KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN
HALAMAN
JUDUL
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENGAMATAN PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN FINAL WAJIB PAJAK UMKM DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI
Diajukan oleh: DIMAS RAFI RAMAHARMUZI NPM 131020001201
Mahasiswa Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Pajak
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program DiplomaI Keuangan pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL TANDA PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN NAMA
: DIMAS RAFI RAMAHARMUZI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 131020001201 DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI
: PAJAK
BIDANG PKL
: PPh BADAN
JUDUL LAPORAN
: PENGAMATAN PROSEDUR PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN
FINAL
WAJIB
PAJAK UMKM DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA
SEMARANG
GAYAMSARI
Mengetahui,
Tangerang Selatan, September 2014
Kepala Bidang Akademis
Menyetujui
Pendidikan Pembantu Akuntan
Dosen Pembimbing,
Widya Novita, S.Psi.
Triyono Hajid Riyanto, Ak., M.E.
NIP 197103171996032001
NIP 196810151990031001 ii
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN HALAMAN PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORANPKL PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN NAMA
: DIMAS RAFI RAMAHARMUZI
NOMOR POKOK MAHASISWA : 131020001201 DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI
: PAJAK
BIDANG PKL
: PPh BADAN
JUDUL LAPORAN
: PENGAMATAN PROSEDUR PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN
FINAL
WAJIB
PAJAK UMKM DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA
SEMARANG
GAYAMSARI Tangerang Selatan,September2014
................................. 1. Triyono Hajid Riyanto, Ak., M.E. NIP196810151990031001
Dosen Pembimbing/Penilai I
.................................. 2. Basri Musri NIP
Dosen Penilai II
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas perkenan limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat selesai sesuai pada waktunya. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat dinyatakan lulus dari Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Pajak Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Laporan dengan judul “PENGAMATAN PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN FINAL WAJIB PAJAK UMKM DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI” ini penyusunannya berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama PKL di KPP Pratama Semarang Gayamsari. Dalam menyusun laporan ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun karena tekad yang kuat dan upaya terus-menerus untuk menyelesaikan laporan ini dan berkat dorongan, bimbingan, serta saran yang penulis terima dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan.Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Ayahanda Abdul Salam dan ibunda Sri Sujati, beserta adik-adikku Rindang Sekarwangi Jingga, Aden Wildan Baihaqi, dan Gilang Raya Pamungkas yang senantiasa mendoakan, memberi dorongan dan semangat terus menerus serta sumber inspirasi bagi penulis. 2. Bapak Triyono Hajid Riyanto, Ak., M.E. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan konsultasi kepada penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan. iv
3. Bapak Kusmanadji Ak., MBA., selaku Direktur STAN dan seluruh staf pengajar yang memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 4. Bapak Bayari, S.P., M.H., M.Tax., selaku Kepala Kantor serta seluruh pegawai di KPP Pratama Semarang Gayamsari yang telah memberi izin untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan serta menerima penulis dengan baik. 5. Bapak Isman Sutarno, S.E., Ak., M.M. selaku pembimbing lapangan di KPP Pratama Semarang Gayamsari yang telah memberi bimbingan 6. Adi, Eko,Fahri, Fatimah, Imam, Intan, Venino, dan Wildanselaku teman-teman Praktik Kerja Lapangan di KPP Pratama Semarang Gayamsariserta Adlan, Arif, Chairul, Malik, Indry, dan Yuza selaku teman-teman satu bimbingan yang banyak memberi bantuan, saran dan motivasi. 7. Teman-teman Mandat STAN dan Kos “Kumlod” yang telah mewarnai hariku. 8. Teman-teman mahasiswa spesialisasi D1Pajak STAN 2013khususnya temanteman di kelas J(Justice) yang saling memberikan dukungan. 9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sehingga Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi pembacanya.
Tangerang Selatan,
September 2014
Dimas Rafi Ramaharmuzi NPM 131020001201 v
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa yang tertulis dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan ini seluruhnya benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat dan kutipan yang terdapat dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini, telah dikutip berdasarkan kode etik ilmiah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian dalam laporan ini ditemui sebagian atau seluruh isinya merupakan jiplakan dari karya orang lain maka sesuai dengan Bab II A No. 7 dan Bab II B No. 3 Keputusan Direktur STAN No. KEP-100/PP.7/2001, saya bersedia untuk dinyatakan tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma I Keuangan Spesialisasi Pajak.
Tangerang Selatan,September 2014 Yang membuat pernyataan,
Dimas Rafi Ramaharmuzi NPM 131020001201
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL ..........................................................ii HALAMAN PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI LAPORANPKL ........ iii KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv SURAT PERNYATAAN ............................................................................................. vi DAFTAR ISI................................................................................................................vii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2 C. Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................................... 2 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 3 E. Sistematika Penulisan ................................................................................................ 3 BAB II URAIAN PERMASALAHAN ......................................................................... 4 A. Gambaran Umum ...................................................................................................... 4 1. Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. ............. 4 2. Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. ........... 6 vii
3. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. ................... 9 4. Sumber daya manusia Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. .... 10 5. Rencana dan realisasi penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. ................................................................................................................... 11 6. Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. ................... 12 B. Landasan Teori ........................................................................................................ 14 1. Pengertian Wajib Pajak UMKM ............................................................................. 14 2. Pengertian Pajak Final ............................................................................................. 17 3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Final .................................................................... 18 4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Terkait ..................... 22 C. Pembahasan ............................................................................................................. 29 1. Penerapan PP 46 Tahun 2013 .................................................................................. 29 2. Prosedur Pelaporan PPh Final Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 ............................. 36 3. Kesesuaian Prosedur dengan Praktik di Lapangan .................................................. 39 4. Permasalahan yang Timbul ..................................................................................... 43 5. Upaya Mengatasi Permasalahan .............................................................................. 46 BAB III SIMPULAN ................................................................................................... 49 A. Simpulan.................................................................................................................. 49 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 52 LAMPIRAN viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL Tabel II-1 Daftar Pegawai KPP Pratama Semarang Gayamsari/Seksi ........................ 11 Tabel II-2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari .......................... 14 Tabel II-3 Jumlah Wajib Pajak yang Menyetor Pajak UMKM ................................... 40 Tabel II-4 Jumlah Setoran Pajak Final UMKM Per Bulan .......................................... 41 Tabel II-5 Data Permohonan Surat Keterangan Bebas ................................................ 43
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Gayamsari .......................... 7 Gambar II-2 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Gayamsari ............................... 10 Gambar II-3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak (dalam Milyar rupiah) .......... 12 Gambar II-4 Contoh Surat Setoran Pajak Final ........................................................... 21 Gambar II-5 Persentase Jumlah Wajib Pajak UMKM ................................................. 31 Gambar II-6 Contoh Surat Permohonan SKB ............................................................. 34 Gambar II-7 Contoh Surat Pernyataan WP UMKM .................................................... 35 Gambar II-8 Contoh Pengisian SSP PP 46 .................................................................. 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Lampiran II Lampiran IV SPT Tahunan Badan Lampiran III Lampiran III SPT Tahunan Orang Pribadi
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PerananUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di banyak negara, dan UMKM Indonesia memainkan peranan signifikan bagi perekonomian nasional. Di Indonesia, jumlah UMKM mencapai 56 juta unit dan menyumbang sekitar 60 persen dari total GDP dan menampung 97 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2012. (Fany Inasius dalam harian Kompas, 7 Maret 2014) Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, sulit dipungkiri bahwa yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan perpajakan baru ini adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) karena batasan peredaran bruto 4,8 miliar rupiah dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 termasuk dalam pengertian UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang benar di Kantor Pelayanan Pajak diharapkan tujuan peraturan ini dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu penulis mengamati kesesuaian penerapan peraturan ini dengan keadaan di lapangan.
1
2 B. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah : 1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat dinyatakan lulus dari program Diploma I Keuangan
Spesialisasi
Perpajakan
yang
diselenggarakan
oleh
Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2. Untuk mendeskripsikan praktik prosedur pelaporan Pajak Penghasilan final Wajib Pajak UMKM berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Semarang Gayamsari. 3. Untuk mendeskripsikan kesesuaian antara prosedur penanganan pelaporan Pajak Penghasilan bertarif final dengan praktik pelaporan di KPP Pratama Semarang Gayamsari. 4. Untuk mendeskripsikan permasalahan yang timbul terhadap penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Semarang Gayamsari. 5. Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul terhadap penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Semarang Gayamsari. C. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis melakukan pembatasan masalah hanya pada pelaksanaan prosedur pelaporan Pajak Penghasilan Final Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Semarang Gayamsari.
