2.1. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya absorbsi. Efusi pleura merupa merupakan kan manifes manifestasi tasi penyak penyakit it pada pada pleura pleura yang yang paling paling sering sering dengan dengan etiolog etiologii yang yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner, inflamasi, inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi dan diterapi.
2.2. Epidemiologi
Di Ameri Amerika ka Serika Serikat, t, 1, !uta kasus kasus efusi efusi pleura pleura ter!adi ter!adi tiap tahunny tahunnya. a. Sement Sementara ara pada pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 !uta orang, "### orang terdiagnosa efusi pleura. Secara keseluruhan, insidensi efusi pleura sama antara pria dan $anita. %amun terdapat perbedaan pada kasus-kasus tertentu dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh !enis kelamin. &isalnya, hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna ter!adi pada $anita. Dalam Dalam hal ini efusi efusi pleura pleura malign malignaa paling paling sering sering diseba disebabka bkan n oleh oleh kanker kanker payuda payudara ra dan keganasan ginekologi. Sama halnya dengan efusi pleura yang berhubungan dengan sistemic lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering di!umpai pada $anita. Di Amerika Serikat, efusi pleura yang berhubungan dengan mesotelioma maligna lebih tinggi pada pria. Hal ini mungkin mungkin disebabkan oleh tingginya tingginya paparan terhadap asbestos. asbestos. Efusi pleura yang berkaitan dengan dengan pankreati pankreatitis tis kronis. kronis.
inside insidensi nsiny nyaa lebih lebih tinggi tinggi pada pria pria dimana dimana alkoholi alkoholisme sme
merupakan merupakan etiologi utamanya. Efusi rheumatoid rheumatoid !uga ditemukan ditemukan lebih banyak banyak pada pria daripada daripada $anita. $anita. Efusi pleura kebanyakan ter!adi pada usia de$asa. %amun demikian, demikian, efusi pleura belakangan ini cenderung meningkat pada anak-anak dengan penyebab tersering adalah pneumonia.
2.3. Etiologi Dan Patofisiologi
'ongga pleura normal berisi cairan dalam !umlah yang relatif sedikit yakni #,1 ( #,) m*+kg bb pada tiap sisinya. ungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan kembang kempis paru selama selama proses proses pernaf pernafasan asan.. airan airan pleura pleura diprod diproduks uksii dan dielimi dieliminas nasii dalam dalam !umlah !umlah yang yang seimbang. seimbang.
umlah cairan cairan pleura yang diproduksi diproduksi normalny normalnyaa adalah 1/ m*+hari dengan dengan
kapasitas absorbsi maksimal drainase sistem limfatik sebesar #,)-#," m*+kgbb+!am. airan ini memiliki konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer.
airan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan hidrostatik, tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta kemampuan drainase limfatik. Efusi pleura ter!adi sebagai akibat gangguan keseimbangan faktor-faktor di atas.0erlihat bah$a cairan pleura berasal dari pembuluh darah sistemik pada membran pleura parietal dan viseral ditun!ukkan
pada
panah
yang
terputus-putus2.
3embuluh
darah
pleura
parietal
mikrovaskular interkostal2 merupakan terpenting pada sistem ini sebab pembuluh darah ini paling dekat dengan rongga pleura dan memiliki tekanan filtrasi yang lebih tinggi daripada mikrovaskuler bronkial pada pleura viseral. airan pleura a$alnya akan absorbsi kembali oleh mikrovaskuler, sisanya akan dikeluarkan dari rongga pleura melalui saluran limfatik pada pleura parietal panah utuh2.
3ersamaan yang menun!ukkan hubungan keseimbangan antara tekanan hidrostatik danonkotik adalah sebagai berikut 4 5 6 k 7 83mv ( 3pmv2 ( s nmv ( npmv29. 3ada persamaan ini, 5 merupakan tekanan filtrasi, k merupakan koefisien filtrasi, 3mv dan 3pmv merupakan tekanan hidrostatik pada ruang mikrovaskular dan perimikrovaskular. s merupakan koefisien refleksi bagi total protein mulai dari skor # permeabel penuh2 hingga 1 tidak permeabel2. nmv dan npmv menyatakan tekanan osmotik protein cairan di mikrovaskular dan perimikrovaskular. 3ada keadaan normal, cairan yang difiltrasi !umlahnya sedikit dan mengandung protein dalam !umlah yang sedikit pula.
