MAKALAH PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RS Dr. REKSODIWIRYO PADANG
Disusun oleh : ALANA RISVA RIZANI DEA OKSA PERTIWI DESY MULYA FANY AFRIYANTI FRISQY ALVIA MUHAMMAD RAFLES NADIATUL FADILLAH FADILLAH SYARIF HIDAYAT YULIAN EKO HERI SUSANTO ZULFITRI NILAM SARI PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI STIKes FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul P enatala natalaksanaa ksanaan n F i siot si ote er api pada pada kasus H emi par par ese D extra Post P ost Stro troke denga ng an
modalita li tass I nfr ar ed dan Te T er api L atihan di di R S D r . R eksodi ksodi wi r yo tahun tahun 2015. 2015. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua yayasan STIKes FORT DE KOCK Bukittinggi 2. Ibu Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd M.Kes selaku ketua STIKes Fort De Kock Bukittinggi 3. Ibu Hj. Misrawati Ishak SMPH, SE, S.Ft, selaku ketua prodi Diploma III Fisioterapi STIKes Fort De Kock Bukittinggi 4. Bapak Abdul Gani A.Mf sebagai kepala ruangan fisioterapi yang telah memberikan waktu dan bimbingannya di lapangan. 5. Seluruh dosen Diploma III Fisioterapi STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini. 6. Kedua orang tuua dan keluarga besarku yang selalu memberikan do’a restunya kepada saya. 7. Rekan-rekan dan sahabat peserta didik program study Diploma III Fisioterapi STIKes Fort De Kock Bukittinggi 8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran sar an yang membangun unuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan para pembaca.
Bukittinggi, 14 September 2015
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa, disetujui dan akan diseminarkan dihadapan tim pengji RS Dr. Reksodiwiryo Reksodiwiryo tahun 2015.
Padang, 14 September 2015 Kepala Bagian Fisioterapi Rumah Sakit
Abdul Gani A.Mf (SERDA NRP 31960516131077) 31960516131077)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus B. Problematik Fisioterapi C. Infrared D. Exercise Therapy E. Kerangka Berfikir BAB III STATUS KLINIS PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem syaraf pusat dan lebih lanjut mengakibatkan kelumpuhan pada sebagian anggota badan dan wajah sehingga menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien. Interfensi fisioterapi dan kerja sama dengan tenaga medis dan paramedis lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali di keluarganya. Dalam hubungannya dengan penulisan makalah ini, masalah yang timbul adalah : a. Bagaimana proses patologi stroke sehingga dapat menimbulkan menimbulkan hemipharese, b. Penanganan fisioterapi pada pasien hemiparese pasca stroke dengan berbagai modalitas fisioterapi yang ada. Hemiparese merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kelemahan separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gangguan fungsional lainnya. Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang penataksanaan fisioterapi pada pasien hemiparese kanan pasca hemoragik stroke dengan modalitas Infrared dan Exercise therapy. Hal ini meliputi pada penanganan pada exremitas superior dan inferior serta mencegah kecacatan lebih lanjut. B. Rumusan Masalah
Pada penulisan makalah ini, masalah yang ditimbulkan adalah : 1. Apakah ada pengaruh pemberian Infra Red terhadap penurunan spastisitas pasien? 2. Apakah ada pengaruh pemberian Terapi Latihan terhadap penurunan spastisitas dan penigkatan kekuatan otot pasien?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan fisioterapi pada pasien Hemiparese Dextra. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Infra Red terhadap pasien Hemiparese Dextra Post Stoke Hemoragik di RS Dr. Reksodiwiryo Reksodiwir yo Padang, b. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh pemberian Terapi Latihan terhadap penurunan spastisitas spastisitas pada pasien Hemiparese Dextra Post Stroke Hemoragik di RS Dr. Reksodiwiryo Reksodiwiryo Padang. D. Manfaat Penelitian
1. Keilmuan Sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kes ehatan. 2. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi yang ada di rumah sakit. b. Pendidikan Dapat dijadikan wahana pembelajaran dalam institusi pendidikan khususnya di program study Diploma III Fisioterapi di STIKes Fort Fort De Kock Bukittinggi dan sebagai sarana mempersiapkan peserta didik untuk memahami dan melaksanakan proses dengan menggunakan infrared dan terapi latihan pada kasus Hemiparese Dextra Post Stroke Hemoragik. 3. Bagi Fisioterapis Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga fisioterapis pada umumnya, dan khususnya bagi terapis pelaksana di lapangan dalam meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi pada kasus hemiparese agar dapat mengembalikan kemampuan fisik dan fungsional pasien.
4. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman kepada peneliti tentang penatalaksanaan fisioterapi terhadap penderita hemiparese dextra post stroke hemoragik. 5. Bagi Pasien Untuk membantu pasien untuk mengatasi masalah yang timbul dan agar pasien dapat beraktifitas seperti sedia kala.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diskripsi Kasus
1. Definisi
Stroke hemoragik atau stroke akibat pendarahan di otak adalah stroke yang terjadi bila pasokan darah ke otak terganggu akibat pembuluh darah pecah dan terjadi pendarahan di dalam otak sehingga darah menekan me nekan otak dan mengakibatkan gangguan di seluruh tubuh. Otak mengendalikan segalanya di tubuh, termasuk gerakan, bicara, pemahaman, dan emosi. Kerusakan otak dapat mempengaruhi fungsi-fungsi tersebut. Kondisi ini kebanyakan mempengaruhi orang tua, namun dapat juga terjadi pada usia berapapun. Gejala-gejala yang terjadi malahan lebih parah daripada stroke yang diakibatkan karena penyumbatan. Ada dua jenis utama stroke hemoragik, yaitu: 1. Pendarahan intraserebral, yaitu stroke yang diebabkan karena pendarahan di dalam otak, 2. Pendarahan subarachnoid, yaitu stroke yang disebabkan oleh pendarahan di permukaan otak dalam ruangan subarachnoid subarachnoid (ini dibentuk oleh dua lapisan membran di antara otak dan tulang tengkorak)
Stroke hemoragik intraserebral, ketika arteri di dalam otak pecah, ini disebut pendarahan intraserebral. Sekitar 10% dari semua stroke adalah jenis ini. Karena drah bocor keluar menuju ke jaringan otak pada tekanan tinggi, kerusakan yang ditimbulkan dapat lebih besar dibandingkan stroke karena penyumbatan. Gejala Pendarahan intraserebral adalah kelemahan, mati rasa atau kesemutan di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami, pusing atau penglihatan kabur. Gejala ini dapat juga disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala parah tiba-tiba, perubahan kesadaran, muntah atau leher kaku. Stroke hemoragik subarachnoid, otak itu dilapisi 2 lapisan membran yang melindungi dari tulang tengkorak. Antara dua lapisan membran ini 2. Anatomi dan Fisiologi
Susunan saraf otonom adalah bagian susunan saraf yang mengurus persarafan struktur involunter, seperti jantung, otot polos, dan kelenjar-kelenjar di dalam tubuh (Snell, 2007), Neuron motorik terdiri atas neuron motor atas (upper motor neuron, neuron, UMN) dan neuron motor bawah (lower upper neuron, LMN) LMN) (Ross, 2011). a. Kortek Serebri Menurut (Chusid dalam Florentinus Handoko Putro, 2007) melalui s timulus baik dengan memakai arus listrik maupun dengan berbagai bahan kimia sudah menghasilkan penetapan lokalisasi fungsional daerah penting di kortek serebri. b. Traktus Piramidalis Sel-sel yang berada di lapisan V dari korteks presentalis serta akson mereka menyusun sistema piramidalis. Korteks presentalis merupakan korteks motorik utama. Neuron-neuron disitu menpunyai menpunyai hubungan dengan pola gerakan gerakan otot tertentu. Hal ini dinamakan penataan somatopik. Di tingkat medula oblongata serabut-serabut piramidalis terkumpul kembali secara padat di dalam piramis medula oblongata. oblongata. Sepanjang batang otak (mesensefalon, pons, dan medula oblongta) serabut-serabut piramdalis meninggalkan tempat induk mereka untuk menyilang garis tengah batang otak dan berakhir di neuron-neuron penggubung yang berada di sekitar inti-inti motorik saraf otak sisi kolateral (N. III, VI, V, VII, X, XI, dan XII). Pada peralihan antara medula oblongata dan medula spinalis, kira-kira 85% dari ser abut-serabut kortikospinalis membelok ke arah dorsalateral dan menyilang garis tengah untuk kemudian menduduki tempat di funikulus lateralis spinalis sisi kontralateral (Sidharta, 2009). c. Traktus Ekstrapiramialis Berbeda dengan uraian sederhana tentang traktus piramidalis, impuls motorik piramidalis tidak mengalami perubahan dalam perjalanannya ke motoneuron. Sebaliknya, sebelum impuls ektrapiramidalis disampaikan ke motoneuronn ia mengalami berbagai pengelolahan dan perubahan dari inti-inti yang dalam keseluruhan dinamankan traktus ekstrapiramidalis. Inti-inti yang ikut menyusun traktus ektrapiramidalis adalah (1) kotrteks motorik ta mbahan ganglia basalis, yang mencakup nukleus kaudatus, putamen, globus palidus, serta substansia nigra, korpus subtalamikum dan nukleus ventrolateralis talami, (3) nukleus ruber dan formasio retukularis batang otak dan (4) serebelum.
