LAPORAN BAGIAN ORAL MEDICINE (Kasus yang Memerlukan Perawatan) Perawatan) Smoker’s Melanosis
I.
Identitas pasien
Nama pasien
: Zaenah Yulia
Tempat/tanggal lahir
: Palembang, 24 Juli 1971
Suku
: Melayu
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Datuk M. Akib N0. 66 RT 14 RW 05
Pendidikan terakhir
: SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
No. Rek.Med
: 0000853318
II. Anamnesa Keluhan Utama
Pasien datang dengan dengan keluhan warna gusi gusi kehitaman pada gusi rahang atas dan bawah sejak ± 2 tahun yang lalu. Pasien tidak merasakan sakit, tetapi mengganggu penampilan ketika tersenyum, sehingga pasien merasa tidak nyaman. Pasien ingin warna gusinya kembali merah seperti dulu. . Keluhan Tambahan
Tidak Ada Riwayat Perawatan Gigi
- Mencabut 2 gigi belakang atas kanan dan 3 gigi belakang atas kiri - Mencabut 1 gigi belakang bawah kanan dan 2 gigi belakang bawah kiri - Menambal gigi belakang atas kanan & gigi depan atas kiri - Membersihkan karang gigi ± 2 minggu yang lalu Kebiasaan Buruk
Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak usia 25 tahun 12 batang sehari
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Riwayat Penyakit Sistemik
.
III.
Pemeriksaan Ektra Oral
Wajah
: Simetris
Bibir
: Normal
Kelenjar Getah Bening submandibula
:
Kanan
: tidak teraba, tidak sakit
Kiri
: tidak teraba, tidak sakit
IV. Pemeriksaan Intra Oral
Debris
: Ada, regio A, C, D, F
Plak
: Ada, regio A, C, D, F
Kalkulus
: Tidak ada
Pendarahan Papila Interdental
: Tidak ada
Gingiva
:
Terdapat bercak berwarna coklat kehitaman selebar ± 5 mm, pada gingiva regio A B C (sepanjang mesial P1 kanan- mesial M2 kiri) dan regio D E F (sepanjang distal P1 kiri- distal P1 kanan), tidak sakit dan berbatas difus.
Saliva
: Normal
Mukosa
: Normal
Palatum
: Sehat
Lidah
: Sehat
Dasar mulut
: Sehat
Hubungan rahang
: Orthognati
Kelainan gigi geligi
: Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Gigi Geligi
:
- Lesi D3 pada gigi 27, 38, 47, 48 - Atrisi gigi 23 - Malposisi gigi 15 - Gigi hilang: 17, 18, 24, 25, 28, 36, 37, 46 - Tambalan GIC pada gigi 14, 22, 26
V. Diagnosa sementara
Diagnosa sementara: Smoker’s melanosis Diagnosa banding: Physiologic pigmentation, pigmentasi karena obat-obatan.
