14
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
SISTEM DIGESTIVE
ILEUS OBSTRUKTIF
KELOMPOK 2:
SITI NOVIA TALIBO
AMALIA RIZKY
MERIANTY ANTUKAY
GUSTIN HUNOU
SITI NURAIEN LAPALEO
HAIKAL Z. MOHAMAD
RATIH SUPRAPTI
MINARTY DANTUMA
DIESY AYU RACHMAN
SITI JUNIARTIKA ISHAK
NUR FATWA ISLAMININGTIA A. ILHAM
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkatkan kepada ALLAH SWT. Yang telah memberikan kesehatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan APENDISITIS. Dengan pembuatan makalah ini kami berharap tulisan yang kami buat dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan membuat asuhan keperawatan.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ns. Ika wulansari M.Kep SP. Kep, Mat yang telah membimbing kami pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa diterima dengan baik. Serta permohonan maaf atas ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini , karena seperti kata pepatah 'tak ada gading yang tak retak' begitupun dengan makalah ini. Terima kasih.
Gorontalo, November, 2015
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG................................................................................. 3
TUJUAN .................................................................................................... 5
BAB II KONSEP MEDIS
DEFINISI ................................................................................................... 6
ETIOLOGI ................................................................................................. 6
PROGNOSIS .............................................................................................. 7
MANIFESTASI KLINIS ........................................................................... 7
KLASIFIKASI ........................................................................................... 8
PATOFISIOLOGI .................................................................................... 9
KOMPLIKASI ......................................................................................... 11
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ............................................................ 12
PENATALAKSANAAN ......................................................................... 15
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN ......................................................................................... 17
DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................. 20
WOC ........................................................................................................ 22
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ............................................. 24
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN ........................................................................................ 47
SARAN .................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006).
Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik bio, psiko, maupun sosial (Razid, 2010)
Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) . World Health Organization (WHO) tahun 1998, memperkirakan penyakitpada saluran pencernaan akan tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia pada tahun 2020 mendatang.4 Diantara negara SEAMIC (Southeast Asia Medical Information Center) tahun 2002, Indonesia menempati urutan ke-2 negara yang memiliki angka insiden rate akibat penyakit saluran pencernaanIleus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Dari data diatas kami tertarik untuk membahas konsep medic dan konsep keperawatan dari penyakit ileus obstruktif secara mendalam.
1.2 Tujuan
Konsep medis Ileus obstruktif :
Untuk mengetahui Definisi Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Etiologi Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Prognosis Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Manifestasi klinis Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Klasifikasi Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Patofisiologi Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Komplikasi Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnosis Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ileus obstruktif.
Konsep keperawatan :
Untuk mengetahui Pengkajian terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui WOC terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
Untuk mengetahui Rencana asuhan keperawatan terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).
2.3 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinyaterhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus (Indrayani,2013).
2.4 Manifestasi Klinis
Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan abdomen.
Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2007)
2.5 Klasifikasi
Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus (Pasaribu, 2012).
Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron's disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :
Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empeduILEUS OBSTRUKTIFAkumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktifGelombang peristaltic berbalik arah, isi usus terdorong ke lambung kemudian mulutDistensi abdomenMerangsang susunan saraf otonom, mengaktivasi norepinephrineIskemia dinding ususTekanan vena & arteri Poliferasi bakteri cepatTekanan intralumen Klien rawat inapGangguan peristaltic ususansietascemasReaksi hospitalisasimelepaskan zat pirogenKerja usus melemahbakteri melepas endotoksin, pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang infarkMerangsang reseptor nyeriMerangsang pengeluaran mediator kimiaMetabolism anaerobCairan intrasel Nyeri akuthipertermiSuhu tubuh Impuls hipotalamus bagian termoregulator melalui ductus thoracicusSaraf simpatis terangsang utk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuhAsam lambung konstipasiSulit BABKimus sulit dicerna ususResiko syok (hipovolemia)Intake cairan dehidrasimualMual muntahGangguan pola tidurPasien terjagaREM Kehilangan cairan menuju ruang peritoniumPelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekrotik ke dlm peritoniumResiko infeksiHernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empeduILEUS OBSTRUKTIFAkumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktifGelombang peristaltic berbalik arah, isi usus terdorong ke lambung kemudian mulutDistensi abdomenMerangsang susunan saraf otonom, mengaktivasi norepinephrineIskemia dinding ususTekanan vena & arteri Poliferasi bakteri cepatTekanan intralumen Klien rawat inapGangguan peristaltic ususansietascemasReaksi hospitalisasimelepaskan zat pirogenKerja usus melemahbakteri melepas endotoksin, pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang infarkMerangsang reseptor nyeriMerangsang pengeluaran mediator kimiaMetabolism anaerobCairan intrasel Nyeri akuthipertermiSuhu tubuh Impuls hipotalamus bagian termoregulator melalui ductus thoracicusSaraf simpatis terangsang utk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuhAsam lambung konstipasiSulit BABKimus sulit dicerna ususResiko syok (hipovolemia)Intake cairan dehidrasimualMual muntahGangguan pola tidurPasien terjagaREM Kehilangan cairan menuju ruang peritoniumPelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekrotik ke dlm peritoniumResiko infeksiPatofisiologi
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu
ILEUS OBSTRUKTIF
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif
Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus terdorong ke lambung kemudian mulut
Distensi abdomen
Merangsang susunan saraf otonom, mengaktivasi norepinephrine
Iskemia dinding usus
Tekanan vena & arteri
Poliferasi bakteri cepat
Tekanan intralumen
Klien rawat inap
Gangguan peristaltic usus
ansietas
cemas
Reaksi hospitalisasi
melepaskan zat pirogen
Kerja usus melemah
bakteri melepas endotoksin,
pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang infark
Merangsang reseptor nyeri
Merangsang pengeluaran mediator kimia
Metabolism anaerob
Cairan intrasel
Nyeri akut
hipertermi
Suhu tubuh
Impuls hipotalamus bagian termoregulator melalui ductus thoracicus
Saraf simpatis terangsang utk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuh
Asam lambung
konstipasi
Sulit BAB
Kimus sulit dicerna usus
Resiko syok (hipovolemia)
Intake cairan
dehidrasi
mual
Mual muntah
Gangguan pola tidur
Pasien terjaga
REM
Kehilangan cairan menuju ruang peritonium
Pelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekrotik ke dlm peritonium
Resiko infeksi
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu
ILEUS OBSTRUKTIF
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif
Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus terdorong ke lambung kemudian mulut
Distensi abdomen
Merangsang susunan saraf otonom, mengaktivasi norepinephrine
Iskemia dinding usus
Tekanan vena & arteri
Poliferasi bakteri cepat
Tekanan intralumen
Klien rawat inap
Gangguan peristaltic usus
ansietas
cemas
Reaksi hospitalisasi
melepaskan zat pirogen
Kerja usus melemah
bakteri melepas endotoksin,
pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang infark
Merangsang reseptor nyeri
Merangsang pengeluaran mediator kimia
Metabolism anaerob
Cairan intrasel
Nyeri akut
hipertermi
Suhu tubuh
Impuls hipotalamus bagian termoregulator melalui ductus thoracicus
Saraf simpatis terangsang utk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuh
Asam lambung
konstipasi
Sulit BAB
Kimus sulit dicerna usus
Resiko syok (hipovolemia)
Intake cairan
dehidrasi
mual
Mual muntah
Gangguan pola tidur
Pasien terjaga
REM
Kehilangan cairan menuju ruang peritonium
Pelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekrotik ke dlm peritonium
Resiko infeksi
2.7 Komplikasi
Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam dalah (bakteremia).
Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume cairan.
Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena pembedahan.
Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik
2.8 Pemeriksa Diagnostic
HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat akibat dehidrasi
Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.
CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
Riwayat kesehatan
Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.
Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
Pemeriksaan
Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah - pecah.Kulit buruk.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
3.2 Diagnosa Keperawatan
Mual (00134, domain 12 kenyamanan, kelas 1 kenyamanan fisik)
Konstipasi (00011, domain: 3 eliminasi dan pertukaran, kelas: 2 fungsi gastrointestinal)
Resiko syok (hipovolemia) (00205, Domain: 11 keamanan/perlindungan, Kelas: 2 cedera fisik)
Nyeri akut(00132, Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan Fisik)
Ansietas (00146, domain 9 koping atau toleransi terhadap stress, kelas 2 respon koping)
Hipertermi (00007, domain 11 keamanan atau perlindungan, kelas 5 proses defensive)
Ganguan pola tidur (00095, domain 4 aktivitas/istirahat, kelas 1 tidur/istirahat)
3.3 Web of caution (WOC)
3.4 Rencana keperawatan
No.