3 D. Metode Pengumpulan Data Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas Laporan Praktik Kerja Lapangan inipenulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain : 1. Penelitian Kepustakaan Yaitu mengumpulkan data melalui buku-bukuilmiah, undang-undang, petunjuk pelaksanan undang-undang, peraturan terkait, dan sumber tertulis lainnya. 2. Penelitian Lapangan Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatansecara langsung peristiwa, keadaan, serta proses yang berkaitan dengan obyek penelitian. 3. Wawancara Yaitu meminta penjelasan, keterangan-keterangan,serta informasi secara langsung kepada pihak-pihak yang memilikikompetensi. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruanglingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematikapenyajian Laporan PKL. BAB II URAIAN PERMASALAHAN Berisi landasan teori dan hukum yang dipakai dalam penulisan, data dan fakta, deskripsi penerapan peraturan PP 46/2013 di KPP Pratama Semarang Gayamsari, permasalahan yang timbul serta upaya untuk mengatasi masalah. BAB III PENUTUP Berisi kesimpulan dari pembahasan dan saran untuk pihak-pihak yang terkait.
BAB II URAIAN PERMASALAHAN A. Gambaran Umum 1. Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Reformasi birokrasi Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2002 membawa banyak perubahan di tubuh Direktorat Jenderal Pajak. Perubahan itu antara lain terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dalam administrasi perpajakan, dan restrukturisasi organisasi. Restrukturisasi
telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan
meleburkan Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka) menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama). KPP Pratama Semarang Gayamsari sebagai kantor pajak modern merupakan hasil peleburan dari beberapa instansi antara lain KPP Semarang Selatan, KPP Semarang Timur, Kantor Pemeriksaan dan Pendidikan Pajak Semarang Dua, dan Kantor Pelayanan PBB Semarang Dua. KPP Pratama Semarang Gayamsari berlokasi di Gedung Keuangan Negara Semarang I Jalan Pemuda Nomor 2 Kota
4
5 Semarang, mulai beroperasi pada tanggal 6 November 2007 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-171/PJ/2007. KPP Pratama Semarang Gayamsari menempati dua lantai di Gedung Keuangan Negara Semarang I. Ruang seksi pelayanan, TPT, dan ruang arsip pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari yang terletak di lantai 2 (dua) Gedung Keuangan Negara Semarang I bersebelahan dengan TPT KPP Madya Semarang dan KPP Pratama Semarang Tengah Satu. Ruang Kepala Kantor, Ruang Subbag Umum, Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Pemeriksaan, Seksi Penagihan, dan Seksi Pengolahan Data Informasi berada di lantai 4 (empat) Gedung Keuangan Negara Semarang I. Berikut
ini
adalah
visi
KPP
Pratama
Semarang
Gayamsari,menjadiinstitusiteladanbagiinstitusilaindalamberkaryaberkinerjadanber negara. Berikut ini adalah misi KPP Pratama Semarang Gayamsari: a. MengamankanpenerimaanpajakyangditargetkanolehDirektoratJenderalPajak b. MengimplementasikanNilainilaiKementerianKeuanganmelaluikreativitas,inovasidanpengembanganSDM c. MemberikanpelayananprimakepadaWP d. MenumbuhkankesadaranWP yangtinggibagiWP KPP Pratama Semarang Gayamsarimempunyai motto pelayanan, yaitu “BekerjaKeras,CerdasdanIkhlas”. Adapun janji pelayanan KPP Pratama Semarang Gayamsari adalah “Tekadkamipelayananprima”. Dan berikut ini adalah maklumat pelayanan
KPP
Pratama
Semarang
Gayamsari
:
6 “Denganinikamimenyatakansanggupmenyelenggarakanpelayanansesuaistandarpel ayananyangtelahditetapkandanapabilatidakmenepatijanjiinikamisiapmenerimasan ksisesuaiperaturanperundang-undanganyangberlaku”. 2. Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari dipimpin oleh seorang kepala kantor yang membawahi 9 (sembilan) seksi yaitu Seksi Pelayanan, Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), Seksi Penagihan, Seksi Ekstensifikasi, Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, Seksi Waskon II, Seksi Waskon III, Seksi Waskon IV, Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal, serta Subbagian Umum dan Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa. Adapun pegawai yang menduduki jabatan kepala kantor hingga kepala seksi antara lain: Kepala Kantor
:
Bayari, S.P., M.H., M.Tax.
Kasubbag Umum
:
Teguh Ribawanto, S.E., M.T.
Kasi Pelayanan
:
Panca Kurniawan, S.E., M.M., M.Ed.
Kasi PDI
:
Riyo Widodo, S.E., M.T.
Kasi Penagihan
:
Eko Budiharjo, S.Sos., M.T.
Kasi Ekstensifikasi
:
Baskoro Nugroho, S.T., M.T.
Kasi Waskon I
:
Isman Sutarno, S.E., Ak., M.M.
Kasi Waskon II
:
Agung Putranto H. A. N., S.E., M.M.
Kasi Waskon III
:
Agus Tulasmono, S.E., Ak., M.M.
Kasi Waskon IV
:
Nanda Andito, S.E., M.M.
Kasi RIKI
:
Thomas Rusdwianto, S.H., M.Si.
7 Fungsional Pemeriksa :
Agus Sigit Nugroho Aka Riyanto Setya Aji Wijayanto Sunardi Waslim
Struktur organisasi KPP Pratama Semarang Gayamsari dapat dilihat dari Gambar II-1 Gambar II-1 Struktur Organisasi KPP Pratama Semarang Gayamsari Kepala Kantor Subbag Umum
Seksi Pelayanan
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I-IV
Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Penagihan
Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak
Sumber: Subbagian Umum KPP Pratama Semarang Gayamsari 2014 Setiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun tetap saling mendukung demi tercapainya tujuan organisasi. Uraian tugas masing-masing seksi dan Subbagian Umum adalah sebagai berikut: a. Subbagian Umum Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga kantor. b. Seksi Pelayanan
8 Mempunyai tugas melakukan urusan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi eSPT dan e-Filing serta penyiapan laporan kinerja. d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi usulan pembetulan ketetapan pajak, serta evaluasi hasil banding. e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan pengendalian internal, pengelolaan resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis. f. Seksi Penagihan
9 Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen penagihan. g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
3. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Secara administrasi wilayah kerja KPP Pratama Semarang Gayamsari meliputi 3 kecamatan yaitu (1) Kecamatan Genuk (luas 2.738,443 Ha). Kecamatan Genuk memiliki daerah yang paling luas terdiri dari 13 kelurahan yaitu Kelurahan Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Banjardowo, Gebangsari, Genuksari, Karangroto, Kudu, Muktiharjo Lor, Penggaron Lor, Sembungharjo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo. (2) Kecamatan Gayamsari (luas 518,33 Ha) terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Gayamsari, Kaligawe, Pandean Lamper, Sambirejo, Sawah Besar, Siwalan, dan Tambakrejo, dan (3) Kecamatan Pedurungan (luas 2.071,02 Ha) terdiri dari 11 kelurahan yaitu Kelurahan Tlogomulyo, Pedurungan Tengah, Pedurungan Lor, Pedurungan Kidul, Penggaron Kidul, Plamongansari, Palebon, Gemah, Kalicari, Tlogosari Kulon, dan Muktiharjo Kidul.
10 Gambar II-2 Wilayah Kerja KPP Pratama Semarang Gayamsari Keterangan: 1= Kecamatan Genuk 2 = Kecamatan Gayamsari 3= Kecamatan Pedurungan
Sumber: Diolah dari KPP Pratama Semarang Gayamsari Batas wilayah kerja KPP Pratama Semarang Gayamsari meliputi: Sebelah utara
: Laut Jawa
Sebelah timur
: Kabupaten Demak
Sebelah selatan : Kecamatan Tembalang Sebelah barat
: Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Semarang Selatan
4. Sumber daya manusia Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. KPP Pratama Semarang Gayamsari memiliki 78 pegawai yang terdiri dari 1 orang kepala kantor, 1 orang kepala subbagian umum, 9 orang kepala seksi, 24 orang Account Representative, 29 orang pelaksana, 2 orang juru sita, 9 orang pemeriksa, 1 orang bendahara, dan 1 orang sekertaris. Pada tabel II-1 dapat dilihat komposisi pegawai KPP Pratama Semarang Gayamsari berdasarkan seksi atau sub bagian.
11 Tabel II-1 Daftar Pegawai KPP Pratama Semarang Gayamsari/Seksi No.
Seksi
Jumlah
1.
Kepala Kantor
1
2.
SubBagian Umum
7
3.
