I. FORMULA ASLI
: Dipenhidramin HCl
II. MASTER FORMULA
:
Nama Produk
: BENHYDRA INJECTION
Jumlah Produk
: 10 vial @ 10 mg
No. Registrasi
: DKL 1000100844A1
No. Batch
: C 250510
Tiap 10 ml mengandung
Dipenhidramin HCl
1%
Natrium Benzoat
0,5 %
NaCl 0,9 %
0,074 ml
Aqua Pro Injection Injection
ad
10 ml
Pabrik
Nama Produk Dibuat Oleh
Tanggal
Disetujui Oleh Master Formula
PT. BECHYS
Produk
DARWIS, S. Farm FARMA
Kode Bahan
Nama Bahan
Per Dosis
Per Batch
DPH 001
Dipenhidramin HCl
100 mg
1,150 g
NAB 001
Natrium Benzoat
50 mg
0,575 g
NCL 001
Na. Klorida 0,9 %
0,074 ml
0,74 ml
Aqua Pro Injection Injection
ad 10 ml
ad 115 ml
API 001
III. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN a. Dipenhidramin HCl 1. Menurut Fater Edisi V, hal 277 Antihistamin misalnya antigen, neuntregan, dipenhidramin dan tripenolamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati edema, eritem dan pruritus terapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H 1 (ΔH1). 2. Menurut Fater Edisi V, hal 278 Dipenhidramin dosis dewasa 25 sampai 50 mg. masa kerja 3 – 4 jam aktivitas kolinergik +++ (sedasi kuat, anti-motion sickness) merupakan antihistamin generasi I. 3. Menurut RPS
18th
, hal 1126
Antihistamin
potensial
bersifat
antikolinergik
(drying)
antitusive, antiematika dan efek seditif. Dosis dewasa untuk intravena atau intramuskuler 10 – 50 mg, dengan maksimum 400 mg per hari bentuk sediaan injeksi 10 dan 50 mg/ml. 4. Menurut DOM Martin, hal 331 Dipenhidramin HCl berwarna
putih, serbuk Kristal yang
perlahan – lahan menguap jika terekspos cahaya. Mudah larut
dalam air dan alcohol. Larut dalam air mendekati netral (pH sekitar 7,0) 5. Menurut FI Edisi III, hal 229 Injeksi
dipenhidramin
hidriklorida
mengandung
dipenhidramin hidroklorida, C 17H21OH, HCl tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. 6. Menurut Scoville’s, hal 500 Dipenhidramin
HCl
(Benadril
HCl)
perlahan –
lahan
menggelap jika terekspos pada cahaya dalam waktu lama, sangat mudah larut dalam air dan alcohol dan larutannya netral. Mengendap dengan alkali dan inkompatibel dengan konklorida. b. Aqua Pro Injection 1. Menurut Ansel, hal 406 – 407 Pelarut yang sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar – besaran adalah ait untuk obat suntik (water form injection, USP). Air dimurnikan dengan cara memenuhi standar yang sama dengan purifield water. 2. Menurut RPS18th, hal 1303 Air untuk injeksi adalah air murni dari hasil destilasi atau reverse
osmosis
dan
tidak
mengandung
bahan
tambahan.
Digunakan
sebagai
tambahan
farmaseitical
(pembawa
atau
pelarut). 3. Menurut Formulasi Steril, hal 51 Pelarut yang paling sering digunakan dalam obat suntik secara besar – besaran adalah air untuk injeksi atau WFI (water for injection). 4. Menurut FI Edisi III, hal 97 Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi atau memenuhi uji pirogenitas dan uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati. c. Natrium Benzoat 1. Menurut Excipient Edisi V, hal 662 Natrium benzoate digunakan sebagai antimikroba pengawet dalam kosmetik, makanan dan produk farmasi. Hal ini digunakan dalam produk parenteral dengan konsentrasi 0,5 %. d. Natrium Klorida 0,9 % 1. Menurut Ilmu Meracik Obat, hal 196 Zat tambahan yang digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida, glukosa, kalium nitras, natrium sitras dan sebagainya.
2. Menurut R. Voight, hal 485 Pada umumnya untuk isotonis digunakan natrium klorida, kadang – kadang juga glukosa dan sukrosa.
IV. URAIAN BAHAN 1. Dipenhidramin HCl (FI Edisi III, hal 228) Nama resmi
: DIPENHYDRAMINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain
: Dipenhidramina hidroklorida
Rumus kimia
: C17H21OH, HCl
Rumus bangun
:
CH-O-(CH2)2-N(CH3)2-HCl
2 – difenilmetoksi – N, N – dimekleklamina hidroklorida. Berat molekul
: 291,82
Pemerian
: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit disertai rasa tebal.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, sangat sukar larut dalam eter P, agak sukar larut dalam aseton P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
K/P
: Antihistaminikum
Dosis maksimum
: Sekali 100 mg, sehari 250 mg
Inkompatibilitas
: Terhadap ion klorida dari dalam larutan ynag bersifat basa membentuk endapan.
2. Aqua Pro Injection (FI Edisi III, hal 97) Nama resmi
: AQUA PRO INJECTIONE
Nama lain
: Air untuk injeksi
Pemerian
: Cairan jernih, ridak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan
dalam
waktu
3
hari
setelah
pembuatan. K/P
: Untuk pembuatan injeksi.