Dx keperawatan
NOC
NIC
Rasional
1.
Mual (00134)
Domain: 12 (kenyamanan)
Kelas: 1 (kenyamanan fisik)
Definisi: perasaan subjektif , seperti gelombang yang tidak menyenangkan di belakang tenggorokan, epigastrium, atau abdomen yang mendorong keinginan untuk muntah.
Batasan karakteristik:
Menghindari makanan
Sensasi ingin muntah
Peningkatan produksi saliva
Melaporkan "mual" atau "eneg"
Rasa asam di dalam mulut
Faktor yang berhubungan:
Iritasi lambung (mis. Akibat agen farmakologis (seperti aspirin, obat anti inflamasi nonsteroid, steroid, antibiotic), alcohol, zat besi, dan darah.
Distensi lambung (mis. Akibat pengosongan lambung yang lambat; obstruksi pylorus usus; distensi genitourinarius dan biliaris; stasis usus bagian atas; kompresi eksternal pada lambung, hati limpa atau organ lain; pembesaran yang memperlambat fungsi lambung; kelebihan asupan makanan)
Agen farmakologis (mis. Analgesic, anti virus untuk HIV, aspirin, opioid) dan agen kemoterapeutik
Toksin
NOC :
Selera makan
Status gizi
Tingkat kenyamanan
Pengendalian mual dan muntah
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan ... X 24 jam Berat badan stabil dan nutrisi teratasi dengan
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
Berat badan stabil
Pasien tidak mengalami mual muntah.
Melaporkan terbebas dari mual
Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual
NIC
Observasi
Pantau gejala subjektif mual pada pasien
Kaji penyebab mual
Mandiri
Manajemen cairan/elektrolit
Manajemen mual
Manajemen muntah
HE
Jelaskan penyebab mual
Beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mual akan terjadi
Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau nafas dalam
Kolaborasi
Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
Manajemen cairan: berikan terapi IV, sesuai anjuran
Observasi
Untuk mengetahui gejala mual yang dirasakan oleh pasien
Untuk mengetahui apakah mual dirasakan akibat efek penyakit atau efek samping obat
Mandiri
Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit
Mencegah dan meredakan mual
Mencergah dan meredakan muntah
HE
Menginformasikan penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan mual
Agar klien dapat menangani mual saat mual itu dirasakan.
Untuk mengurangi stress dan mengalihkan perhatian dari mual, sehingga dapat membantu pasien untuk makan dan minum. Selain itu untuk mekenan reflex muntah
Kolaborasi
Untuk mengurangi mual dan memungkinkan pasien untuk makan
Untuk memenuhi cairan yang hilang akibat mual dan muntah
2.
Konstipasi (00011)
domain: 3 eliminasi dan pertukaran
kelas: 2 fungsi gastrointestinal
Definisi : Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering
Batasan Karakteristik :
Nyeri abdomen
Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistensi otot yang dapat dipalpasi.
Anoreksia
Perasaan penu atau tekanan pada rektum
Peningkatan tekanan abdomen
Indigesti
Mual
Nyeri saat defekasi
Tampilan atipikal pada lansia (misalnya,perubahan status mental,inkontinensia urine, jatu tanpa sebab jelas,dan peningkatan suhu tubuh.
Darah merah segar menyertai pengeluaran feses
Perubahan pada suara abdomen (borborigmi)
Perubahan pada pola defekasi
Penurunan frekuensi
Penurunan volume feses
Distensi abdomen
Feses yang kering,keras,dan padat
Bising usus hipoaktif atau hiperaktif
Pengeluaran feses cair
Massa abdomen dapat dipalpasi
Massa rectal dapat dipalpasi
Bunyi pekak pada perkusi abdomen
Adanya feses seperti pasta direktum
Flatus berat
Mengejan saat defekasi
Tidak mampu mengeluarkan feses
Muntah.
