LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN SABUN PADAT TRANSPARAN
Disusun oleh kelompok : ( Kelompok 4C ) Auliyani Rosdiana K
(1113102000015)
Fairuza Ajeng Pramesi
(1113102000056)
Primo Bittaqwa
(1113102000065)
Sri Komalasari
(1113102000057)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MARET/2016
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan kosmetik di masyarakat, khususnya di Indonesia menjadi hal yang banyak dipebicangkan. Kosmetik seakan menjadi salah satu kebutuhan penting untuk para wanita. Sehingga hal ini menyebabkan terus lahirlah produk-produk kosmetik yang baru. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi yang terus-menerus terus-menerus berkembang diiring keinginan manusia yang ingin kembali pada alam, maka mulai diciptakanlah produk-produk kosmetik, yang berbasis bahan alam yang alami tetapi memiliki kualitas yang baik. Perkembangan kosmetik tidak hanya berhenti di situ, tetapi mulai juga bermuculan produk-produk kosmetik yang dapat disesuaikan dengan kondisi kulit, aktivitas, dan lain sebagainya. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan salah satu produk kosmetik, yakni sabun padat transparan yang memiliki fungsi utama sebagai alat pembersih tubuh yang berbasis bahan alam, yaitu ekstrak daun sirih.
Mandi telah menjadi suatu hal yang rutin pada zaman sekarang ini. Mandi dilakukan untuk membersikan badan setelah melakukan aktivitas. Untuk membantu membersihkan badan, manusia menggunakan berbagai bahan dari bahan alami seperti daun-daunan, hingga membuat kosmetik sabun.
Pada zaman sekarang, sabun telah dikembangkan dengan tujuan berbeda dan pengguna yang berbeda. Dari bentuknya sabun padat dibagi menjadi 3 jenis yaitu sabun opak, semi transparan dan transparan. Pada praktikum kali ini, kami mencoba membuat sabun transparan padat.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan formulasi sabun padat transparan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara pembuatan sabun padat transparan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, lemak berasal dari sumber hewani dan minyak berasal dari sumbernabati. Lemak dan minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida (Suminar,2003). Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golonganlipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapilarut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya (Netti, 2002).
Secara kimia, yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak (Budimarwanti). Minyak mengandung persentase asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan lemak, sehingga membuat beberapa trigliserida berwujud padat (lemak) dan lainnya berwujud cair (minyak) (Suminar, 2003). Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan di esterifikasi dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurat) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh (Bunta, 2013)
Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas dengan alkali (Qisti, 2009).
Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium ‾
stearat, C17H35COO Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004).
Fungsi Sabun
Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air itu membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif, sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan gemuk; dan sabun teradsorpsi pada butiran kotoran (Keenan, 1980).
Sabun Mandi Padat
Sabun mandi merupakan garam logam alkali (Na) dengan asam lemak dan minyak dari bahan alam yang disebut trigliserida. Lemak dan minyak mempunyai dua jenis ikatan, yaitu ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh dengan atom karbon 8-12 yang berikatan ester dengan gliserin. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliserol dan sabun yang disebut dengan saponifikasi. Setiap minyak dan lemak mengandung asam-asam lemak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan sabun yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan rantai panjang dan jenuh menghasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (Andreas, 2009).
Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit (SNI, 1994).
Menurut Keenan (1980), dalam pembuatan sabun, lemak dipanasi dalam ketel besi yang besar dengan larutan natrium hidroksida dalam air, sampai lemak itu terhidrolisis sempurna. Pereaksi semacam itu sering disebut penyabunan (latin, sapo adalah sabun), karena reaksi itu telah digunakan sejak zaman Romawi kuno untuk mengubah lemak dan minyak menjadi sabun. Persamaan untuk reaksi itu adalah :
(RCO2)3C3H3
+ 3NaOH
Lemak
Basa
→
3RCO2Na + C3H5(OH)3 Sabun
Gliserol
Jika lemak/minyak dihidrolisis, akan terbentuk gliserol dan asam lemak yang dengan adanya Na(NaOH) akan terbentuk sabun karena sabun merupakan garam Na atau K dari asam lemak. Sabun Na dan K larut dalam air, sedangkan Ca dan Mg tidak larut. Sabun Na (sabun keras) digunakan untuk mencuci dan sabun K (sabun lunak) digunakan untuk sabun mandi (Panil, 2008).