Adapun gambaran normal cairan pleura adalah sebagai berikut : ernih, karena merupakan hasil ultrafiltrasi plasma darah yang berasal dari pleura parietalis : pH /,;#-/,;< : =andungan protein kurang dari )> 1-) g+d*2 :=adungan sel darah putih ? 1### +m :=adar glukosa serupa dengan plasma :=adar *DH laktat dehidrogenase2 ? #> dari plasma. Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis. 3enyebab efusi pleura tersering adalah gagal !antung kongestif penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebabefusi pleura tersering2, pneumonia, keganasan serta emboli paru. @erikut ini merupakan mekanismemekanisme ter!adinya efusi pleura 4
1. Adanya perubahan permeabilitas membran pleura misalnya 4 inflamasi, keganasan, emboli paru2 ). @erkurangnya tekanan onkotik intravaskular misalnya 4 hipoalbuminemia, sirosis2 ". &eningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau kerusakan pembuluh darah misalnya
4
trauma,
keganasan,
inflamasi,
infeksi,
infark
pulmoner,
hipersensitivitas obat, uremia, pankreatitis2 <. &eningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah pada sirkulasi sistemik dan atau sirkulasi sirkulasi paru misalnya 4 gagal !antung kongestif, sindrom vena kava superior2 . @erkurangnya tekanan pada rongga pleura sehingga menyebabkan terhambatnya ekspansi paru misalnya 4 atelektasis ekstensif, mesotelioma2 ;. @erkurangnya sebagaian kemampuan drainase limfatik atau bahkan dapat ter!adi blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus torasikus misalnya 4 keganasan, trauma2 /. &eningkatnya cairan peritoneal, yang disertai oleh migrasi sepan!ang diafragma melalui !alur limfatik ataupun defek struktural. misalnya 4 sirosis, dialisa peritoneal2 . @erpindahnya cairan dari edema paru melalui pleura viseral B. &eningkatnya tekanan onkotik dalam cairan pleura secara
persisten dari efusi
pleura yang telah ada sebelumnya sehingga menyebabkan Akumulasi cairan lebih banyak lagi. Sebagai akibat dari terbentuknya efusi adalah diafragma men!adi semakin datar atau bahkan dapat mengalami inversi, disosiasi mekanis pleura viseral dan parietal, serta defek ventilasi restriktif. Efusi pleura secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi tersebut. airan transudat dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik, sementara eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi pleura ataupun akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. 3ada kasus-kasus tertentu, cairan pleura dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat. Gambaran Klinis
Efek yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan di rongga pleura bergantung pada !umlah dan penyebabnya. Efusi dalam !umlah yang kecil sering tidak berge!ala. @ahkan efusi dengan !umlah yang besar namun proses akumulasinya berlangsung perlahan hanya menimbulkan sedikit atau bahkan tidak menimbulkan gangguan sama sekali. ika efusi ter!adi sebagai akibat penyakit inflamasi, maka ge!ala yang muncul berupa ge!ala pleuritis pada saat