Faktor yang Berhubungan :
Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasan defekasi yang tidak teratur
Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
Farmakologi
Antasida yang mengandung aluminium
Kalsium karbonat
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit
Obesitas
Hemoroid
Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
NOC :
Defekasi
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, masalah konstipasi pasien teratasi dengan
Konstipasi menurun dibuktikan oleh indikator defekasi sebagai berikut:
Tidak mengalami gangguan pola eliminasi (dalam rentang yang diharapkan)
Tidak ada gangguan feses lunak dan membentuk
Tidak mengalami gangguan mengeluarkan feses tanpa bantuan
Tidak ada darah dalam feses
Tidak nyeri saat defekasi
NIC :
Observasi
Monitor tanda dan gejala konstipasi
Kaji dan dokumentasikan: (warna dan konsisensi feses pertama pascaoperasi; frekuensi, warna dan konsistensi feses; keluarnya flatus; adanya impaksi; ada atau tidak ada bisisng usus dan distensi abdomen pada keempat kuadran abdomen
Pantau tanda dan gejala ruptur usus atau peritonitis
Identifikasi faktor (misalnya pengobatan, tirah baring, dan diet) yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi
Mandiri
manajemen defekasi
manajemen konstipasi
HE
Anjurkan pasien untuk meminta obat nyeri sebelum defekasi
Informasikan kepada pasien kemungkinan konstipasi akibat obat
Ajarkan kepada pasien tentang efek diet (misalnya, cairan dan serat) pada eliminasi
Tekankan pentingnya menghindari mengejan selama defekasi
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan ciran dalam diet
Konsultasi dengan dokter tentang penurunan atau peningkatan frekuensi bising usus
Observasi
untuk mengetahui tanda dan gejala sulit BAB
sebagai acuan rencana penanganan yang efektif
melihat apakah konstipasi dapat menyebabkan komplikasi peritonitis
melihat faktor yang berkontribusi pada konstipasi
Mandiri
membentuk dan mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur
mencegah dan mengatasi konstipasi
HE
untuk memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri
agar pasien dapat menghindari obat yang dapat mengakibatkan konstipasi
untuk menghindari pasien mengonsumsi makanan yang tidak diperbolehkan/ rendah serat
untuk mencegah perubahan pada tanda vital, perdarahan
kolaborasi
meningkatkan makanan yang berserat agar mempermudah dalam BAB
untuk mengetahui tercapainya intervensi yang diberikan dengan mendengar apakah bising usus normal atau tidak
3.
Resiko syok (hipovolemik) (00205)
Domain: 11 keamanan/perlindungan
Kelas: 2 cedera fisik
Definisi: rentan mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor resiko:
Hipovolemia
Hipoksemia
Hipoksia
Infeksi
sepsis
NOC
pencegahan syok
manajemen syok
Criteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah pasien teratasi dengan
nadi dalam batas yang diharapkan
irama pernafasan dalam batas yang diharapkan
serum-serum elektrolit dalam batas normal
NIC
Observasi:
monitor input dan output
monitor tanda awal syok
monitor status cairan
Mandiri:
tempatkan pasien pada posisi supinasi, kaki elevasi
berikan cairan intravena dan oral dengan tepat
HE:
ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok
Kolaborasi: -
Observasi
melihat jumlah cairan yang masuk dan keluar dari dalam tubuh
untuk mengetahui tanda-tanda syok yang terjadi pada klien
mengetahui ketidakseimbangan cairan pada klien
Mandiri
untuk peningkatan preload dengan tepat
untuk mengganti cairan yang hilang
HE
Menambah informasi pada klien dan keluarga mengenai syok
Agar klien dan keluarga dapat mengatasi syok secara mandiri
Kolaborasi : -
4.
Nyeri akut (00132) Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan Fisik)
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association forbthe study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan Karakteristik :
Mengucapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Posisi untuk mengindari nyeri
Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku)
Respon autonomic (misalnya,diaphoresis,perubahan tekanan dara,pernapasan atau nadi ; dilatasi pupil).
Perubahan selera makan
Perilaku distraksi (misalnya,mondar-mandir,mencari orang dan/atau aktivitas lain,aktivitas berulang).
Perilaku ekspresif (misalnya gelisah,merintih,menangis, kewaspadaan berlebian,peka terhadap rangsang,dan menghela napas panjang).
Wajah topeng (nyeri)
Bukti nyeri yang dapat diamati
Gangguan tidur (mata terlihat kuyu,gerakan tidak teratur atau tidk menentu,dan menyeringai).