Sabun Padat Transparan
Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Salah satu bentuk sabun adalah sabun transparan (Bunta, 2013). Sabun tembus pandang dan menghasilkan busa yang lebih lembut dan tampak lebih menarik (Priani dan Lukmayani, 2010). Sama halnya dengan sabun mandi biasa, sabun transparan juga merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat, hanya saja penampakannya transparan (Bunta, 2013). Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering. Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah:
Kandungan alkohol Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karenasifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Gula Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warnagula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun trasnparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.
Gliserin Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati denganair untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat ber fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun padakondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling
essensial adalah kualitas gula, alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna dan kemurniannya (Arita dkk, 2009).
Komposisi Sabun
Menurut Wasitaatmadja (1997), sabun biasanya mengandung:
1. Surfaktan Surfaktan (surface acting agent) merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Surfaktan merupakan bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun berasal dari minyak kelapa (asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18), atau lemak babi. Penggu naan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda, baik secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi terasa airnya kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi lengket dan stabil (Elefani, 2008; Wasitaatmadja (1997).
2. Pelumas Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal: asam lemak bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat, asam lemak etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat). Bahan-bahan selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas (plasticizers).
3. Antioksidan dan Sequestering Agents Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan bahan penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy toluene (0,02% 0,1%). Sequestering Agents dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang mengkatalis oksidasi EDTA.
4. Deodorant Deodorant adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap atau mengurangi bau menyengat pada badan Deodorant dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi. Bahan yang digunakan adalah triklorokarbon, heksaklorofen, diklorofen, triklosan, dan sulfur koloidal (Nurdieni, 2013; Wasitaatmadja (1997).
5. Warna Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01-0,5%). Titanium dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau. Akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
6.
Parfum Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya. Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk membedakan produk masing-masing.
7.
Pengontrol pH Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH sabun.
8.
Bahan Tambahan Khusus Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi ekonomi dapat dimasukkan ke dalam formula sabun. Menurut Wasitaatmadja (1997), dikenal berbagai macam sabun khusus misalnya:
Superfatty yang menambahkan lanolin atau paraffin.
Transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin.
Antiseptik (medicated = carbolic) yang menambahkan bahan antiseptik, misalnya: fenol, kresol, dan sebagainya.
Sabun bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.
Sabun netral, mirip dengan sabun bayi dengan sabun bayi dengan konsentrasi
dan tujuan yang berbeda.
Taksonomi Daun Sirih (Piper betle linn)
Gambar 1. Daun Sirih Sumber : www.manfaatdaun.com
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Klas
: Magnoliopsida (Dikotil)
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper betle Linn
Saat
ini
telah
banyak
dilakukan
penelitian
mengenai
bahan
alam
yang
dimanfaatkan dalam mencegah dan mengatasi penyakit. Tanaman sirih merupakan salah satu tanaman herbal yang berhubungan erat dengan pengendalian karies, penyakit periodontal dan mengontrol halitosis. Daun sirih juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aurens (Nalina T, 2007) (Moeljanto RD, 2003).
Kandungan Daun Sirih
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%, air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati. Dari berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporasid. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tannin, Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan warna (Moeljanto RD, 2003).
Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri berperan sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel (Heyne K, 1987).
Kegunaan Tanaman Sirih
Tanaman sirih sudah lama dikenal sebagai tanaman obat dan banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Secara tradisional, sirih dipakai sebagai obat sariawan, sakit tenggorokan, obat batuk, obat cuci mata, obat keputihan, pendarahan pada hidung/mimisan, mempercepat penyembuhan luka, menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi (Moeljanto RD, 2003).
