BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .
Dalam ruang lingkup pengertian farmasi adalah ilmu yang mepelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan dise babkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya. pe mbuatannya. Telah diperkirakaan paling tidak 40% dari seluruh obat yang beredar di pasaran di buat dalam bentuk tablet dan pada umumnya sebagian besar bahan obat yang dikenal dalam bidang farmasi dapat diproses menjadi tablet. Secara garis besar bahan obat yang digunakan per oral atau lewat mulut untuk sediaan tablet terdiri dari bahan obat yang tidak larutan bekerja lokal pada saluran pencernaan dan bahan yang larut, terdisolusi dalam usus dan bekerja lokal pada saluran pencernaan dan bahan yang larut t erdisalusi dalam usus dan bekerja secara sistematik.
1
Pada percobaan ini, kami merancang formula tablet Amoksisilin trihidrat karena Amoksisilin trihidrat dapat memperpanjang waktu kontak dilambung, sehingga pelepasan obat cepat dan mudah diabsorbsi. Amoksisilin trihidrat tidak stabil dalam kondisi basah/lembab dan tidak tahan panas, sehingga dibuat dengan menggunakan metode granulasi kering. I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan
Dapat mengetahui tata cara pelaksanaan praktikum teknologi sediaan solida dalam dala m bentuk tablet menggunakan granulasi kering. I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan memahami teori umum tablet 2. Mampu membaca dan membuat resep tablet dengan metode pembuatan tablet yang sesuai dengan zat aktif. aktif. 3. Mampu menghitung dosis dan bahan dari tablet yang dibuat.
.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum II.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompak cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Farmakope Indonesia Ed. III, 6). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan dengan atau tanpa bahan pengisi (Farmakope Indonesia Ed. IV, 4). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. IV, 244). II.1.2 Jenis-jenis Tablet
Jenis-jenis tablet yaitu (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. IV, 246) : 1.
Tablet Kompresi Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya, diberi tambahan sejumlah bahan pembantu pembantu antara lain : a. Pengencer atau pengisi, yang ditambahkan jika perlu kedalam formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan. diinginkan. b. Pengikat atau perekat, yang membantu pelekatan partikel dalam
formulasi,
memungkinkan
dibuat
dan
dijaga
keterpaduan hasil akhir tabletnya. c. Pengahancur penghancuran,
atau akan
bahan
yang
membantu
dapat
membantu
memecah
atau
menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, sehinggalebih mudah diabsorpsi.
3
d. Antilekat
pelincir
atau
zat
pelincir
yaitu
zat
yang
meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablet-tablet menjadi bagus dan berkilat. e. Bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa. Setelah pencetakan beberapa jenis tablet mungkin harus diberi lapisan dengan berbagai macam ba han. Hampir kebanyakan tablet digunakan melalui mulut/oral, tetapi beberapa macam dapat digunakan secara sublingual (bawah lidah), dan vagina. 2.
Tablet Kompresi Ganda Tablet
kompresi
berlapis,
dalam
pembuatannya
memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Hasilnya menjadi tablet dengan beberapa lapisan atau tablet didalam tablet, lapisan dalamnya menjadi inti dan lapisan luarnya disebut kulit. Tablet berlapis dibuat dengan cara memasukkan satu campuran obat kedalam cetakan dan ditekan, demikian pula campuran obat sebagai lapisan berikutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sama dan ditakan lagi, untuk membentuk dua atau tiga lapisan tergantung pada jumlah onat yang ditambahkan secara terpisah dalam satu tablet berlapis. Biasanya tiap bahan campuran mengandung unsur obat yang berbeda dan dipisahkan satu dengan lainnya karena tidak tersatukan, untuk menyediakan obat yang penglepasannya dalam dua tingkatan atau lebih atau untuk penampilan tablet berlapis yang unik. Pada umumnya tiap lapis diberi warna yang berbeda sehingga berlapis-lapis dan berwarna-warni. Pada pembuatan tablet berlapis yang mempunyai inti dalam ini ditengah-tengah campuran bahan obat kedua yang dimasukkkan kedalam cetakan yang sama supaya melingkupinya.
