KONSEP DASAR ILEUS OBSTRUKTIF A. PENGERTIAN Ileus obstruktif obstruktif adalah adanya adan ya penyumbatan pada lumen usus oleh benda-benda b enda-benda mekanis atau non mekanis (paralysis otot-otot usus). usus). B. ETIOLOG ET IOLOGII Penyebab yang paling pal ing utama adalah obstruksi mekanis; atrisia atrisia bawaan. Lesi-lesi extrinsik misalnya perlengketan, perlen gketan, hernia interna dan eksterna. Striktura Striktura akibat peradangan, volvulus volvul us (usus melilit), melili t), invaginasi invagin asi (usus halus hal us masuk ke usus besar), thrombosis thrombosis pada mesentrium, bahkan bisa juga oleh cacing. Non mekanis; akibat akiba t dari gangguan neuromuskuler ne uromuskuler yang menimbulkan paralyse otot-otot otot-otot atau faktor faktor degenaratif pada usia manula 50%. C. PATOFISIOLOGI Obstruksi Obstruksi mekanis pada usus ini mungkin hanya simple si mple saja, sehingga hanya lumen usus saja yang tersumbat tersumbat yang mengakibatkan gangguan fungsi usus dan bi sa juga menimbulkan muntah karena distensi abdomen, sehingga mengganggu keseimbangan cairan dan ele ktrolit dan bila obstruksi terus terus berlangsung akan terjadi pengembangbiakan kuman terutama aerob. Paling Pali ng berbahaya bila sampai pembuluh darah usus terjepit (strangulasi), yaitu peredaran drah usus tertahan. tertahan. Lama kelamaan bagi usus yang tidak teraliri terali ri peredaran darah bisa menimbulkan gangguan pada usus. D. TANDA DAN GEJALA 1. Sifat kejang abdomen tengah yang cenderung lebih hebat bila obstruksinya makin tinggi. 2. muntah-muntah: muntah-muntah: mula-mula mengandung empedu dan da n mucus pada obstruksi bagian bagia n usus yang tinggi. Pada obstruks ob struksii usus bagian bagi an bawah muntah-muntahnya menjadi “feculent” yaitu berwarna jingga – coklat cokl at dengan bau busuk karena penyembuhan bakteri bakteri yang berlebihan berlebi han terhadap obstruksi. 3. Bising usus menurun. 4. Konstipasi dan kegagalan kegaga lan membuang gas melalui rektum (tidak bisa platus). 5. Perut kembung, distensi abdomen. 6. Suhu tubuh meningkat kadang-kadang bersifat progresif. progresif. E. PRIORITAS PRIORITAS KEPERAWATAN KEPER AWATAN 1. Membantu Membantu pasien/orang terdekat dalam penil aian psikososial. psi kososial. 2. Mencegah Mencegah komplikasi. komplikasi . 3. Mendukung perawatan diri mandiri. 4. Memberikan informasi tentang prosedur/prognosis, kebutuhan pengobatan, potensial komplikasi dan sumber komuniti. F. TUJUAN PEMULANGAN 1. Penilaian Penilai an untuk perubahan yang dirasa/aktual. dirasa/aktual. 2. Komplikasi dicegah/minimal. 3. Kebutuhan perawatan diri dipenuhi/dengan dipenuhi /dengan bantuan tergantung tergantung pada situasi khusus. 4. Prosedur/prognosis, Prosedur/prognosis, program terapi, terapi, potensial komplikasi dipahami dan d an sumber pendukung teridentifikasi.
KONSEP KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Identitas Klien Kli en Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku/bangsa, alamat, tanggal tanggal masuk RS R S dan lain-lain.
