LAPORAN PENDAHULUAN DISLOKASI HIP OLEH: RETNO UTAMI, S.Kep NIM 102311 10 2311101045 101045
A. Konsep teo! teo! tent"n# tent"n# pen$"%!t pen$"%!t &pen#et!"n, &pen#et!"n, et!o'o#!, p"to(!s!o'o#!, p"to(!s!o'o#!, t"n)" t"n)" )"n #e*"'", %e+n#%!n"n %o+p'!%"s! $"n# +n-', + n-', pe+e!%s""n %ss )"n penn*"n#, te"p! $"n# )!'"%%"n/ 1. Pen#et!"n Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu keadaan keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Dislokasi hip adalah suatu keadaan lepasnya sendi pinggul oleh berbagai keadaan seperti trauma (paling sering akibat kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi), kelainan kongenital, arthritis piogenik, dan ketidakseimbangan otot-otot pinggul. Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku. Mekanisme terjadinya dislokasi yaitu saat kaput kaput yang terletak di belakang asetabulum, kemudian segera berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga mengalami cedera serius misalnya trauma benturan depan mobil akibat tabrakan mobil frontal. enderita mungkin mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri. !ungkainya terletak dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan
dirotasikan ke interna. !ungkai pada sisi yang cedera lebih pendek daripada sisi yang normal. "ututnya bersandar pada paha yang berla#anan dan trokantor mayor dan pantat menonjol secara abnormal. Dislokasi hip joint adalah suatu kejadian$peristi#a menyakitkan di mana komponen peluru$bola$caput humeri tulang paha keluar dari tempatnya$acetabulum. %ehingga penderita mengalami rasa nyeri, karena caput humeri bergerak$bekerja bukan pada tempatnya lagi. 2. Et!o'o#! Dislokasi pinggul hampir selalu disebabkan oleh trauma berenergi tinggi. Adanya cedera dislokasi menandakan bah#a ada gaya yang mencapai &' pound atau bahkan lebih pada mekanisme traumatik atau adanya patologi yang mendasari yang menyebabkan ketidakstabilan sendi. enumpang yang tidak menggunkan sabuk pengaman lebih memiliki resiko mengalaminya. Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah pada cedera dashboard, yaitu terjadi gaya yang menekan kepala femur mele#ati posterior acetabular rim saat lutut yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada kecelakaan. %elain oleh dashboard, dikatakan juga bah#a cedera ini bisa terjadi saat mekanisme mengerem. Dislokasi anterior dihasilkan dari rotasi eksternal dan abduksi panggul. ada pediatrik, dislokasi sendi mungkin terjadi pada gaya yang lebih kecil dan ada yang terjadi sesudah manuer senam dan jatuh dari posisi berdiri. asien yang lebih tua atau pada penderita %indrom hlers Danlos atau do#n juga bisa mengalami dislokasi panggul dengan gaya traumatik yang lebih kecil. 3. K'"s!(!%"s! 1. D!s'o%"s! p"n##' poste!o Dislokasi posterior hip joint biasa disebabkan oleh trauma. *ni terjadi pada a+is longitudinal pada femur saat femur dalam keadaan fleksi &' derajat dan sedikit adduksi. emeriksaan pada penderita dislokasi posterior hip joint akan menunjukkan tanda yang abnormal. aha (pada bagian yang mengalami dislokasi) diposisikan sedikit fleksi, internal rotasi dan adduksi. *ni merupakan posisi menyilang karena kaput femur terkunci pada
bagian posterior asetabulum. %alah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan sensorik dan motorik e+tremitas ba#ah dari bagian ba#ah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak laim pada kasus dislokasi hip joint. Dislokasi panggul posterior biasa disebabkan oleh trauma. !erdapat klasifikasi menurut !hompson pstein (&/) yang penting untuk rencana pengobatan0 !ipe * 0 dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil. !ipe ** 0 dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum. !ipe *** 0 dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif. !ipe *1 0 dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum. !ipe 1 0 dislokasi dengan fraktur kaput femur. 2. D!s'o%"s! p"n##' "nte!o ada cedera ini pederita biasanya terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan asetabulum. emeriksaan dislokasi anterior, kaki dibaringkan eksorotasi dan seringkali agak fleksi. Dalam posisi adduksi tapi tidak dalam posisi menyilang. enderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. 2aput femur jelas berada di depan triangle femur. 3. D!s'o%"s! p"n##' -ent"' ot"to Dislokasi obturator ini sangat jarang ditemukan. Dislokasi obturator disebabkan karena gerakan abduksi yang berlebih (hiperabduksi) dari panggul yang normal yang disebabkan karena trokantor mayor bergerak berla#anan dengan pelis untuk mengungkit kaput femur keluar dari asetabulum.