Seksi Pengolahan Data dani Informasi
4
4.
Seksi Pelayanan
13
5.
Seksi Penagihan
5
6.
Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
4
7.
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
5
8.
Seksi Pengawan dan Konsultasi I
8
9.
Seksi Pengawan dan Konsultasi II
7
10.
Seksi Pengawan dan Konsultasi III
8
11.
Seksi Pengawan dan Konsultasi IV
7
12.
Fungsional Pemeriksa
9
Sumber: Diolah dari Subbagian Umum KPP Pratama Semarang Gayamsari
5. Rencana dan realisasi penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Rencana penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari pada tahun 2010 sebesar 222,4 miliar. Realisasi penerimaan pajak hanya sebesar 215,1 miliar. Pada tahun 2011 rencana penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari sebesar 213,4 miliar. Realisasi penerimaan pajak sebesar 250,4 miliar. Rencana penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari pada tahun 2012 sebesar 276,6 miliar. Realisasi penerimaan pajak tahun 2012 sebesar 290,3 miliar. Tahun 2013 rencana penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari
12 sebesar 328,2 miliar. Realisasi penerimaan tahun 2013 mencapai 360miliar. Tahun 2014 rencana penerimaan pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari sebesar 499,2 miliar. Realisasi penerimaan sampai dengan bulan September tahun 2014 mencapai 272,6 miliar. Rencana dan realisasi penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari seperti tertuang dalam gambar II-3. Gambar II-3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak (dalam Milyar rupiah) 600 499,2
500 400 300 200
360 276,6 290,3 328,2 250,4 222,4 215,1 213,4
272,6
Rencana Realisasi
100 0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari
6. Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. KPP Pratama Semarang Gayamsari pada tahun 2010 terdaftar Wajib Pajak sebanyak 47.384 Wajib Pajak dengan komposisi 4.648 Wajib Pajak Badan, 42.513Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 223 Bendahara. Namun, yang aktif melakukan pelaporan pajak sebanyak 45.549 Wajib Pajak dengan komposisi 3.672 Wajib Pajak Badan, 41.663 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 214 Bendahara.
13 KPP Pratama Semarang Gayamsari pada tahun 2011 terdaftar Wajib Pajak sebanyak 53.180 Wajib Pajak dengan komposisi 5.006 Wajib Pajak Badan, 47.946 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 228 Bendahara. Namun, yang aktif melakukan pelaporan pajak sebanyak 50.919 Wajib Pajak dengan komposisi 3.960 Wajib Pajak Badan, 46.740 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 219 Bendahara. Tahun 2012 terdaftar Wajib Pajak sebanyak 58.665 Wajib Pajak dengan komposisi 5.483 Wajib Pajak Badan, 52.948 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 234 Bendahara. Namun, yang aktif melakukan pelaporan pajak sebanyak 56.365 Wajib Pajak dengan komposisi 4.427 Wajib Pajak Badan, 51713 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 225 Bendahara. Tahun 2013 terdaftar Wajib Pajak sebanyak 63.533 Wajib Pajak dengan komposisi 5.946 Wajib Pajak Badan, 57.348 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 239 Bendahara. Namun, yang aktif melakukan pelaporan pajak sebanyak 61.209 Wajib Pajak dengan komposisi 4.888 Wajib Pajak Badan, 56.091 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 230 Bendahara. Tahun 2014 terdaftar Wajib Pajak sebanyak 66.339 Wajib Pajak dengan komposisi 6.188 Wajib Pajak Badan, 59.911 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 240 Bendahara. Namun, yang aktif melakukan pelaporan pajak sebanyak 64.014 Wajib Pajak dengan komposisi 5.130 Wajib Pajak Badan, 58.653 Wajib Pajak Orang Pribadi, dan 231 Bendahara. Persebaran Wajib Pajak paling banyak terdapat di Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk dan Kecamatan Gayamsari. Jumlah Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Gayamsari seperti tertuang dalam tabel II-2.
14 Tabel II-2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Semarang Gayamsari Tahun
Badan
Wajib Pajak OP
Bendahara
Jumlah
Pajak
Daftar
Aktif Daftar
Aktif
Daftar
2010
4.648
3.672
42.513
41.663
223
214
47.384 45.549
2011
5.006
3.960
47.946
46.740
228
219
53.180 50.919
2012
5.483
4.427
52.948
51.713
234
225
58.665 56.365
2013
5.946
4.888
57.348
56.091
239
230
63.533 61.209
2014
6.188
5.130
59.911
58.653
240
231
66.339 64.014
Aktif Daftar
Aktif
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari
B. Landasan Teori 1. Pengertian Wajib Pajak UMKM Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, UMKM didefinisikan sebagai berikut: a. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorang dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki hasil penjualan tahunan 300 juta rupiahdan memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah/bangunan) paling banyak 50 juta rupiah; b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak
15 perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki hasil penjualan antara 300 juta rupiah sampai dengan 2,5 miliar rupiah dan memiliki kekayaan bersih antara 50 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah; c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan penjualan tahunan mencapai 2,5 miliar rupiah sampai dengan 50 miliar rupiah dan memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 500 Juta rupiah. Selain definisi menurut UU UMKM tersebut, Bank Indonesia juga mendefinisikan UMKM berdasarkan kriteria plafond besarnya kredit, yaitu: a. Usaha mikro dengan plafond kredit maksimal 50 juta rupiah; b. Usaha kecil dengan plafond kredit 50 juta rupiah sampai dengan 500 juta rupiah; dan c. Usaha menengah dengan plafond kredit lebih dari 500 juta rupaih. Sedangkan definisi UMKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) lebih ditekankan pada kriteria jumlah tenaga kerja, sebagai berikut: a. Jenis usaha rumah tangga (mikro) adalah usaha yang mempunyai 1-4 orang tenaga kerja; b. Jenis usaha kecil adalah usaha yang mempunyai 5-19 tenaga kerja; dan c. Jenis usaha menengah adalah usaha yang mempunyai 20-99 tenaga kerja.
16 Definisi UMKM di negara-negara lain didasarkan pada aspek-aspek jumlah tenaga kerja, pendapatan, dan jumlah. Sebagai contoh, Malaysia menetapkan definisi UMKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M $2,500,000. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5-50 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $500,000. b. Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50-75 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $500,000 - M $2,500,000. Adapun World Bank, membagi UMKM ke dalam tiga kriteria, yaitu: a. Micro Enterprise, dengan kriteria: 1) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $100,000 3) Jumlah aset tidak melebihi$100,000 b. Small Enterprise, dengan kriteria: 1) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $3,000,000 3) Jumlah aset tidak melebihi $3,000,000 c. Medium Enterprise, dengan kriteria: 1) Jumlah karyawan maksimal 300 orang 2) Pendapatan setahun hingga sejumlah $15,000,000 3) Jumlah aset hingga sejumlah $15,000,000
17 Dari beberapa definisi diatas, karakteristik UMKM secara umum antara lain sebagai berikut: a. Kepemilikan oleh perseorangan atau keluarga. Kalaupun dalam bentuk badan, saham yang dimiliki ketika awal pendiriannya tidak begitu besar. b. Jumlah karyawan, pendapatan setahun (bruto perusahaan setahun), dan kekayaan setahun tidak terlalu besar. c. Tingkat pendidikan, keahlian, dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) tergolong rendah. d. Teknologi yang digunakan dalam usaha UMKM biasanya teknologi rendah. e. Biasanya tidak memiliki agunan sehingga sulit mendapat kredit dari bangk (Bankable) atau Creditable.
2. Pengertian Pajak Final Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.Pengenaan PPh secara final mengandung arti bahwa atas penghasilan yang diterima atau diperoleh akan dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh. PPh yang dikenakan, baik yang
18 dipotong fihak lain maupun yang disetor sendiri, bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang tetapi sudah langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang dikenakan PPh final ini tidak akan dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan untuk dikenakan tarif umum bersama-sama dengan penghasilan lainnya. Begitu juga, PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di SPT Tahunan. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, Undangundang memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan-penghasilan
tertentu.