2. Keluhan Utama U tama Biasanya klien kl ien datang dengan kel uhan; sakit perut yang hebat, kembung, mual, muntah muntah dan tidak ada defekasi/BAB yang lama. 3. Riwayat penyakit sekarang. a. Perubahan pola B AB sejak sej ak kapan? (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi ). b. Sakit Saki t perut,kembung? perut,kembung? c. Mual,muntah,(fr Mual,muntah,(frekuensi ekuensi jumlah,warna, bau) ba u) d. Apa ada demam, d emam,bisa bisa platus? pl atus? e. Apa ada diberi dibe ri obat sebelum masuk rumah sakit? 4. Riwayat penyakit dahulu. a. Ada /tidak nyariwayat tumor ganas,polip/peradangan kronik? b. Riwayat pernah tidak nyaoperasi pada pad a daerah perut. c. Bagaimana keadaan BAB . Apakah sering merasa sakitperut sakitperut kembung,sulit kembung,sulit BAB dan d an keadaan fakes. d. Apakah ada riwayat hernia? e. Apakah pernah mengalami cedera Arauma? 5. Riwayat penyakit keluarga a. Apakah ada yang pernah sakit seperti seperti klein? klei n? b. Apakah ada yang pernah mengalamipenyakit mengal amipenyakit menularatau keturunan? 6. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum 1) Penampilan umum 2) Tanda vital (TD, Pols, resp, temp). temp). 3) TB, BB. 4) Kesadaran . b. Pemeriksaan fokus 1) Inspeksi a) Pada keadaan umum klien apakah kelihatan keli hatan sakit, meringis. b) Apakah ada muntah; warna coklat bila obstruksi pada usus hal us. c) Klien kel ihatan sakit bernafas karena perut kembung. d) Abdomen tampak kembung. e) Nampak tonjolan seperti bengkak pada bagian b agian perut. 2) Auskultasi Peristaltik usus menurun/meningkat. menurun/meningkat. 3) Perkusi a) Normal bunyi abdomen, tegang, dan kembung. b) Kulit Kuli t daerah abdomen terasa hangat, nyeri nyeri tekan. c) Teraba benjolan/masa di daerah abdomen. 7. Kebutuhan Kebutuhan Biologis Biol ogis a. Nutrisi: 1) Pola kebiasaan. 2) Jenis makanan/minuman. b. Eliminasi 1) Pola. 2) Frekuensi. 3) Jumlah, warna, bau, konsistensi (BAB/BAK) (BAB /BAK) c. Istirahat/tidur Mempunyai masalah/tidak. d. Aktifitas 1) Apakah A pakah terganggu/terbatas. terganggu/terbatas. 2) Faktor yang memperingan memperingan atau memperberat. memperberat. 3) Riwayat pekerjaan. 8. Riwayat Psikososial
Bagaimana pola pemecahan masalah klien terhadap masalahnya, demikian juga keluarga. 9. Riwayat Sosial a. Kebiasaan merokok, minuman keras, dan lain-lain. b. Konsep diri terhadap masalah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan l uka post operasi. Intervensi: a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, dan intensitas. b. Dorong klien untuk menyatakan masalah, dengarkan dengan aktif dan beri dukungan d engan penerimaan dan memberikan informasi yang tepat. c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. d. Bantu melakukan latihan gerak dan dorong ambulasi dini. e. Kolaborasi pemberian analgetik, tradosik inj/kolf 1 ampul. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pembedahan. Intervensi: a. Kaji tanda-tanda infeksi. b. Gunakan teknik septik dan aseptik. c. Ganti balutan sesuai indikasi. d. Observasi warna dan keluasan. e. Observasi keluhan mual/muntah, peningkatan nyeri, demam, dan adanya leukositosis. f. Kolaborasi pemberian antibiotik, taxegram.
Asuhan keperawatan pada pasien Ileus Obstruksi
A. 1.
KONSEP DASAR Pengertian
Ileus Obstruksi adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum karena hambatan ekstrinsik atau intrinsik, baik pada usus kecil maupun pada usus besar (Abdus Sjukur, 1994). Ileus Obstruksi adalah usus mengalami gangguan pengosongan isi oleh karena ada sumbatan pada usus ( Buku Mata Kuliah, 2003). 2. 1. 2. 3. 4. 5.
Etiologi Perletakan-perletakan pada usus
Streng Ileus.
Adanya tumor, Ascariasis atau penyakit karena infeksi cacing gelang. Hernia tercepit
Hernia incar cerata.