a$al proses dan ge!ala dapat menghilang !ika telah ter!adi akumulasi cairan. Ce!ala yang biasanya muncul pada efusi pleura yang !umlahnya cukup besar yakni 4 nafas terasa pendek hingga sesak nafas yang nyata dan progresif, kemudian dapat timbul nyeri khas pleuritik pada area yang terlibat, khususnya !ika penyebabnya adalah keganasan. %yeri dada meningkatkan kemungkinan suatu efusi eksudat misalnya infeksi, mesotelioma atau infark pulmoner. @atuk kering berulang !uga sering muncul, khususnya !ika cairan terakumulasi dalam !umlah yang banyak secara tiba-tiba. @atuk yang lebih berat dan atau disertai sputum atau darah dapat merupakan tanda dari penyakit dasarnya seperti pneumonia atau lesi endobronkial. 'i$ayat penyakit pasien !uga perlu ditanyakan misalnya apakah pada pasien terdapat hepatitis kronis, sirosis hepatis, pankreatitis, ri$ayat pembedahan tulang belakang, ri$ayat keganasan, dll. 'i$ayat peker!aan seperti paparan yang lama terhadap asbestos dimana hal ini dapat meningkatkan resiko mesotelioma. Selain itu perlu !uga ditanyakan obat-obat yang selama ini dikonsumsi pasien Hasil pemeriksaan fisik !uga tergantung dari luas dan lokasi dari efusi. 0emuan pemeriksaan fisik tidak didapati sebelum efusi mencapai volume "## m*. Cangguan pergerakan toraks, fremitus melemah, suara beda pada perkusi toraks, egofoni, serta suara nafas yang melemah hingga menghilang biasanya dapat ditemukan. riction rub pada pleura !uga dapat ditemukan. airan efusi yang masif 1### m*2 dapat mendorong mediastinum ke sisi kontralateral. Efusi yang sedikit secarapemeriksaan fisik kadang sulit dibedakan dengan pneumonia lobaris, tumor pleura, atau fibrosis pleura. &erubah posisi pasien dalam pemeriksaan fisik dapat membantu penilaian yang lebih baik sebab efusi dapat bergerak berpindah tempat sesuai dengan posisi pasien. 3emeriksaan fisik yang sesuai dengan penyakit dasar !uga dapat ditemukan misalnya,edema perifer, distensi vena leher, Sgallop pada gagal !antung kongestif. Edema !uga dapat muncul pada sindroma nefrotik serta penyakit perikardial. Ascites mungkin menandakan suatu penyakit hati, sedangkan !ika ditemukan limfadenopati atau massa yang dapat diraba mungkin merupakan suatu keganasan
Penatalaksanaan
Efusi transudatif biasanya ditangani dengan mengobati penyakit dasarnya. %amun demikian, efusi pleura yang masif, baik transudat maupun eksudat dapat menyebabkan ge!ala respiratori berat. Dalam keadaan ini, meskipun etiologi dan penanganan penyakit dasarnya telah dipastikan, drainase efusi perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien. 3enanganan efusi eksudatif bergantung pada etiologi yang mendasarinya. 0iga etiologi utama yang paling sering di!umpai pada efusi eksudatif adalah pneumonia, keganasan dan
tuberkulosis. 3arapneumonia yang mengalami komplikasi dan empiema harus didrainase untuk mencegah pleuritis fibrotik. Efusi maligna biasanya didrainase untuk meringankan ge!ala bahkan pleurodesis diindikasikan untuk mencegah rekurensi. @eberapa obat-obatan diketahui dapat menyebabkan efusi pleura yang bersifat transudatif. Hal ini perlu diketahui secara dini untuk menghindari prosedur diagnostik lain yang tidak perlu.
2.7.1. Efusi parapneumonik
Dari seluruh efusi pleura eksudatif, efusi pleura parapneumonik secara khusus mendapat prioritas utama untuk sesegera mungkin didiagnosa dan penanganan berupa drainase meskipun antibiotik empiris telah diberikan. Hal ini disebabkan karena efusi pleura yang terinfeksi dapat mengalami koagulasi secara cepat dan membentuk lapisan fibrous sehingga nantinya memerlukan tindakan bedah untuk dekortikasi. Adapun indikasi torakosentesis urgensi pada efusi parapneumonia antara lain 4 12 cairan purulen )2 pH cairan pleura ? /,) "2 efusi terlokulasi <2 di!umpai bakteri pada pe$arnaan Cram atau pada biakan. 3asien yang tidak memenuhi kriteria diatas harus menun!ukkan perbaikan dengan terapi antibiotik yang sesuai dan diberikan selama 1 minggu.
