BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun negara maju. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. Bahkan pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi nosokomial sehingga pihakpenderita sangat dirugikan (Darmadi, 2008). Secara universal di seluruh dunia, 5%-10% pasien memperoleh infeksi nosokomial, 20%-30% bagi pasien yang menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU) (Erasmus et al ., ., 2010). Penelitian dari berbagai universitas di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai kekerapan infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi. Terjadinya
infeksi
nosokomial
dipengaruhi
oleh
banyak
factor
(multifaktorial), baik faktor yang ada dalam diri penderita sendiri, maupun faktor yang berada di sekitarnya. Setiap faktor-faktor tersebut hendaknya dicermati, diwaspadai, dan dianggap berpotensi. Dengan mengenal factor faktor yang berpengaruh merupakan modal awal upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
1
1.1 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa defenisi infeksi nasokomial ? 2. Bagaimana etiologi dari infeksi nasokomial ? 3. Bagaimana klasifikasi dari infeksi nasokomial ? 4. Bagaimana cara penularan infeksi nasokomial ? 5. Apa faktor yang memperngaruhi infeksi nasokomial ? 6. Apa faktor keperawatan yang mempengaruhi infeksi nasokomial ? 7. Bagaimana peran perawat terhadap infeksi nasokomial ? 8. Bagaimana penanganan dan SOP manajemen infeksi nasokomial ?
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui defenisi infeksi nasokomial 2. Untuk mengetahui etiologi infeksi nasokomial 3. Untuk mengetahui klasifikasi infeksi nasokomial 4. Untuk mengetahui cara penularan infeksi nasokomial 5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi infeksia nasokomial 6. Untuk mengetahui faktor keperawatan yang mempengaruhi infeksi nasokomial 7. Untuk mengetahui peran perawat terhadap infeksi nasokomial 8. Untuk mengetahui penangan dan SOP infesi nasokomial
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi dan Infeksi Nasokomial
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Berdasarlan pendapat tersebut bisa dikatakan infeksi adalah gangguan yang disebabkan oleh serangan patogen atau mikroorganisme yang berkembang dan mampu bertahan hidup dengan cara menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga bisa menimbulkan gangguan atau sakit. Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu nosokomeion yang berarti rumah sakit (nosos = penyakit,komeo = merawat). Infeksi nosokomial dapat diartikan infeksi yang berasal atau terjadi di rumah sakit. Infeksi yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit sampai dengan 30 hari lepas rawat dianggap sebagai infeksi nosokomial. Suatu infeksi pada pasien dapat dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria : 1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda klinis infeksi tersebut. 2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut. 3. Tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang kurangnya 48 jam sejak mulai perawatan. 4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa infeksi sebelumnya. Jadi infeksi nasokomial adalah infeksi yang didapat pasien di rumah sakit pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nasokomial pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti di ruang anak, perawatan
penyakit
dalam,perawatan
intensif,
dan
perawatan
isolasi
(Darmadi,2008). 3
2.2 Etiologi Infeksi Nasokomial
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi
nosokomial.
Infeksi
ini
dapat
disebabkan
oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal (Ducel, G, 2002) . Jenis Bakteri Penyebab Infeksi Nasokomial Bakteri
Persentase(%)
Enterobacteriaceae
>40
S. aureus
11
Enterococcus
10
P. aeruginosa
9
Mikroorganisme S. aureus, Staphylococci
Persentase(%) koagulase
negatif,Enterococci
34
E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp, & K.pneumonia
32
C. difficile
17
Fungi (kebanyakan C. Albicans)
10
4
Bakteri
Gram
negatif
lain
(Acinetobacter,Citrobacter,Haemophilus)
7
2.3 Klasifikasi Infeksi Nasokomial
Klasifikasi
Infeksi
nosokomial
dikelompokan
berdasarkan
tempat
distribusinya.Tempat-tempat utama terjadinya infeksi nosokomial dalam tubuh pasien adalah: 1.Infeksi Traktus Urinarius Ini merupakan infeksi nosokomial yang paling umum dengan prevalensi mencapai 80%. Infeksi ini terjadi akibat penggunaan kateter urin jangka panjang. Dibandingkan dengan infeksi nosokomial lainnya, infeksi traktus urinarius ini tingkat morbiditasnya terbilang rendah, namun terkadang infeksi ini dapat menyebabkan bakteriemia sehingga berujung kematian. 2. Infeksi Luka Operasi (ILO) Infeksi luka operasi juga merupakan infeksi nosokomial yang sering terjadi. Gambaran klinis infeksi ini yaitu, adanya discharge purulent disekitar luka operasi.Bakteri yang menyebabkan infeksi ini biasanya didapat selama operasi berlangsung, baik secara eksogen (misalnya dari udara, peralatan medis, dokter bedah, dan staf lainnya), ataupun secara endogen (misalnya dari flora yang terdapat di kulit atau di tempat operasi). 3. Nosokomial Pneumonia Pneumonia nosokomial terjadi pada kelompok pasien yang berbeda. Prevalensi infeksi ini paling sering terjadi pada pasien dengan ventilator di unit perawatan intensif. Kolonisasi dari mikroorganisme ini terjadi di perut, saluran napas bagian atas, dan bronkus. 4. Nosokomial Bakteriemia
5
Prevalensi infeksi nosokomial jenis ini terbilang cukup rendah, yaitu hanya sekitar 5% dari total infeksi nosokomial, namun kasus kematian akibat infeksi ini sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 50%. Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama: a. Infeksi pembuluh darah primer(IADP), muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain. b. Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain. 2.4 Cara Penularan Infeksi Nasokomial
Menurut WHO mekanisme transmisi patogen ke penjamu atau orang yang rentan melalui tiga cara : 1.