Invaginasi atau melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain. Puntiran segmen usus
Volvulus.
3.
Gejala Klinis
1.
Tidak bisa BAB dan flatus
2.
Muntah-muntah
3.
Keluhan pasien didahului oleh karena nyeri perut
4.
Kembung (Meteorismus)
4.
Patofisiologi
hilang timbul.
Obstruksi usus menyebabkan rektif hiperperistaltik (gerakan meliuk-li uk saluran cerna yang meningkat), distensi lumen usus oleh gas dan cairan dan pertumbuhan kuman-kuman. Dan terjadi kolik atau distensi(tindakan meregangkan) sehingga menjadi obstruksi proksinal muntah terjadi lebih dini, sedang pada obstruksi distal muntah terjadi lebih lambat. Dan obstruksi disertai dengan strangulasi (tercepit) sehingga terjadi nyeri hebat yang terlokalisi r dan gangguan eliminasi alvi. Dan dilakukan tindakan medis (laparotomi) sehingga timbul gangguan rasa nyaman nyeri dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat dari anoreksia. (UPF Ilmu Bedah, 1994)
5.
Macam-macam Illeus Obstruksi
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua : 1.
Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perle katan usus, hernia, neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang l ain, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), steiktur, fibrokistik dan hematoma. 2.
Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di setiap bagian kolor terapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, kelainan di vertikular, inflamasi, tumor jinak, impkasi fekal atau pemadatan dan lain-lain.
6.
Pemeriksaan dan Diagnosis
a. Foto polos abdomen (BOF) dengan posisi tegak atau lateral dekubitus tampak distensi usus proksimal dari hambatan dan fenomena anak tangga. Pada volvulus sigmoid tampak sigmoid yang distensi berbentuk U yang terbalik dan dapat juga di dapatkan : -
Gambaran usus melebar (Darm Courtur)
-
Gambaran seperti duri ikan
-
Gambaran seperti anak tangga (Air Fluid Level)
b.
Pada dugaan tumor kolor dapat di buat foto barium enema.
7.
Penyulit
-
Bila di sertai strangulasi dapat terjadi gangren usus
-
Capatnya penanganan sangat menentukan prognosa penderita
8.
Penatalaksanaan
1.
Dekompresi dengan pipa lambung.
2. Pemasangan infus untuk koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit juga keseimbangan asam basa. 3.
koreksi bedah
Tindakan bedah yang di lakukan sesuai dengan kelainan patologinya 4.
Antibiotika profilaksis atau terapeutik tergantung proses patologi penyebabnya.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam upaya memperbaiki dan memelihara Kx sampai ke tahap optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal Kx untuk memenuhi kebutuhannya.
I. A.
PENGKAJIAN Pengumpulan Data
1.
Identitas
Identitas paien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidkan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no. register, rungan, serta identitas orang yang bertanggung jawab selama Px di rawat di RS. 2.
Keluhan Utama
Panas umunya Kx tidak bisa BAB dan tibak bisa flatus, nyeri abdomen rasa tidak nyaman. 3.
Riwayat Penyakit
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya Px dengan illeus obstruksi datang dengan keluhan tidak bisa BAB dan tidak bisa flatus, nyeri abdomen rasa tidak nyaman, gangguan pernafasan setelah operasi laparotomi. b.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita Px sebelumnya seperti. c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga Kx yang menderita penyakit seperti Kx dan atau penyakit menular lainnya. 4.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup
Pada umumnya Kx / keluarga mengeri apa tidak tentang penyakit / kebiasaan hidu p sehat dan di bawa ke mana bila sakit. b.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada umunya pasien dengan ileus obstruksi mengalami gangguan pada fungsi peristaltik usus yaitu penurunan nafsu makan di karenakan abdomennya meterismus / kembung.
c.
Pola Eliminasi
Pada umumnya Kx tidak megalami gangguan pada eliminasi uri tetapi pada eliminasi alvi mengalami gangguan. d.
