LAPORAN PENDAHULUAN HEMIPARESIS
OLEH Nama
: Karlina Ende Putri
Nim
: PO714201151022
C.I LAHAN
C.I INSTITUSI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR PRODI DIV KEPERAWATAN MAKASSAR 2017
KONSEP MEDIS A. Definisi Hemiparese adalah kelumpuhan pada sebagian salah satu sisi tubuh. (Kamus Keperawatan Sue Hinchliff) Hemiparese dextra adalah kelemahan sebelah kanan di tandai dengan adanya tonus yang abnormal. (www.google.com) B. Etiologi Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144). a. Trombosis Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema disekitarnya. b. Embolisme serebral Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh l ain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. c. Iskemia serebri Iskemia adalah penurunan penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya normalnya menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain. d. Hemoragi serebral Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak.
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah. C. Faktor resiko Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 : 1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
Perokok.
Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
Usia di atas 65.
Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
DM.
Keturunan ( Keluarga ada stroke).
Pernah terserang stroke.
Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
D. Patofisiologi Faktor-faktor resiko stroke
Aterosklerosis, hiperkoagulasi, artesis
Trombosis serebral
Katup jantung rusak, miokard infark, fibrilisasi,endokarditis
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara
Pembuluh darah oklusi
Emboli serebral
Aneurisma, malformasi, arterioveneous
Pendarahan intraserebral
Perembesan darah ke dalam parenkim otak
Iskemik jaringan otak
Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti jaringan sekitar
Stroke (cerebrovacular accident )
Infark otak, edema dan herniasi otak
Defisist neurologis
Infark serebral
2. penurunan perfunsi jaringan serebral
Kehilangan kontrol volunter
Hemiplegia dan hemiparesisi
4. kerusakan mobilitas fisik
koma
Intake nutrisi tidak adekuat
5. perubahan pemenuhan nutrisi
Penurunan tingkat kesadaran
Kelemahan fisik umum
7.ketidakmam puan erawatan diri
1. Resiko peningkatan TIK
Herniasi falks serebri dan ke oramen magnum
Kerusakan terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortika
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
Kompresi batang otak
Depresi saraf kardiovaskuler dan pernafasan
Kegagalan kardiovaskular dan pernapasan
Lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi, frustasi, kurang kerjasama.
11. kopong individu tidak efektif 12. perubahan proses berpikir
kematian
Disfungsi presepsi visual spasial dan kehilangan
9. resiko trauma 12. perubahan presepsi sensorik
Penekanan jaringan setempat
6. resiko tinggi kerusakan intregritas kulit
Disfungsi bahasa dan komunikasi
Disartria, disfagia/afasia, apraksia
10. kerusakan komunikasi verbal
Disfungsi kandung kemih dan alvi
8. gangguan eliminasi uri dan alvi
E. Manifestasi Klinis Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke daerah tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat: a. Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau
malah menetap. b. Sementara, namun lebih dari 24 jam Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif) d. Sudah menetap/permanen Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
F. Komplikasi a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke otak tidak adekuat b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na+ dalam cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik cairan ke intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri. c. Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan di otak. G. Gangguan yang muncul : a. Defisit Neurologis 1. Homonimus hemianopsia ( kehilangan setengah lapang penglihatan). Tidak menyadari orang / objek ditempat kehilangan penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak. 2. Kehilangan penglihatan perifer. Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek 3. Diplopia : penglihatan ganda. b. Defisit Motorik
1. Hemiparese kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. 2. Hemiplegia Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. 3. Ataksia Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas. 4. Disartria Kesulitas dalam membentuk kata 5. Disfagia Kesulitan dalam menelan c. Defisit Sensori 1. Afasia ekspresif Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara 2. Afasia reseptif Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan 3. Afasia global Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif d. Defisit Kognitif 1. Kehilangan memori jangka pendek dan jangka menengah 2. Penurunan lapang perhatian 3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi 4. Alasan abstrak buruk 5. Perubahan penilaian e. Defisit Emosional 1. Kehilangan control diri 2. Labilitas emosional 3. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress 4. Menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah 5. Perasaan isolasi H. Pemeriksaan Penunjang a. Labolatorium 1. Hitung darah lengkap.
2. Kimia klinik. 3. Masa protombin. 4. Urinalisis. b. Diagnostik 1. SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. 2. Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. 3. EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls listrik dalam jaringan otak. 4. Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. 5. MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. 6. X-Ray tengkorak I. Penatalaksanaan Medik a. Konservatif. 1. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus. 2. Mencegah peningkatan TIK. 3. Antihipertensi. 4. Deuritika. 5. Vasodilator perifer. 6. Antikoagulan. 7. Diazepam bila kejang. 8. Anti tukak misal cimetidine. 9. Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung. 10. Manitol : mengurangi edema otak. b. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi
hematom
karena
hipertensi
intrakranial
membahayakan kehidupan klien. c. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari ) perlu : 1. Terapi wicara. 2. Terapi fisik. 3. Stoking anti embolisme.
yang
menetap
akan
KONSEP KEPERAWATAN A.