Transmisi dari flora normal pasien (endogenous infection) Bakteri dapat hidup dan berkembang biak pada kondisi flora normal yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat terjadi bila sebagian flora normal pasien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan, misalnya infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter. 2. Transmisi dari flora pasien atau tenaga kesehatan (exogenous cross infection) Infeksi didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal seperti melalui kontak langsung antara pasien (tangan, tetesan air liur, atau cairan tubuh yang lain),melalui petugas kesehatan yang telah terkontaminasi dari pasien lain (tangan, pakaian, hidung dan tenggorokan), melalui media perantara meliputi peralatan, tangan tenaga kesehatan, pengunjung atau dari sumber lingkungan yang lain (air dan makanan). 3. Transmisi dariflora lingkungan layanan kesehatan (endemic or epidemic exogenous environmental infection) Bebrapa jenis organisme yang dapat bertahan hidup di lingkungan rumah sakit yaitu dalam ait, tempat yang lembab, dan kadang-kadang di produk
6
yang steril dan desinfektan (pseudomonas, acinetobacter, mycobacterium), dalam barang-barang seperti linen, perlengkapan dan persediaan yang digunakan dalam perawatan atau perlengkapan rumah tangga, dalam makanan, debu halus dantetesan yang dihasilkan pada saaat berbicara atau batuk. 2.5 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nasokomial
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya infeksi nasokomial yang dikemukakan oleh Darmadi 2008: 1. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi nasokomial seperti petugas pelayanan medis (dokter, perawat, bidan, tenaga laboratorium, dll) peralatan, dan material medis (jarum, kateter, respirator, kasa, dll), lingkunag seperti lingkungan internal seperti ruangan/ bangsalperawatan,kamar bersalin, dan kamar bedah, sedangkan lingkungan eksternal adalah halaman rumah sakit dan tempat pembuangan sampah / pengolahan limbah, makanan / minuman ( hidangan yang disediakan setiap saat kepada penderita,
penderita lain (kebaradaan
penderita ;ain dalam satu kamar/ ruangan/bangsal perawatan dapat merupakan sumber penularan), pengunjung/ keluarga. 2. Faktor yang adadalam diri penderita seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, resiko terapi, atau adanya penyakit lain yang menyertai beserta ko,plikasinya. 3. Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan, menurunnya standar pelayanan perawatan, serta padat nya penderita dalam satu ruangan. 4. Faktor mikroba seperti tingkat kemampuan merusak jaringa, lamanya paparan antara sumber penularan dengan oenderita.
7
2.6
Faktor
Keperawatan
yang
Mempengaruhi
Terjadinya
Infeksi
Nasokomial
Peran perawat sebagai pemberi assuhan keperawatan sangat berkaitan dengan terjadinya infeksi nasokomial di rumah sakit dan perawat bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang aman bagi klien terutama dalam pengendalian infeksi dalam proses keperawatan. Perawat juga bertindak sebagai pelaksana
terdepan
dalam
upaya
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
nasokomial. Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, lama perawatan, dan standar asuhan keperawatan mempengaruhi resiko terinfeksi. Faktor standar asuhan keperawatan yang mempengaruhi terjadinya infeksi nasokomial adalah klasifikasi dan jumlah ketenagaan yang memiliki kemampuan dalam menjalankan dan mempraktikkan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai, siap pakai dan cukup, ruang perawatan yang secara fisik dan hygene yang memadai, aspel beban kerja dalam pembagian jumlah penderita dengan tenaga keperawatan, dan jumlah pasien yang dirawat.