4. P"to(!s!o'o#! ada dislokasi kongenital terdapat ketidakstabilan pinggul pada bayi
dan anak dengan kondisi pinggul yang stabil dan fleksi sebagian. Ada banyak faktor yang memungkinkan kodisi dilokasi kongenital, meliputi faktos genetik, hormonal, malposisi intrauterin dan faktor pasca kelahiran dari pertolongan persalinan. ada osteomielitis akut yang menginasi metafsis,intrakapsular sendi pinggul juga ikut mengalami infeksi. %elajutnya, kaput dan kepala femur mengalami kerusakan dan mengalami perubahan letak akibat lepasnya kepala femur dari mangkuk asetambulum. 2lien yang pernah mengalami paralisis serebral,poliomielitis dan mielomeningokel akan menimbulkan suatu kondisi paralisis yang menyebabkan ketidakseimbangan otot sehingga terjadi abduksi pinggul. ada kondisi selanjutnya, tronkanter mayor gagal berkembang, leher femur bengkok dan keluar dari pinggul dan terjadi dislokasi$sublukasi pinggul. erubahan letak sendi pinggul dapat menyebabkan kompresi saraf skiatika sehingga klien akan mengeluh nyeri,ketidakmampuan menggerakan sendi pinggul yang menyebabkan klien tidak dapat melakukan mobilisasi pinggul dan klien mempunyai risiko trauma. *nterensi reduksi tertutup denhan pemasangan traksi memberikan implikasi kepera#atan untuk menurunkan risiko tinggi trauma dan reduksi terbuka akan menimbulkan dampak keruskan jaringan lunak yang menyebabkan nyerih luka pasca beda sehingga menimbulkan risiko tinggi infeksi 5. T"n)" )"n #e*"'" 1. D!s'o%"s! poste!o nyeri di panggul, bokong, dan tungkai ba#ah bagian •
• • • •
posterior hilangnya sensasi di tungkai ba#ah dan kaki hilangnya kemampuan dorsofle+i atau pantarfle+i hilangnya deep tendon refle+ di pergelangan kaki hematoma lokal
•
%endi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi
•
!ungkai tampak lebih pendek
•
!eraba caput femur pada panggul
2. D!s'o%"s! "nte!o paresis di ekstremitas ba#ah • rasa nyeri tumpul di ekstremitas ba#ah • reflek patella melemah atau hilang • ekstremitas ba#ah tampak pucat dan dingin • parestesia di ekstremitas ba#ah •
•
%endi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi
•
!ak ada pemendekan tungkai
•
Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah
•
%endi panggul sulit digerakkan
3. D!s'o%"s! p"n##' -ent"' ot"to !erdapat luka lecet atau memar pada paha, namun kaki •
•
terletak pada posisi normal. !rochanter dan daerah panggul terasa nyeri. 3erakan minimal masih dapat di lakukan
•
osisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian
•
lateral •
3erakan sendi panggul terbatas
. Ko+p'!%"s! 1. Ko+p'!%"s! )!n! 2elumpuhan 4. ischiadikus. Biasa terjadi pada dislokasi
posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum. 2erusakan pembuluh darah (A.3lutea superior). Biasanya terjadi pada dislokasi anterior 2erusakan kaput femur 2. Ko+p'!%"s! '"n*t 4ekrosis aaskular • Miositis ossifikans • 5ekurent dislokasi • 6steoarthritis • . Pe+e!%s""n penn*"n# 1. D!s'o%"s! poste!o %alah satu bagian pemeriksaan adalah memeriksa kemampuan
sensorik dan motorik e+tremitas ba#ah dari bagian ba#ah hingga ke panggul yang mengalami dislokasi, karena kurangnya kepekaan saraf pada panggul merupakan suatu komplikasi masalah yang tidak laim pada kasus dislokasi panggul. emeriksaan penunjang dengan pembuatan 7 8 ray foto, umumnya dengan proyeksi A.