3. Natrium Benzoat (FI Edisi III, hal 395 - 396) Nama resmi
: NATRII BENZOAS
Nama lain
: Natrium Benzoat
Rumus kimia
: C6H5CO2Na
Berat molekul
: 144,11
Pemerian
: Butiran serbuk hablur, putih tidak berbau atau hamper tidak berbau.
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
K/P
: Zat pengawet.
Stabilitas
: Larutan air dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi dalam jumlah besar sebaiknya disimpan di wadah tertutup baik, tempat dingin dan kering. (Excipient, hal 472)
Inkompatibilitas
: Inkompatibel
dengan
senyawa
kuartener,
gelatin, besi, garam kalsium dan garam, logam berat termausk perak dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan surfaktan non ioninya atau kaolin. (Excipient, hal 472) 4. Natrium Klorida (FI Edisi III, hal 403) Nama resmi
: NATRII CHLORIDUM
Nama lain
: Natrium klorida
Rumus kimia
: NaCl
Berat molekul
: 58,44
Pemerian
: Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan
: Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
K/P
: Sumber ion klorida dan ion natrium.
V. FARMAKOLOGI a. Menurut OOP, hal 821 Disamping
daya
antikolinergi
dan
sedatif
yang
kuat,
antihistamin ini juga bersifat spasmolitis, anti-emetis dan antivertigo (anti pusing). Digunakan sebagai obat antigatal pada articeria akibat alergi (Caladryl). Dosis : oral 4 dd 25 – 50 mg, IV 10 – 50 mg. b. Menurut fater Edisi V, hal 206 Dipenhidramin 50 mg, 3 – 4 kali sehari diberikan bersama levosopa, untuk mengatasi efek ansietas dan insomnia akibat levodopa walaupun menimbilkan perasaan kantuk, obat kelompok ini dapat memperbaiki suasana perasaan karena efek psikotropiknya menghasilkan eutorio. Efek antikolinergik perifer lemah, sehingga besar lidah hanya sedikit dipengaruhi. c. Menurut Genatri C. handbook, hal 361 Mekanisme aksi
: Bersaing dengan histamin untuk reseptor H, pada
sel
reseptor
dijalur
gastrointestinal,
pembuluh darah dan jalur pernapasan. Farmakodinamik
: durasi aksi 4 – 7 jam.
Farmakokinetika
: Absorbsi oral 65 %, metabolisme dihati sebagian kecil diparu – paru dan ginjal, eliminasi tubuh total bersaing pada organ orang dewasa.
VI. PERHITUNGAN a. Perhitungan Isotonis (Menurut Scoville’s, hal 169)
⁄ ⁄ ( ) ( )
[ * +] ⁄ ⁄
Perhitungan faktor Van Hoff HCl
H+ + Cl-
Na. Benzoat i = 1 + (n – 1)α 1,8 = 1 + (2 – 1)α 1,8 = 1 + α 0,8 = α
n=2 CO 2Na
CO- + Na+
n=2
b. Perhitungan Bahan 1. Volume vial = 10 vial × 10 ml = 100 ml 2. Volume penambahan = 10 vial × 0,5 ml = 5 ml
3. Volume pembilasan =
4. Volume total = 100 ml + 5 ml + 10 ml = 115 ml Maka pada penimbangan untuk dipenhidramin 10 mg × 10 ml = 100 mg
1. Dipenhidramin HCl = 2. Na. Benzoat =
3. NaCl 0,9 % = 0,074 ml × 10 = 0,74 ml 4. Aqua Pro Injection ad 115 ml
VII. CARA KERJA a. Sterilisasi Alat 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Vial dicuci dengan deterjen yang sesuai, kemudian dibebas alkalikan dengan menggunakan HCl 0,1 N kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 80ºC. setelah itu dibilas dengan aquadest kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 170ºC selama 2 jam. 3. Tutup karet disterilkan dan dibebas sulfurkan dengan cara direndam dalam Na 2CO3 2 % yang mengandung 1 % Na Lauryl sulfat dan dipanaskan selama 15 menit. 4. Kemudian
didinginkan
dan
dicuci
dengan
aquadest
lalu
disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit. b. Cara Kerja Pembuatan 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang dipenhidramin HCl, Natrium Benzoat dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. 3. Diukur Natrium klorida 0,9 % dan dimasukkan ke dalam gelas kimia tadi. 4. Diukur aqua pro injection dan dipanaskan setengahnya. 5. Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi campuran obat.
6. Dicukupkan volumenya dengan aqua pro injection. 7. Dimasukkan larutan ke dalam vial masing – masing 10 ml. 8. Disegel vial setelah dimasukkan, kemudian ditutup dengan karet. 9. Disterilkan vial dengan cara dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama ± 30 menit. 10. Dikeluarkan dari autoklaf, diberi etiket, brosur dan dimasukkan ke dalam kemasan.
DAFTAR PUSTAKA Alfonso Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi , Edisi III. University Indonesia Press : Jakarta. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. BPOM : Jakarta. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. BPOM : Jakarta. Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi , Edisi V. University Indonesia Press : Jakarta. Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril . Andi Jogyakarta : Jakarta. Martindalle. 2009. The Complete Drug Reference. Pharmaceutical Press : London. Rowe,
Raymond
C.
2009.
Handbook
of
Pharmaceutical
Excipient .
Pharmaceutical Press : London. Scoville’s. 1957. The Art of Compounding . MC Grow Hill Book Company Inc :
Jakarta. Tjay, Raharja. 2007. Obat – Obat Penting . Depkes RI : Jakarta.