FITOREMEDIASI TANAH TERKONTAMINASI LOGAM Cu LIMBAH PADAT PROSES DEINKING INDUSTRI KERTAS OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI ( Helianthus annuus L.) DENGAN PENAMBAHAN MIKORIZA PHYTOREMEDIATION OF Cu METAL CONTAMINATED SOIL SOLID WASTE PAPER BY INDUSTRY DEINKING PROCESS SUN FLOWER ( Helianthus annuus L.) WITH ADDITION MYCORRHIZA Lilis Siti Aisyah(1), Henggar Hardiani (2), Agy Fauzi(2) (1)
Jurusan Kimia FMIPA – UNJANI Jln. Ters. Jend. Soedirman PO BOX 148 – Cimahi e-mail :
[email protected] (2) Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung e-mail Henggar :
[email protected] e-mail Agy :
[email protected]
ABSTRAK Dengan diberlakukannya peraturan Pemerintah No.18 jo 85 Tahun 1999, industri kertas sudah tidak boleh membuang limbah padatnya secara open dumping . Salah satu pili pilihan han untuk untuk menga mengata tasi si masal masalah ah pencem pencemara aran n di areal areal open open dumpin dumping g adalah fitorem fitoremedia ediasi. si. Teknolo Teknologi gi yang yang mulai mulai berkemb berkembang ang ini memanfa memanfaatka atkan n kemamp kemampuan uan alamiah tanaman dalam menyerap, mengakumulasi dan mendegradasikan unsur-unsur pokok pokok serta serta mengint menginterak eraksika sikan n dengan dengan jamur jamur tertent tertentu. u. Usaha Usaha bioremi bioremidias diasii tanah tanah tercema tercemarr logam logam dapat dapat dipercep dipercepat at dengan dengan tanama tanaman n bermikor bermikoriza, iza, karena karena cendawan cendawan mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari serapan unsur beracun tersebut melalui efek filtrasi, kompleksasi dan akumulasi. Tanaman yang digunakan adalah bunga matahar matahari. i. Media Media tercem tercemar ar limbah limbah padat padat proses proses deinking deinking ditamba ditambahkan hkan mikoriz mikorizaa sebel sebelum um dita ditanam namii bun bunga ga mata matahar harii denga dengan n varia variasi si lama lama tanam tanam 1, 2 dan 3 bulan. bulan. Akumulasi Akumulasi Cu pada tanaman bunga matahari diukur pada masing-masing masing-masing lama tanam dengan dengan mengguna menggunakan kan Spektrom Spektrometer eter Serapan Serapan Atom. Atom. Penamba Penambahan han mikoriz mikorizaa pada media tanam memberikan pengaruh nyata untuk biomassa tanaman bunga matahari. Ting Tingka katt efis efisie iens nsii peny penyer erap apan an loga logam m Cu sebe sebesa sarr 0,15 0,150% 0% pada pada medi mediaa yang ang ditambahkan mikoriza dan 0,065% pada media yang tidak ditambahkan mikoriza. Kata kunci : open dumping, fitoremediasi, mikoriza, bioremediasi, akumulasi
ABSTRACT The Indonesian Government Regulation No. 18 jo 85 year 1999 instructs that the paper industry is not allowed to discharge their solid waste by open dumping sytem, so that open dumping should be avoided. One of the choice to handling the waste problem at open dumping area is phytoremediation. This growing technology using natural ability of plant in absorbted, accumulated, and degradated major element and interaction whit specific fungi. Bioremediation effort on contamainated land by metal, can be accelareted accelareted whit mikoriza’s mikoriza’s plant, that causing of mikoriza’s fungi that protect the host plant from absorbstion of toxic element through filtration, complexation, complexation, and accumulation effect. The plant that used is Helianthus annuus L. Contamaminated medium of plant by solid waste from deinking process added mikoriza before planted by Helianthus with vari variat atio ion n age age of plan planta tati tion on 1, 2, and and 3 mont month. h. Helianthus annuus L. with Accum Accumul ulati ation on of Cu in Heli Helian anthu thuss annuus annuus L. measu measure red d at each each varia variati tion on age age plantation using atomic absorption spectrometer. Added of mikoriza on medium of plant giving significant effect for biomassa of Helianthus Helianthus annuus L. efficiency level on absorbtion of Cu is 0.150% at medium that added by mikoriza, and 0.065% on unsuplemented medium. Key word : open dumping, fitoremediasi, mikoriza, Bioremediation, Akumusi I. PENDAHULUAN 1.1 1.1 Lata Latarr Bela Belaka kang ng Kegiatan i n du s t r i selain meng mengha hasi silk lkan an prod produk uk yang ang dapa dapatt meng mengha hasi silk lkan an prod produk uk yang ang dapa dapatt meme memenuh nuhii kebutu kebutuhan han manus manusia ia juga juga dapa dapatt mempe emperrcepat pat per peruba ubahanhan perubah perubahan an lingkun lingkungan. gan. Berpedo Berpedoman man pada pada kebij kebijak akan an pemban pembangun gunan an yang yang berwawa berwawasan san lingkung lingkungan an dan sejalan sejalan pul pulaa deng dengan an tunt tuntut utan an glob global alis isas asii perdagangan telah mendorong industri untu untuk k meng mengha hasi silk lkan an prod produk uk yang ang memiliki daya saing lebih tinggi dan ramah lingkungan. Bagi industi yang ber berori orienta ntasi eksp kspor tidak hanya nya dituntut harus menjamin mutu produk teta tetapi pi juga juga haru haruss menj menjam amin in bahw bahwaa pro prose sess prod produk uksi si dan dan peng pengel elol olah ahan an limbahnya telah memperhatikan aspek lingkungan. Hal tersebut karena pada pel pelaksan ksanaaanny annyaa dapat pat merusa rusak k kesei keseimb mbang angan an pengg pengguna unaan an sumbe sumber r daya daya alam alam dan dan penu penuru runa nan n kual kualit itas as lingkung lingkungan an bila bila tidak tidak dikelol dikelolaa secara secara bijaksana. Sejala Sejalan n dengan dengan kebutuh kebutuhan an kertas kertas bai baik k di Indo Indone nesi siaa dan dan duni duniaa maki makin n
meningkat akibat peningkatan perkembangan industri dan p per ertu tumb mbuh uhan an ekon ekonom omi. i. Untu Untuk k itu itu kebutuhan bahan baku kertas juga akan meningka ngkatt dan dan sal salah sat satu untu ntuk memenuhinya yaitu melalui daur ulang kert kertas as beka bekass seba sebaga gaii baha bahan n baku baku.. Pengguna Penggunaan an kertas kertas daur ulang ulang untuk untuk kertas yang tidak memerlukan kualitas tinggi, tinggi, kandunga kandungan n tinta tinta dalam dalam kertas kertas bekas bekas tidak tidak perlu perlu dipisahk dipisahkan. an. Tetapi Tetapi untuk kertas yang memerlukan derajat p put utih ih dan dan ting tingka katt kebe kebers rsih ihan an yang yang ting tinggi gi,, maka maka perl perlu u adan adanya ya pros proses es pemi pemisah sahan an tinta tinta.. Prose Prosess pemisa pemisahan han tinta ini disebut dengan proses Pada dasa dasarn rnya ya ini ini adal adalah ah deinking . Pada proses pulping, pelep pelepasa asan n tint tintaa dan dan pemisahan tinta. Air Air limb limbah ah yang yang dihasi dihasilka lkan n selam selamaa proses umumnya deinking mengandung logam berat toksik yang berasal dari tinta yang larut dalam air proses deinking , misalnya Pb, Cr, Cu, Ni, Ni, Zn Zn,, Cd, Cd, dan Hg (Ric (Richar hardso dson n et al.,1992). Limbah tersebut berdasarkan p per erat atur uran an peme pemeri rint ntah ah (PP) (PP) nomo nomor r 18/1999 18/1999 dan nomor nomor 85/1999 85/1999 tentang tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)-limbah padat dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) diklasifikasikan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) dari sumber yang spesifik (Henggar, 2007) Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 18 jo 85 Tahun 1999, industri kertas sudah tidak boleh membuang limbah padatnya secara open dumping . Oleh karena itu, perlu melakukan pemulihan terhadap area open dumping dengan mengembangkan teknologi efektif dalam meremediasi logam berat dengan biaya yang relatif murah dan ramah lingkungan sangat diperlukan oleh industri. Salah satu pilihan untuk mengatasi masalah pencemaran di areal open adalah fitoremediasi. dumping Teknologi yang mulai berkembang ini memanfaatkan kemampuan alamiah tanaman dalam menyerap, mengakumulasi dan mendegradasikan unsur-unsur pokok serta menginteraksikan dengan jamur tertentu telah menjadi metoda dalam meremediasi berbagai pencemar. Usaha bioremidiasi tanah tercemar logam berat , limbah industri atau tailing pertambangan dapat dipercepat dengan tanaman bermikoriza, karena cendawan mikoriza dapat melindungi tanaman inang dari serapan unsur beracun tersebut melalui efek filtrasi, kompleksasi dan akumulasi (Subiksa, 2006). Simbiosis mikoriza mendatangkan manfaat pada banyak pihak, ketika menginfeksi dan mengkolonisasi akar tanaman inang, cendawan mikoriza arbuskular (CMA) mengembangkan miselium eksternal yang menghubungkan akar dengan lingkungan di sekelilingnya. Salah satu pengaruh yang paling utama dari adanya simbiosis mikoriza adalah peningkatan serapan unsur hara seperti P, K, Zn, Cu, dan Fe dan penurunan
serapan Na sehingga tanaman terhindar dari keadaan unsur garam berlebih (AlKaraki, 2006 ; Satter et al., 2006), Selain itu, simbiosis CMA juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim (Cho et al., 2006), membantu akumulasi zat-zat unsurunsur yang beracun bagi tanaman seperti As, Cr, Pb, Cs dan U (Lins, 2006), melindungi tanaman dari serangan patogen penyebab penyakit (Mchugh, 2005), membantu meningkatkan pertumbuhan daun dan kualitas buah (Subramanian, 2006). 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Apakah mikoriza mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bunga matahari dan (Helianthus annuus) bagaimana pengaruhnya terhadap kemampuan menyerap dan mengakumulasi logam Cu dari limbah padat proses deinking ? 2. Bagaimanakah efisiensi serapan logam berat Cu dalam limbah padat proses deinking oleh tanaman bunga matahari (Helianhus annuus) 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah menanam tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) pada tanah yang tercemar logam berat Cu dari limbah padat industri kertas proses dan membandingkan deinking kemampuan penyerapan dan akumulasi tanaman bunga matahari yang diberi dan tidak diberi mikoriza. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan dan efisiensi serapan atau kemampuan tanaman bunga matahari dalam menurunkan konsentrasi Cu dari
tanah yang tercemar limbah padat industri kertas proses deinking . 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan dan kemampuan tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) dalam mengakumulasi logam berat Cu, sehingga dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil limbah yang mengandung logam berat Cu.
kertas di Indonesia mencapai 80 pabrik dengan kapasitas terpasang produksi pulp dan kertas masing-masing 6,45 juta ton dan 10,40 juta ton. (APKI, 2005).
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan secara laboratorium (skala rumah kaca) di Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK), Jalan Raya Dayeuhkolot No.132 Bandung dan Laboratorium Kimia FMIPA UNJANI, penelitian dilaksanakan selama + 1 tahun.
2.2 Proses Deinking Deinking adalah suatu proses penguraian dengan cara pelepasan dan pemisahan tinta dari serat daur ulang untuk meningkatkan karakteristik kejernihan pulp dan recovery bahan kertas bertinta. Proses ini diperlukan untuk memproduksi kertas derajat putih yang tinggi dan bebas dari noda tinta. Penguraian dengan pelepasan tinta pada daur ulang ini menggunakan bahan kimia dan mekanik pada kondisi tertentu. Dalam pemisahan partikelpartikel dan pelepasan tinta menggunakan proses flotasi dan pencucian. Proses deinking sangat penting dalam tahapan proses recovery kertas bekas (Gottsching & Pakarinen, 2000). Saat ini industri kertas tersebut dihadapkan pada masalah pengolahan limbah padat yang merupakan hasil samping dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Jumlah limbah padat yang dihasilkan cukup besar berkisar antara 300-350 ton/hari dengan kadar padatan berkisar 30%. Sebagian besar limbah padat tersebut terdiri atas bahan organik dan anorganik. Industri kertas dengan proses deinking pencemar utamanya adalah kandungan tinta dari kertas bekas.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Pulp dan Kertas Industri pulp dan kertas memegang peranan penting di Indonesia dengan memenuhi kebutuhan kertas di dalam negeri dan memberikan kontribusi eksport mencapai US $ 3,5 milyar pada tahun 2005. Pertumbuhan industri pulp dan kertas dimulai sejak tahun 80-an dan hingga 2005 jumlah industri pulp dan
2.3 Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas Limbah padat dari industri pulp dan kertas beragam jenisnya, tergantung dari unit proses dimana limbah tersebut terbentuk dan produk yang dihasilkan. Limbah padat yang dikeluarkan dari pabrik pulp akan terdiri dari limbah kayu, kulit kayu, lumpur daur, kotoran-kotoran lain, lumpur IPAL primer yang terdiri dari
1.5 Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan faktorial 2x3 dengan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan mencakup antara lain : Persiapan media Pemilihan tanaman Penanaman pada media pertumbuhan Penyiraman Pemanenan Persiapan contoh uji Analisis sampel Pengamatan hasil percobaaan
serat halus, sedangkan lumpur IPAL sekunder terutama terdiri dari mikroorganisme dan air. Limbah padat dari pabrik kertas yang menggunakan virgin pulp lebih sedikit jenisnya, utamanya terdiri dari lumpur primer dan lumpur sekunder. Pasir dan kotoran lain jumlahnya sedikit. Namun tidak demikian halnya dengan pabrik kertas yang menggunakan bahan baku kertas bekas dan dilakukan juga proses deinking maka limbah padat yang dihasilkan akan ditambah dengan kotoran plastik dan sebagainya yang berasal dari kertas bekas. Limbah deinking dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999 dikategorikan sebagai limbah B3, karena mengandung logam berat berbahaya yang berasal dari tinta (Henggar, 2007). 2.3.1