2. D!s'o%"s! "nte!o
ada foto anteroposterior, dislokasi biasanya jelas, tetapi kadangkadang caput hampir berada di depan posisi normalnya sehingga jika meragukan dapat dilakukan foto lateral.
3. D!s'o%"s! p"n##' -ent"' ot"to ada foto anteroposterior, caput femoris tampak bergeser ke medial
dan lantai acetabulum mengalami fraktur.
. Te"p! 1. D!s'o%"s! poste!o !erapi untuk mengembalikan keadaan ini ada dua cara 0
Metode Allis 0 penderita dalam posisi terlentang di lantai, pembantu menahan panggul dan menekannya. Ahli bedah melakukan fleksi pada lutut sebesar &'' dan tungkai diadduksi ringan dan rotasi medial. "engan ba#ah ditempatkan diba#ah lutut dan dilakukan traksi ertikal dan kaput femur diangkat dari bagian posterior asetabulum. anggul dan lutut diekstensikan secara hati-hati. %yarat terpenting dalam melakukan reposisi adalah sesegera mungkin dan dilakukan dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang cukup. ada tipe ** setelah reposisi maka fragmen yang besar difiksasi dengan scre# secara operasi. ada tipe *** biasanya dilakukan reduksi tertutup dan apabila ada fragmen yang terjebak dalam asetabulum dikeluarkan melalui tindakan operasi. !ipe *1 dan 1 juga dilakukan reduksi secara tertutup dan apabila bagian fragmen yang lepas tidak tereposisi maka harus direposisi dengan operasi. asca reposisi dilakukan traksi kulit selama 9-: minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan jalan mempergunakan tongkat selama / bulan. The Bigelow Maneuver 0 !empatkan penderita di lantai (telentang). Amati (dislokasi) secara cermat dan suruh seorang asisten mendorongnya ke anterosuperior pada %*A%. ;leksikan lutut penderita dan panggulnya, dan rotasikan tungkainya pada posisi netral. !arik tungkainya ke atas secara terus-menerus dengan lembut. %aat masih dilakukan traksi (penarikan) sesuai arah femur, rendahkan tungkainya ke lantai. 5eduksi biasanya jelas dirasakan tetapi perlu didukung dengan sinar-7.
;leksikan panggul perlahan hingga &' o dan rotasikan secara lembut ke internal dan eksternal untuk melepaskan kaput dari struktur-struktur yang menahannya. 2embalikan kaput pada tempatnya dengan rotasi interna dan eksterna lebih lanjut, atau rotasi eksterna dan ekstensi. Bila masih terpengaruh anestesi, periksa lutut, apakah terdapat ruptur ligamentum cruciatum posterior. 2. D!s'o%"s! "nte!o !erapi dilakukan dengan membaringkan penderita di lantai, dan lakukan anestasi seperti pada penanganan dislokasi panggul posterior. Dengan melakukan pengamatan secara cermat, suruh seorang asisten menarik pelisnya dengan kuat sepanjang manuer pada %*A%. egang tungkai penderita dan bengkokkan panggul dan lutut sampai &'o. 5otasikan tungkainya ke posisi netral. =al ini akan mengubah dislokasi panggul anterior menjadi posterior. !arik tungkai penderita terus menerus ke atas agar dapat mengangkat kaput femur ke dalam asetabulum.