Faktor yang Berhubungan :
Agens-agens penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis)
NOC :
Pengendalian nyeri
Tingkat nyeri
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah nyeri akut pasien teratasi dengan
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:
Sering mengalami awitan nyeri
Sering menggunakan tindakan pencegahan
Sering melaporkan nyeri dapat dikendalikan
Menunjukkan tingkat nyeri yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut:
Tidak ada ekspresi nyeri pada wajah
Tidak ada gelisah atau ketegangan otot
Tidak ada durasi episode nyeri
Tidak merintih dan menangis
Tidak gelisah
NIC :
Observasi
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Mandiri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi (distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, dll)
HE
Informasikan kepada pasien tenang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
Intstruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tida dapat dicapai
Kolaborasi
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Observasi
Untuk mengetahui nyeri secara keseluruhan meliputi lokasi nyeri, karakteristik nyer, durasi nyeri, frekuensi nyeri, kualitas dan faktor presipitasi nyeri yang dirasakan
Untuk mengetahui reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan yang dirasakan klien
Untuk mengetahui pengalaman nyeri klien dimasa lampau
Mandiri
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
HE
Agar klien dapat mencegah meningkatnya nyeri dengan menggunakan strategi koping
Untuk mengetahui tercapainya terapi tindakan keperawatan
Kolaborasi
Agar analgesik (obat penahan sakit) dapat diberikan sesuai tipe dan beratnya nyeri sehingga nyeri dapat teratasi.
Agar analgesik (obat penahan sakit) dapat diberikan sesuai rute pemberian dan dosis sehingga nyeri dapat teratasi.
Agar analgesik (obat penahan sakit) dapat diberikan sesuai rute pemberian dan dosis sehingga nyeri dapat teratasi.
Agar analgesik (obat penahan sakit) dapat diberikan saat nyeri hebat sehingga nyeri dapat berkurang
5.
Ansietas (00146)
Domain: 9 koping atau toleransi terhadap stress
Kelas: 2 respon koping
Definisi: perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sangat disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
Batasan karakteristik:
Gelisah
resah
Peningkatan ketegangan
Kesedihan yang mendalam
Nyeri mendalam
Faktor yang berhubungan:
Stress
Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Terpajan toksin
NOC
Tingkat ansietas
Pengendalian diri terhadap ansietas
Konsentrasi
Koping
Criteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah nyeri akut pasien teratasi dengan
Ansietas berkurang
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
NIC
Observasi:
Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik
Gali bersama pasien tentang tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas
Mandiri:
Bimbingan antisipasi
Penurunan ansietas
Tehnik menenangkan diri
Peningkatan koping
Dukungan emosi
HE:
Informasikan tentang gejala ansietas
Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan gejala penyakit fisik
Kolaborasi:
Berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu.
Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
Observasi
Untuk mengetahui kecemasan yang diukur dengan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
Agar perawat dapat melanjutkan tindakan keperawatan selanjutnya
Mandiri
Agar klien dapat mempersiapkan diri sebelum terjadi sesuatu
Untuk mengurangi ansietas klien
Untuk menenangkan diri terdahap ansietas
Untuk mengurangi rasa ansietas pada klien
Untuk mendukung klien mengurangi ansietas yang dirasakan
HE
Agar klien / keluarga klien dapat mengetahui gejala nyeri
Agar keluarga klien dapat membedakan serangan panik dan gejala penyakit fisik
Kolaborasi
untuk mengurangi ansietas yang dirasakan klien
agar perawat dapat mengetahui tercapainya tindakan keperawatan yang dilakukan agar dapat melakukan tindakan keperawatan selanjutnya
6.