BAB III FORMULA
No.
Bahan
Jumlah
1
Ekstrak daun sirih
5 % b/b
2
Asam stearat
8 % b/b
3
Minyak kelapa
20 % b/b
4
NaOH 30%
22 % b/b
5
Etanol 96%
15 % b/b
6
Gliserin
10 % b/b
7
Sukrosa
13 % b/b
8
Na2 EDTA
0,2 % b/b
9
Parfum
10
Aquadest
q.s. 100 %
PREFORMULASI
Ekstrak Daun Sirih ( Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, 2006 ) Nama tanaman
: Piper betle ( L )
Zat berkhasiat
: Minyak atsiri yang mengandung fenol yang disebut betelfenol / aseptol
Pemerian
: Bau aromatik khas, rasa pedas.
Bagian
: Daun
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Fungsi
: Antiseptik
Asam stearat (HOPE 6th edition halaman 697) Nama Kimia
: Octadecanoic acid
Rumus empiris
: C18H36O2
Berat molekul
: 248,47
Nama Lain
: Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic
Pemerian
: Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau putih.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 3 bagian eter, dalam 2 bagian kloroform, larut dalam 20 bagian etanol (95%), larut dalam heksana dan propilen glikol; mudah larut dalam benzene dan karbon tetra klorida.
Konsentrasi
: 1-20%
Kegunaan
: agen pengemulsi; agen pelarut, lubrikan tablet dan kapsul.
Penggunaan
Konsentrasi (%)
Salep dan Krim
1-20
Lubrikan tablet
1-3
OTT
: Inkompatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan zat pengoksidasi.
Stabilitas
: Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.
Minyak Kelapa (HOPE 6th edition halaman 184 ; FI edisi III halaman 456) Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm kering Cocos nucifera L. Nama Kimia
: Coconut oil
Nama Lain
: Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum; Coconut butter; Copra oil; Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane dan dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut pada suhu 60⁰ C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi kurang larut pada suhu lebih rendah.
Titik lebur
: 23-26⁰ C
Aplikasi
: Sebagai emolien dan dasar salep
Penggunaan
Konsentrasi (%)
Sabun Padat
4-20
Shampoo
1-20
Sabun
60-75
Salep Kulit
50-70
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan di tempat yang sejuk Inkompatibel : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa.
NaOH (FI edisi III halaman 412) Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3. Berat molekul
: 40
Pemerian
: Berbentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2 dan berwarna putih.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Gliserin (Handbook of pharmaceutical Excipient halaman 59 Farmakope Indonesia III halaman 413) Nama Kimia
: Propane-1,2,3-triol
Rumus empiris
: C3H8O3
Berat molekul
: 92.09
Nama Lain
: Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100; Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %, praktis tidak larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.
Titik lebur
: 180⁰ C
Stabilitas
: Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah teroksidasi). Mudah terdekomposisi dengan adanya pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi.
Inkompatibel
: Dengan kromium trioksid, kalium horat, atau kalium permanganat. Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau setelah kontak dengan ZnO dan bisulfat. Gliserin dengan kontaminan yang
mengandung logam akan berubah warna dengan penambahan fenol salisilat dan tanin. Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih kuat dari pada asam borat).
Etanol 95% (FARMAKOPE INDONESIA IV halaman 63, Martindale 30 th edition halaman 783, Handbook of Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 7) Rumus empiri
: C2H6O.
Berat Molekul
: 46,07.
Pemerian
: Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan mudah terbakar.
Kelarutan
: Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic.
Stabilitas
: Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
Inkompatibel
: Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi gelap.
Konsentrasi
: 60-90 %.
Kegunaan
: Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan
: Wadah tertutup rapat jauh dari api.
Sukrosa ( FI VI halaman 762 dan HOPE edisi 6 halaman 704) Rumus empiris
: C12H22O11
Pemerian
: Serbuk kristal padat, warna putih atau kuning pucat, berbau khas, rasa manis.