Karakteristik Limbah Padat Industri Kertas Karakteristik limbah padat yang perlu mendapatkan perhatian adalah adanya logam berat. Logam berat dapat tersimpan di dalam tanah untuk waktu yang lama dan bisa memberikan resiko kesehatan bagi tanaman dan binatang bila kadarnya terlalu tinggi. Logam berat berada dalam limbah padat pabrik pulp sebagai akibat dari penambahan bahan kimia dalam proses pembuatan pulp atau berasal dari kayunya sendiri yang teradsorpsi oleh pohon dari tanah (O’Connor, 1996). Karakteristik limbah proses deinking terutama mengandung logam berat yaitu berasal dari kayu, filler , coating pigment . Karakteristik limbah deinking hasil akhir dari kertas bekas daur ulang pada umumnya mengandung logam berat diantaranya adalah logam Cu dengan kandungan maksimumnya sebesar 19,8 mg Cu/kg (Gottsching & Pakarinen, 2000). 2.4
Logam Cu
2.4.1
Sifat Kimia dan Fisik Logam Cu Secara kimia senyawa-senyawa yang dibentuk oleh logam tembaga mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Tembaga yang mempunyai bilangan valensi +1 disebut Copper (1) atau Cuprous, valensi +2 disebut Copper (II) atau Cupric (Filov et al.,1993)5. Secara fisik, Cu digolongkan ke dalam kelompok logam yang dapat menghantarkan listrik dan panas terbaik setelah perak. Logam Cu banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna. Kebanyakan Cu ditemukan dalam bentuk campuran dengan logam lain yang dikenal dengan alloy (kuningan). Alloy ini dibentuk dari persenyawaan tembaga (Cu), perak (Ag), kadmium (Cd), timah putih (Sn) dan seng (Zn) yang digunakan secara insentif di dalam bidang konstruksi, untuk menahan korosi, konduktor panas atau konduktor listrik (Palar,2004). 2.4.2
Peranan Logam Cu Dalam Tanaman Logam Cu mempunyai beberapa fungsi dalam pembentukan klorofil, walau unsur ini tidak terkandung dalam klorofil. Fungsi Cu tidak langsung, oleh karena tanaman yang tercemar Cu akan tertahan pertumbuhannya namun tidak memperlihatkan klorosis. Pemupukan Cu melalui daun akan meningkatkan klorofil dan juga berperan dalam melawan kerusakan klorofil. Hal ini akan menahan laju pematangan fisiologis tanaman dan menjadikannya berumur lebih lama. Unsur hara Cu diserap akar tanaman dalam bentuk kation Cu++ melalui suatu proses aktif. Penyerapan logam Cu++ akan terhambat jika tanah tersebut temperatur rendah, mengandung 2,4-dinitrofenol (DNP),
CN-, arsenat dan amital.penyerapan Cu++ akan meningkat dengan meningkatnya kepekatan ion dalam larutan sampai 0,1 mM dan penyerapan akan berkurang jika larutan banyak mengandung Al, tetapi ion Zn dan Mn tidak mempengaruhi penyerapan (Poerwowidodo, 1993). Seperti sebagian besar unsur hara mikro lainnya, jumlah ketersediaan Cu yang sangat besar dapat meracuni tanaman. Jumlah Cu yang berlebihan dapat menekan aktivitas Fe dan dapat menyebabkan gejala defisiensi Fe, kejadian keracunan Cu pada tanaman masih sangat jarang terjadi (Winarso, 2005). 2.4.3
Respon Tumbuhan Terhadap Logam Berat Tanaman memerlukan beberapa unsur logam seperti seng (Zn) dan besi (Fe) untuk pertumbuhannya. Kekurangan logam yang dibutuhkan dan bermanfaat akan menyebabkan defisiensi tanaman yang kemudian dapat mempengaruhi pertumbuhan. Namun demikian, sistem fisiologi tumbuhan tidak dapat membedakan antara logam berat yang memiliki toksisitas tinggi seperti Cu dengan logam-logam yang dibutuhkan sebagai nutrisi (Salisbury dan Ross,1992 dalam sagita, 2000). Akibatnya logam berat dapat berkompetisi dengan logam yang berfungsi sebagai nutrisi pada saat proses pengambilan zat hara dari media tumbuh. 2.4.4
Mekanisme Toleransi Tumbuhan Terhadap Logam Berat Sagita ( 2000) menjelaskan tanaman mempunyai mekanisme pertahanan internal dan eksternal yang dilakukan sehingga tanaman menjadi toleran terhadap logam berat. Akibatnya keberadaan logam berat dalam jumlah besar hanya akan
berpengaruh sedikit saja terhadap pertumbuhan, atau bahkan sama sekali tidak mempengaruhinya. Pessarakli (1995) menjelaskan mekanisme eksternal menyangkut adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang menyebabkan logam ditolak atau tidak dapat memasuki sistem perakaran sama sekali, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terpengaruh sama sekali. Misalnya, perubahan kondisi membran sel akar akan menyebabkan menurunnya permeabilitas terhadap ion logam yang toksik sehingga transport logam ke akar tidak terjadi. Selain itu, penolakan logam bisa terjadi karena tumbuhan mengeluarkan eksudat tertentu yang menyebabkan logam menjadi immobile dalam tanah. Sagita (2000) memaparkan bahwa mekanisme internal yang dilakukan oleh tanaman ketika mengambil logam berat dapat terjadi melalui tiga cara yaitu : Logam diambil oleh tanaman, namun dibuat menjadi tidak berbahaya bagi tumbuhan; misalnya ditumpuk di dinding sel atau vakuola. Pada organ tumbuhan misalnya unsur logam banyak diakumulasikan dibagian akar dan daun. Logam tersebut dibuang atau dieksresikan misalnya melalui proses sekresi melalui akar atau pengguguran daun. Tanaman tersebut mengalami perubahan metabolisme sehingga tanaman dapat menyesuaikan kenaikan konsentrasi logam yang toksik, misal melalui peningkatan produksi enzim atau agen pengkhelat. 2.5 Tanah Tanah sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman, kisaran normal unsur hara esensial pada lapisan olah tanah mineral untuk unsur hara mikro Cu adalah 0,0005-0,015% (Winarso, 2005). Tanah juga merupakan media yang baik untuk
mendaur ulang dan mengurangi sifat meracuni bahan-bahan organik, serta untuk mendaur ulang banyak unsur dan gas-gas, karena kemampuan tanah tersebut maka hingga sekarang tanah menjadi alternatif pertama untuk pembuangan limbah yang sangat murah. Tanah-tanah asam kurang ++ mampu menahan Cu dibandingkan dengan tanah berkapur. Dosis Cu terserap pada tanah berkapur akan berkurang jika ion Ca++ bebas cukup banyak, oleh karena terjadinya persaingan memperebutkan lokasi pertukaran dalam sistem tanah. Kationkation Cu++ yang tidak terserap ini akan terakumulasi di lapisan bawah permukaan tanah berkapur (Poerwowidodo, 1993). 2.5.1
Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah Kation-kation yang diikat atau diadsorpsi oleh koloid tanah dapat diganti oleh kation-kation lain, proses ini disebut pertukaran kation. Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kapasitas atau kemampuan tanah menyerap dan melepaskan kation yang dinyatakan sebagai total kation yang dapat dipertukarkan per100 gram tanah yang dinyatakan dalam miliequivalen disingkat m.e (m.e/100 g). Tanah-tanah yang mempunyai kadar liat/koloid lebih tinggi dan atau kadar bahan organik tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran) dan kadar bahan organik rendah. 2.6
Fitoremediasi Fitoremediasi berasal dari bahasa Inggris phytoremediation , yang terdiri dari dua bagian kata yaitu phyto yang berasal dari bahasa Yunani phyton (tumbuhan) dan remediation yang berasal dari bahasa latin remediare (menyembuhkan).
Fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar baik berupa senyawa organik maupun anorganik. Perlakuan dengan menggunakan organisme hidup semakin mendapat perhatian karena merupakan alternatif yang efektif, murah dan aman secara ekologis (Priyanto dan Prayitno, 2007). Metode ini merupakan teknologi hijau yang baru berkembang pada awal tahun 1990, hal ini ditandai dengan keberhasilan meremediasi dan proses pungut ulang (recovery) zat radioaktif Cs, Sr, dan U dari daerah di Chernobil dengan menggunakan tumbuhan bunga matahari ( Helianthus annuus L.) (EPA, 2000). Dasar dari fitoremediasi adalah adanya kemampuan tumbuhan mengakumulasi logam atau senyawa organik (fitoakumulasi) sesuai dengan karakteristik tumbuhan yang digunakan. Proses akumulasi ini diawali dengan biosorpi ion logam yang diikuti uptake ion logam ke dalam sistem intraseluler dan proses transformasi kimia oleh tumbuhan (Darnall,dkk, 1986). Secara umum fitoremediasi digunakan untuk menggambarkan suatu sistem dimana tanaman dimasukkan ke dalam lingkungan untuk menghilangkan pencemar. Pada daerah yang tercemar logam berat, tanaman digunakan untuk menstabilkan atau menghilangkan kandungan logam dari tanah dan air tanah melalui tiga mekanisme yaitu : fitoekstraksi, rizofiltrasi dan fitostabilisasi (EPA, 2000). Keuntungan menggunakan fitoremediasi adalah penggunaan peralatan dan tenaga buruh yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan metoda lainnya karena sebagian besar pekerjaannya dilakukan oleh tanaman. Tanaman dapat membuat tempat
tercemar menjadi lebih menarik. Daerah tercemar dapat dibersihkan tanpa memindahkan tanah atau memompa air yang tercemar dan metoda ini dapat mencegah para pekerja untuk kontak langsung dengan bahan berbahaya (Widianarko, 2004). Fitoremediasi mampu dan telah digunakan untuk membersihkan logam, pestisida, peledak, minyak mentah, poliaromatik, hidrokarbon, landfill leachate drainase asam pertambangan dan kontaminasi radioaktif (EPA, 2000). Metode ini ditunjukkan untuk membersihkan lingkungan dari pencemar logam Cu. Rentang akumulasi Cu yang dapat diakumulasi oleh beberapa tanaman lain dapat dilihat pada tabel 2.3 2.7
Bunga Matahari Klasifikasi botani tanaman bunga matahari ( Helianthus annuus L.) adalah sebagai berikut: Kingdom :Plantae (tumbuhan) Superdivision :Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnolophyta (berbunga) Kelas :Magnoliospida (berkeping dua/dikotil) Sub-kelas : Asteridae Ordo : Asterales Familia : Asteraceae Genus : Helianthus Species : Helianthus annuus L. Bunga matahari ( Helianthus annuus L.) merupakan tumbuhan semusim dari suku kenikir-kenikiran ( Asteraceae ) yang populer, baik sebagai tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak. Bunga tumbuhan ini sangat khas: besar, biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar (diameter bisa mencapai 30 cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Bunga matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap ke arah
matahari atau heliotropisme. Orang Perancis menyebutnya tournesol atau " pengelana ". Namun matahari demikian, sifat ini disingkirkan pada berbagai kultivar baru untuk produksi minyak karena memakan banyak energi dan mengurangi hasil. Bunga matahari merupakan bunga nasional RRC dan bunga resmi negara bagian Kansas, Amerika Serikat (Subiksa, 2006). 2.8 Mikoriza Mikoriza adalah jamur yang hidup secara bersimbiosis antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Namun mikoriza pertama kali dikembangkan oleh ilmuan Jerman Frank pada tanggal 17 April 1885. Tanggal itu kemudian disepakati oleh para pakar sebagai awal sejarah mikoriza. Nuhamara (1993) mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruangan dan waktu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya. Mikoriza tersebar dari sub tropis sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis tumbuhan yang ada. Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar yaitu etomikoriza dan endomikoriza (Rao,1994). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3 kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk tersebut yang disebut ektendomikoriza . Pola asosiasi antara cendawan dengan akar tanaman inang menyebabkan
terjadinya perbedaan morfologi akar antara ektomikoriza dan endomikoriza. Pada etomikoriza, jaringan hipa cendawan tidak sampai masuk ke dalam sel tapi berkembang diantara sel kortek akar membentuk “hartig net” dan mantel dipermukaan akar. Sedangkan endomikoriza jaringan hipa cendawan masuk ke dalam sel kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hipa yang disebut arbuscule, sehingga endomikoriza disebut juga vesiculararbuscular micorrhizae (VAM). Nuhamara (1994) mengatakan bahwa sedikitnya ada 5 hal yang dapat
3. METODA PENELITIAN 3.1
Diagram Alir Penelitian
membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini yaitu: 1. Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah 2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar 3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim 4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auksin 5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis
Media T
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang tercemar sludge dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengolah air limbah proses deinking industri kertas koran yang berlokasi di
Jawa Timur setelah dibuang selama 3 tahun lebih dan tanah yang
tercemar sludge deinking yang diberi mikoriza. Tanah yang tercemar limbah deinking tersebut dijadikan sebagai media pertumbuhan tanaman uji.
3.2.2
Alat Penelitian a. Spektrofotometri serapan atom (AAS) type AA 6200 Timbangan analitik type AA-250 Oven Erlenmeyer
e. f. g. h. i. j. k. l.
Botol semprot Penggaris Pot bunga Pipet tetes Sarung tangan Cawan Cutter Kertas saring 3.3 3.3.1
Cara Kerja Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah yang diambil dari lahan yang tercemar logam berat limbah padat proses deinking industri kertas. Persiapan media tanam sebanyak 18 kg dilakukan penyaringan dengan saringan 10 mesh, kemudian dimasukkan ke dalam pot. Dimana masing-masing pot sebanyak 1 kg. Untuk mengetahui tekstur, kandungan hara dan kandungan Cu pada media tercemar maka dilakukan analisis kesuburan tanah dan kandungan Cu pada media tercemar. 3.3.2 Pemilihan Tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman bunga matahari ( Helianthus annuus). 3.3.3
Penanaman Pada Media Pertumbuhan Tanaman Pembibitan dilakukan di dalam pot pada bedengan persemaian atau rumah kaca. Dimana pembibitan dimulai dengan menanam biji bunga matahari dalam pot yang berisi tanah percobaan. Berat tanah setiap pot adalah 1 Kg berat kering. Jumlah tanaman yang digunakan dalam penelitian sebanyak : 1 jenis tanaman, 3 variasi waktu tanam, 2 jenis tanah dengan 3 ulangan (1x3x2x3) = 18 pot. 3.3.4
Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan jumlah air tertentu secara perlahan-lahan agar tidak merusak tanaman.
3.3.5
Pemanenan Tanaman Variasi umur tanam adalah 1, 2 dan 3 bulan. Tanaman dipanen dengan cara dicabut dengan hati-hati agar akar tanaman tidak putus, setiap pemanenan diambil 3 pot sebagai replikat. Masingmasing tanaman dicuci dan ditimbang beratnya kemudian dipisahkan menurut bagian tanaman yaitu akar, batang dan daun. Selain itu juga diambil sampel tanah setelah dipanen. 3.3.6
Persiapan Contoh Uji Sampel tanaman yang telah dicuci dan dipotongpotong kemudian dimasukkan ke dalam cawan untuk memperoleh berat kering. Ditimbang sebanyak 5 gram masingmasing bagian (akar, batang, daun dan tanah) ke dalam cawan yang sebelumnya diketahui beratnya. sampel Kemudian tersebut dimasukkan ke dalam oven suhu 100oC105oC selama 4 jam untuk memperoleh berat kering. Setelah diketahui berat keringnya lalu sampel di digesti dengan menggunakan cara sistem basah yang mengacu pada Standard Methods For The Examination of Water & Wastewater 21 st Edition, 2005. Saring sampel apabila semua organik telah hilang ditandai dengan hilangnya warna coklat pada sampel dan timbul warna putih dengan kertas saring whatman 42 μm dan masukkan ke dalam labu ukur 50 mL. uji siap Contoh dianalisis yaitu penentuan
logam Cu menggunakan Spektrofotometri Atom.
dengan alat Serapan
penimbangan terhadap akar, batang dan daun tanaman bunga matahari (gram). 2. Uji akumulasi logam Cu dalam akar, batang dan daun tanaman bunga matahari (mg/kg) 3. Uji efisiensi serapan logam Cu yaitu dengan membandingkan jumlah akumulasi Cu pada tanaman bunga matahari dengan jumlah dalam media tanam, sehingga diperoleh persentase Cu yang terserap. Efisiensi penyerapan logam Cu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
3.3.7
Analisis Contoh Uji Contoh uji yang telah dipreparasi dalam wadah yang telah disiapkan kemudian dianalisis dengan 2 kali pengulangan menggunakan alat AAS ( Atomic Abrosbtion Spectrophotometer ). Pengujian logam Cu dengan menggunakan SNI 066989.6-2004 Air dan air limbah bagian 8 : Cara Uji tembaga (Cu) dengan spektrofotometri serapan atom (SSA)nyala.