Berdasarkan
ketentuan
ini
Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan tertentu
dengan
pertimbangan
kesederhanaan,
kemudahan,
serta
pengawasan.Pengenaan PPh Final sebagian berasal dari ketentuan Pasal 4 ayat (2) ini. Namun demikian, ada juga pengenaan PPh final berdasarkan Pasal lain yaitu Pasal 15, Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 26 Undang-undang PPh. Dengan demikian, penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT Tahunan dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan tarif progresssif (pasal 17 UU PPh). Namun, atas pelunasan pemotongan atau pembayaran PPh final tersebut juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan. 3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Final Prosedur pelaporan merupakan tindak lanjut atas penyetoran pajak oleh Wajib Pajak.Wajib Pajak wajib menyetor Pajak Penghasilan terutang ke kantor pos atau
19 bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak (SSP), yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak atau Penyetor harus menuliskan NPWP, Nama Wajib Pajak, dan alamat Wajib Pajak dalam SSP. Untuk NOP (Nomor Objek Pajak) dan alamat objek pajak diisi hanya apabila terdapat transaksi yang terkait dengan tanah dan/atau bangunan yaitu transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan kegiatan membangun sendiri. Untuk Pajak Final Pasal 4 ayat (2)kode akun pajak adalah 411128. Dan harus mengisi kode jenis jenis, yaitu a. 404 untuk bunga deposito/tabungan, diskonto sbi dan jasa giro b. 407 untuk transaksi penjualan saham c. 401 untuk bunga/diskonto obligasi dan surat berharga negara d. 405 untuk hadiah undian e. 403 untuk persewaan tanah dan/atau bangunan f. 409 untuk jasa konstruksi g. 402 untuk wajib pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah/bangunan h. 417 untuk bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota wajib pajak orang pribadi i. 418 untuk transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yangdiperdagangkan di bursa
20 j. 419 dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri Kode akun pajak dan kode jenis setoran harus benar dan lengkap agar kewajiban perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan tepat. Uraian pembayaran diisi sesuai dengan uraian dalam kolom "Jenis Setoran" yang berkenaan dengan Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran.Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama pembeli.Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas transaksi Persewaan Tanah dan Bangunan yang disetor oleh yang menyewakan, dilengkapi dengan nama penyewa. Masa Pajak diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom Masa Pajak untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau penyetoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa pajak. Untuk Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, dapat menyetorkan PPh Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dalam satu SSP. Tahun Pajak diisi tahun terutangnya saja.Nomor ketetapan diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB,SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak, STP atau putusan lain. Jumlah pembayaran diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah penuh. Terbilang diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesa. Diterima oleh Kantor Penerima Pembayarandiisi tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran, tanda tangan, dan
21 nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran.Wajib Pajak/Penyetordiisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta stempel usaha. Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayarandiisi Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Pos (NTP) oleh Kantor Penerima Pembayaran.Untuk lebih jelas mengetahui contoh pengisian Surat Setoran Pajak dapat dilihat pada Gambar II-4. Gambar II-4 Contoh Surat Setoran Pajak Final
Sumber: Seksi Pelayanan KPP Pratama Semarang Gayamsari Setelah pengisian Surat Setoran Pajak dengan benar dan lengkap. Lembar pertama disimpan Wajib Pajak sebagai arsip. Lembar kedua untuk KPPN. Lembar ketiga untuk dilaporkan Wajib Pajak ke KPP. Lembar keempat untuk Bank persepsi atau Kantor Pos. Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran Pajak Penghasilan wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal
22 4(2)paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Formulir SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dapat diminta di Tempat Pelayanan Terpadu. KPP Pratama Semarang Gayamsari memiliki petugas Tempat Peyanan Terpadu (TPT) yang handal dan ramah. Contoh formulir SPT Masa PPh Final Pasal 4 (2) dapat dilihat dalam Lampiran I. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Terkait Dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari UsahaYang Diterima Atau Diperoleh Wajib PajakYang Memiliki Peredaran Bruto Tertentuadalah Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh: “Atas penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai PPh yang bersifat final yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah” juga Pasal 17 ayat (7) UU PPh : “Dengan PP dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan tertentu yang pajaknya bersifat final, dimana tarif final tersebut tidak boleh melebihi tarif tertinggi PPh OP dan berdasar pertimbangan kesederhanaan, keadilan dan perluasan partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak” Peraturan
Pemerintah
No.
46/2013Tentang
Pajak
Penghasilan
Atas
Penghasilan Dari UsahaYang Diterima Atau Diperoleh Wajib PajakYang Memiliki Peredaran Bruto Tertentumempunyai beberapa tujuan. Pertama, kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Dengan tarif final 1% diharapkan pengusaha UMKM dapat melaksakan kewajiban perpajakan dengan mudah dan tidak ada beban administrasi dalam pembukuan dan laporan keuangan.
23 Kedua, meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat. Dengan logika sederhana, pajak yang disetor digunakan untuk pembangunan negara, dan dengan kemudahan penyetoran dan pelaporan PPh Final ini diharapkan dapat meningkatkan tax compliance (kepatuhan pajak) pembayar pajak UMKM, tetapi juga meningkatkan daya saing UMKM yang berarti menunjang perekonomian nasional Ketiga, terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Pengawasan atas kewajiban pajak UMKM serta kebijakan yang pro UMKM akan menekan tax compliance cost (biaya kepatuhan pajak) dan mendorong kepatuhan pembayar pajak. Peningkatan kepatuhan pembayaran pajak berarti peningkatan penerimaan pajak dan penurunan tingkat ketidakjujuran pembayar pajak. Subjek pajak PP 46 Tahun 2013 adalah Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentuyang memenuhi kriteria sebagai berikut: Orang pribadi dan Badan tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar rupiah. Yang dikecualikan dari subjek pajak adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya pedagan makanan keliling, pedagang asongan,warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.
24 Wajib Pajak Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi4,8 miliar rupiah. Objek Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar rupiah dalam satu Tahun Pajak. Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang. Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian usaha adalah usaha perdagangan atau jasa. Tidak termasuk objek pajak peraturan ini adalah penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, yaitu: a. Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari; c. Olahragawan; d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah; f. Agen iklan; g. Pengawas atau pengelola proyek; h. Perantara; i. Petugas penjaja barang dagangan; j. Agen asuransi; dan
25 k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan. Sebuah UMKM akan terkena pajak jika penghasilan bruto dalam setahun tidak melebihi 4,8 miliar rupiah. Dalam peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 ini tidak disebutkan secara eksplisit UMKM dikenai pajak, hanya disebutkan peredaran bruto tertentulah yang dikenai pajak. Dari definisi UMKM yaituusaha ekonomi produktif yang memiliki kekayaan bersih di bawah 50 miliar rupiah. Sehingga untuk memudahkan sosialisasi PP 46 ini sering disebut sebagai pajak UMKM. Dalam kasus penentuan bruto UMKM, ada beberapa cara dalam penentuan peredaran bruto Wajib Pajak yaitu a. Bagi Wajib Pajak yang sudah terdaftar sebelum tahun 2013, maka penentuan peredaran burto berdasarkan peredaran bruto yang dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Tahun Pajak 2012. Apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahnan PPh, maka dianggap peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar. b. Bagi Wajib Pajak yang sudah terdaftar pada Tahun 2013 tetapi sebelum tanggal 1 Juli 2013, maka penentuan peredaran bruto berdasarkan jumlah peredaran bruto bulanannya yang disetahunkan. c. Bagi Wajib Pajak yang baru terdaftar setelah Juli 2013, maka penentuan peredaran bruto berdasarkan peredaran bruto bulan pertamanya yang disetahunkan.