Kelarutan
: Sangat mudah larut air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
Titik leleh
: 160-1680C
Fungsi
:
Pengental atau
peningkat
membantu pembusaan )
viskositas
(
bersifat
humektan,
Stabilitas
:
Stabil pada
temperatur ruangan
dan
kelembaban sedang,
membentuk karamel bila dipanaskan pada suhu 1600C. Pada suhu 1100-1450C dapat mengalami inversi menjadi fruktosa dan dekstrosa. Inkompatibel
: Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi dengan logam berat dapat inkompatibel dengan bahan penolong seperti asam askorbat.
NA2EDTA ( HOPE edisi 6 halaman 242) Rumus empiris
: C10H18N2N02O10
Pemerian
: Kristal putih tidak berbau, serbuk, dengan rasa sedikit asam.
Kelarutan
: tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%) dan larut dalam air dengan perbandingan (1:11)
pH larutan
: 4,3 – 4,7
Titik leleh
: 2520C
Stabilitas
: Garam edetat lebih stabil daripada asam edetik. Namun, disodium edetat dihidrat kehilangan air kristal ketika dipanaskan 1200C.
Inkompatibel
: Bereaksi dengan logam dan membentuk hidrogen. Inkompatibel dengan agen pengoksidasi, basa kuat, non logam, dan logam alloy.
Aquadest ( FI III halaman 96 ) Rumus empiris
: H2O
Pemerian
: Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Stabilitas
: Stabil dalam bentuk es, air, dan uap.
Inkompatibel
: Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan terhadap hidrolisis, peningkatan suhu. Air bereaksi kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah. Alkali bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat.
Penimbangan
Bahan
Jumlah
penimbangan
Ekstrak daun sirih
5 % b/b
5% x 100 gram = 5 gram
Asam stearat
8 % b/b
8% x 100 gram = 8 gram
Minyak kelapa
20 % b/b
20% x 100 gram =20 gram
NaOH 30%
22 % b/b
22% x 100 gram =22 gram
Etanol 96%
20 % b/b
20% x 100 gram =20 gram
Gliserin
10 % b/b
10% x 100 gram =10 gram
Sukrosa
13 % b/b
13% x 100 gram = 13 gram
Na2 EDTA
0,1 % b/b
0,1% x 100 gram =0,1 gram
Parfum Aquadest
q.s. 100 %
= 100% - ( 5%+8%+20%+22%+ 20%+10%+13%+0,1) = 100% 98,1 % = 1,9 gram
BAB IV METODOLOGI Judul praktikum Pembuatan Sabun Padat Transparan dengan Ekstrak Daun Sirih
Waktu dan Tempat Hari/Tanggal
: Kamis, 24 Maret 2016
Waktu
: 13.00 – 15.00
Tempat
: Laboratorium PBB Lantai 3 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alat 1. Beaker glass
6. Lumpang dan Alu
2. Cawan penguap
7. Thermometer
3. Batang pengaduk
8. Sudip
4. Wadah bahan
9. Kemasan Primer Sabun
5. Hot plate
10.Etiket dan kemasan sekunder
Bahan
1. Ekstrak madu dan daun sirih
5 % b/b
2. Asam stearat
8 % b/b
3. Minyak kelapa
20 % b/b
4. NaOH 30%
22 % b/b
5. Etanol 96%
15 % b/b
6. Gliserin
10 % b/b
7. Sukrosa
13 % b/b
8. Na2 EDTA
0,2 % b/b
9. Parfum
q.s.
10. Aquadest
Dibuat untuk 100 gram
ad
100 %
Langkah Kerja
1. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur di atas penangas air hingga suhu 70oC. 2. Tambahkan larutan NaOH, diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis. 3. Tambahkan gula dan Na2EDTA yang telah dilarutkan di dalam air. 4. Tambahkan gliserin aduk hingga homogen. 5. Tambahkan ekstrak yang telah dilarutkan dalam etanol diaduk sampai terbentuk massa yang transparan dan homogen. 6. Tambahkan parfum pada suhu 50o-60oC aduk hingga homogen. 7. Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan sampai mengeras kemudian keluarkan dari cetakan.