3.3.8
Pengamatan Hasil Pengamatan hasil dilakukan dengan : 1. Pengukuran tanaman
percobaan biomassa dengan
Cu di akar (mg) + Cu di batang (mg) + Cu di daun(mg) Efisiensi Penyerapan = Cu di dalam media tanam (mg) 3.3.9
Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda eksperimen menggunakan rancangan faktorial 2x3 dengan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan jenis media tanam yaitu media yang ditambahkan mikoriza dan media yang tidak ditambahkan mikoriza.. Lamanya penanaman yaitu selama 1, 2 dan 3 bulan. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian FAKTOR B
Lama Penanaman (bulan)
Jenis Media
A R Media yang tercemar logam berat Cu setelah 3 tahun O T K AMedia yang tercemar logam berat F Cu setelah 3 tahun yang diberi mikoriza
1
2
3
B.1.1
B.2.1
B.3.1
B.1.2
B.2.2
B.3.2
B.1.3 B.1.1
B.2.3 B.2.1
B.3.3 B.3.1
B.1.2
B.2.2
B.3.2
B.1.3
B.2.3
B.3.3
Selanjutnya untuk menguji perbedaan rata-rata antar perlakuan media tanam dan lama tanam digunkan uji rentang Newman-Keuls
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Media Tanam Kandungan logam Cu pada dalam media tercemar yaitu 147,69 mg/kg. Logam Cu termasuk mikro nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman tetapi dalam batas tertentu, apabila kandungan dalam tanah cukup tinggi maka akan meracuni tanaman. Dari hasil analisis tekstur tanah terlihat bahwa media tercemar didominasi fraksi liat 59% (>55%) maka media tersebut mempunyai tekstur liat atau berstruktur halus, sehingga mempengaruhi jumlah air dan udara di dalam tanah yang selanjutnya akan mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman. Makin halus tekstur maka tinggi kekuatan untuk
No 1
2
3
4 5 6 7 8
9
mengikat logam berat lebih tinggi dari pada tanah berpasir. Nilai KTK pada media tercemar adalah 13,51 hal ini menunjukkan bahwa media tercemar nilai selang KTKnya di bawah 20 (kesuburannya rendah). Nilai KTK tanah mempunyai arti sangat penting dalam hubungannya dengan suplai unsur hara dan juga mempunyai pengaruh terhadap daya sangga tanah. Indikasi tingkat kesuburan tanah dapat dilihat juga dari besarnya persentase kejenuhan basa (KB), pada media tercemar mempunyai nilai KB 242%. Hal ini menunjukkan bahawa pada media tercemar unsur hara esensial (K, Ca, Mg dan Na) lebih tersedia dan mudah dimanfaatkan tanaman.
Tabel 4.1 Hasil analisis Media Tercemar Parameter Satuan Tekstur % Pasir % Liat % Debu pH H2O KCl Nitrogen (N) % Karbon (C) % Rasio (C/N) % Posfor (P2O5) mg/kg Kalium (K) mg/kg Kapasitas Tukat Kation (KTK) me/100g Kejenuhan Basa (KB) Unsur Hara : Ca Mg K Na Jumlah Analisis logam Cu
Media Tercemar 15 26 59 7,9 7,5 0,35 6,98 20 82,5 136,1 13,51
%
242
me/100g me/100g me/100g me/100g me/100g
28,66 2,63 0,41 0,93 32,63
mg/kg
147,69
4.2 Biomassa Tanaman Bunga Matahari 4.2.1 Biomassa Akar Tanaman Bungan Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.2 memperlihatkan bahwa perlakuan media tanam dengan penambahan mikoriza berpengaruh nyata terhadap biomassa akar tanaman, sedangkan umur tanam dan interaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini karena struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologis bagi terjadinya patogen akar.
Tabel 4.2. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap biomassa akar tanaman bunga matahari. sumber dk JK RJK F hitung Ftabel Ftabel perlakuan 0,05 0,01 Rata-rata 1 138,6046 138,6046 Variasi (Jenis Media) A 1 46,3678 46,3678 7,83 * 4,75 9,33 (Umur tanam) B 2 10,6381 5,3191 0,90 3,88 6,93 (Interaksi) AB 2 10,6183 5,3092 0,90 3,88 6,93 Kekeliruan 12 71,0839 5,9237 Jumlah 18 277,3128 Keterangan : * berbeda nyata Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan Newman_Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan.
uji
Rentang
Tabel 4.3. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls biomassa akar tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media tanam Umur tanam (bulan) 1 2 3
Biomassa akar tanaman (g) Tanpa penambahan Mikoriza 1,07 Aa 0,84 Aa 1,60 Aa
Dengan Penambahan Mikoriza 2,31 Aa 5,83 Bb 5,00 Bb
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa akar pada media tanpa penambahan mikoriza, sedangkan perlakuan dengan penambahan mikoriza ternyata umur tanam memberikan pengaruh nyata terutama pada usia tanam 2 bulan. Biomassa akar tanaman pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan media dengan penambahan mikoriza, yaitu terbesar 5,83 g. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan akar. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa akar sebesar 115,89%, dan umur tanam 2 bulan peningkatan sebesar 594,40%, namun pada umur tanam 3 bulan peningkatan hanya sebesar 212,5%. Jadi untuk biomassa akar penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang nyata pada umur tanam 2 bulan, dimana terjadi
peningkatan sebesar 594,40%. Hal ini disebabkan karena mikoriza berperan sebagai penghalang biologis akar dan unsur toksik. biomassa akar ( g )
g ( t a r e b
6 5 4 3 2 1 0 1
2
3
umur tanam ( bulan ) tanpa penambahan mikoriza
dengan penamabahan mikoriza
Gambar 4.1. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap biomassa akar tanaman bunga matahari 4.2.2
Biomassa Batang Tanaman Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.4 memperlihatkan bahwa perlakuan media tanam dengan penambahan mikoriza, umur tanam dan interaksi sangat berpengaruh nyata terhadap biomassa batang tanaman. Hal ini karena mikoriza dapat berfungsi untuk meningkatkan produksi hormon pertumbuhan..