26 Untuk tarif pajak UMKM ini tarif tunggal 1% dari peredaran bruto setiap bulannya dan bersifat final. Apabila Wajib Pajak memiliki cabang usaha, maka perhitungan pajaknya dilakukan pada setiap cabang usaha. Setelah Wajib Pajak melakukan penghitungan sendiri pajaknya, maka langkah selanjutnya adalah membayar pajak. Membayarkan pajaknya ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak (SSP), yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pajak UMKM ini bersifat final dan dalam akun pajak adalah 411128 dengan akun jenis pajaknya 420 maka prosedur penyetoran pajaknya mengikuti prosedur pajak final. Namun tidak perlu melakukan pelaporan SPT Massa PPh Final Pasal 4 ayat (2) apabila Surat Setoran Pajak (SSP) telah divalidasi dengan NTPN. Apabila Wajib Pajak menyetor pajak UMKM “Nihil” atau tidak ada omzet sama sekali atau menyetor pajak UMKM tidak online sehingga tidak ada NTPN, tetap melapor SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Contoh SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dapat dilihat dalam Lampiran I. Apabila Wajib Pajak yang dikenai Pajak UMKM, tetapi ada penghasilan atas usahanya yang wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan oleh pihak lain, maka atas pemotongan/pemungutan tersebut dapat dibebaskan. Berdasarkan Pasal 6, PMK 107/PMK.011/2013, atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak UMKM yang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak
27 Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain.Pembebasan dari pemotongan dari/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak laindiberikan melalui Surat Keterangan Bebas.Surat Keterangan Bebas diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atas nama Direktur Jenderal Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2013 tentang tata cara pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan pajak penghasilan bagi Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Surat Keterangan Bebas. Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak melaporkan SPT Tahunan atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keterangan Bebas. Adapun permohonan Surat Keterangan Bebas harus memenuhi syarat-sayrat berikut: a. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukan permohonan, untuk Wajib Pajak yang telah terdaftar pada Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukannya Surat Keterangan Bebas;
28 b. menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak yang menyatakan bahwa peredaran bruto usaha yang diterima atau diperoleh termasuk dalam kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan bersifat final disertai lampiran jumlah peredaran bruto setiap bulan sampai dengan bulan sebelum diajukannya Surat Keterangan Bebas, untuk Wajib Pajak yang terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat diajukannya Surat Keterangan Bebas; c. menyerahkan dokumen-dokumen pendukung transaksi seperti Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari Instansi Pemerintah, atau dokumen pendukung sejenis lainnya. d. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP. Permohonan Surat Keterangan Bebas tersebut hanya dapat diajukan untuk setiap pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dan/atau Pasal 23. Atas permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan: a. Surat Keterangan Bebas; atau b. Surat penolakan permohonan Surat Keterangan Bebas, Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.Apabila dalam jangka waktu tersebut Kantor Pelayanan Pajak belum memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
29 diterima.Dalam hal Surat Keterangan Bebas dianggap diterima, Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Keterangan Bebas dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah jangka waktu 5 (lima) hari terlewati. Surat Pemberitahuan Tahunan Badan dalam Lampiran IV sebagai tempat mengisi pajak final yang telah dibayar, telah dipotong dan/atau telah dipungut selama satu tahun pajak. Begitu pula dengan Pajak UMKM yang telah dibayarkan Wajib Pajak Badan khususnya pada kolom lain-lain dituliskan “penghasilan usaha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu”. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi setoran PP 46 dianggap sebagai pengganti setoran pasal 25 tetap melaporkannya dalam SPT Tahunan Orang Pribadi pada Lampiran III dengan menuliskan “penghasilan usaha Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Untuk contoh lebih detail bentuk Lampiran IV SPT Tahunan Badan dapat dilihat pada lampiran II, dan contoh lebih detail bentuk Lampiran III SPT Tahunan Orang Pribadi dapat dilihat pada lampiran III. C. Pembahasan 1. Penerapan PP 46 Tahun 2013 Wajib Pajak yang dulunya setiap bulan menyetor Pajak Penghasilan Pasal 25, sekarang hanya sebagian saja yang tetap menyetor Pajak Pasal 25 karena omzet usahanya tidak melebihi Rp4,8 miliar. Sehingga Wajib Pajak yang beromzet kurang dari Rp4,8 miliar harus menyetor pajak pasal 4 ayat (2). Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 2013. Artinya setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria harus segera
30 menyetor pajaknya yang semula dari Pajak Pasal 25 beralih ke Pajak Final pasal 4 ayat (2).Pada awal berlakunya peraturan ini, menurut narasumber (Bapak Isman) Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria banyak yang salah setor ke akun pajak pasal 25. Sehingga banyak Wajib Pajak yang melakukan pemindahbukuan dari setoran pasal 25 ke pasal 4 ayat (2). Namun, penulis tidak dapat menemukan data pemindahbukuan akibat kekurang pahaman Wajib Pajak terhadap peraturan yang baru. Hal itu dikarenakan banyaknya dokumen pemindahbukuan tanpa menyebutkan sebab pemindahan selain salah setor. Dalam logika sederhana, kalau pemindahbukuan dalam bulan Juli 2013 sampai dengan Desember 2013 mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan Wajib Pajak terhadap peraturan baru ini. Tujuan dibuatnya PP 46 Tahun 2013 adalah memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan bagi Wajib Pajak. Sehingga Wajib Pajak yang telah terlanjur menyetor Pajak Pasal 25 itu dapat dipindahbukukan ke Pajak Final pasal 4 ayat (2) dan dapat dikompensasikan ke bulan berikutnya apabila pajak pasal 25 yang telah dibayarkan lebih bayar dari penghitungan pajak UMKM. Contohnya, PT ABC telah menyetor pajak pasal 25 sebesar Rp 10.500.000 dan ternyata pajak UMKM yang terutang adalah Rp 5.000.000 maka Rp 5.500.000 yang lebih bayar tersebut dikompensasikan ke pajak bulan berikutnya. Apabila bulan berikutnya ternyata pajak terutang pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 5.000.000 maka Rp 500.000 dikompensasikan ke bulan berikutnya lagi. Apabila bulan berikutnya ternyata pajak terutang pasal 4 ayat (2) sebesar Rp 6.500.000 maka
31 Wajib Pajak tersebut harus menyetor Rp 1.000.000 untuk melunasi pajak terutangnya. Jumlah Wajib Pajak yang beromzet dibawah 4,8 miliar rupiah dapat diketahui dari pelaporan SPT Tahunan Tahun Pajak 2013 dan pemantauan setoran per bulan di Modul Penerimaan Pajak (MPN). MPN ini merupakan jaringan intranet Direktorat Jenderal Pajak untuk mengetahui setoran tiap hari dari Wajib Pajak, di laman MPN selalu diperbaharui setiap hari. Pengolahan data MPN menghasilkan data seperti tertera pada Gambar II-5, Wajib Pajak Badan sejumlah 2.004 Wajib Pajak (58%), dan Wajib Pajak Orang Pribadi sejumlah 2.746 Wajib Pajak (42%) yang diambil dari bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Agustus 2014. Namun, data jumlah Wajib Pajak ini merupakan Wajib Pajak yang menyetor Pajak UMKM pasal 4 ayat (2).Adapun yang tidak melakukan penyetoran dan beromzet dibawah 4,8 miliar rupiah tidak terdata dalam MPN. Seksi PDI pun belum mempunyai data lengkap terhadap jumlah Wajib Pajak UMKM karena perekaman SPT Tahunan Tahun Pajak 2013 belum lengkap. Gambar II-5 Persentase Jumlah Wajib Pajak UMKM WP OP
WP Badan
42% 58%
Sumber: Diolah dari Seksi Waskon KPP Pratama Semarang Gayamsari