dilakukan reduksi diperlukan pera#atan lebih lanjut, pertahankan penderita di tempat tidur hingga ia dapat mengontrol panggulnya kembali. 2emudian biarkan ia berdiri dan menahan beban berat. Amati kaput femur terhadap nekrosis aseptik, sama seperti dislokasi panggul posterior. 3. D!s'o%"s! p"n##' !erapi pada dislokasi obturator, yang terjadi akibat sobeknya capsul inferior, adalah sangat memungkinkan untuk mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi panggul anterior maupun posterior, dan kemudian dapat direduksi dengan cara yang tepat. Bagaimanapun juga traksi abduksi pada tungkai dengan traksi yang berla#anan dengan pelis sangat diperlukan. Berikan tekanan kuat, lalu letakkan pada sisi medial kaput femur dengan melakukan sedikit gerakan internal dan eksternal rotasi. Adduksikan ke posisi normal. %elama kaput femur yang mengalami dislokasi tidak bergerak ke arah yang dapat mengganggu suplay darah, penderita dapat mulai berjalan dengan tongkat ketiak tanpa beban pada tungkainya setelah beristirahat di tempat tidur selama beberapa hari. enderita harus berjalan dengan tongkat ketiak selama : minggu dan melakukan pemeriksaan dengan sinar-7 dengan interal > sampai / bulan untuk tahun pertama dan : bulan untuk tahun kedua. 2emungkinan terjadi avascular necrosis sangat kecil karena arah dislokasi ini.
. As"n Kepe"6"t"n 1. Pen#%"*!"n a. *dentitas 2lien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perka#inan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal M5%, diagnosa medis. b. 5i#ayat enyakit %ekarang engumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. *ni bisa berupa kronologi terjadinya penyakit. c. 5i#ayat enyakit Dahulu ada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan. d. emeriksaan ;isik ada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas, fungsiolesa. Misalnya 0 pinggul tidak dapat digerakkan secara bebas lagi pada dislokasi pinggul. %eperti halnya korban trauma besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi sangat penting primer. %elama surei sekunder, pemeriksaan dari korset panggul dan pinggul adalah #ajib. emeriksaan harus terdiri dari inspeksi, palpasi, aktif $ pasif rentang gerak, dan pemeriksaan neuroaskular. *nspeksi0 Dalam prakteknya, ini penampilan dapat diubah dengan adanya dislokasi atau fraktur-kelainan tulang lainnya osterior0 hip adalah tertekuk, terputar ke dalam , dan adduksi. Anterior0 hip tertekuk minimal, terputar ke luar dan abduksi alpasi0 Meraba panggul dan ekstremitas ba#ah untuk cacat tulang-langkah kotor atau off. Dalam sebuah dislokasi hip anterior, kadang-kadang pada femoralis teraba hematoma. =al ini menunjukkan cedera askular. 5ange of motion : asien dengan dislokasi hip memiliki jangkauan sangat terbatas gerak. Mengealuasi apa pasien
dapat dilakukan dengan nyaman.
termasuk dislokasi hip. Look 0 !erlihat adanya deformitas pada panggul. Bayi yang mengalami dislokasi kongenital tidak mampu melakukan abduksi secar sempurna pada sisi dislokasi. ada anak yang mulai berjalan di dapatkan deformitas perubahan gaya berjalan atau berdiri. 2adang di dapatkan dislokasi unilateral atau bilateral. ada dislokasi anterior di dapatkan posisi sendi panggul terlihat fle+si,paha abduksi dan mengalami rotasi e+strnal. ada dislokasi posterior terlihat deformitas pada sendi panggul yang mengalami abduksi rotasi internal, fleksi pada pinggul dan lutut, disertai lutut yang beristirahat di atas sisi
• •
paha yang berla#anan. Feel 0 Didapatkan adanya nyeri tekan pada panggul. Move 0 =ambatan dalam menggerakan femur secara abduksi,
rotasi, dan hambatan dalam beraktifitas jalan atau berdiri 2. D!"#nos" Kepe"6"t"n . 4yeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan >. =ambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi /. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit 9. 3angguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh 3. Inte7ens!
