, inner bays, and mangrove
forests. In freshwater, they occur in rivers, lagoons, lakes, and swampy backwaters. Adult Size: Max length : 150 cm, max weight : 18kg Deept water: 50 m Lifespan: 44 years Social: Schoolfish Feed: feeding mainly on fishes and crustaceans. Breeding: Egglayer Care: pH range: 5.2 - 9.1 Temperature: tropical, 22°C - 24°C Distribution : Indo-Pacific: Red Sea and Natal, South Africa to the Society Islands,
north to southern Korea, south to the Arafura Sea and New South Wales. Restricted to high islands (Palau, Caroline and Mariana islands) in Micronesia. South China Sea, Taiwan Strait, and East China Sea Nama lokal/daerah: Bandeng laut, Bandeng Bulan, Bulan-bulan, bale hebo,
cupang. 5)
Glodok/Gelodok
Popular Name : Mudskipper, rockskipper, Mangrove Gobi
Cientific Name: Blenniella periophthalmus Family: Gobiidae Environment: freshwater/warmwater (payau) Origin: Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the Marquesas
and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Adult Size: Max length : 15 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years Social: Territorial Feed: Feed on filamentous algae and associated small invertebrates, such as
foraminiferans, ostracods, copepods, and gastropods. Breeding: Oviparous, Eggs are demersal and adhesive Care: pH range: Temperature: tropical, Distribution : Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the
Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Nama lokal/daerah: Gobi, gelodok, puntang
D. Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %. Kerusakan ini pada umumnya disebabkan 3 faktor : 1.
Keserakahan manusia
2.
Ketidaktahuan dan ketidakpedulian
3.
Penegakan hukum yang lemah
Terumbu karang di kepualauan seribu
Berikut ini adalah daftar terumbu karang yang ada di Indonesia :
Famili Astrocoeniidae (2 spesies)
Famili Pocilloporidae (8 spesies)
Famili Acroporidae (61 spesies)
Famili Poritidae (21 spesies)
Famili Siderastreidae (7 spesies)
Famili Agariciidae (19 spesies)
Famili Fungiidae (20 spesies)
Famili Oculinidae (4 spesies)
Famili Pectiniidae (9 spesies)
Famili Mussidae (19 spesies)
Famili Merulinidae (8 spesies)
Famili Faviidae (62 spesies)
Famili Trachyphyllidae (1 spesies)
Famili Caryophyllidae (8 spesies)
Famili Dendrophyllidae (6 spesies)
IV.
Tingkat Pencemaran Laut Indonesia Banyak industri-industri yang berada di sekitar laut di Indonesia yang belum menerapkan teknik produksi bersih dalam menjalankan kebijakan-kebijakan perusahaannya baik dalam proses, produk, maupun pelayanan. Hal ini seringkali menyebabkan terjadi pencemaran di laut sekitar indutri tersebut. Tingkat pencemaran laut di Indonesia masih sangat tinggi. Pencemaran berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat muara sungai dan kota-kota besar. Tingkat pencemaran laut ini telah menjadi ancaman serius bagi laut Indonesia dengan segala potensinya. Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau definisi sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti penangkapan ikan dengan cara pengeboman, peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan
Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya. Pencemaran laut ini terjadi hampir di seluruh pesisir lautan di Indonesia. Teluk Jakarta salah satu kawasan dengan pencemaran laut terparah. Warna air laut di teluk ini semakin menghitam dan sampah yang rapat mengambang di permukaan air. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan pencemaran itu berasal dari limbah domestik dan industri yang dibawa 13 sungai bermuara di sana. Pencemaran juga terjadi di Taman Nasional Pulau Seribu. LSM Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan menyebutkan telah menemukan gumpalan minyak di 78 pulau sejak 2003. Pencemaran juga terjadi di pantai utara Jawa Tengah. Perairan Kota Tegal, Pati, dan Semarang menjadi muara sungai-sungai yang tercemar logam berat. Di Pulau Lombok dan Sumbawa itu, sedikitnya 110 ribu ton tailing (limbah tambang) dibuang tiap harinya oleh sebuah perusahaan tambang multinasional. Di Kalimantan, pencemaran laut juga terjadi yang salah satunya terjadi di Pulau Sebuku. Di sana beroperasi perusahaan tambang batu bara. Air pencucian batu bara, tumpahan minyak, serta oli saat pengapalan mencemari sungai dan akhirnya ke laut. Catatan pencemaran akibat limbah tambang terus berlanjut hingga wilayah timur Indonesia. Dalam laporan lem-baga itu juga disebutkan sekitar 110 km2 wilayah Papua tercemar akibat pertambangan emas. Selain wilayah-wilayah ini, masih banyak lagi kasus pencemaran laut akibat aktivitas di darat.
Akibat Pencemaran Laut . Pencemaran laut telah mengakibatkan degradasi
lingkungan dan kehidupan bawah laut. Apalagi mengingat Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan luas perairan mencapai 93 ribu km2, 17.480 pulau, dan garis pantaisepanjang 95.000 km. Indonesia juga merupakan negara dengan terumbu karang terbaik dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia dengan luas terumbu karang mencapai 284,300 km2 atau setara dengan 18% total terumbu karang dunia. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati laut tersebut terancam oleh pencemaran laut yang terus meningkat di Indonesia. Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran laut juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan. Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari pencemaran laut ini. Sayangnya banyak diantara kita yang masih tidak peduli dengan pencemaran yang mengancam salah satu harta kita, laut Indonesia. Jika pencemaran laut terus berlangsung dan dibiarkan bukan tidak mungkin laut Indonesia yang kaya dan indah tinggal menjadi sepotong kenangan.