4
3.
Tablet Salut Gula Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban serta member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula ini memberikan penampilan yang manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah pengolahannya
membutuhkan
waktu
dan
keahlian
serta
menambah berat dan ukuran tablet. Tablet salut mungkin dua kali lebih besar dan lebih berat dari pada tablet t anpa salut. 4.
Tablet Berwarna Coklat Lapisan coklat merupakan hal yang penting dalam sejarah karena diwaktu itu hanya coklat yang dipakai untuk menyalut dan mewarnai tablet. Sekarang ini coklat telah digantikan oleh bahan-bahan pewarna lain seperti oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan coklat.
5.
Tablet Salut Selaput Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis daari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini berwarna, kelebihannya dari penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini pecah dalam saluran lambung-usus.
6.
Tablet Salut Enterik Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur dilambung tapi di usus. Dengan demikian membiarkan supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus. Teknik ini digunakan dalam hal bahan obat dirusak oleh asam lambung, mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung
5
menambah absorpsi obat di usus halus sampai jumlah yang berarti. 7.
Tablet Sublingual atau Bukal Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan dipipi dan dibawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau dibawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukasa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit sekali diabsorsi oleh saluran pencernaan. Walaupun hanya sedikit obat yang diabsorbsi melalui mukosa mulut, beberapa catatan penting supaya diperhatikan, nitrogliserin dan banyak senyawa hormone steroid. Tablet dirancang untuk pemberian disisipkan dipipi (seperti tablet progesteron) dibuat supaya hancur dan melarut perlahan-lahan, sedang yang digunakan melalui dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin) akan melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.
8.
Tablet Kunyah Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut, menghasilkan dasar
seperti
krim dari manitol yang berasa dan berwarna khusus. Tablettablet ini khususnya diperlukan dalam formula tablet untuk anak-anak dan biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet multivitamin. Penggunaan lain dari tablet-tablet ini untuk pemberian antasida dan antibiotika. Tablet-tablet ini dibuat secara kompresi (tekanan). 9.
Tablet Effervescent Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan
lain
yang
mampu
melepaskan
gas
ketika
bercampur dengan air. Dalam perdagangan tablet analgesik yang dibuat alkalis sering dibuat berbuih untuk mendorong lebih
6
cepat hancur dan melarutnya tablet ketika ditambahkan kedalam air atau minuman yang berair. 10. Tablet Kunyah Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan cetakan (MTT) atau dibuat dengan kompresi (CTT), dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras. Kebanyakan tablet ini dalam industri dibuat secara kompresi tetapi dalam skala kecil dapat juga dibuat dengan cara mencetak, karena cara mencetak ini lebih mudah dan dianggap lebih murah dari pada tablet yang dibuat dengan kompresi. Tablet triturat
harus dapat cepat dan mudah larut
seluruhnya dalam air. Sehingga bila tablet ini dibuat dengan cara kompresi, maka tekanan/kompresi yang diperlukan kecil. Kombinasi dari sukrosa dan laktosa biasanya dipakai sebagai bahan pengencer dan dalam formulanya selalu dihindari adanya bahan yang tidak larut dalam air. Beberapa tablet triturate biasanya digunakan untuk pemberian obat secara oral dan beberapa untuk penggunaan dibawah lidah (seperti tablet nitrogliserin). Para ahli farmasi menggunakan tablet ini dalam mengolah campuran obat untuk membuat bentuk sediaan cair atau padat lainnya. Misalnya, tablet bias dengan mudah dimasukkan kedalam kapsul untuk menyediakan obat keras dalam jumlah yang tepat. Tablet ini oleh para ahli farmasi juga dipakai untuk melindungi sediaan cair, seperti yang tertulis dalam resep, dengan cara melarutkan sejumlah tertentu dari tablet dalam sedikit air, kemudiaan dibuat sesuai yang diperlukan dengan menggunakan obat cair yang telah diperkuat. 11. Tablet Hipodermik Tablet hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan dibawah kulit, merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk
7
digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara mendadak. Dokter melarutkan sejumlah tablet yang diperlukan dalam pelarut yang sesuai, dijaga sediaan ini dalam keadaan steril semampu dia lakukan, dan membentuk larutan injeksi. Tablet ini pada mulanya dimaksudkan untuk menolong pada para dokter, supaya dia dapat membawa dalam tas obatnya, macam-macam tablet hipodermik dan pelarut yang sesuai serta menyiapkan obat injeksi yang berhubungan dengan volume dan kekuatan obat yang diinginkan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
secara
perorangan.