Tabel 4.4. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap biomassa batang tanaman bunga matahari sumber F table F tabel perlakuan dk JK RJK F hitung 0,05 0,01 Rata-rata 1 623,68644 623,6864 Variasi (jenis media) A 1 165,2253 165,2253 75,74 ** 4,75 9,33 (umur tanam) B 2 45,5916 22,7958 10,45** 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 37,3792 18,6896 8,57** 3,88 6,93 Kekeliruan 12 26,1775 2,1815 Jumlah 18 898,0600 Keterangan : ** berbeda sangat nyata Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan Newman_Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan.
uji
Rentang
Tabel 4.5. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls biomassa batang tanama terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media Tanam Biomassa batang tanaman (g) Umur Tanam (bulan) Tanpa Penambahan Dengan Penambahan Mikoriza Mikoriza 1 2,19 Aa 5,08 Aa 2 2,13 Aa 11,99 Bb 3 4,25 Aa 9,67 Bb Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa batang pada media tanpa penambahan mikoriza, sedangkan perlakuan dengan penambahan mikoriza ternyata umur tanam memberikan pengaruh nyata terutama pada usia tanam 2 bulan. Biomassa batang tanaman pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan media dengan penambahan mikoriza, yaitu terbesar 11,99 g. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan batang. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa akar sebesar 131,96%, dan umur tanam 2 bulan peningkatan sebesar 462,91%, namun pada umur tanam 3 bulan peningkatan hanya sebesar 127,53%. Jadi untuk biomassa batang penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang nyata pada umur tanam 2 bulan, dimana terjadi peningkatan sebesar 462,91%. biomassa batang ( 12 10 ) g ( t a r e b
8 6 4 2 0 1
2
3
umur tanam ( bula tanpa penambahan mikoriza dengan penamabahan mikor
Gambar 4.2. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap biomassa batang tanaman bunga matahari 4.2.3
Biomassa Daun Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan pada media tanam dengan penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap biomassa daun tanaman bunga matahari, tetapi umur tanam dan interaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa daun tanaman. Setelah uji ANAVA dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat perbedaan perlakuan.
Tabel 4.6. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap biomassa daun tanaman bunga matahari sumber perlakuan dk JK RJK F hitung Ftabel Rata-rata 1 524,3207 524,3207 0,05 0,01 Variasi (jenis media) A 1 250,0370 250,0370 31,83 ** 4,75 9,33 (umur tanam)B 2 39,9129 19,9565 2,54 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 28,6948 14,3474 1,83 3,88 6,93 Kekeliruan 12 94,2772 7,8564 Jumlah 18 937,2426 Keterangan : ** berbeda sanga nyata
Tabel 4.7. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls biomassa daun tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media Tanam Biomassa daun tanaman ( g ) Umur Tanam (bulan) 1 2 3
Tanpa Penambahan Mikoriza 1,17 Aa 1,51 Aa 2,33 Aa
Dengan Penambahan Mikoriza 5,48 Ba 12,00 Bb 9,89 Bb
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam pada media tanpa mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa daun, begitu pula pada media dengan penambahan mikoriza. Biomassa daun pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan dengan media dengan penambahan mikoriza, yaitu terbesar 12,0 g. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan daun. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa daun sebesar 368,84%, dan umur tanam 2 bulan terjadi peningkatan sebesar 694,70%, namun pada umur tanam 3 bulan terjadi peningkatan hanya sebesar 324,46%. Jadi untuk biomassa daun penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur tanam 2 bulan, dimana terjadi peningkatan sebesar 694,70%. biomassa daun (
) g ( t a r e b
12 10 8 6 4 2 0 1
2
3
umur tanam ( bul tanpa penambahan mikoriza
dengan penambahan mikor
Gambar 4.3. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap biomassa daun tanaman bunga matahari 4.3 Pertumbuhan Tanaman Bunga Matahari 4.3.1 Panjang Akar Tanaman Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.8 memperlihatkan bahwa umur tanam, interaksi dan perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam sangat berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Tabel 4.8. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap panjang akar tanaman bunga matahari sumber perlakuan dk JK RJK F hitung F tabel Rata-rata 1 6786,1250 6786,1250 0,05 0,01 Variasi (jenis media) A 1 1112,3472 1112,3472 40,74 ** 4,75 9,33 (umur tanam) B 2 403,0833 201,54167 7,38 ** 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 357,5278 178,7639 6,55 ** 3,88 6,93 Kekeliruan 12 327,6667 27,3056 Jumlah 18 8986,75 Keterangan : ** berbeda sangat nyata Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji Rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan. Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar pada media tanpa penambahan mikoriza, namun pada perlakuan dengan penambahan mikoriza umur memberikan pengaruh nyata terutama pada umur tanam 2 dan 3 bulan. Panjang akar pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan dengan media dengan penambahan mikoriza, yaitu terpanjang 38,67 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang akar. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa daun sebesar 42,72%, umur tanam 2 bulan terjadi peningkatan sebesar 138,31%, dan peningkatan terbesar terjadi pada umur 3 bulan sebesar 222,25%. Jadi untuk panjang akar penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur tanam 3 bulan dimana terjadi peningkatan sebesar 222,5%. Tabel 4.9 Hasil uji beda nyata Newman-Keuls panjang akar tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media tanam Panjang akar tanaman bunga matahari (cm) Umur Tanam (bulan) 1 2 3
Tanpa Penambahan Mikoriza 11,33 Aa 11,33 Aa 12,00 Aa
Dengan Penambahan Mikoriza 16,17 Aa 27,00 Bb 38,67 Bc
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertical panjang aka r ( c 40 ) 30 m c ( g 20 n a j n a 10 p
0 1
2
3
umur tanam ( bula tanpa penambahan mikoriza dengan penambahan miko
Gambar 4.4. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap panjang akar tanaman bunga matahari 4.3.2
Tinggi Batang Tanaman Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.10 memperlihatkan bahwa umur tanam dan perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi batang tanaman bunga matahari, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Hal ini karena mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar sehingga akar tanaman yang sudah diinfeksi mikoriza tidak dapat diinfeksi oleh patogen, menyebabkan batang tanaman tumbuh menjadi lebih besar.
Tabel 4.10. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap tinggi batang tanaman bunga matahari sumber perlakuan dk JK RJK Fhitung Rata-rata 1 86805,5556 86805,5556 Variasi (jenis media) A 1 3362 3362 41,97 ** (umur tanam) B 2 7951,0278 3975,5139 49,63 ** (interasksi) AB 2 315,75 157,875 1,97 Kekeliruan 12 961,1667 80,0972 Jumlah 18 99395,5 Keterangan : ** berbeda sangat nyata
F tabel 0,05 0,01 4,75 3,88 3,88
9,33 6,93 6,93
Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan. Tabel 4.11. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls tinggi batang tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media tanam Tinggi batang tanaman bunga matahari (cm) Umur Tanam (bulan) 1 2 3
Tanpa Penambahan Mikoriza 28,50 Aa 64,83 Ab 74,00 Ab
Dengan Penambahan Mikoriza 55,33 Ba 82,17 Bb 111,83 Bc
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi batang pada media tanpa penambahan mikoriza pada umur 2 bulan, namun pada perlakuan dengan penambahan mikoriza umur memberikan pengaruh nyata terutama pada umur tanam 2 dan 3 bulan. Tinggi batang pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan dengan media dengan penambahan mikoriza, yaitu tertinggi 111,83 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi batang. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa daun sebesar 94,14%, namun umur tanam 2 bulan peningkatan hanya sebesar 26,75% dan
umur tanam 3 bulan peningkatan hanya sebesar 51,12%. Jadi untuk panjang akar penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur tanam 1 bulan dimana terjadi peningkatan sebesar 94,14%. panjang batang ( c 120 100 ) 80 m c ( 60 g n a 40 j n a p 20 0 1
2
3
umur tanam ( b ula tanpa penambahan mikoriza dengan penambahan mik
Gambar 4.5. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap pertumbuhan batang bunga matahari 4.3.3
Jumlah Daun Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.12 memperlihatkan bahwa umur tanam dan perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah helai daun tanaman, sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Hal ini karena mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar sehingga akar tanaman yang sudah diinfeksi mikoriza tidak dapat diinfeksi oleh patogen, menyebabkan jumlah daun tanaman bunga matahari menjadi lebih banyak. Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan.