Pola Tidur dan Istirahat
Pada umumnya Kx ileus obstruksi mengalami gangguan waktu tidur karena nyeri pada abdomen yang mengakibatkan perut kembung / meteorismus. e.
Pola Aktivitas dan Latihan
Pada umumnya Kx mengalami gangguan beraktifitas karena mengalami gangguan rasa nyaman (nyeri). f.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada umumnya Px merasa cemas terhadap penyakitnya dan yang pasti pasi en ingin segera
cepat sembuh. 5.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
-
Biasanya pada px ileus obstruksi perut kembung
-
Gerakan usus
b.
Darm Steifung
Palpasi
-
Membran mukosa kering
-
Perut kembung
c.
Auskultasi
-
Biasanya takikardi / nadi lemah
-
Bising usus meningkat
B.
Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan, diidentifikasikan sehingga memunculkan masalah diagnosa keperawatan berdasarkan urutan prioritas masalah.
II. 1.
DIAGNOSA KEPRAWATAN Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Hiperperistaltik.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah dan intake yang tidak adekuat. 3.
III. 1.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
PERENCANAAN Dx : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Hierperistaltik.
Tujuan : - Nyeri akan berkurang dalam waktu 2 x 24 jam - Tampak rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat Kriteria Hasil : - Secara verbal Kx mengatakan nyeri berkurang - Ekspresi wajah tampak rileks / tidak menyeringai - TTV dalam batas normal Intervensi : 1.
Kaji hal yang menyebabkan nyeri
R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan penyembuhan.
2.
Jelaskan pada Kx tentang penyebab nyeri yang dialami
R/ Pengetahuan nyeri Kx tentang nyeri dapat di gunakan untuk mengurangi ketidaktahuan tentang penyakitnya. 3. Catat petunjuk non verbal misal gelisah, berhati-hati dengan abdomen, menarik dairi dan depresi R/ Petunjuk non verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dan dapat di gunakan pada hubungan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas / beratnya masalah. 4.
Beri posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang
R/ Menurunkan tegangann abdomen dan meningkatkan rasa kontrol. 5.
Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TB
R/ Dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema dan jarin gan kuat. 2. Dx : Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah dan intake yang tidak adekuat. Tujuan : - Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2 x 24 jam Kriteria Hasil : - Berat badan tidak turun - Tidak mual muntah Intervensi : 2.
Timbang berat badan tiap hari
R/ Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi. 3.
Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
R/ Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi. 4.
Anjurkan istirahat sebelum makan
R/ Menenangkan peristaltik dan meningkatkan senergi untuk makan.
5.
Auskultasi bising usus, catat bunyi tidak ada / hiperaktif
R/ Meskipun bising usus tidak ada inflamasi / iritasi usus dapat menyertai hiperakatifitas usus penurunan absorbsi air dan diare. 6.
Berikan kebersihan oral
R/ Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan 3.
Dx : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Tujuan : Keluarga mengerti maksud dan tujuan dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil :
-
Keluarga Kx tidak sering bertanya kepada petugas kesehatan / perawat
-
Kx menreti penyebab yang dapat menimbulkan ileus
obstruksi
Intervensi : 1.
Tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit
R/ Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar i ndividu. 2. Kaji ulang proses penyakit, penyebab hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifitaskan cara menyrynkan faktor pendukung R/ Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan Px untuk membuat keputusan informasi tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. 3.
Ajurkan untuk menghentikan merokok
R/ Dapat meningkatkan motilitas usus, meningkatkan gejal a. 4.
Beri penjelasan kepada Kx sebab dan akibat ileus obstruksi
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menembah wawasan keluarga.
IV.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan kerawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan keperawatan yang telah di terapkan meliputi tindakan idependent, dependetn, interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari bebrapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
askep ileus obstruksi
I. KONSEP DASAR PENYAKIT A.
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi: 1.
Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu: a.
Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.
2. Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan , merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibel akang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang. 3.
Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah l ambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melal ui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung. 4. Gaster (lambung) Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain: a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas. b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura minor. c.
Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus. e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior. 5. Usus halus Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar . Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepa skan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang di cerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah keci l enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yai tu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). a.
Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenumadalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latinduodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua bel as jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter , 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner . Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong". Mukosa usus halus Permukaan epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi memudahkan penernaan dan absorpasi c.
Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagi an terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus besar/interdinum mayor Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 7 bagian: a.
Sekum.
b.
Kolon asenden.
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm c.
Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
d.
Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± e.
28 cm.
Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm. f.
Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum. g. Rektum. Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
7. Anus. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar. (Drs. Syaifuddin, hal 87-92).
B. Definisi Ileus Obstruktif Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus hal us.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1.
Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi ole h peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. 2.
Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson Pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu: 1. Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah ali ran normal melalui saluran pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001). 2. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya i si usus (Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Gambar obstruksi usus. C. Etiologi Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu: 1.Mekanis : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses. 2.Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus (Brunner and Suddarth).
D.
Manifestasi Klinik
1.
Nyeri tekan pada abdomen.
2.
Muntah.
3.
Konstipasi (sulit BAB).
4.
Distensi abdomen.
5.
BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta, 2000, hal 318).
E.
Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus. 2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi. 3. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi (Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121). Asuhan keperawatan pada klien ileus obstruktif BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominali s yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendisi tis akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus di mana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia. Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien.
B.
Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan permasalahan, maka makalah ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan ileus obstruksi.
2. Memiliki intelektual dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ileus obstruksi. BAB II ISI
A. 1.
Konsep penyakit Defenisi
Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagno sis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. 2.
Etiologi
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain: 1.
Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:
a. Benda asing yang tertelan. Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi. b.
Bezoars mungkin merupakan faktor.
c.
Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
d.
Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula cholecystenteric.
e. Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah . Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada daerah lambung. f. Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur. 2. Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari adanya lesi pada dinding usus halus. a.
Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
b. Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya sebagian atau parsial. c.
Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur biasa.
d. Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen, dan terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau kanker cerviks. e. Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis yang dibutuhkan. f. Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang disebabkan ol eh lymphoma dan jarang adenocarsinoma. g. Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium, dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus halus. h. Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk kepala dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan i leus obstruktif. i. Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada umumnya adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen, walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi penyebab ileus obstruktif. 3. Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling umum atau sering: a. Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan. b.
Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
c. Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya iskemia dan kematian. d.
Hernia dapat menyebabkan obstruksi.
3.
Tanda dan gejala
a. Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi abdomen dalam berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada perforasi usus sebagai a kibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis oleh penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal. b. Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila bergerak. c. Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus hal us, muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus halus yang sudah basi . d. Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya, distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah. e. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, nyeri kolik adalah temuan klasik. Sakit yang muncul secara tiba-tiba, berlangsung beberapa menit kemudian memudar, dan normal kembali. Muntah merupakan hal yang luar biasa. Konstipasi adalah suatu temuan khas, walaupun terkadang ditemukan campuran darah dan lendir seperti selai merah, yang mana merupakan pathognomonis untuk suatu intussuscepsi. 4.
Klasifikasi
5.
Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional . Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. 6.
Pemeriksaan penunjang
1.
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus di sertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga. b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidaklah haany seba gai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi. c. CT–Scan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya starngulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainankelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. d. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi. e.
USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
f. MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis. g. Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi. 2.
Pemeriksaan Laboratorium.
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi. 7.
Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen. 2.
Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
3.
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4.
Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
8.
Penatalaksanaan
1.
Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi, karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi, strangulasi tidak dapat dicegah secara meyakinkan. 1.
Persiapan-persiapan sebelum operasi:
a. Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah muntah, mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang akibat tertelannya udara (mencegah distensi abdomen). b.
Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
dan memperbaiki keadaan umum pasien. c.
Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.
2.
Operasi:
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka daerah tersebut harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan penyayatan abdomen secara luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab obstruksi tersebut. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang mengalami obstruksi dibuang. Usus yang mengalami strangulasi dipotong. 3.
Pasca Bedah:
,,,,,,,,Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik. 2.