Tetapi
kesukarannya
adalah
mengusahakan sterilitas dan tersedianya obat dalam jumlah besar, dalam bentuk yang dapat disuntikan, adanya beberapaobat dalam disposable syringe telah mengurangi kebutuhan akan tablet hipodermik. 12. Tablet Pembagi Tablet pembagi yaitu tablet untuk membuat resep lebih tepat bila disebut tablet campuran, karena para ahli farmasi memakai tablet untuk pencampuran dan tidak pernah diberikan kepada pasien sebagai tablet itu sendiri.tablet ini relatif mengandung sejumlah besar bahan obat keras dan diolah untuk membantu
ahli
farmasi
dan
memungkinkan
mereka
mendapatkan dengan cepat ketepatan dalam mengukur obat keras yang berpotensi dalam menyiapkan bentuk sediaan padat atau cair lainnya. Pengencer atau dasar dari tablet biasanya larut dalam air untuk memungkinkan membuat larutan berair dengan jernih. Tablet-tablet ini dibuat dengan cara mencetak atau kompresi. Bahan penghancur, pelincir yang tidak larut dalam air, zat warna, zat penambah rasa dan penyalut tidak diperlukan dalam pembuatan tablet ini. Terutama karena bahaya sekali jika kurang hati-hati sehingga obat ini sampai kepada pasien, sekarang ini tablet pembagi tidak digunakan lagi. Saat ini para
8
ahli farmasi lebih umum memakai tablet kompresi atau tablet triturat yang dibuat untuk perdagangan dalam mencampur resep dan obat-obat yang tidak tersedia sebagai bahan baku, tetapi tersedia dalam bentuk sediaan obat. II.1.3 Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slug) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI IV, 5). 1.
Granulasi basah (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 261) Metode
granulasi
basah
merupakan
yang
terluas
digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkahlangkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : a. Menimbang dan mencampur bahan-bahan b. Pembuatan granulasi basah c. Pengayakan adonan menjadi pellet atau granul d. Pengeringan e. Pengayakan kering f. Pencampuran bahan pelincir g. Pembuatan tablet dengan kompresi. 2.
Granulasi kering (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 269) Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan
atau
penambahan
bahan
pengikat
kedalam
campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya beasr dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
9
basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringknnya diperlukan temperature yang dinaikkan. Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama seperti pada granulasi basah serbuk di slugged atau dikompresi menjadi table yang lebar dan datar dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Hal ini dapat dilakukan karena aliran serbuk ke dalam mesin slugging dibawah oleh adanya rongga besar dan tablet tidak memerlukan ukuran dan berat yang tepat. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan, tidak menimbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang ayakan sesuai yang diinginkan, pelincir ditambahkan sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan dikempa. Aspirin yang terhidrolisis dengan adanya uap air, biasanya dibuat menjadi tablet setelah slugging. Dan pada metode
slugging
penggilingan
yang
memadatkan
dapat
digunakan untuk menaikan kepadatan dari serbuk dengan mengempanya diantara penggilingan dengan tekanan tinggi. Bahan yang sudah dipadatkan kemudian dipecahkan, ditentukan ukurannya dan diberi pelincir dan tablet dibuat dengan pengempaan dengan cara yang biasa. Kekurangan granulasi kering adalah (Kloe,2010) : a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang 3.