VI. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
VII.Tinjauan Pustaka
Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena merokok. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya merokok dan kebiasaan merokok tembakau.1 Biasanya pada perokok berat, pigmentasi terdapat pada gingiva labial atas dan bawah, mukosa bukal, lateral lidah dan palatum. Hal ini disebabkan karena stimulasi rokok pada melanosit dan menghasilkan melanin berlebihan sehingga terjadi pigmentasi coklat pada area tersebut.2 Smoker’s melanosis disebabkan oleh efek panas yang timbul dari rokok pada jaringan mulut sehingga menstimulasi melanosit yang terletak di sepanjang selsel
basal
epitel
untuk
menghasilkan
melanosom
yang
mengakibatkan
peningkatan melanin.3 Melanin adalah pigmen yang memberikan warna pada kulit, mata dan rambut. Melanin merupakan produksi eksklusif dari melanosome yang disintesis oleh sel melanosit. Pigmentasi terjadi karena sintesa melanin dan perpindahan melanin dari melanosome ke keratinocytes.4 Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari komponen gas dan komponen partikel. Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidroksianat, nitrogen oksida dan formaldehyde
sedangkan komponen partikel terdiri dari tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun dan mengiritasi sehingga dapat menimbulkan kanker. 5,6 Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, perokok dapat dikelompokkan menjadi perokok ringan, merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang, merokok 10 – 20 batang per hari, dan perokok berat, merokok lebih dari 20 batang per hari.6 Gambaran klinis yang terlihat pada kasus smoker’s melanosis menunjukan bercak coklat diffuse, berbentuk datar dan tidak teratur yang ukurannya beberapa sentimeter. Biasanya dijumpai pada gingiva anterior labial, mukosa pipi, mukosa bibir, palatum dan lidah.2 Derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda sampai tua. Pigmentasi pada mukosa oral berhubungan dengan lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap. Lesi ini tidak mempunyai gejala dan perubahan yang terjadi tidak menunjukan keganasan. 3,7 Tidak ada perawatan khusus untuk kasus smoker’s melanosis selain mendorong pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Pigmentasi biasanya sembuh dalam beberapa waktu jika kebiasaan merokok dihilangkan.8 Secara klinis pigmentasi pada melanin tidak menganggu kesehatan, tetapi keluhan gusi berwarna hitam atau coklat menganggu penampilan terutama jika pewarnaan
gusi
terlihat
ketika
berbicara
atau
tersenyum.
Perawatan
hiperpigmentasi gusi terdiri dari beberapa cara yaitu gingivectomy, gingivectomy dengan free gingival autografting , electrosurgery, cryosurgery, bahan kimia seperti fenol 90%, teknik abrasi dengan bur diamond dan CO2 laser. 9,10 Perawatan dengan teknik abrasi gingiva dengan menggunakan bur diamond adalah prosedur yang mudah, aman dan peralatan yang digunakan sederhana. Selain itu, apabila diperlukan prosedur perawatan yang berulang dapat dilakukan dengan mudah dan aman. 9,10
VIII. Diagnosa
Smoker’s Melanosis
IX. Rencana perawatan
Fase I (Etiotropik) Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi) Scalling dan root planning
Fase II (Bedah) Depigmentasi gingiva dengan teknik abrasi menggunakan diamond bur pada rahang atas dan rahang bawah regio A,B,C dan D,E,F
- Re. Evaluasi I ( 1 minggu post bedah) - Pelepasan periodontal pack - Pemeriksaan subjektif - Pemeriksaan objektif
- Re. Evaluasi II (2 minggu post bedah) - Pemeriksaan subjektif - Pemeriksaan objektif
Fase III (Restorasi) Pro Konservasi Pro Prosthodonsi
Fase IV (Kontrol Berkala) Recall at time Maintenance Kontrol Plak dan Scalling
X. Pembahasan
Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa pasien telah merokok sejak berusia 25 tahun dan dari pemeriksaan klinis ditemukan lesi pigmentasi berupa makula berwarna coklat kehitaman, permukaan rata, berbatas tidak jelas, tersebar merata di sepanjang gingiva cekat bagian labial gigi 15-26, dan 35-45 ukurannya bervariasi serta tidak sakit saat palpasi hanya mengganggu estetis terutama pada gusi bagian depan rahang atasnya karena terlihat saat tersenyum. Dari anamnesa dan pemeriksaan klinis tersebut maka diagnosa pasien ini adalah smoker’s melanosis. Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena merokok. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya merokok dan kebiasaan merokok tembakau. Pasien sudah memiliki kebiasaan merokok selama 19 tahun, pasien ini merokok lebih kurang 12 batang per hari. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, pasien ini termasuk dalam kategori perokok sedang. Kebiasaan merokok inilah yang menjadi penyebab timbulnya pigmentasi berlebihan pada gingiva labial dan bibir pasien. Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah metode depigmentasi dengan teknik gingivo abrasi dengan bur diamond dengan diameter 2.0 mm yang dikerjakan pada gingiva rahang atas terutama pada regio B (regio gigi 13-23) yang lebih mengganggu estetis karena terlihat saat tersenyum. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut serta diedukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok. Pemberian medikasi berupa amoksisilin 500 mg 3 kali sehari dan paracetamol 500 mg 3 kali sehari yang diminum ketika sakit. Pasien diminta datang kembali untuk kontrol. Pada kontrol pertama tanggal 3 Desember 2015, dari hasil pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan rasa sakit dan nyeri tapi merasa kurang nyaman dengan periodontal pack yang hampir lepas dan dari pemeriksaan objektif ditemukan bahwa bekas operasi masih terlihat merah dan luka belum sembuh, tidak ada perdarahan ataupun tanda-tanda peradangan serta tidak sakit saat palpasi. Pasien pulang diberikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Pada kontrol kedua tanggal 10 Desember 2015, hasil pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan rasa sakit ataupun nyeri dan dari hasil pemeriksaan objektif ditemukan bahwa gingiva berwarna merah muda telah sama dengan gingiva sekitarnya dan tidak sakit saat palpasi serta berikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok. Observasi pada kontrol pertama dan kedua lesi pigmentasi bibir atas dan bawah tidak ada perubahan ukuran dan bentuk lesi, lesi tidak sakit saat palpasi dan tidak ada tanda-tanda keganasan. Pasien diberikan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut dan edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
(Foto awal)
(Foto kontrol I)
(Foto kontrol II)
F. KESIMPULAN
Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena merokok. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya merokok dan kebiasaan merokok tembakau. Kondisi ini disebabkan oleh efek panas dari asap tembakau pada jaringan mulut atau efek langsung dari nikotin yang merangsang melanosit yang terletak di sepanjang sel-sel basal epitel untuk menghasilkan melanosom sehingga mengakibatkan peningkatan melanin. Tidak ada perawatan khusus untuk kasus smoker’s melanosis selain mendorong pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Pigmentasi biasanya sembuh dalam beberapa waktu jika kebiasaan merokok dihilangkan. Tetapi, pada kasus ini, keluhan gusi berwarna coklat kehitaman menganggu penampilan karena terlihat ketika berbicara atau tersenyum sehingga dilakukan perawatan depigmentasi gingiva dengan teknik gingivo abrasi menggunakan bur diamond. Kemudian instruksikan pasien untuk datang kontrol dan menjaga kebersihan rongga mulutnya, serta edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
L. DAFTAR PUSTAKA
1. Pinborg JJ. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binapura Aksara Publishing. 2009: 214. 2. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment . 12th ed. USA: People’s Medical Publishing House, 2015: 134. 3. Langlais, Robert P., dkk. Atlas Berwarna: Lesi Mulut yang Sering Ditemukan Edisi 4. Jakarta: EGC. 2014: 148. 4. Yerger VB, Malone RE. Melanin and Nicotine: A Review of The Literature. Nicotine and Tobacco Research. 2006; 8(4): 487-98. 5. Fawzani N, Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Makara Kesehatan. 2005; 9(1): 15-22. 6. Nurcahyani FH, Nurfitri B., Rachmania D. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Kejadian Hipertensi di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Bina Widya. 2011; 22(4): 185-90. 7. Laskaris, George. Pocket Atlas of Oral disease, 2 nd Edition. New York: Thieme. 2006: 86. 8. Lewis MA, Jordan RC. A Colour Handbook Oral Medicine 2 nd Edition. Hongkong: Manson Publishing. 2012: 164. 9. Alqahtani, Saad M. Management of Gingival Hyperpigmentation by The Surgical Abrasion: A Case Report. International Journal of Medical and Dental Case Reports. 2015: 1-3. 10. Prasad SSV, Agrawal N, Reddy NR. Gingival Depigmentation: A Case Report . People’s Journal of Scientific Research. 2010; 3(1): 27-9.