2.7.2. Efusi pleura maligna
Efusi pleura merupakan suatu pertanda kondisi yang berat dengan harapan hidup kurang dari 1 tahun. 3ada beberapa pasien, drainase cairan efusi pleura dalam !umlah yang banyak dapat mengurangi ge!ala yang disebabkan oleh distorsi diafragma dan dinding toraks oleh cairan efusi. enis efusi ini biasanya sering berulang sehingga perlu dilakukan torakosentesis berulang, pleurodesis atau pemasangan kateter yang menetap sehingga pasien dapat mengeluarkan cairan efusi sesuai kebutuhan di luar rumah sakit. 3ada pasien yang mengalami efusi masif sehingga !aringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter yang menetap merupakan pilihan utama. %amun !ika tidak ada pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat digunakan adalah pleurodesis pleural sklerosis2. Dari sebuah penelitian non-randomiFed oleh ysh E0 dkk )#1)2 didapati bah$a "< pasien yang memilih menggunakan kateter menetap secara signifikan lebih cepat pulang darirumah sakit, lebih !arang mengalami rekurensi efusi, dan lebih cepat memperoleh perbaikan kualitas hidup dibanding "1 pasien lainnya yang memilih tindakan pleurodesis.
2.7.3. Pleuritis tuberkulosa
Hal yang khas dari efusi yang disebabkan oleh tuberkulosa adalah sifatnya yang dapat sembuh sendiri. %amun demikian, ;> pasien dengan pleuritis tuberkulosa primer mengalami reaktivasi dalam tahun. Gleh karena itu pemberian obat antituberkulosis biasanya akan dimulai sebelum hasil kultur diperoleh !ika keadaan klinis mendukung, dan hasil analisa cairan pleura menun!ukkan suatu eksudat yang tidak dapat di!elaskan atau dengan cairan efusi limfositik serta tes tuberkulin positif.
2.7.4. Intervensi beda
ntervensi bedah paling sering diperlukan dalam penanganan efusi parapneumonia yang tidak dapat didrainase secara adekuat dengan !arum biasa ataupun dengan kateter ukuran kecil. 0orakoskopi dengan tuntunan video bermanfaat untuk dapat memvisualisasi dan biopsi pleura secara langsung untuk mendiagnosa efusi eksudatif secara lebih baik. 0indakan dekortikasi bermanfaat untuk membebaskan bagian paru yang ter!ebak pada bagian pleura yang mengalami penebalan. 3emasangan pintasan pleuroperitoneal merupakan salah satu pilihan dalam penanganan efusi pleura yang mengalami rekurensi, simtomatik, dan kebanyakan hal ini di!umpai pada efusi pleura maligna, namun digunakan pula pada efusi chylous. %amun sayangnya !alur pintasan sering mengalami disfungsi sehingga sering diperlukan pembedahan untuk perbaikan. 0indakan bedah !uga diperlukan untuk kasus-kasus !arang seperti defek diafragma pada pasien dengan ascites, serta untuk mengikat duktus torasikus untuk mencegah reakumulasi efusi chylous. Disiplin ilmu lainyang mungkin terlibat dalam penanganan efusi pleura antara lain 4 pulmonologis, radiologi intervensi, serta bedah toraks bergantung pada lokasi efusi dan kondisi klinis. 2.7.!. "orasentesis terapeutik
0orasentesis teraputik betu!uan untuk mengeluarkan cairan dalam !umlah
yang
banyak pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang sedang berlangsung dan !uga fibrosis pada efusi parapneumonia. 0iga hal berikut penting untuk diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, 12 gunakan kateter berukuran kecil atau kateter yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan !angan menggunakan !arum untuk menghindari pneumotoraks. )2 monitoring oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu dilakukan untuk memantau oksigenasi arterial yang dapat sa!a memburuk akibat perubahan perfusi dan ventilasi selama proses re-ekspansi paru.
"2 Isahakan cairan yang diambil tidak terlalu banyak aJgar tidak ter!adi edema paru dan pneumotoraks. @iasanya <##-## cc cairan yang dikeluarkan telah memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan batasan yang direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1, *. @atuk sering ter!adi pada proses torasentesis. Hal ini sering ter!adi dan tidak merupakan indikasi untuk menghentikan prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak nyaman.