Kompresi langsung (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 271) Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide, amonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesintablet
10
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui granulasi lebih
dahulu
sangat
sedikit.
Pada
waktu
sekarang
ini
penggunaan pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan, meluas kepada formula-formula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-produk lainnya sekarang banyak diproduksi dengan cara ini. Tambahan lagi pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan memungkinkan pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi lansung, sebab kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap dan sempurna ke dalam rongga cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab terjadinya capping Tu kerekatan dari tablet segera setelah dikompresi. II.1.4 Komposisi Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, disintegrant dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan
pewarna
dan
lak
(bahan
warna
yang
diabsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis (I lmu Resep, 172). 1.
Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh farmakope.
2.
Excipient atau bahan tambahan a.
Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
11
b.
Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa,
povidom,
metilselulosa,
CMC,
pasta,
pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal. c.
Bahan penghancur / pengembang (disintegrant) berfungsi membantu menghancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang.
d.
Bahan pelican (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubricant yang berlebih harus dihindari. PEG dan gram lauril sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.
e.
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya silica pirogenik koloida.
3.
Adjuvan a.
Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b.
Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (misalnya tablet isap penilisin),
biasanya
12
digunakan
untuk
tablet
yang
penggunaannya lama dimulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri. II.1.5 Masalah-masalah pada Tablet (Ilmu Resep, 175)
1. Binding : kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan. 2.
Sticking / picking : perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelican kurang atau massa basah.
3.
Whiskering : terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi perlelahan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisisisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
4.
Splitting / capping Splitting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah. Capping : membelahnya tablet dibagian atas. Penyebabnya adalah : a.
Daya pengikat dalam massa tablet kurang.
b.
Massa
tablet
terlalu
banyak
fines,
terlalu
banyak
mengandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar. c.
Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara yang berada diatas massa yang kan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d.
Formulanya tidak sesuai.
e.
Die dan punch tidak rata.
5. Mottling : terjadi karena zat warna tersebar tidak meata pada permukaan tablet. 6.
Crumbling : tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.
13
II.2 Rancangan Formula
Tiap 650 Amoksisilin mengandung Amoksisilin trihidrat
500 mg
Pati jagung
10 %
Mg stearat
1%
Talk
0,3 %
Pati jagung
5%
Avicel pH add
650 mg
II.3 Alasan Pnambahan II.3.1 Alasan Formulasi
1.
Alasan
merancang
formula
Amoksisilin
trihidrat
karena
Amosisilin trihidrat dapat memperpanjang waktu kontak dilambung,
sehingga
pelepasan
obat
cepat
dan
mudah
diabsorpsi. 2.
Secara umum Amoksisilin trihidrat tersedia dalam bentuk trihidrat.
3.
Amoksisilin trihidrat tidak stabil dalam kondisi basah/lembab dan tidak tahan panas, sehingga dibuat dengan menggunakan metode granulasi kering.
II.3.2 Alasan Penggunaan Bahan
1.
Pati jagung a. Amilun dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan penghancur pada tablet dan kapsul (Yandi S., 3). b. Amilum
berfungsi
sebagai
bahan
penghancur
karena
granulnya mampu mengembang apabila kontak dengan air dan amilosa merupakan komponen yang memiliki sifat sebagai bahan penghancur karena kemampuannya untuk mengembang (Yandi S., 41). c. Pati jagung juga paling banyak digunakan dengan konsentrasi 5-10 % dalam granulasi kering (Pengembangan Sediaan Farmasi, 208).
14
2.
Mg stearat a. Mg stearat digunakan sebagai bahan lubrican yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan (Ilmu Resep, 172). b. Mg stearat merupakan lubrican yang paling efektif dan paling banyak digunakan (Penembangan Sediaan Farmasi,209). c. Kosentrasi Mg stearat antara 0,2-2 % (Pengembangan Sediaan Farmasi, 209). d. Untuk Mg stearat digunakan kabar maksimum 1 % (Menejemen Farmasi Industri, 122). e. Sedangkan Asam stearat dapat digunakan apabila Mg stearat incompatibilitas fisika dan kimia dengan zat aktifnya (Pengembangan Sediaan Farmasi, 210).