32 Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Tahun Pajak 2013 memberikan ruang bagi AR untuk melakukan pengawasan bagi Wajib Pajak yang berpenghasilan bruto tertentu. Wajib Pajak Badan harus melaporkan penghasilan brutonya dalam SPT Tahunan. Maka akan terlihat Wajib Pajak yang seharusnya masuk kriteria Peredaran Bruto Tertentu dengan tarif final dan Wajib Pajak yang seharusnya menggunakan penghitungan Pajak Penghasilan tarif progresif. Dan Wajib Pajak baru akan diawasi oleh seksi ekstensifikasi selama dua tahun sejak terdaftar aktif di KPP Pratama Semarang Gayamsari, administrasi perpajakan Wajib Pajak UMKM yang baru juga diawasi seksi ekstensifikasi. Setoran Wajib Pajak baru maupun lama yang memiliki peredaran bruto tertentu tetap bisa dipantau dan diawasi oleh Account Representative dalam Modul Penerimaan Negara (MPN) dan laman intranet PADI (Pengolahan, Analisis Data dan Infomasi). Laman PADI ini merupakan produk seksi PDI KPP Pratama Semarang Tengah Satu bekerjasama dengan seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari untuk memudahkan pengawasan perpajakan. Berdasarkan informasi narasumber (Bapak Isman/Kasi Waskon 2) bahwa pengawasan pajak final khususnya bagi Wajib Pajak dengan peredaran bruto tertentu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 melalui laman PADI sebenarnya sudah cukup membantu memantau penerimaan, namun untuk keakuratan penerimaan setoran setiap hari dan setiap bulan sehingga setiap AR wajib memantau juga laman MPN setiap hari dan direkapitulasi setiap bulan. KPP Pratama Semarang Gayamsari telah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dengan baik, terbukti dengan formulir permohonan Surat
33 Keterangan Bebas yang disediakan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT). Penulis menemukan data jumlah Wajib Pajak pemohon SKB dan jumlah SKB Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh Pasal 22 dan/atau 23 yang telah diterbitkan atas diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Adapun contoh formulir permohonan Surat Keterangan Bebas dapat diliha pada Gambar II-6. Permohonan SKB sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER32/PJ/2013 Tentang Tata Cara Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak Penghasilan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu harus menyertakan syarat-syarat yang banyak antara lain: a. telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukan permohonan, untuk Wajib Pajak yang telah terdaftar pada Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukannya Surat Keterangan Bebas; b. menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak yang menyatakan bahwa peredaran bruto usaha yang diterima atau diperoleh termasuk dalam kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan bersifat final disertai lampiran jumlah peredaran bruto setiap bulan sampai dengan bulan sebelum diajukannya Surat Keterangan Bebas, untuk Wajib Pajak yang terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat diajukannya Surat Keterangan Bebas;
34 c. menyerahkan dokumen-dokumen pendukung transaksi seperti Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari Instansi Pemerintah, atau dokumen pendukung sejenis lainnya. d. ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP. Namun, Penulis menemukan dalam praktik di lapangan bahwa berdasarkan wawancara dengan petugas TPT (Hiro Zaki), permohonan SKB cukup membawa bukti Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh Pasal 22 dan/atau Pasal 23 dan mengisi formulir yang telah disediakan. Wajib Pajak akan mendapat jawaban atas permohonan tersebut sesuai peraturan (maksimal lima hari). Gambar II-6 Contoh Surat Permohonan SKB
Sumber: Lampiran IPER-32/PJ/2013 Sebelum mengisi permohonan Surat Keterangan Bebas tersebut, Wajib Pajak harus mengisi Surat Pernyataan Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
35 Tertentu Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang telah disediakan KPP Pratama Semarang Gayamsari dalam satu set dengan permohonan Surat Keterangan Bebas. Petunjuk pengisian formulir tersebut telah ada di formulir, jika ada kesulitan dalam pengisian Wajib Pajak bisa menanyakan ke petugas TPT. Contoh Surat Pernyataan Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar II-7. Formulir pernyataan ini tidak dicatat dalam arsip seperti pengarsipan Surat Keterangan Bebas yang telah diterbitkan. Jika formulir ini diarsipkan akan memudahkan dalam pendataan Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sehingga pengawasan dan pendataan terhadap Wajib Pajak dapat dilakukan lebih efektif dan lebih akurat. Gambar II-7 Contoh Surat Pernyataan WP UMKM
Sumber: Lampiran IIPER-32/PJ/2013
36 2. Prosedur Pelaporan PPh Final Berdasarkan PP 46 Tahun 2013 Berdasarkan
pasal
10
PMK
107/PMK.011/2013tentang
tata
cara
penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Wajib Pajak harus menyetor Pajak Penghasilan terutang (pajak UMKM) ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak, yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pajak UMKM ini bersifat final dan dalam akun pajak adalah 411128 dengan akun jenis pajaknya 420 maka prosedur penyetoran pajaknya mengikuti prosedur pajak final. Uraian pembayaran diisi sesuai dengan uraian dalam kolom "Jenis Setoran" yaitu untuk pembayaran PPh dari penghasilan bruto tertentu. Masa Pajak diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom Masa Pajak untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau penyetoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa pajak. Tahun Pajak diisi tahun terutangnya saja. Wajib Pajak yang telah melakukan pernbayaran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama dua puluh hari setelah Masa Pajak berakhir.Wajib Pajak yang telah menyetoran Pajak Penghasilan UMKM dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4ayat (2) sesuai dengan tanggal
37 validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada Surat Setoran Pajak. Apabila Wajib Pajak menyetor pajak UMKM “Nihil” atau tidak ada omzet sama sekali atau menyetor pajak UMKM tidak online sehingga tidak ada NTPN, tetap melapor SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Wajib Pajak yang melakukan pembayaran secara online otomatis langsung mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang telah divalidasi dan pembayaran tersebut langsung tercatat dalam Modul Penerimaan Pajak (MPN). Pembayaran online ini memudahkan pengawasan Account Representative terhadap penyetoran pajak final oleh Wajib Pajak. Gambar II- berikut adalah contoh simulasi pengisian SSP dari Bahan Sosialisasi PP 46 tahun 2013 oleh Direktorat Jenderal Pajak Gambar II-8Contoh Pengisian SSP PP 46
38 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber (Bapak Isman) bahwa KPP Pratama Semarang Gayamsari menerapkan prosedur pelaporan bagi Wajib Pajak yang mempunyai peredaran bruto tertentu sebagai berikut: a. Wajib Pajak UMKM menyetor pajak terutang ke kas negara melalui bank persepsi atau kantor pos. b. Wajib Pajak mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dan mendapat Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dari sistem pemabayaran tersebut.Wajib Pajak secara langsung telah tercatat dalam sistem Modul Penerimaan Negara (MPN) dan tercatatnya setoran ini dianggap sebagai validasi SSSP.
Account
Representative dapat memantau setoran Wajib Pajak. c. Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) karena setoran yang telah mendapat NTPN dantelah divalidasi. d. Untuk Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan lain yang bersifat final, maka tetap harus melaporkan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2). e. Untuk Wajib Pajak yang telah dipotong dan/atau dipungut PPh Pasal 22 dan/atau Pasal 23 dapat mengajukan permohonan SKB. f. Wajib Pajak Badan melaporkan pajak final atas peredaran bruto yang telah disetor di SPT Tahunan pada lampiran penghasilan final. Wajib Pajak OP setoran per bulan Pajak UMKM ini sebagai pengganti Pajak Pasal 25. Penulis telah mengamati prosedur pelaporan Pajak UMKM ini dengan seksama, dan telah memahami tujuan prosedur pelaporan tersebut yaitu kemudahan dalam administrasi perpajakan bagi Wajib Pajak dan kemudahan pengawasan oleh Account Representative yang menangani Wajib Pajak tersebut.
39 3. Kesesuaian Prosedur dengan Praktik di Lapangan Prosedur pelaporan Pajak Penghasilan Final bagi Wajib Pajak yang mempunyai peredaran bruto tertentu tidak tertuang dalam SOP di KPP Pratama Semarang Gayamsari. Penulis mencari tahu prosedur pelaporan dengan mewawancarai narasumber, yaitu bapak Isman Sutarno. Beliau adalah Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) 2. Penulis telah membahas hasil wawancara tentang prosedur dengan bapak Isman pada pembahasan sebelumnya. Serangkaian tahapan tersebut telah membuktikan bahwa prosedur yang diterapkan di KPP Pratama Semarang Gayamsari telah sesuai prosedur dari pasal 10 PMK 107/PMK.011/2013tentang tata cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dan telah sesuai dengan prosedur SE-42/PJ/2013 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Pembuktian kesesuaian ini dengan tidak adanya Wajib Pajak yang melaporkan Surat Setoran Pajak ke KPP Pratama Semarang Gayamsari. Begitulah yang penulis dapatkan ketika melakukan pengamatan dan wawancara dengan pegawai seksi pelayanan, yaitu Mas Hiro Zaki dan Bu Fajar. Bu Fajar menjelaskan bahwa Wajib Pajak memang tidak perlu melaporkan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) cukup menyetor saja, namun untuk pajak final selain PP 46 harus tetap melaporkan SPT Masa dengan melampirkan SSP yang telah divalidasi.