Evaluasi Sabun
1. Tinggi dan stabilitas busa Caranya: 10 g sabun dimasukan kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dengan membolakbalikan gelas ukur 10 kali, amati tinggi busa yang dihasilkan dan 5 menit kemudian amati kembali stabilitasnya 2. Keasaman sabun: ukur dengan pH indikator universal 3. Warna, bau, dan tekstur 4. Daya bersih 5. Sensasi setelah penggunaan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sediaan
Sediaan yang dihasilkan adalah Sabun Padat Transparan yang dibuat dengan kombinasi bahan sabun dengan bahan alami yaitu ekstrak Daun Sirih.
Evaluasi Sediaan sabun transparan 1. Tinggi dan stabilitas busa No
Tinggi dan stabilitas busa
Hasil
1
Tinggi busa awal
8 cm
2
Tinggi busa setelah 5 menit
0,5 cm
Dokumentasi
2. Keasaman sabun Hasil Didapatkan
pH
Dokumentasi dari
sediaan sabun transparan 12
3. Warna, Bau dan Tekstur No.
Warna, Bau dan Tekstur
Hasil
1.
Warna
Krem Bau
2.
Bau
Wangi Rose
3.
Tekstur
Cukup dan kesat
keras
Dokumentasi
4. Uji Daya Bersih No.
Hasil
5. Sensasi setelah penggunaan Dokumentasi
Hasil Sensasi
1.
Sebelum dicuci
Dokumentasi setelah
penggunaan cukup kesat dan wangi
2.
Setelah dicuci
Uji evaluasi yang dilakukan pada sediaan Sabun Transparan antara lain uji Tinggi dan stabilitas busa, uji pH, warna, bau dan tekstur,daya bersih dan uji sensasi setelah penggunaan. Uji evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan tersebut memenuhi syarat kelayakan penggunaan.
Uji Tinggi dan stabilitas busa
Evaluasi pertama adalah uji tinggi dan stabilitas busa, evalusi yang dilakukan dengan cara menimbang 10 gram sabun lalu dimasukkan kedalam gelas ukur 100ml, lalu kocok dengan membolak-balikan gelas ukur 10 kali, lalu mengamati tinggi busa yang dihasilkan dan 5 menit kemudian amati kembali stabilitasnya. Dari pengamatan diperoleh tinggi awal busa
8 cm dan tinggi busa setelah didiamkan 5 menit 0,5 cm. Evaluasi ini dilakukan agar mengetahui stabilitas sediaan yang dibuat sesuai dengan standar sediaan yang ada.
Uji keasaman
Pengujian sediaan untuk uji pH yaitu 12.
Uji Warna, bau dan tekstur
Pengujian warna, bau dan tekstur diperoleh warna krem karena kesalahan kami selama praktikum berlangsung, memiliki wangi rose dan berstektur lembut dan menghasilkan hasil yang kesat setelah dipakai.
Uji Daya bersih Pengujian daya bersih yang kami lakukan menghasilkan cukup bersih dan kesat dan sudah dibuktikan oleh kelompok lain.
Uji Sensasi setelah penggunaan Evaluasi terakhir yaitu uji sensasi setelah penggunaan. Uji ini dilakukan dengan tujuan agar mengetahui sediaan yang dibuat sudah layak digunakan atau belum, karena sediaan sabun transparan yang kami buat sudah menimbulkan sensasi yaitu menghasilkan rasa kesat setelah penggunaan dan menimbulkan wangi.
Pembahasan Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan sabun padat transparan dengan ekstrak daun sirih. Sabun transparan adalah jenis sabun yang dapat menghasilkan busa yang lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau, jika dibandingkan dengan jenis sabun lainnya. Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali pada suhu 80oC – 100oC melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun antara lain asam stearat, asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan lain-lain. Pada formulasi sabun transparan ini, terjadi reaksi saponifikasi antara minyak kelapa, asam stearat, dan NaOH 30%. Minyak kelapa merupakan bahan baku yang kerap digunakan dalam formulasi sabun.