3.
Talk a. Talk sebagai glidan yang baik dan dapat dikombinasikan dengan Mg stearat untuk memperbaiki sifat aliran dari granul (Handbook of Pharmaceutical Granulation Tekhnolog, 2005). b. Talk digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan antar partikel (Menejemen Farmasi Industri, 122). c. Kosentrasi talk yang biasanya digunakan 0,2-0,3 %.
4.
Avicel pH 102 a. Avicel pH 102 ukuran partikelnya lebih besar, berguna untuk meningkatkan sifat aliran (Pengembangan Sediaan Farmasi, 210). b. Avicel pH 102 digunakan dalam keadaan kering (untuk granulasi kering atau cetak langsung) (Menejemen Farmasi Industri, 122). c. Avicel digunakan sebagai bahan pengisi (diluent) yang berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
15
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa (Ilmu Resep, 172). d. Avicel pH biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-20 % (Pengembangan Sediaan Farmasi, 210). II.4 Uraian Bahan
1.
Amoksisilin (FI IV, 95/Excipient, 730) Nama resmi
: Amoxicillinum
Nama lain
: Amoksisilin
RM / BM
: C16H19 N3O5S/ 419,45
Pemerian
: Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau
Kelarutan
: Sukar Larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzena,
dalam karbon tetraklorida
dan
dalam
kloroform.
Stabilitas
: Amoksisilin memiliki dua rute degradasi yakni dipolimerisasi dan pembelahan hidrolitik dari cincin β-laktam.
Dimerisasi
(atau
self-aminolysis)
amoksisilin berlangsung melalui serangan nukleofilik oleh kelompok amino bebas dalam satu molekul pada β-laktam karbonil. Dalam molekul kedua dan pada
umumnya dasr katalisis oleh rantai samping amino dan kelompok fenol terionisasi dalam molekul amoksisilin lainnya yang gugus amino meningkat ketika kelompok fenol hadir dalam bentuk terionisasi dan stabil dalam kondisi kering. Incompatibilitas
: Amoksisilin
trihidrat
teradsorpsi
dari
solusi
aluminium magnesium silikat (veegum) tetapi tidak oleh magnesium trisilikat atau kaolin dalam kisaran pH 2,1-3,2. Metal selulosa 0,5 % dan polisorbat 800,05 % diadsorpsi ke veegum sebesar 33 % dan 43,3 %.
16
Kegunaan
: Zat aktif
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali
Kekuatan sediaan : 500 Dosis
: Dewasa 250-500 mg Anak-anak 50-100 mg
2.
Pati jagung (FI III, 720 / Excipient, 695) Nama resmi
: Pati
Nama lain
: Pati jagung
Pemerian
: Serbuk hablur putih
Kelarutan
: Larut dalam air panas
Stabilitas
: Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.
Bila
digunakan
sebagai
pengencer
atau
disintegran dari dosis, pati dianggap lembab dalam kondisi penyimpanan narmal. Namun, solusi pati atau pasta jika dipanaskan secara fisik tidak stabil dan mudah diserang oleh mikroorganisme untuk berbagai turunan tepung dan pati yang dimodifikasi yang memiliki sifat fisik an unik.
3.
Incompatibilitas
: Senyawa pengoksidasi kuat
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai bahan penghancur dan pengikat
Kosentrasi
: 5-10 %
Mg stearat (FI IV, 515) Nama resmi
: Magnesii stearat
Nama lain
: Magnesium stearat
RM / BM
: C36H30MgO4 / 591,25
Pemerian
: Serbuk halus, putih dan mudah melekat, bau lemah
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95 % dan dalam eter
17
Stabilitas
: Mg stearat disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk dan kering.