2.7.#. Pipa "orakostomi
3ipa torakostomi diindikasikan pada efusi yang lebih masif dan efusi parapneumonia yang terkomplikasi ataupun empiema.
A0E*E=0ASS DE%S =olapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. =ondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan
pernafasan
berkurang.
EliFabeth
.or$in
,
)##B2.
E0G*GC =lasifikasi atelektasis berdasarkan penyebabnya ialah EliFabeth .or$in, )##B24 Atelektasis =ompresi Atelektasis kompresi ter!adi ketika sumber dari luar alveolus menimpa kan gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini ter!adi !ika dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru mengembang tekanan pleura 2 dan dengan pa!anan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelekasis kompresi !uga dapat ter!adi !ika terdapat tekanan yang beker!a pada paru atau alveoli akibat pertumbuhan tumor. Distensi abdomen, atau edema, dan pembengkakan ruang interstitial yang mengelilingi alveolus. Atelektasis AcJuired atau Didapat. Atelektasis pada de$asa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. adi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. stilah ini banya
menyangkut mekaanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi
dari
perubahan
tersebut.
Altelektasis absorpsi ter!adi !ika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Idara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. 0ergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. 3enyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering ter!adi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis,
dapat
pula
menyebabkan
obstruksi
karena
sumbatan
bahan
mukopurulen. =adang-kadang obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat !uga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelen!ar getah bening seperti pada tuberculosis, contohnya2 dan oleh aneurisma pembuluh darah. K Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. ni adalah ke!adian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah !antung kongesti. 3neumotoraks dapat !uga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi. K Atelektasis kontraksi ter!adi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi. K Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti ter!adi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom ga$at napas orang de$asa dan bayi. 3ada sebagian kecil kasus, atelektasis ter!adi karena patogenesis tertentu yang menyertai !elas pada dinding
dada.
Atelektasis didapat acJuired2 dapat akut atau kronis. @iasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang men!adi manifest karena mendadak
timbul sesak napas. &emang peristi$a sesak napas akut dalam < !am setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. Lang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan ter!adi reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan bagian penting untuk ter!adinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam. @erdasarkan luasnya atelektasis4 M
&assive atelectase, mengenai satu paru
M
Satu lobus, percabangan main bronchus
@erdasarkan lokasi atelektasis4 M
Atelektasis lobaris ba$ah4 bila ter!adi dilobaris ba$ah paru kiri, maka
akan tersembunyi dibelakang bayangan !antung dan pada foto thorak 3A hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi. M
Atelektasis lobaris tengah kanan right middle lobe2. Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelen!ar getah bening yang
membesar. M
Atelektasis lobaris atas upper lobe24 memberikan bayangan densitas
tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis. M
Atelektasis segmental4 kadang-kadang sulit dikenal pada foto thora! 3A,
maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring obligue2, yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis. M
Atelektasis lobularis plate like+atelektasis local2. @ila penyumbatan
ter!adi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan ter!adi bayangan horiFontal tipis, biasanya dilapangan paru ba$ah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. =arena hanya sebagian kecil paru terkena, maka M
biasanya
tidak
ada
keluhan.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. =olaps pada bagian ini meliputi
bagian anterior, superior dan medial. 3ada foto thorak 3A tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. 3ada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat !uga mengalamai pergeseran ke arah superior.
3A0GSG*GC Setelah penyumbatan bronchial yang ter!adi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan ter!adinya kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. 3aru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat a$al, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. ika kapiler dan !aringan hipoksia mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. 3engeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume. @agaimanapun !uga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak
hati
dan
mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan G) kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan ker!a pernapasan. =iranya aliran darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. 0ekanan G) biasanya normal atau seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim
paru-paru
yang
normal.