40 Jumlah Wajib Pajak Badan yang memiliki peredaran bruto tertentu lebih sedikit dari Wajib Pajak OP seperti terlihat pada Gambar II-5 sehingga dapat diketahui pula perkiraan jumlah Wajib Pajak yang menyetor pajak UMKM. Berdasarkan data dari MPN dan dipadukan dengan data PADI kemudian diolah seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari. Semua data disortir berdasarkan kode akun pajak 411128 dan kode jenis setoran 420 sehingga didapat pajak yang telah disetorkan dari WP UMKM.Adapun jumlah Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran setiap bulan dapat dilihat pada Tabel II-3. Tabel II-3Jumlah Wajib Pajak yang Menyetor Pajak UMKM Bulan Juli '13 Agust '13 Sept '13 Okt '13 Nov '13 Des '13 Jan '14 Feb '14 Mar '14 Apr '14 Mei '14 Jun '14 Juli '14 Agust '14
WP Badan 519 535 567 568 593 622 474 496 511 512 519 514 493 454
WP OP 1.092 1.191 1.238 1.249 1.254 1.284 1.063 1.050 1.024 1.029 1.018 992 964 826
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari Jumlah Wajib Pajak Badan yang relatif lebih sedikit dari Wajib Pajak Orang Pribadi tidak membuat WP Badan melakukan penyetoran dalam jumlah pajak yang sedikit. Penulis mendapat data jumlah pajak yang telah dibayarkan setiap bulan oleh Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jumlah setoran Wajib
41 Pajak Badan lebih besar daripada jumlah setoran Wajib Pajak Orang Pribadi. Hal itu dikarenakan omzet Badan lebih besar daripada omzet Orang Pribadi.Data diambil dari MPN dan dipadukan dengan data PADI kemudian diolah seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari. Semua data disortir berdasarkan kode akun pajak 411128 dan kode jenis setoran 420 sehingga didapat jumlah setoran pajak final UMKM. Adapun jumlah setoran pajak final UMKM setiap bulan dapat dilihat pada Tabel II-4. Tabel II-4Jumlah Setoran Pajak Final UMKM Per Bulan Bulan
Pembayaran WP Badan
Pembayaran WP OP
Juli '13
Rp
561.380.029
Rp
162.431.578
Agust '13
Rp
434.098.003
Rp
169.788.796
Sept '13
Rp
560.288.530
Rp
180.659.095
Okt '13
Rp
711.484.281
Rp
190.573.855
Nov '13
Rp
706.727.171
Rp
194.835.539
Des '13
Rp
972.108.456
Rp
212.981.625
Jan '14
Rp
473.541.179
Rp
182.842.228
Feb '14
Rp
496.520.250
Rp
190.784.974
Mar '14
Rp
521.039.080
Rp
204.988.839
Apr '14
Rp
530.192.600
Rp
211.135.488
Mei '14
Rp
620.434.384
Rp
220.257.724
Jun '14
Rp
639.224.219
Rp
219.469.602
Juli '14
Rp
643.962.851
Rp
289.510.075
Agust '14
Rp
595.438.294
Rp
268.697.136
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Semarang Gayamsari Penulis juga mendapatkan data jumlah permohonan Surat Keterangan Bebas yang diajukan Wajib Pajak. Data didapatkan dari arsip dokumen di seksi pelayanan. Penulis menghitung secara manual dari buku arsip dokumen karena
42 tidak adanya data dalam bentuk excel. Dalam buku arsip tersebut SKB dibagi dalam dua macam yaitu SKB atas pemotongan dan/pemungutan Pasal 22/23 dan SKB lain (misal SKB pajak tanah). Wajib Pajak pemohon SKB dari bulan Juli 2013 sampai dengan 15 September 2014 sejumlah 405 Wajib Pajak yang terdiri dari 315 Wajib Pajak pemohon SKB Pemotongan dan/atau Pemungutan Pasal 22/23, dan 63 Wajib Pajak pemohon SKB Lain-lain. Permohonan SKB oleh Wajib Pajak dapat diterima dan dapat ditolak. Permohonan yang diterima akan diterbitkan SKB, namun ada 13 SKB yang telah dikirimkan ke Wajib Pajak sebagai jawaban permohonan dikembalikan ke KPP Pratama Semarang Gayamsari oleh Kantor Pos atau kurir biasanya disebut Kempos (kembali Pos). Pengembalian surat ini karena banyak alasan, antara lain alamat tidak ditemukan, alamat pindah, penerima tidak mau menerima, dan sebagainya. Ada 99 permohonan SKB yang ditolak karena syarat tidak memenuhi atau salah permohonan. Misalnya Wajib Pajak tidak melampirkan bukti pemotongan dan/atau pemungutan. Salah permohonan biasanya disebabkan penggabungan permohonan SKB pemotongan dan/atau pemungutan dengan permohonan SKB pajak tanah. Jumlah SKB yang ditolak karena tidak memenuhi syarat lebih banyak daripada salah permohonan. Jumlah SKB pemotongan dan/atau pemungutan pasal 22 dan/atau pasal 23 yang telah diterbitkan oleh KPP Pratama Semarang Gayamsari sejumlah 347 surat. Surat tersebut tidak kembali pos, artinya Surat Keterangan Bebas tersebut diterima Wajib Pajak dengan alamat yang benar. Padahal jumlah Wajib Pajak yang memohon Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan adalah 315,
43 dari perbedaan angka ini berarti setiap satu permohonan diterbitkan dua sampai empat Surat Keterangan Bebas yang disampaikan ke Wajib Pajak.Adapun data lengkap setiap bulan dapat dilihat pada Tabel II-5. Tabel II-5 Data Permohonan Surat Keterangan Bebas JUMLAH WP Pemohon SKB
WP Pemohon SKB Pot-Put
Juli '13 Agust '13 Sept '13 Okt '13 Nov '13 Des '13 Jan '14 Feb '14 Mar '14 Apr '14 Mei '14 Jun '14 Jul '14 Agust '14 Sept '14 Total
BULAN
SKB Lain
Kembali Pos
Tolak
(yang diterima)
Jumlah SKB Pot-Put Terbit
6 12 69 45
0 10 64 29
0 12 80 33
5 2 1 3
1 0 2 4
0 0 1 9
45 40 15 13 17 36 22 35 21 14 15 405
34 14 6 12 14 35 21 30 19 13 14 315
35 16 6 13 14 38 25 28 19 14 14 347
9 23 9 1 2 1 0 3 2 1 1 63
0 2 0 0 1 0 1 2 0 0 0 13
2 3 11 15 6 14 5 13 13 5 2 99
Sumber: Diolah dari Seksi Pelayanan KPP Pratama Semarang Gayamsari 4. Permasalahan yang Timbul Penerapan suatu peraturan pastinya mengalami kendala dan permasalahan, penulis menemukan beberapa masalah dalam penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan peraturan terkait dari hasil wawancara dengan beberapa Account Representative dan beberapa fiskus di KPP Pratama Semarang Gayamsari. Permasalahan tersebut antara lain:
44 a. Tidak banyak Wajib Pajak yang mengetahui dan mengerti Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang disebabkan kurangnya sosialisasi. Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan kesalahan dalam penerapan peraturan. Menurut narasumber (bapak Isman) ketidaktahuan tidak hanya dari Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi, tetapi juga dari Wajib Pajak Bendahara. Bendahara Pemerintah Daerah khusunya belum memahami peraturan pajak UMKM ini sehingga sering terjadi pemotongan oleh Bendahara terhadap Wajib Pajak yang melakukan transaksi pengadaan barang dan jasa. Padahal Wajib Pajak sudah menunjukkan Surat Keterangan Bebas pemotongan dan/atau pemungutan pasal 22. b. Wajib Pajak berkurang kepatuhannya disebabkan kurang pengawasan dalam penyetoran pajaknya. Negara sudah memberi kepercayaan yang besar kepada Wajib Pajak dengan penyetoran pajak final sendiri (self assesment). Fiskus hanya memantau dan mengawasisecara terbatas. Satu fiskus harus mengawasi ribuan Wajib Pajak, satu Wajib Pajak memiliki berbagai jenis Pajak Terutang yang
harus
disetor.
Kekurangan
pegawai
mengakibatkan
kurangnya
pengawasan.Pengawasan yang tidak baik berdampak pada penerimaan pajak yang kurang maksimal. Selain sebab kekurangan pegawai, kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran pajaknya dapat dipengaruhi oleh luasnya cakupan wilayah yang diawasi seorang AR.Kemungkinan Wajib Pajak tidak terdeteksi atau diperiksa oleh fiskus sangat besar menyebabkan penurunan kepatuhan. c. Masih banyak Wajib Pajak yang belum terdata di wilayah kerja KPP Pratama Semarang Gayamsari. Ini merupakan tugas berat bagi seksi ekstensifikasi untuk
45 mendata Wajib Pajak baru, secara khusus mendata Wajib Pajak yang memenuhi kriteria UMKM menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Sedikitnya jumlah Wajib Pajak masih terkendala karena sedikitnya pegawai pajak yang harus mencari jutaan masyarakat yang belum sadar terhadap peraturan perpajakan. d. Kurangnya data untuk mengetahui peredaran bruto setiap Wajib Pajak. Hal ini disebabkan kurangnya keterbukaan data dan informasi di instansi dan lembaga lain. Fiskus harus mencari data eksternal selain SPT Tahunan dan data setoran di MPN, misalnya data perbankan Wajib Pajak. Namun, ada peraturan yang mengatur kerahasiaan data perbankan sehingga menyulitkan fiskus mencari potensi pajak dan data Wajib Pajak yang lebih akurat. e. Tarif pajak yang tidak kompetitif bagi pembayar pajak UMKM untuk berkompetisi dengan non-UMKM. Sebagai contoh, bagi para pelaku UMKM pajak merupakan komponen biaya dalam penghitungan sederhana. Jika tingkat keuntungan sebelum pajak 10 persen dengan Pajak Penghasilan (PPh) 1 persen dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3 persen , akan dihasilkan keuntungan 6 persen. Dengan penghitungan sederhana ini, para pengusaha UMKM akan mudah melaksanakan pemenuhan kewajiban pajaknya, di samping, tentu saja, memprediksi keuntungan yang dapat direalisasikan. Sebaliknya jika tarif pajak terlalu tinggi, misalnya total PPN dan PPh 11 persen, dengan tingkat keuntungan yang sama, memungkinkan timbulnya ketidakpatuhan karena cost dan revenue sudah tidak sesuai.