Pengkajian a. Biodata Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya. b. Keluhan Utama. Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar. c. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun. d. Riwayat Penyakit Sekarang Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tibatiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma. e. Riwayat Penyakit Keluarga. Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke. f. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari. Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi : 1) mandi 2) makan/minum 3) bab / bak 4) berpakaian 5) berhias 6) aktifitas mobilisasi g. Pemeriksaan Fisik Dan Observasi.
BI ( Breathing / pernafasan). Perlu di kaji adanya : 1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk. 2) Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang. 3) Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor. 4) Catat jumlah dan irama nafas B2 ( Blood / sirkulasi ). Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi. TD biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif >200 mmHg. B3 ( Brain / Persyarafan, Otak ) Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran, kualitas kesadaran merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting. B4 ( Bladder / Perkemihan ). Tanda-tanda inkontinensia uri. B5 ( Bowel : Pencernaan ) Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Tanda-tanda inkontinensia alfi berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologis yang luas. B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ). Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama, kekuatan otot, disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena adanya lesi pada sisi otak yang berlawanan. h.Sosial Interaksi. Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.
B. Diagnosa Yang Muncul. 1.
Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .
2.
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
3.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4.
Gangguan
nutrisi
(kurang
dari
kebutuhan
tubuh
)
berhubungan
dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi. 5.
Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan kerusakan neurologis.
6.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
C. Intervensi Keperawatan. Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah : 1.
Resiko Peningkatan Tik Berhubungan Dengan Penambahan Isi Otak Sekunder Terhadap Hipoksia, Edema Otak. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial . Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial : 1) Peningkatan tekanan darah. 2) Nadi melebar. 3) Pernafasan cheyne stokes 4) Muntah projectile. 5) Sakit kepala hebat. Intervensi.
NO 1.
INTERVENSI Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
RASIONAL Deteksi
dini
peningkatan
TIK
1) tekanan darah
untuk melakukan tindakan lebih
2) nadi
lanjut.
3) GCS 4) Respirasi
5) Keluhan sakit kepala hebat 6) Muntah projectile 7) Pupil unilateral 2.
3.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat
Meninggikan
kepala
dapat
kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah
membantu drainage vena untuk
posisi dengan cepat.
mengurangi kongesti vena.
Hindari hal-hal berikut :
Masase
Masase karotid
frekuensi
karotid memperlambat
mengurangi
jantung
dan
sirkulasi
sistemik
yang diikuti peningkatan sirkulasi secara tiba-tiba. Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.
Fleksi atau rotasi ekstrem leher mengganggu
cairan
cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial. Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan Aktifitas
ini
menimbulkan
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem
manuver valsalva yang merusak
panggul dan lutut.
aliran balik vena dengan kontriksi vena jugularis dan peningkatan TIK.
4.
Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak
Mencegah
feces jika di perlukan.
mengedan
konstipasi yang
dan
menimbulkan
manuver valsalva. 5.
Pertahankan lingkungan
tenang, sunyi dan
pencahayaan redup.
Meningkatkan
istirahat
menurunkan
dan
rangsangan
membantu menurunkan TIK. 6.
Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan: 1) Anti hipertensi.
1) Menurunkan
tekanan
darah. 2) Anti koagulan.
2) Mencegah trombus.
terjadinya
3) Terapi intra vena pengganti cairan dan
3) Mencegah defisit cairan.
elektrolit. 4) Pelunak feces.
4) Mencegah obstipasi.
5) Anti tukak.
5) Mencegah stres ulcer.
6) Roborantia.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh.
7) Analgetika.
7) Mengurangi nyeri.
8) Vasodilator perifer.
8) Memperbaiki
sirkulasi
darah otak.
2.
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
Tujuan :Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya Kriteria hasil 1) Tidak terjadi kontraktur sendi 2) Bertambahnya kekuatan otot 3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas INTERVENSI
RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam
1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan
gerak
aktif
pada
ekstrimitas yang tidak sakit 3. Lakukan
gerak
pasif
papan
ekstrimitas
kaki
dalam
pada
pada posisi
5. Tinggikan kepala dan tangan dengan
ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien
3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya
fungsionalnya
6. Kolaborasi
dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
ekstrimitas yang sakit 4. Berikan
2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus
digerakkan
bila
tidak
dilatih
untuk
3.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan. Tujuan Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil 1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien 2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan. INTERVENSI
1. Tentukan
kemampuan
kekurangan
RASIONAL dan
dalam
tingkat
melakukan
perawatan diri.
1. Membantu
dalam
mengantisipasi
/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
2. Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus 3. Klien
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien
mungkin
menjadi
sangat
ketakutan dan sangat tergantung dan
yang dapat dilakukan klien sendiri,
meskipun
tetapi
bermanfaat dalam mencegah frustasi,
berikan
bantuan
sesuai
kebutuhan.
adalah
bantuan
penting
yang
bagi
diberikan
klien
untuk
melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri
untuk
mempertahankan
harga diri dan meningkatkan pemulihan 4. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien 4. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya 5. Kolaborasi fisioterapi/okupasi
untuk berusaha secara kontinyu 5. Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi
dengan
ahli
dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
4.