Obstruksi usus besar (letak rendah)
Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah pemotongan bagian yang mengal ami obstruksi. Persiapan sebelum operasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus halus, operasi terdiri atas proses sesostomi dekompresi atau hanya kolostomi transversal pada pasi en yang sudah lanjut usia. Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien untuk menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada awalnya memang tidak dibuang. 9.
Prognosis
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam. Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihi ndarkan. B.
Konsep keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. 1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup. 2.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku. b.
Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST : P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap). R : Di daerah mana gejala dirasakan S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10. T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan. c.
Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan. d.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien. 3.
Pemeriksan fisik
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk. Tanda : Kesulitan ambulasi b.
Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok) c.
Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus Tanda : Perubahan warna urine dan feces d.
Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus. Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah. Kulit buruk. e.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan f.
PernapasanGejala :
Peningkatan frekuensi pernafasan, Tanda
: Napas pendek dan dangkal
g.
Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus. 2)
Pemeriksaan simtologi
3)
Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4)
Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5)
Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl ‑ rendah
6)
Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia) 8)
Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusi a (status kesehatan, resiko perubahan pola hi dup) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow. Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : 1.
Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
2.
Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan i nterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif. 3.
Intervensi keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Adapun renana tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan obstruksi usus antara lain: 1.
Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.
Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks. Kriteria hasil : a.
Nyeri berkurang sampai hilang.
b.
Ekspresi wajah rileks.
c.
TTV dalam batas normal.
d.
Skala nyeri 3-0.
Intervensi: a. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor pemberat/penghilang. Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan pasien rentang ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat dan mengevaluasi keefektifan analgesia. b.
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD , nadi dan pernafasan, yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda vitalterus menerus memerlukan evaluasi lanjut. c. Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan penggunaan bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan. Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional), menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan kopi ng. d. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih ditunda. Tingkatkan privasi dan gunakan tindakan keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila pasien berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-fowler atau berdiri sesuai kebutuhan. Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot. Posisi tegak meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam berkemih. Kolaborasi e.
Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.
Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik. f.
Kateterisasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat digunakan untuk mengosongkan kandung kemih sampai fungsinya kembali. 2.
Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.
Tujuan: Volume cairan seimbang. Kriteria hasil: a.
Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.
b.
Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi:
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan. Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan hematoma, yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. b.
Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa.
Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi. c.
Perhatikan adanya edema.
Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumin serum/protein. d. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi keeimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap hari. Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan. e.
Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.
Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler menurunkan volume sirkulasi dan merusak perfusi ginjal. f. Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes pH sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering. Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH kurang dari 5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres. Pengubahan posisi mencegah pembentukan magenstrase di lambung, yang dapat menyalurkan cairan gastrik dan udara melalui selang NGT kedalam duodenum. Kolaborasi: g.
Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.
Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan distensi/tekanan di garis jahitan dan menurunkan mual/muntah, yang dapat menyertai anastesia,manipulasi usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker 3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi. Kriteria hasil : a.
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
b.
Berat badan stabil.
c.
Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi:
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas. Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi. b.
Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.
Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari). c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C. Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi. d.
Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan berminyak.
Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus, memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat. Kolaborasi e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet). Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi. 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosi dan kebutuhan pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan i nterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif. Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya. Kriteria hasil : a.
Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita
b.
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar.
c.
Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan.
Intervensi: a.
Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan diet.
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi usus. b.
Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien dipulangkan dengan alat ini.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kemampuan perawatan diri. c.
Tinjau perawatan kulit disekitar selang.
Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan menurunkan resiko infeksi. d. Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis, mis demam menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi luka, perubahan karakteristik drainase.
Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius dan mengancam hidup. e. Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak mengangkat benda berat selama 6-8 minggu dan menghindari latihan dan ol ahraga keras. Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.
BAB III PENUTUP 1.
Kesimpulan :
a. Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagno sis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. b. Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu: 1. Mekanis : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses. 2.
Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
2.
Saran
a.
Untuk mahasiswa-mahasiswi
Semoga dengan adanya tugas ini mahasiswa lebih giat lagi belajar. b.
Untuk dosen
Semoga dosen tidak pernah bosan mengajari kami terutama pembuatam penyimpangan KDM.