Setiap minyak memiliki jenis asam lemak dominan yang berbeda. Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan. Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2) yang mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun. Sedangkan, asam stearat membantu mengeraskan sabun, dan kondisi basa diciptakan oleh adanya NaOH 30%. Untuk membuat sediaan sabun menjadi transparan, ditambahkan gliserin, sukrosa, dan etanol sebagai transparent agent. Oleh karena itu, pemilihan bahan dipertimbangkan dengan warna dan kemurniannya karena kualitas gula, etanol, dan gliserin adalah hal yang paling penting. Selain itu, karena peran ketiga bahan tersebut sangat penting dalam terbentuknya transparansi sabun, penimbangan harus dilakukan secara hati-hati agar terbentuk sediaan sabun yang transparan. Alasan pemilihan bahan pada formulasi sabun padat transparan ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Minyak kelapa, merupakan komponen utama pembuat sabun dan berfungsi sebagai emollient (menjaga kulit tampak halus, lembab, dan lembut) 2. Asam stearat, berperan dalam membantu mengeraskan sabun, berfungsi sebagai emulgator untuk mencampurkan komponen asam lemak dengan alkali. Jika penggunaan bahan ini terlalu banyak, akan menyebabkan sabun kurang berbusa, sedangkan jika terlalu sedikit sabun tidak keras (terlalu licin dan berminyak) 3. NaOH, merupakan senyawa alkali yang bersifat basa yang akan bereaksi dengan komponen asam lemak membentuk sabun melalui reaksi saponifikasi. Tujuan NaOH
dibuat
dalam
bentuk
larutan
adalah
untuk
memastikan
bahwa
komponennya terlarut sempurna ketika bereaksi dengan komponen asam lemak (saponifikasi), sehingga tidak ada komponen NaOH yang tertinggal dalam sabun 4. Gliserin, merupakan komponen pembuat transparan (transparent agent) pada sabun dan berfungsi sebagai humektan (mencegah kekurangan air pada kulit, sebagai pelembab kulit) 5. Etanol 96%, merupakan komponen pembuat transparan (transparent agent), digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. Etanol melarutkan sabun menjadi kristal-kristal yang lebih kecil, sehingga terlihat transparan 6. Sukrosa, merupakan komponen pembuat transparan (transparent agent) dengan membantu pembentukan kristal pada sabun dan membantu pembusaan sabun. 7. Na2EDTA, merupakan antioksidan dan termasuk dalam kategori bahan pengawet, sehingga mencegah sabun menjadi tengik
8. Parfum, berperan memberikan aroma harum pada saat pengaplikasian pada kulit Proses praktikum kali ini dimulai dengan menimbang masing-masing bahan sesuai jumlah perhitungan bahan yang sudah dilakukan sebelumnya, dengan perhitungan untuk sediaan 100 gram. Setelah dilakukan pembuatan sediaan, dilakukan uji evaluasi pada sediaan tersebut untuk mengetahui sediaan tersebut layak untuk digunakan atau tidak. Proses pembuatan sediaan sabun padat transparan dimulai dengan melebur fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) di atas penangas air hingga suhu 70oC. Tujuan ditambahkannya asam stearat adalah untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Sedangkan, proses peleburan diatur hingga suhu 70oC dimana disesuaikan dengan titik lebur bahan-bahan yang dilebur sehingga dapat dipastikan semua melebur dengan sempurna (tidak ada gumpalan) karena sudah mencapai titik leburnya. Suhu tersebut harus dijaga agar tidak turun atau tidak berlebih. Jika suhu turun akan menyebabkan asam stearat membeku dan membuat sediaan menjadi keruh. Akan tetapi, jika suhu terlalu panas akan mengoksidasi minyak menjadi warna kecoklatan. Kemudian, ditambahkan larutan NaOH 30% dan diaduk sampai terbentuk masa yang homogen dan kalis (M1). Larutan NaOH 30% dibuat dengan cara melarutkan 30 gr NaOH dalam 70 ml air. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukkan terbentuknya stok sabun. Larutan NaOH akan bereaksi dengan minyak membentuk sabun melalui reaksi saponifikasi. Sambil menunggu campuran tersebut homogen, dilakukan proses melarutkan gula/sukrosa dan Na2EDTA dalam air sebelum dimasukkan ke dalam campuran M1. Semakin putih warna gula, maka semakin transparan sabun yang dihasilkan. Pada saat penambahan gula,