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan Tidak terjadi gangguan nutrisi Kriteria hasil 1) Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan 2) Hb dan albumin dalam batas normal INTERVENSI 1. Tentukan
kemampuan
RASIONAL klien
dalam
mengunyah, menelan dan reflek batuk 2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan 3. Stimulasi bibir untuk menutup dan
1. Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien 2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi 3. Membantu
membuka mulut secara manual dengan
sensori
menekan ringan diatas bibir/dibawah
muskuler
dalam
dan
melatih
kembali
meningkatkan
kontrol
stimulasi
sensori
dagu jika dibutuhkan 4. Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
4. Memberikan
(termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
5. Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
5. Klien
dapat
mekanisme
berkonsentrasi makan
tanpa
pada adanya
distraksi/gangguan dari luar 6. Mulailah untuk memberikan makan
6. Makan
lunak/cairan
kental
peroral setengah cair, makan lunak
untuk
ketika klien dapat menelan air
mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
mengendalikannya
mudah didalam
7. Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan
dan
menurunkan
resiko
terjadinya tersedak 8. Anjurkan
klien
berpartisipasidalam latihan/kegiatan.
untuk program
8. Dapat
meningkatkan
pelepasan
endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
9. Mungkin diperlukan untuk memberikan 9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv
atau
makanan melalui selang
5.
cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
Inkontinensia alfi berhubungan dengan
kerusakan mobilitas dan kerusakan
neurologis. Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi. Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat, konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada kolon ( scibala ). INTERVENSI
RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga pasien tentang penyebab konstipasi.
1. Klien dan keluarga akan mengerti penyebab dari konstipasi. 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus
aktivitas peristaltik.
3. Anjurkan untuk klien untuk makan
3. Diet seimbang tinggi kandungan
makanan yang mengandung serat.
serat meransang peristalti dan
4. Bila klien mampu minum, berikan asupan (2L/hari)
cairan jika
yang
cukup
tidak
ada
kontraindikasi. 5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien. 6. Kolaborasi dengan tim dokter
eliminasi reguler. 4. Masukan
cairan
membantu
adekuat
mempertahankan
konsistensi feses yang pada usus dan membantu eliminasi reguler. 5. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi
dengan
dalam pemberian pelunak faces (
tonus
otot
laksatif, supositoria, enema )
meransang
memperbaiki
abdomen
nafsu
makan
dan dan
peristaltik. 6. Pelunak
feses
meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
6.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat. Kriteria Hasil : Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien dapat merespon secara verbal maupun isyarat. INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji tipe disfungsi misalnya klien
1. Membantu
menentukan
tidak mengerti kata-kata atau
kerusakanp pada area otak dan
masalah
menentukan
berbicara
atau
tidak
mengerti bahasa yang digunakan.
kesulitan
klien
dengan sebagian atau seluruh
2. Bedakan afasia dengan disatria.
proses komunikasi, klien mungkin
3. Lakukan metode percakapan yang
mempunyai
baik
dan
lengkap,
kesemoatan
beri
klien
untuk
mengklarifikasi.
secara sederhana seperti tutup matamu dan lihat ke pintu.
mengartikan kata-kata . 2. Dapat
menentukan
pilihat
gangguan. 3. Klien
dapat
kemampuan
5. Ucapkan lansung kepada klien pelan
dalam
intervensi yang sesuai dengan tipe
4. Katakan untuk mengikuti perintah
berbicara
masalah
untuk
kehilangan memantau
ucapannya, komunikasinya secara
dan
tengan,
tidak sadar, dengan melengkapi
pertanyaan
yang
dapat merealisasikan pengertian
jawabannya “ tidak” dan “ya” dan
klien dan dapt mengklarifikasi
perhatikan respon klien.
percakapan.
gunakan
6. Kolaborasi : konsultasi dengan ahli terapi bicara.
4. Untuk mengikuti afasia reseptif. 5. Mengurangi
kebingungan
atau
kecemasan terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Mengkaji kemampuan individual dan sensorik motorik dan funsi kognitif
untuk
mengidentifikasi
defisit dan kebutuhan terapi. D. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
DAFTAR PUSTAKA
1. Muttaqin, Arif.2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan .Salemba Medika; jakarta.
2. Kamus Keperawatan Sue Hinchliff 3. www.google.com 4. Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144 5. http://meliyanatandilawa.blogspot.co.id/2015/09/askep-hemiparese.html
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN HEMIPARESIS
OLEH Nama
: Karlina Ende Putri
Nim
: PO714201151022
C.I LAHAN
C.I INSTITUSI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR PRODI DIV KEPERAWATAN MAKASSAR 2017