2.7 Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nasokomial
Peran perawat dalam pengendalian infeksi adalah menyediakan layanan konsultasi mengenai semua aspek pencegahan dan pengendalian. Pelaksanaan praktik asuahan keperawatan untuk pengendalian infeksi nasokomial adalah bagian dari peran perawat. WHO dalam jurnal prevention of hospital acquired infection menyatakan bahwa kepala ruangan bertangung jawab untuk: 1. Berpartisipasi dalam komite pengendalian infeksi 2. Mempromosikan pengembangan dan peningkatan teknik keperawatan yang berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial, dan pengawasan
8
teknik aseptik yang dilakukan oleh perawat dengan persetujuan komite pengendalian infeksi 3. Mengembangkan pelatihan program bagi setiap perawat 4. Mengawasi pelaksanaan teknik pencegahan infeksi di daerah khusus seperti ruang operasi, ruang perawatan intensif, ruang persalian dan ruang bayi baru lahir. 5. Pemantauan kepatuhan perawat terhadap kebijakan yang di buat oleh kepala ruanagan. Selain itu perawat juga bertanggung jawab terhadap lingkungan yaitu: 1. Menjaga kebersihan rumah sakit yang berpedoman terhadap kebijakan rumah sakit dan praktik keperawatan 2. Pemantauan teknik aseptik termasuk cuci tangan dan penggunaan isolasi 3. Melapor pada dokter jika ada masalah terutama jika masalah adanya gejala infeksi 4. Melakukan isolasi jika pasien menunjukkan tanda dari penyakit menular 5. Membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengunjung, dll. 6. Mempertahankan suplai peralatan ,obat-obatan dan perlegkapan perawatan yang aman dan memadai di ruangan. Perawat yang bertanggung jawab dalam pengendalian infeksi adalah perawat yang menjadi anggota dari tim pengendalian infeksi yang bertanggung jawab untuk: 1. Mengidentifikasi infeksi nosokomial 2. Melakukan penyelidikan terhadap jenis infeksi dan organisme yang menginfeksi 3. Berpartisipasi dalam pelatihan 4. Surveilens infeksi di rumah sakit 5. Berpartisipasi dalam penyelidikan wabah 6. Memastikan kepatuhan perawat terhadap peratutan pengendalian infeksi lokal maupun nasional
9
7. Menyediakan layanan konsultasi untuk petugas kesehatan dan program rumah sakit yang sesuai dalam hal-hal yang berhubungan denga penularan infeksi. 2.8 Penanganan dan SOP Manajemen Infeksi Nasokomial
Menurut Depkes (1998), upaya pencegahan terhadap terjadinya infeksi nosokomial dirumah sakit yaitu untuk menghindarkan terjadinya infeksi selama pasien dirawat dirumah sakit. Adapun bentuk upaya pencegahan yang dilakukan antara lain : a.Cuci Tangan Cuci tangan cara pencegahan infeksi yang paling penting, cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung diri lainnya. Untuk mengetahui kapan baiknya perawat melakukan cuci tangan dan bagaimana cara mencuci tangan yang benar, berikut ini akan dijelaskan mengenai tujuan mencuci tangan dan prosedur standar dari mencuci tangan. 1.Tujuan a. Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan. b. Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan. 2.Indikasi a. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien, seperti memandikan pasien, mengganti balutan luka, kontak dengan pasien selama pemeriksaan harian atau mengerjakan pekerjaan rutin seperti membenahi tempat tidur. b. Sebelum dan sesudah membuang wadah sputum, sekret ataupun darah. c. Sebelum dan sesudah menangani peralatan pada pasien seperti infuse set, kateter, kantung drain urine, tindakan operatif kecil dan peralatan pernafasan. d. Sebelum dan sesudah ke kamar mandi. e. Sebelum dan sesudah makan. f. Pada saat tangan kotor. g. Sebelum dan sesudah bertugas di sarana kesehatan.
10
3.Prosedur Standar a. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir b. Taruh sabun dibagian tengah tangan yang telah basah c. Buat busa secukupnya d. Gosok kedua tangan termasuk kuku dan sela jari selama 10-15 detik e. Bilas kembali dengan air sampai bersih f. Keringkan tangan dengan handuk atau kertas bersih atau tissu atau handuk katun sekali pakai g. Matikan kertas dengan tisu atau kertas h. Pada cuci tangan aseptic diikuti larangan menyentuh permukaan tidak steril dan penggunaan sarung tangan dan waktu untuk mencuci tangan antara 10-15 menit.
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang didapat pasien di rumah sakit pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nasokomial pada umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti di ruang anak, perawatan penyakit dalam,perawatan intensif, dan perawatan isolasi. Dimana penularannya
melalui
transmisi
dari
flora
normal
pasien
(endogenous
infection),transmisi dari flora pasien atau tenaga kesehatan (exogenous cross infection), transmisi dariflora lingkungan layanan kesehatan (endemic or epidemic exogenous environmental infection) .
12
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi.2008. Infeksi
Nosokomial
Problematika
dan
Pengendaliannya.
Jakarta:Salemba Medika Hakim,Lukamnul Nasution.2012. Infeksi Nasokomial.Medan: MDVI Vol. 39. No.1 Tahun 2012: 36-41 Parhusip. 2005. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta pengendaliannya. E-USU Repsoitory
13