Incompatibilitas
: Incompatible dengan asam kuat, alkali dan garam besi,
menghindari
pencampuran
dengan
bahan
pengoksidasi kuat. Mg stearat tidak dapat digunakan pada produk yang mengandung Aspirin, vitamin dan alkaloid.
4.
Kegunaan
: Sebagai lubrican
Kosentrasi
: 0,2-2,0 %
Talk (FI IV, 771) Nama resmi
: Talkum
Nama lain
: Talk
Pemerian
: Srbuk hablur, sangat halus, mudah melekat pada kulit, bebs dari butiran warnaputih atau putih kelabu.
Kelarutan
: Tidak larut hampir semua pelarut
Stabilitas
: Talk merupakan bahan yang stabil dan daapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160°C selama ≤ 1 jam. Talk juga dapat disterilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi gamma.
5.
Incompatibilita
:
Incompatibel dengan senyawa surfaktan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai glidan
Kosentrasi
: 0,2-0,3 %
Avicel pH MCC tipe pH 102 (Exxipient, 155) Nama resmi
: Cellulose Microcrystalline
Nama lain
: Avicel pH
RM / BM
: (C6H10O5) / 36.000
Pemerian
: Tidak berbau, bubuk kristal terdiri dari partikel ber ori
Kelarutan
: Sedikit larut dalam 5 % b/v larutan natrium hidroksida praktis tidak larut, asam encer dan sebagian besar pelarut organik. 18
Stabilitas
: mikrokristal selulosa stabil dengan bahan higroskopis
Incompatibilitas
: Mikrokristalin selulosa tidak cocok / kompatibel dengan oksidatir kuat.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kerin .
Kegunaan
: Sebagai pengisi
Kosentrasi
: 5-29=0 %
19
BAB III METODE KERJA III.1 Alat yang digunakan
1.
Alu
2.
Ayakan rang nyamuk
3.
Kertas grafik
4.
Kertas minyak
5.
Lap kasar
6.
Lumpang
7.
Pipet
8.
Sendok tanduk
9.
Sudip
10. Timbangan ohaus III.2 Bahan yang digunakan
1.
Alkohol
2.
Amoksisilin trihidrat
3.
Avicel pH 102
4.
Mg stearat
5.
Pati jagung
6.
Talk
7.
Tissue
III.3 Perhitungan Bahan
1.
Per dosis a. Amoksisilin trihidrat 500 mg
= 0,5 g
b. Pati jagung 10 %
=
x 650 mg = 65 mg = 0,065 g
c. Mg stearat 1 %
=
x 650 mg = 6,5 mg = 0,0065 g
d. Talk 0,3 %
=
x 650 mg = 1,95 mg
= 0,00195 g e. Pati jagung 5 %
=
x 650 mg = 32,5 mg
= 0,0325 g 20
f. Avicel pH 102 6,7 %
=
x 650 mg = 43,5 mg
= 0,0435 g 2.
Per batch a. Amoksisilin trihidrat
= 500 mg = 0,5 g = 0,5 g x 100 tab = 50 g
b. Pati jagung 10 %
=
x 650 mg = 65 mg = 0,065 g
= 0,065 g x 100 tab = 65 g c. Mg stearat 1 %
=
x 650 mg = 6,5 mg = 0,0065 g
= 0,0065 g x 100 tab = 0,65 g d. Talk 0,3 %
=
x 650 mg = 1,95 mg
= 0,00195 g = 0,00195 g x 100 tab = 0,195 g e. Pati jagung 5 %
=
x 650 mg = 32,5 mg = 0,0325 g
= 0,0325 g x 100 tab = 3,25 g f. Avicel pH 102 6,7 %
=
x 650 mg = 43,5 mg = 0,0435 g
= 0.0435 g x 100 tab = 4,32 g III.4 Perhitungan Dosis
1.