0anda dan Ce!ala Atelektasis dapat ter!adi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. 3enderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami ge!ala sama sekali, $alaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Ce!alanya bisa berupa4 1. gangguan pernafasan. ).
nyeri dada.".
batuk.
ika disertai infeksi, bisa ter!adi demam dan peningkatan denyut !antung, kadang-kadang
sampai
ter!adi
syok tekanan darah
sangat
rendah2.
=G&3*=AS Atelektasis yang berkepan!angan dapat menyebabkan penggantian !aringan paru yang terserang dengan !aringan fibrosis dan !uga atelektasis dapat menyebabkan pirau !alan pengalihan2 intrapulmonal perfusi ventilasi2 dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia.
3E%A0A*A=SA%AA% 0u!uan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan !aringan paru yang terkena. 0indakan yang bisa dilakukan M
@erbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang. M
&enghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya. M
*atihan menarik nafas dalam spirometri insentif2.
M
3erkusi menepuk-nepuk2 dada untuk mengencerkan dahak.
M
3ostural drainase.
M
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi.
M
3engobatan tumor atau keadaan lainnya.
M
3ada kasus tertentu, !ika infeksinya bersifat menetap atau berulang,
menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat secara bertahap biasanya
setelah
paru-paru
penyumbatan
yang mengempis
dihilangkan, akan kembali
mengembang, dengan atau tanpa pembentukan !aringan parut ataupun kerusakan lainnya M
3emeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis
ter!adi karena penyumbatan benda asing. 3emberian oksigenasi harus diberikan pada penderita sesak dan sianosis. 0erapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid. isioterafi sangan berguna seperti perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat membantu dalam pengembangan kembali paru yang kempis. M
3ada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis
yang lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali !ika nfeksi
kronis dan melibatkan bagian paru yang sehat atau sudah ter!adi bronliektasis pada daerah yang cukup luas.
3E%ECAHA% 3engobatan atelektasis didasarkan pada etiologi penyakit. %amun demikian pencegahan adalah faktor terpenting. =erangka ker!a terapi yang mendasar adalah mobilisasi dini dan perubahan posisi sering pada klien tirah baring atau klien pascaoprasi. %apas dalam dengan teratur penting karena pada klien ini umunya ter!adi penurunan kesadaran akibat pengaruh anestesi, penurunan mobilitas, dan nyeri Hanneman, 1BB2. Bronchodilator dan
mukolitik, !ika diindikasikan, dan fisioterapi dada akan
sangat membantu, ventilasi yang adekuat dapat ditingkatkan denan perubahan posisi, batuk efektif, napas dalam, atau spirometri insentif. 0anggung
!a$ab
kepera$atan
dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya teknik pernapasan termasuk latihan napas dalam dan teknik batuk efektif, dan aktifitas fisik lainnya sesuai dengan toleransi klien. 0indakan ini terutama penting untuk klien pascaoperatif dan tirah baring. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah ter!adinya atelektasis4 1.
Setelah men!alani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam,
batuk ).
teratur
kembali
melakukan
aktivitas
secepat
mungkin.
&eskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan
dengan ".
dan
berhenti
merokok
dalam
;-
minggu
sebelum
pembedahan.
Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan
pernafasan dangkal dalam !angka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. &esin ini akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, <.
saluran
pernafasan
tidak
dapat
menciut.
Dorong klien untuk napas dalam dan bentuk efektif untuk mencegah
penumpulan sekresi dan untuk mengeluarkan eksudat. .
Ibah posisiklien dengan sering dan teratur, terutama dari posisi telentang ke
posisi tegak, untuk meningkatkan ventilasi dan mencegak akumulasi sekresi. ;.
0ingkatkan ekspensi dada yang repat selama bernapas untuk penyebaran udara
dalam paru-paru secara menyeluruh.
/.
@erikan medikasi atau sedatif secara bia!aksana untuk mencegah depresi
pernapasan. .
*akukan pengisapan untuk mengeluarkan sekresi trakheobron khiolar.
B.
*akukan drainase postural dan perkusi dada.
1#.
Dorong aktivitas atau ambulasi dini.
11. A!arkan teknik sporometri insensif yang tepat.