tidak
menggunakan
panas
tinggi
karena
dapat
membentuk
caramel
yang
menyebabkan warna sabun tidak transparan. Kemudian, ditambahkan gliserin yang berperan sebagai humektan sehingga lebih mudah dilakukan pengadukan dan diaduk hingga homogen. Setelah itu, ekstrak daun sirih, sebagai bahan utama sabun padat transparan yang kami buat, dilarutkan dalam setengah jumlah etanol yang telah ditimbang agar ekstrak dapat tercampur homogen dalam sabun transparan dan diaduk sampai terbentuk massa yang transparan dan homogen. Sisa etanol yang telah ditimbang ditambahkan pada proses akhir sebelum penambahan parfum, agar terbentuk sabun yang transparan. Penambahan etanol dilakukan setelah semua larutan homogen, karena etanol ini yang memberikan bentuk transparan terhadap sabun. Etanol akan melarutkan sabun menjadi kristal-kristal kecil, sehingga sabun menjadi bening dan transparan. Kemudian, ditambahkan parfum rose pada suhu 50-60oC untuk memberi aroma wangi pada sediaan
dan diaduk hingga homogen. Setelah semua bahan tercampur homogen, sediaan dimasukkan ke dalam cetakan dan didiamkan hingga mengeras kemudian dikeluarkan dari cetakan. Setelah sediaan sabun padat transparan terbentuk, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengevaluasi sediaan sabun yang kami buat. Evaluasi pertama yang kami lakukan adalah uji tinggi dan stabilitas busa. Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu sabun mandi. Pada uji tinggi dan stabilitas busa, dilakukan dengan menimbang 10 gram sabun kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml. Lalu, dikocok dengan membolak-balikkan gelas ukur sebanyak 10 kali, agar dihasilkan busa yang dapat diukur. Berdasarkan hasil pengamatan, dihasilkan tinggi busa setelah pengocokan yaitu 8 cm, akan tetapi setelah 5 menit tinggi busa menjadi 0,5 cm. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas busa pada sediaan ini kurang baik karena dalam waktu 5 menit, busa tidak stabil dan memiliki rentang yang cukup jauh. Asam laurat, yaitu asam lemak yang dominan pada minyak kelapa, mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik, oleh karenanya asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan produk sabun. Busa yang dihasilkan banyak dan sangat lembut namun stabilitasnya relatif rendah (busa cepat hilang atau tidak tahan lama). Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat pembusa bekerja untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan tipis, dimana molekul gas terdispersi dalam cairan. Larutan-larutan yang mengandung bahan aktif permukaan akan menghasilkan busa yang stabil bila dicampur dengan air. Sukrosa tidak mengandung bahan-bahan aktif permukaan sehingga tidak emmberikan pengaruh terhadap kestabilan busa. Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi pH pada sediaan sabun padat transparan yang kami buat. Berdasarkan hasil pengamatan, pH yang diperoleh adalah 12. Hasil ini mendekati standar pH sabun mandi, yaitu berkisar antara 9-11, dengan pH optimum dari sabun adalah 9,2 (Hernani, 2010). Nilai pH memiliki kecenderungan menurun seiring dengan penambahan ekstrak daun sirih. Hal ini disebabkan oleh ekstrak daun sirih yang bersifat asam. Nilai pH yang masih diluar rentang menunjukkan bahwa pH sediaan sabun padat transparan yang kami buat kurang asam. Lonjakan pH yang terjadi karena adanya penambahan NaOH yang memilki kisaran pH yang luas sehingga dapat meningkatkan pH (Rowe, et al, 2009). Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi warna, bau, dan tekstur pada sediaan sabun padat transparan yang kami buat. Berdasarkan hasil pengamatan, warna sediaan yang diperoleh krem dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh warna dari sukrosa dan warna ekstrak daun sirih. Warna dari sukrosa yang putih dan warna ekstrak daun sirih yang tidak
pekat menyebabkan sediaan padat kami transparan. Untuk bau sediaan diperoleh dari parfum dengan wangi rose dan tekstur sediaannya cukup keras dan kesat.