3. Vaskularisasi Otak
Menurut Snell (2007), otak diperdarahi oleh dua arteria carotis interna dan dua ar teria vetebralis. Keempat arteria terletak di dalam ruang subarakhoid, dan cabang-cabangnya beranasmosis pada permukaan inferior otak untuk membentuk membentuk circulus willisi. BAB III STATUS KLINIS
A.Data-data A.Data-data Medis Rumah Sakit
Diagnosa Medis
:
Hemoragik Stroke
Catatam klinis
:
Hipertensi
Medica Mentosa
:
Pemberian obat-obatan untuk menurunkan hipertensi
B.Pemeriksaan B.Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis a. Anamnesis umum Nama
:
Ny. Ernawati
Umur
:
63 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
Pensiunan Pegawai Negri
Alamat
:
Perum. Geridya Lestari Kel. Batu Taba Kampuang Jua
b. Anamnesis Khusus - Keluhan utama
:
Kelemahan separuh badan bagian kanan, kaki
dan tangan terasa berat, - Riwayat penyakit sekarang :
Sekitar 2tahun yang lalu, pasien mengalami
hipeertensi, tiba-tiba saat pasien pergi ke kamar mandi, tangan pasien terasa lemah, dan saat keluat dari kamar mandi, pasien hilang kesadaran dan dilarikan ke rumah sakit terdekat dan mengalami koma selama 10 hari. - Riwayat Penyakit Dahulu
:
- Riwayat Penyakit Penyerta :
Hipertensi, Maag kronis
c.Anamnesis Sistem - Musculoskeletal
:
Ada gangguan berupa kelemahan otot.
- Kardiovasculer
:
Tidak ada gangguan
-Respirasi
:
Tidak Tidak ada gangguan
- Neuromuscular
:
Terdapat kelemahan eksremitas atas dan bawah
- Tekanan darah
:
140/100 mmHg
- Denyut Nadi
:
73x / menit
- Pernafasan
:
24x / menit
- Temperatur
:
360 C
- Kesadaran
:
Baik
- status gizi
:
Baik
di sisi dextra.
2.Pemeriksaan fisik a.Vital sign
b.Inspeksi - Statis
:
Saat pasien duduk, pasien terlihat agak tegang namun tidak
menunjukkan mimik wajah sedang merasakan nyeri. - Dinamis
:
Saat pasien berjalan, mimik wajah pasien terlihat menahan
sakit, pasien menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalan karena kaki pasien l emah sebelah kanan.
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasien dengan nama Tn. Junaidi berusia 58tahun tahun, kondisi Hemiparese dextra setelah dilakukan terapi dengan modalitas Infra modalitas Infra Red , dan terapi latihan metode PNF dengan teknik Repeated teknik Repeated Contaction dan Hold dan Hold Rilex sebanyak 6 kali didapatkan hasil berupa : 1. Sudah ada peningkatan kekuatan otot. 2.Sudah ada peningkatan Lingkup Gerak Sendi.
B. Saran
Saran bagi pasien, agar melakukan home programe yang diberikan oleh fisioterapis untuk dilakukan di rumah seperti dianjurkan untuk mel akukan berjemur pada pagi hari, agar a gar AGA dan AGB bagian dextra terasa lemas. Pasien dianjurkan selama beberapa menit untuk menggunakan AGA dan AGB bagian dextra untuk beraktivitas. Dengan begitu dapat menjaga serta memelihara fungsi lingkup gerak sendi pasien tersebut.