Tabel 4.12. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap jumlah daun tanaman bunga matahari sumber perlakuan Rata-rata Variasi (jenis media) A (umur tanam) B (interaksi) AB Kekeliruan Jumlah
dk
JK
RJK
1
12800
12800
1 2 2 12 18
938,8889 1390,3333 24.1111 48.6667 15202
938,8889 695,1667 12,0556 4,0556
keterangan : ** berbeda sangat nyata
Fhitung
F tabel 0,05 0,01
231.51** 171.41** 2.97
4,75 3,88 3,88
9,33 6,93 6,93
Tabel 4.13. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls jumlah daun tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media Tanam Jumlah daun tanaman bunga matahari (helai) Umur Tanam (bulan) 1 2 3
Tanpa penambahan Mikoriza 9,00 Aa 21,67 Ab 27,67 Ab
Dengan Penambahan Mikoriza 21,33 Ba 35,00 Bb 45,33 Bc
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman pada media tanpa penambahan mikoriza pada umur 2 bulan, namun pada perlakuan dengan penambahan mikoriza umur memberikan pengaruh nyata terutama pada umur tanam 2 dan 3 bulan. Jumlah daun pada media tanpa penambahan mikoriza lebih rendah dibandingkan dengan media dengan penambahan mikoriza, yaitu terbanyak 45,33 helai. Kondisi ini menunjukkan bahwa mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman. Umur tanam 1 bulan pada media dengan penambahan mikoriza terjadi peningkatan biomassa daun sebesar 137,00%, namun umur tanam 2 bulan peningkatan hanya sebesar 61,52% dan umur tanam 3 bulan peningkatan hanya sebesar 63,82%. Jadi untuk jumlah daun penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur tanam 1 bulan dimana terjadi peningkatan sebesar 137,00%. jumlah dau 50 45 40 ) 35 h a 30 u b ( 25 h a 20 l m u 15 j
10 5 0 1
2
3
umur tanam ( bulan
tanpa penamba han mikorizadengan pe nambahan miko
Gambar 4.6. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap jumlah daun tanaman bunga matahari 4.4 Akumulasi Cu dalam Tanaman Bunga Matahari 4.4.1 Akumulasi Cu dalam Akar Tanaman Bunga Matahati Hasil uji ANAVA pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa perlakuan pada media dengan penambahan mikoriza terhadap akumulasi Cu oleh akar sangat berpengaruh nyata, sedangkan umur tanam dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga menyebabkan akar dapat menyerap logam Cu lebih banyak dibandingkan batang dan daun.
Tabel 4.14. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap serapan Cu oleh akar tanaman bunga matahari sumber d F tabel perlakuan k JK RJK F hitung Rata-rata 1 22405,7847 22405,7847 0,05 0,01 Variasi (jenis media) A 1 2534,7746 2534,7746 10,09** 4,75 9,33 (umur tanam) B 2 1326,2035 663,1017 2,64 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 850,6178 425,3089 1,69 3,88 6,93 1 Kekeliruan 2 3013,7571 251,1464 1 Jumlah 8 30131,1377 keterangan : ** berbeda sangat nyata Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan. Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa umur tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap akumulasi Cu oleh akar tanaman pada media tanam tanpa penambahan mikoriza. Namun pada media dengan perlakuan penambahan mikoriza, umur tanam memberikan pengaruh nyata terhadap akumulasi Cu oleh akar. Umur tanam 1 bulan terjadi peningkatan sebesar 18,29%, sedangkan umur tanam 2 bulan peningkatan sebesar 190,01%, umur tanam 3 bulan peningkatan hanya sebesar 116,68%. Jadi untuk akumulasi kandungan logam Cu dalam akar tanaman bunga matahari penambahan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur tanam 2 bulan dimana terjadi peningkatan akumulasi Cu sebesar 190,01%. Tabel 4.15 Hasil uji beda nyata Newman-Keuls serapan Cu oleh akar tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media Tanam Serapan Cu oleh akar tanaman (mg/kg) Umur Tanam (bulan) 1 2 3
Tanpa penambahan Mikoriza 23,68 Ab 17,12 Bb
Dengan Penambahan Mikoriza 28,01 Ab 49,65 Bb
29,44 Ab
63,79 Ba
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertical
penyerapan logam Cu oleh akar 70 g 60 k / g 50 m ( 40 i s a r 30 t n e s 20 n o k 10
0
1
2
3
umur tanam ( bulan )
tanpa penambahanmikoriza
dengan penambahanmikoriza
Gambar 4.7. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap penyerapan Cu oleh akar tanaman bunga matahari 4.4.2
Akumulasi Cu dalam Batang Tanaman Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa perlakuan jenis media berpengaruh nyata, sedangkan umur tanam dan adanya interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga menyebabkan akar dapat menyerap logam Cu lebih banyak dibandingkan batang. Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perberdaan antar perlakuan.
Tabel 4.16. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap serapan Cu oleh batang tanaman bunga matahari sumber perlakuan dk JK RJK F hitung F tabel Rata-rata 1 233,2440 233,2440 0,05 0,01 Variasi (jenis media) A 1 39,0098 39,0098 8,44* 4,75 9,33 (umur tanam) B 2 18,0428 9,0214 1,95 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 20,1352 10,0676 2,18 3,88 6,93 Kekeliruan 12 55,4668 4,6222 Jumlah 18 365,8985 Keterangan : * berbeda nyata Tabel 4.17. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls serapan Cu oleh batang tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media tanam Serapan Cu oleh batang tanaman (mg/kg) Umur Tanam (Bulan) 1 2 3
Tanpa penambahan Mikoriza 7,90 Aa 4,24 Ba 3,08 Ba
Dengan Penambahan Mikoriza 2,02 Bb 2,29 Bb 2,07 Bb
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa pada media tanpa penambahan mikoriza umur tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap akumulasi Cu oleh
batang tanaman. Pada perlakuan dengan penambahan mikoriza tidak memberikan pengaruh nyata terhadap akumulasi Cu oleh batang. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga pada media yang ditambahkan mikoriza penyerapan menjadi lebih kecil. Kondisi yang sama terjadi pada umur tanam 2 bulan dan 3 bulan. Penyerapan logam Cu oleh 8 7 ) g 6 k / g 5 m ( 4 i s a r 3 t n e 2 s n o k 1 0 1
2
3
umur tanam ( bul
tanpa p enambahan mikoriza dengan penamba han mik
Gambar 4.8. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap penyerapan Cu oleh batang tanaman bunga matahari 4.4.3
Akumulasi Cu dalam Daun Tanaman Bunga Matahari Hasil uji ANAVA pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa perlakuan jenis media, umur tanam dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, dan dengan bertambahnya umur tanam menyebabkan makin sedikit logam Cu yang terserap oleh daun. Setelah uji ANAVA kemudian dilanjutkan dengan uji rentang Newman-Keuls untuk melihat rentang perbedaan antar perlakuan. penyerapan logam Cu oleh da 12 ) 10 g k / g 8 m ( 6 i s a r t 4 n e s n 2 o k
0 1
2
3
umur tanam (bulan
tanpa penambahan mikoriza dengan penambahan mikori
Gambar 4.9. Pengaruh umur tanam dan jenis media tanam dengan perlakuan penambahan mikoriza terhadap penyerapan Cu oleh daun tanaman bunga matahari Tabel 4.18. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap serapan Cu oleh daun tanaman bunga matahari sumber perlakuan dk JK RJK F hitung F tabel Rata-rata 1 877,7045 877,7045 0,05 0,01 Variasi