Hal ini
disebabkan karena sukrosa berfungsi sebagai pengeras pada pembuatan sabun transparan. Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi daya bersih pada sediaan sabun padat transparan yang kami buat. Daya bersih dari sabun adalah akibat adanya gugus hidrofob rantai hidrokarbon yang terikat pada partikel kotoran atau leak dan gugus hidrofil dari bagian
yang
membentuk
ikatan
hidrogen
dengan
molekul-molekul
air.
Dengan
memperhatikan strukturnya, maka cara kerja pembersihan sabun dapat dijelaskan. Dari struktur, nampak bahwa rantai karbon yang panjang mudah melarutkan molekul nonpolar, sepertinya minyak atau lemak, sedangkan gugus ionik COO- memungkinkan sabun larut dalam air. Akibatnya partikel-partikel kotoran akan terdispersi dalam air dan dipindahkan dari obyek yang dibersihkan. Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan kami memiliki daya bersih yang baik, dibuktikan dengan mampunya sediaan untuk membersihkan kotoran. Selanjutnya, dilakukan uji evaluasi sensasi setelah penggunaan pada sediaan sabun padat transparan yang kami buat. Sabun merupakan produk perawatan diri yang berfungsi untuk membersihkan kotoran sehingga kesan kesat/bersih setelah pemakaian sabun menjadi faktor yang cukup penting. Penilaian terhadap kesan kesat dilakukan dengan cara terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan kami meninggalkan rasa kesat setelah penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa factor konsentrasi sukrosa di dalam formulasi sabun berpengaruh nyata terhadap kesan kesat sabun transparan yang dihasilkan.
BAB VI KESIMPULAN Pada praktikum ini dihasilkan sediaan sabun padat transparan yang cukup baik, dilihat dari segi organoleptis, daya bersih, dan sensai penggunaan sabun tersebut. Akan tetapi, dari segi kestabilan busa dan pH belum memenuhi persyaratan sabun padat transparan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Andreas, H. (2009). Membuat Sabun 2 Laporan Ilmiah. http://id.scribd.com. Diakses pada tanggal 30 Maret 2016. Badan Standarisasi Nasional, 1994, Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-1994, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 748. Ditjen Goskonda S. R., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiation. Hernani, Tatit K. Bunasor & Fitriati., 2010, Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galangal L. Swartz), Fakultas Teknologi, Institut Pertanian Bogor Heyne K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. 2nd ed. Jakarta: Depertemen Kehuatanan, Keenan, C.W., Donal, C.K., dan Jaesse, H.W. (1980). Kimia Untuk Universitas. Edisi keenam Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Moeljanto RD, Mulyono. 2003. Khasiat & manfaat daun sirih (obat mujarab dari masa ke masa). Jakarta: Agromedia Pustaka. Nalina T, Rahim ZHA. 2007. The crude aqueous extract of piper betel L and its antibacterial affect towards streptococcus mutans. Am J Biochem & Biotech. Panil, Zulbadar. 2008. Mamahami Teori dan Praktik Biokomia Dasar Medis. Jakarta: EGC POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Qisti, Rachmiati, 2009, Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada Konsentrasi yang Berbeda, Bogor, Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Owen, S. C., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipients, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London. Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI Press. Prsetio, Afif. 2014. Pembuatan Sabun Transparan. http://www.academia.edu/. Diakses pada tanggal 30 Maret 2016.