46 f. Belum tercipta sistem data dan informasi yang memadai. Peraturan ini termasuk peraturan yang baru dilaksanakan selama setahun, sehingga sistem data dan informasi belum cukup untuk menggali potensi pajak dan pengawasan pelaporan pajak. g. Adanya beban administrasi di KPP Pratama Semarang Gayamsari karena pemindahbukuan ketika di awal penerapan peraturan. 5. Upaya Mengatasi Permasalahan Permasalahan dan kendala yang telah disebutkan oleh Penulis berdasarkan wawancara dengan narasumber dapat diatasi dengan upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan oleh KPP Pratama Semarang Gayamsari sebagai berikut: a. Melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi tentang Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 melalui berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik. KPP Pratama Semarang Gayamsari telah mengumpulkan Wajib Pajak untuk diberi materi sosialisasi saat pertama peraturan ini muncul, mulai dari mengundang Wajib Pajak untuk mengikuti sosialisasi, fiskus mendatangi Wajib Pajak memberikan pengarahan, mengadakan sosialisasi di kampuskampus, dan melakukan kerjasama siaran langsung dengan salah satu radio di Semarang untuk menyosialisasikan peraturan terbaru ini. Menurut narasumber sosialisasi paling efektif adalah dari orang per orang, dari mulut ke mulut. b. Pengawasan berlapis adalah kunci utama untuk mengatasi ketidakpatuhan Wajib Pajak.Maksudnya adalah pengawasan melalui sistem penerimaan negara di laman MPN, dan laman PADI kemudian pengawasan lapangan. Pengawasan melalui
sistem
memang
terkendala
dengan
sistem
yang
belum
47 memadai.Namun,hal ini paling tidak memberi gambaran dasar terhadap Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto di bawah 4,8 miliar rupiah. Sehingga kunjungan lapangan (visit) haruslah dilakukan, seumpama dalam data MPN sebuah Wajib Pajak Badan menyetor pajak UMKM sebesar 10 juta rupiah. Namun,jika melihat data usaha yang dia jalankan tidak masuk akal, maka Account Representative harus meninjau ulang apakah sudah benar Wajib Pajak tersebut. Melalui visitmungkin akan didapatkan perubahan data dari data yang telah tercatat, atau malah menemukan data baru. Misalnya saja seorang Wajib Pajak Orang Pribadi dulu punya usaha Wartel, namun seiring perkembangan zaman wartel tersebut tidak laku dan berganti usaha menjadi toko klontong. Di data AR, Wajib Pajak masih mempunyai usaha Wartel, setelah mengunjungi Wajib Pajak tersebut data dapat diubah dan mungkin menemukan penghasilan lain yang belum dilaporkan. c. Masalah pendataan Wajib Pajak dilakukan oleh semua seksi yang terkait, misal PDI, Ekstensifikasi, dan Waskon. Seksi pelayanan pun dapat mempunyai data Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan berpenghasilan bruto di bawah 4,8 miliar rupiah. Ini dapat diatasi dengan sinergi dalam penyesuaian data di KPP Pratama Semarang Gayamsari. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (KPDJP) sebenarnya telah menyediakan aplikasi dalam laman SIDJP (Sistem Informasi DJP) yang membantu masalah pendataan Wajib Pajak. d. Keterbukaan data dan informasi masih dibahas oleh pejabat tinggi di kantor pusat agar fiskus mudah untuk mencari potensi perpajakan dan memudahkan dalam pencarian untuk penerimaan pajak. Penulis mendapat informasi dari
48 Kepala Kantor bahwa peraturan ini mungkin dalam waktu dekat akan menjadi hukum positif. Artinya pegawai pajak dan masyarakat masih harus menunggu. e. Sebenarnya masalah tarif bukan hal yang perlu diperdebatkan, karena ini sudah dipertimbangkan oleh pemikir dan pembuat peraturan agar seadil mungkin. Terlepas itu semua bahwa peraturan ini dibuat oleh manusia, dan manusia tidak ada yang sempurna. Seberapa pun usaha manusia untuk adil pasti ada satu pihak yang merasa dirugikan. f. Nilai-nilai kementerian keuangan salah satunya adalah kesempurnaan. Sistem yang sekarang ada akan selalu disempurnakan. Sistem informasi dari pusat yaitu SIDJP dan sistem data di laman MPN dan data lokal di PADI akan terus dikembangkan agar mempercepat pencapaian target penerimaan. g. Awal penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 memang banyak Wajib
Pajak
yang
salah
setor
sehingga
banyak
yang
melakukan
pemindahbukuan. Beban administrasi tersebut hanya berlangsung beberapa bulan saja yaitu sampai akhir Maret 2014. Beberapa bulan terakhir beban tersebut berangsur-angsur sudah dapat teratasi dengan mengedukasi Wajib Pajak.
BAB III SIMPULAN A. Simpulan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM menjelaskan bahwa UMKM adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan penjualan tahunan di bawah 50 miliar rupiah. Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran Pajak Penghasilan wajib menyampaikan Surat
49
50 Pemberitahuan MasaPajak Penghasilan Final Pasal 4 (2) paling lama 20 harisetelah Masa Pajak berakhir.Objek Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar rupiah dalam satu Tahun Pajak. Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang. Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian usaha adalah usaha perdagangan atau jasa.Tarif pajak UMKM ini tarif tunggal 1% dari peredaran bruto setiap bulannya dan bersifat final. Apabila Wajib Pajak memiliki cabang usaha, maka perhitungan pajaknya dilakukan pada setiap cabang usaha. Meski tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, sulit dipungkiri bahwa yang menjadi target pemajakan dalam ketentuan perpajakan baru ini adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini terlihat dari batasan peredaran usaha Rp 4.800.000.000 dalam PP tersebut yang masih dalam lingkup pengertian UMKM menurut Undangundang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Berdasarkan
pasal
10
PMK
107/PMK.011/2013tentang
tata
cara
penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Wajib Pajak harus menyetor Pajak Penghasilan terutang (pajak UMKM) ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak, yang telah mendapat validasi dengan
51 Nomor Transaksi Penerimaan Negara, paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan UMKM dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada Surat Setoran Pajak. Prosedur pelaporan Pajak Penghasilan Final bagi Wajib Pajak yang mempunyai peredaran bruto di KPP Pratama Semarang Gayamsari telah sesuai dengan prosedur.
52
DAFTAR PUSTAKA Budi, Chandra. 2013. Jutaan UMKM Pahlawan Pajak Urus Pajak Itu Sangat Mudah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Inasius, Fany. 2014. “Pajak dan UMKM”. dalam Harian Kompas, 7 Maret 2014. Jakarta. Christy Pakpahan. 2013. https://www.academia.edu/4598523/LALALALLA (diakses 1 September 2014). Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang PerubahanKetiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan ---------, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2008TentangPerubahan Keempat Atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan ---------, Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 46 Tahun 2013TentangPajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari UsahaYang Diterima Atau Diperoleh Wajib PajakYang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.011/2013TentangTatacara Penghitungan, Penyetoran, Dan Pelaporan PajakPenghasilan Atas Penghasilan Dart Usaha Yang Diterima AtauDiperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu ---------, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-32/PJ/2013TentangTata Cara Pembebasan Dari Pemotongan Dan/Atau PemungutanPajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Yang Dikenai Pajak PenghasilanBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 TentangPajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima AtauDiperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu ------------, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 42/PJ/2013TentangPelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PajakPenghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau DiperolehWajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
LAMPIRAN Lampiran I SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)
Lampiran IILampiran IV SPT Tahunan Badan
Lampiran III Lampiran III SPT Tahunan Orang Pribadi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: Dimas Rafi Ramaharmuzi
Tempat/Tanggal Lahir : Kendal, 27 Februari 1995 Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Gang Sakinah RT 05 RW 08 Dukuh Tepimulyo, Desa Plantaran, Kec. Kaliwungu Selatan, Kab. Kendal
Agama
: Islam
Nomor Telepon
: 085226572594
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Negeri 2 Kutoharjo
2001-2007
2. Pondok Modern Darussalam Gontor
2007-2009
3. MTs Negeri Bonang
2009-2010
4. SMA Negeri 1 Kendal
2010-2013
5. Prodip I Perpajakan STAN
2013-2014