(jenis media) A (umur tanam) B (interaksi) AB Kekeliruan Jumlah
1 2 2 12 18
126,6128 23,8751 47,0130 245,9356 1321,1410
126,6128 6,18 11,9376 0,58 23,5065 1,15 20,4946
4,75 3,88 3,88
9,33 6,93 6,93
Hasil uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa pada media yang ditambahkan dan media tanpa penambahan mikoriza umur tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap akumulasi Cu oleh daun. Mekanisme perlindungan terhadap logam berat yaitu melalui penimbunan unsur tersebut dalam akar yang telah bersimbiosis dengan mikoriza, sehingga pada media yang ditambahkan mikoriza penyerapan menjadi lebih kecil. Kondisi yang sama terjadi pada umur tanam 2 bulan dan 3 bulan Tabel 4.19. Hasil uji beda nyata Newman-Keuls serapan Cu oleh daun tanaman terhadap pengaruh umur tanam dan perlakuan dengan penambahan mikoriza Media Tanam Serapan Cu oleh daun tanaman (mg/kg) Umur Tanam (Bulan) 1 2 3
Tanpa penambahan Mikoriza 11,26 Aa 8,02 Aa 9,63 Aa
Dengan Penambahan Mikoriza 1,53 Aa 3,90 Aa 7,55 Aa
Keterangan : - huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah horizontal - huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada arah vertikal
4.5 Efisiensi Serapan Logam Cu Uji serapan Cu oleh tanaman bunga matahari dihitung berdasarkan jumlah rasio kandungan logam Cu dalam tanaman (akar, batang dan daun) terhadap jumlah logam Cu dalam media. Hasil uji ANAVA pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa perlakuan pada media tanam dengan penambahan mikoriza pada media tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap efisiensi serapan logam Cu. Namun umur tanam dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Tabel 4.20. ANAVA pengaruh umur tanam dan jenis media terhadap Efisiensi Serapan Logam Cu oleh Tanaman Bunga Matahari d F tabel sumber perlakuan k JK RJK F hitung Rata-rata 1 0,2340 0,2340 0,05 0,01 Variasi (jenis media) A 1 0,0903 0,0903 10,77** 4,75 9,33 (umur tanam) B 2 0,0377 0,0188 2,25 3,88 6,93 (interaksi) AB 2 0,0367 0,0184 2,19 3,88 6,93 1 Kekeliruan 2 0,1006 0,0084 1 Jumlah 8 0,4992 keterangan : **sangat berbeda nyata
Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa penyerapan logam Cu pada media tanam yang ditambahkan mikoriza lebih besar dibandingkan dengan media tanam yang tidak ditambahkan mikoriza, seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.10. Pada media tanam yang tidak ditambahkan mikoriza efisiensi serapan Cu sebesar 0,040% pada umur tanam 1 bulan, sedangkan umur tanam 2 bulan efisiensi penyerapan turun menjadi 0,025% dan efisiensi serapan meningkat lagi sebesar 0,065% pada umur tanam 3 bulan. Berbeda dengan media tanam yang ditambahkan mikoriza. Efisiensi serapan logam Cu meningkat dengan meningkatnya umur tanam. Pada umur tanam 1 bulan efisiensi serapan Cu sebesar 0,049% dan meningkat menjadi 0,143% pada umur tanam 2 bulan. Serta meningkat lagi menjadi 0,150% pada usia tanam 3 bulan. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan penambahan mikoriza dapat memberikan efisiensi penyerapan logam Cu yang lebih tinggi dibandingkan dengan media tanam yang tidak ditambahkan mikoriza. Efisiensi yang paling tinggi pada umur tanam 3 bulan yaitu sebesar 0,150%. efisiensi Penyerapan logam Cu ( 0.15 0.10 efisiensi (% 0.05 0.00 1
2
3
umur tanam (bulan tanpa penambahan mikoriza dengan penambahan mikoriz
Gambar 4.10. Efisiensi Serapan Logam Cu oleh Tanaman Bunga matahari 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Biomassa akar, batang dan daun tanaman paling besar terjadi pada perlakuan umur tanam 2 bulan di media tanam yang ditambahkan mikoriza. Berat akar sebesar 5,83 gram, batang sebesar 11,99 gram, serta daun sebesar 12,00 gram. 2. Akumulasi logam Cu dalam akar tanaman paling tinggi sebesar 63,79 mg/kg pada perlakuan umur tanam 3 bulan di media tanam yang ditambahkan mikoriza, sedangkan akumulasi logam Cu dalam batang dan daun
tanaman lebih kecil, yaitu berturut-turut sebesar 2,07 mg/kg dan 7,55 mg/kg 3. Efisiensi serapan logam Cu oleh tanaman pada media tanam yang ditambahkan mikoriza sebesar 0,150%, sedangkan pada media yang tidak ditambahkan mikoriza sebesar 0,065%. 5.2 Saran Untuk meningkatkan daya akumulasi logam Cu perlu mengidentifikasi karakteristik tanaman diantaranya, sebagai berikut: Tumbuhan harus bersifat • hipertoleran agar dapat mengakumulasi sejumlah besar logam berat di dalam batang serta daun.
10. O’Connor, B.J. 1996. In Paprican Tumbuhan harus mampu Miscellaneous Report MR 324menyerap logam berat dari Characterization of Pulp & Paper dalam larutan media dengan Miils Solid Residues : a Riview. penyerapan yang tinggi. 11. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Sehingga perlu melakukan Toksikologi Logam Berat . Jakarta : penelitian dengan Penerbit Renika Cipta. menggunakan tanaman lain 12. Pessarakli, M. 1995. Handbook of diantaranya seperti tanaman Plant and Crop Physiology. New kelompok rumput-rumputan York : Penerbit Marcel Dekker, ( Bent grass) dan tanaman Inc. jenis kubis ( Indian mustard ). 13. Priyanto, B dan Prayitno 2007. Fitoremediasi Sebagai Sebuah DAFTAR PUSTAKA Teknologi Pemulihan Pencemaran, 1. Achmad, R. 2004. Kimia Khususnya Logam Berat. Jurnal Lingkungan. Yogyakarta : Andi. Informasi Fitoremediasi. 2. Anonymous, 2005. Search To 14. Poerwowidodo, M. 1993. Telaah Google Bunga Matahari. Kesuburan Tanah. Bandung : Melalui Penerbit Angkasa. http://itawijaya.multiply.com/journ 15. Sagita, W. A. 2000. Komposisi al/item/7? Media Untuk Bioremediasi &item_id=7&view:replies=threade Lumpur Minyak dan Uji Media d. (11/12/2008) Pasca Bioremediasi Dengan 3. EPA. 1998. A Citizen’s Guide to Tanaman Sawi (Brassica chinensis Phytoremediation . EPA 542-F-98 L). 011. 16. Subiksa, 2006. Pemanfaatan 4. EPA. 2000. Introduction to Mikoriza Untuk Penanggulangan EPA/600/R Phytoremediation . Melalui Lahan Kritis 99/107, February. http://tumoutou.net/702_04212/ig 5. Filov, V.A dkk. 1993. Harmful m_subiksa.htm (11/12/2008). Chemical Substances. England : 17. Underwood, A.L. 1996. Analisis Penerbit Ellis Horwood PTR f. Jakarta : Kimia Kuantitati Prentice Hall Vol 1 (hal 65-86) Penerbit Erlangga 6. Gottsching, L & Pakarinen, H. 2000. 18. Widianarko, B. 2004. Prospek . Recycle fiber and Deinking Fitoremediasi Logam Berat . Tekno Finland : Papermaking Science and Limbah.10: 1412-5009 Technology. 19. Winarso, S. 2005. Kesuburan 7. Henggar, H. 2007. Pemulihan Tanah. Dasar Kesehatan dan Tanaman yang Tercemar Logam Kualitas Tanah. Yogyakarta : Berat Cu Limbah Padat Proses Penerbit Gava Media. Deinking Industri Kertas Oleh Tanaman Jarak (Jatropha curcas L.). Tesis, Bandung : Unpad. 8. Kovacs, M. 1995. Biological Indicator in Environmental Protection . England : Penerbit Ellis Horwood PTR Prentice Hall. 9. Nurdjanah, I dkk. 2003. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen. Bandung : Unpad. •
•