Hipertermi (00007)
Domain: 11 keamanan atau perlindungan
Kelas: 5 proses defensive
Definisi: peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
Batasan karakteristik:
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Teraba hangat
Faktor yang berhubungan:
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Peningkatan laju metabolisme
NOC
Termoregulasi
Tanda-tanda vital
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah nyeri akut pasien teratasi dengan
Suhu tetap normal
Keseimbangan cairan tetap stabil
Komplikasi seperti kejang dapat dihindari
NIC
Observasi:
Pantau hidrasi
Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
Mandiri:
Terapi demam : Kompres dengan air hangat
Regulasi suhu
Gunakan mandi air hangat
HE:
Ajarkan pasien atau keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindak kedaruratan yang diperlukan
Kolaborasi:
Berikan obat antipiretik jika perlu
Observasi
untuk mengetahui pengeluaran cairan saat terjadi hipertermi
untuk mengetahui ketidaknormalan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernapasan saat terjadi hipertermi
Mandiri
untuk mengurangi hipertermi klien
agar klien dapat mempertahankan suhu klien pada batas normal
untuk mengurangi gangguan suhu tubuh klien
HE
agar klien dapat mencegah dan mengenali hipertermia secara komprehensif
agar tidak terjadi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan saat terjadi hipertermia
Kolaborasi
untuk mengurangi suhu tubuh klien
7.
Ganguan pola tidur (00095)
Domain: 4 aktivitas/istirahat
Kelas: 1 tidur/istirahat
Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Batasan karakteristik:
Perubahan pola tidur normal
Ketidak puasan tidur
menyatakan tidak merasa cukup istirahat
faktor yang berhubungan:
gangguan
kurang control tidur
NOC
reduksi ansietas
tingkat kenyamanan
tingkat nyeri
istirahat: tingkat dan pola
tidur: tingkat dan pola
criteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah nyeri akut pasien teratasi dengan
jumlah jam tidur dalam batas normal 6 sampai 8 jam perhari
pola tidur, kualitas dalam batas normal
perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
NIC
Observasi:
monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
Mandiri:
determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
HE:
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Instruksikan untuk monitor tidur pasien
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat tidur
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang tehnik tidur pasien
Observasi:
- Untuk mengoptimalkan kebutuhan tidur pasien sesuai kebetuhan
- Untuk mengetahui berapa lama kebutuhan tidur pasien setiap harinya
Mandiri:
Untuk mencegah terjadinya gangguan pola tidur karena efek medikasi.
Untuk merangsang timbulnya keletihan sehingga pasien lebih mudah dalam istirahat.
HE:
Agar pasien memahami pentingnya kebutuhan tidur.
Agar pola tidur pasien terjaga dan teratur.
Kolaborasi:
Untuk membantu pasien mencapai kebutuhan tidurnya.
Untuk membantu pasien menemukan cara mudah untuk tidur.
8.
Resiko infeksi (00004)
Domain: 11 keamanan/perlindungan
Kelas: 1 infeksi
Definisi: beresiko terhadap invasi organisme patogen
Faktor resiko:
Penekanan sistem imun
Penngkatan pemajanan lingkungan tehadap patogen
Kerusakan jaringan
NOC
Status imun
Keperahan infeksi
criteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, masalah nyeri akut pasien teratasi dengan
Faktor resiko infeksi akan hilang
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitourinari, dan imun dalam batas normal.
NIC
Observasi:
Pantau tanda dan gejala infeksi
Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Pantau hasil laboratorium
Mandiri:
Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri
Skrining kesehatan
Pengendalian infeksi
HE:
instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi faktor lingkungan gaya hidup atau praktek kesehatan yang meingkatkan resiko infeksi
pengendalian infeksi: ajarkan pasien dengan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi serta kapan harus melakukannya kepenyedia layanan kesehatan
Kolaborasi:
Berikan terapi antibiotik bila diperlukan
Melakukan tindakan operasi apabila diperlukan
Observasi
-Untuk mencegah terjadinya infeksi
-Untuk mengetahui faktor yang dapat memicu terjadinya infeksi dan mencegah terjadinya infeksi
-Untuk mengetahui penyebab terjadinya infeksi
Mandiri :
-Untuk mengembalikan sirkulasi pembuluh darah arteri dapat menutup dan membuka dengan normal.
- Untuk mengetahui keadaan normal atau abnormal organ tubuh maupun fungsinya
-Untuk menyembuhkan infeksi
HE :
untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
Agar pasien dan keluarga mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi resiko infeksi.
Agar pasien mengetahui tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi:
Untuk mengurangi dan membunuh bakteri atau virus penyebab infeksi.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada pasien.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Selain itu, dapat juga dijadikan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012- 2014. EGC: Jakarta
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2. Media Action : Yogjakarta.
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.
Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC:Jakarta.
Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta (jurnal).
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)
Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdf . diakses pada tanggal 7 November 2015