Perhitungan Dosis a. Untuk BB 6-8 kg = 50-100 mg (RPS, 1186). 8 kg
x DM = x 40 – 800 mg
=
= 94,1 – 188,2 mg
tab 3 x sehari tab
Jadi, BB untuk 8 kg = 3 x sehari
Untuk 5 tahun ke bawah disarankan dibuat puyer atau sirup. Dengan BB 6 – 8 kg dosis 50 – 100 mg, karena umur dibawah 5 tahun sulit untuk menelan tablet.
21
b. Dewasa, anak-anak 20 kg (250-500 mg) / tiap 8 jam (RPS, 1186). 1) Untuk umur 6-8 tahun
Umur 8 tahun ke bawah : x DM = x 250-500 mg
Rumus young
=
=
x 250-500 mg
= 83,33-166,66 mg Tidak memenuhi aturan pakai atau dosis terapi
Umur 8 tahun ke atas =
Rumus dilling
=
= 100-200 mg Tidak memenuhi aturan pakai atau dosis terapi
= x 250-500 mg
Umur 9 tahun
=
= 112,5-225 mg Tidak memenuhi aturan pakai atau dosis terapi
=
Umur 10 tahun
=
= 125-250 mg Aturan pakai = 3x sehari ½ tab
=
Umur 12 tahun
=
= 150-300 mg
Umur 15 tahun
=
=
= 187,5-375 mg
22
=
Umur 18 tahun
=
= 225-450 mg
=
Umur 19 tahun
=
= 237,5-475 mg Jadi, aturan pakai umur 10-19 tahun 3x sehari ½ tab
=
Umur 20 tahun
=
= 250-500 mg Aturan pakai = umur 20 tahun keatas 3-4x sehari 1 tab III.5 Cara Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Dibersihkan alat yang akan digunakan
3.
Dihitung semua bahan
4.
Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan
5.
Digerus zat aktif Amoksisilin trihidrat 0,5 g, hingga halus
6.
Ditambahkan zat pengisi Avicel pH 102 sebanyak 0,0435 g, digerus hingga halus
7.
Ditambahkan zat penghancur dan pengikat Pati jagung sebanyak 0,065 g . kemudiaan digerus hingga halus dan homogen
8.
Setelah fase dalam dicampur, campuran serbuk dibuat slug
9.
Slug kemudian dihancurkan kembali untuk dibuat menjadi granul
10. Dilakukan evaluasi granul 11. Ditambahkan pelincir Mg stearat sebanyak 0,0065 g. kemudiaan digerus hingga halus 12. Ditambahkan glidan Talk sebanyak 0,00195 g, digerus hingga halus
23
13. Ditambahkan penghacur Pati jagung sebanyak 0,0325 g. kemudiaan digerus hingga halus dan homogen 14. Dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehinnga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik 15. Dilakukan evaluasi tablet 16. Setelah dievaluasi, tablet dikemas dalam wadah dan diberi et iket.
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan Evaluasi Granul
1. Uji sudut diam Sudut diam dihitung dengan rumus : Tan α =
Ket : α = sudut diam h = tinggi timbunan d = diameter timbangan granul Dik : bobot awal granul
= 29,2097 g
h
= 2,5 cm
d
= 9 cm
Dit : Tan α ? Jawab : Tan α
=
= Tan α =
= 0,5 Tan 0,5
= 26,5
0
Jadi, uji sudut diam dari granul adalah 26,5 0 2. Uji kecepatan alir Kecepatan alir dihitung dengan rumus : Kecepatan alir = bobot granul Waktu alir Dik : Bobot granul Waktu alir
= 29,2097 g = 180 detik
Dit : kecepatan alir ?