Diagnosis kepera#atan 4yeri akut
!ujuan dan 2riteria hasil 46?0 ain leel ain control ?omfort leel 2=0 Mampu mengontrol nyeri
*nterensi
Pain management . "akukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
(tahu penyebab, mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bah#a nyeri berkurang menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
frekuensi,, kualitas, presipitasi) >. 6bserasi reaksi nonerbal dari ketidaknyamanan /. 3unakan teknik komunikasi terapeutik dalam asuhan kepera#atan 9. aluasi pengalaman nyeri masa lampau @. 2ontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (ruang, cahaya, kebisingan, suhu) :. 2urangi faktor presipitasi nyeri . Ajarkan teknik non farmakologi . Barikan analgetik untuk mengurangi nyeri &. 2aji keefektifan kontrol nyeri Analgetic administration . !entukan lokasi, karakteristik, kualitas, derajat nyeri sebelum pemberian obat >. ?ek instruksi tentang pemberian obat /. ?ek ri#ayat alergi 9. ilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari lebih dari satu analgetik @. !entukan tipe anaelgetik dari
berat ringan nyeri :. !entukan pilihan, rute, dan dosis optimal analgetik . Menotir !!1 . aluasi efektiitas analgetik =ambatan mobilitas fisik
46?
+ercise therapy0 ambulation . Monitoring ital sign sebeleum$sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan >. 2onsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan /. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera 9. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi @. 2aji kemampuan pasien dalam mobilisasi :. "atih pasien dalam pemenuhan kebutuhan AD"s secara mandiri sesuai kemampuan . Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan AD"s . Berikan alat bantu jika klien memerlukan &. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan Ansietas
46?0 An+iety self control An+iety leel ?oping 2=0 2lien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas !!1 dalam batas normal ostur tubuh, ekspresi
bantuan jika diperlukan Anxiety reduction . 3unakan pendekatan yang menenangkan >.
#ajah, bahasa tubuh dan tingkat aktiitas menunjukkan 3angguan citra tubuh
berkurangnya kecemasa 46? Body image %elf esteem 2=0 Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mendeskripsikan secara
Body image enhancement . 2aji secara erbal dan non erbal respon klien terhadap tubuhnya >. Monitor frekuensi mengkritik dirinya /.
faktual perubahan fungsi
pengobatan, pera#atan,
tubuh Mempertahankan interaksi
kemajuan dan prognosis
sosial
penyakit 9. Dorong klien mengungkapkan perasaannya @. *dentifikasi arti
pengurangan melalui pemakaian alat bantu :. ;asilitasi kontak dengan indiidu lain dalam kelompok kecil
4. E7"'"s! % 0 data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesis
(#a#ancara) yang merupakan ungkapan langsung 6 0 data objektif data yang dari hasil obserasi melalui pemeriksaan fisik A 0 analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diaognosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. 0 perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, serta konseling untuk tindak lanjut.
DA8TAR PUSTAKA
Ajunadi, urna#an dkk. &>. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius0 ''@. At a lance Medicine. '.2epera#atan ortopediktrauma.jakarta03? "ukman. >''&. Asuhan 2epera#atan 2epada 2lien dengan 3angguan %istem Musculoskeletal. ''@. Pato!isiologi" Konsep Klinis Proses#Proses Penyakit . disi : 1olume >.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.