25
Jawab : Kecepatan alir
= Bobot granul Waktu alir =
29,2097 180 g
= 0,16 / detik Jadi , kecepatan alir dari granul adalah 0,16 g/ detik 3. Bobot jenis sejati Bobot sejati dihitung dengan rumus : BJ paraffin = BJ sejati =
–
Ket : (a) Ditimbang piknometer 50 ml yang kosong (b) Piknometer yang diisi dengan paraffin cair dan ditimbang kembali (c) Granul sampel sebanyak 1 g diisikan kedalam piknometer kosong kemudian ditimbang (d) Paraffin cair ditambahkan kedalamnya sehingga penuh dan ditimbang kembali Dik : (a) = 20,7
(b) = 41
(c) = 21,8
Dit : BJ sejati ? Jawab : BJ paraffin =
=
=
g
= 0,83 / ml BJ sejati
=
–
BJ sejati
=
–
=
–
=
26
(d) = 42
= 9,13 Jadi , bobot jenis sejati dari granul yang di dapat adalah 9,13 4. BJ nyata, BJ mampat, Porositas Dapat dihitung dengan rumus : BJ nyata
=
BJ mampat
=
Porositas
= [ 1 –
] x 100%
Dik : Bobot granul
= 29,2097 g
Vawal
= 53 ml
Vmampat
= 37 ml
Dit : porositas ? Jawab : BJ nyata
=
BJ mampat = Porositas
= = 0,55 g/
ml
= 0,78 g/
= [ 1 –
] x 100%
= [ 1 –
] x 100%
ml
= ( 1 – 0,70 ) x 100% = 0,3 x 100% = 30 %s Jadi , porositas dari granul adalah 30%
Evaluasi tablet
1. Keseragaman bobot = Tablet 1 =
– –
%
= 4,6 % Tablet 2 =
–
= 3,8 %
27
%
%
Tablet 3 =
–
= 8,4 % Tablet 4 =
–
= 0,7 % Tablet 5 =
–
= 3,0 % Tablet 6 =
–
= 6,1 % Tablet 7 =
–
= 0,7 % Tablet 8 =
–
= 9,2 % Tablet 9 =
–
= 6,9 % Tablet 10 =
–
= 10 % –
Tablet 11=
= 6,9 % Tablet 12 =
–
= 5,3 % Tablet 13 =
–
= 2,3 % Tablet 14 =
–
= 8,4 %
28
Tablet 15 =
–
= 6,9 % Tablet 16
=
–
= 8,4 % Tablet 17 =
–
= 1,5 % Tablet 18
=
–
= 3,0 % Tablet 19
=
–
= 3,0 % Tablet 20 =
–
= 6,1 % Kesimpulannya : Dilihat dari hasil pengamatan sediaan Amoksisilin
tersebut
tidak
memenuhi
syarat, karena ada lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari kolom A. Jadi sediaan tablet Amoksisilin tidak bisa dipasarkan.
d.
Perhitungan Kerapuhan =
– x 100 %
=
–
= 33,10 %
29
IV.2 Pembahasan
1. Uji sudut diam Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman et al , 1994). Berdasarkan hasil pengamatan uji sudut diam dari granul di dapat 0
hasil 26.5 , hal ini menunjukkan bahwa rancangan formula kami daya mengalir
serbuknya
baik,
karena
sesuai
dengan
literatur
yang
menyatakan bahwa bila sudut diam lebih kecil dari 30 0 menunujukkan serbuk dapat mengalir bebas. Jadi, sudut diam dari serbuk amoksisilin trihidrat daya mengalirnya baik. 2. Uji kecepatan alir Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et al , 1994). g
Kecepatan alir dari granul di dapat hasil 0,16 /
detik,
sedangkan
untuk syarat dari kecepatan alir yaitu sifat alir suatu granul dikatakan baik jika waktu alir tidak lebih dari 10 detik, jadi kecepatan alir dari granul formula kami baik. 3. BJ nyata, BJ mampat, Porositas Pengujian BJ nyata dan BJ mampat bermanfaat untuk menentukan porositas dari granul yang terbentuk dengan syarat 10-90%. Perhitungan porositas dilakukan untuk mengetahui kelarutan granul dalam pelarut.
30
Porositas yang di dapat dari pengujian ini adalah 30%, jadi porositas atau ruang kosong antar partikel dalam formula ini masuk dalam range porositas pada syarat 10-90%.
31