LAPORAN PENDAHULUAN
DISLOKASI
Dosen Pembimbing
Hammad, S.Kep. Ns, M.Kep
Oleh
Nama : Nahla Hayyatu Syifa
NIM : P07120214067
Semester : VI ( enam )
Program Studi : DIV Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
JAKARTA
2017
Lembar Pengesahan
Saya yang bertanda tangan disini, telah menyelesaikan praktik lapangan di ruang IGD . Dan telah menyelesaikan tugas laporan individu maupun tugas kelompok.
Nama : Nahla Hayyatu Syifa
NIM : P07120214067
Semester : VI (enam)
Program Studi : DIV Keperawatan
Mengetahui, Jakarta 22 Maret 2017
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DISLOKASI
DEFINISI
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner&suddarth).
Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Kronik
Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
Patologis : terjadinya 'tear'ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang
PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian Anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
KOMPLIKASI
Dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
PENATALAKSANAAN
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :
Klien tampak tidak meringis lagi.
Klien tampak rileks.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji skala nyeri
Rasional : Mengetahui intensitas nyeri.
Berikan posisi relaks pada pasien.
Rasional : Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi pasien.
Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik mengurangi nyeri
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan mobilitas fisik klien teratasi, dengan kriteria hasil :
Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji tingkat mobilisasi pasien.
Rasional : Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
Berikan latihan ROM.
Rasional : Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.
Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
Rasional : Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.
Monitor tonus otot
Rasional : Agar mendapatkan data yang akurat.
Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga.
Rasional : Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :
Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal
Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien teratasi, dengan kriteria hasil :
Klien tampak rileks
Klien tidak tampak bertanya-tanya.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji tingakat ansietas klien.
Rasional : Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.
Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
Rasional : Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien.
Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
Rasional : Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya.
Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien.
Rasional : Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi.
Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image teratasi.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji konsep diri pasien
Rasional : Dapat mengetahui pasien.
Kembangkan BHSP dengan pasien.
Rasional : Menjalin saling percaya pada pasien.
Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
Rasional : Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
Bantu pasien mengatasi masalahnya.
Rasional : Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.D DENGAN DISLOKASI
DI IGD RS HAJI JAKARTA
Dosen Pembimbing
Hammad, S.Kep. Ns, M.Kep
Oleh
Nama : Nahla Hayyatu Syifa
NIM : P07120214067
Semester : VI ( enam )
Program Studi : DIV Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
JAKARTA
2017
Lembar Pengesahan
Saya yang bertanda tangan disini, telah menyelesaikan praktik lapangan di ruang IGD selama 10 hari. Dan telah menyelesaikan tugas laporan individu maupun tugas kelompok.
Nama : Nahla Hayyatu Syifa
NIM : P07120214067
Semester : VI (enam)
Program Studi : DIV Keperawatan
Mengetahui, Jakarta 22 Maret 2017
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.D DENGAN DISLOKASI
DI INTSALASI GAWAT DARURAT RS HAJI JAKARTA
PENGKAJIAN
BIODATA
Nama : Ny. D
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sunda / Indonesia
Pendidikan :-
Ruangan Dirawat : IGD
No Reg : 122 xx xx
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 20 Maret 2017
Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2017
Diagnosa Medis : Dislokasi
Alamat :
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku / Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat :
Hubungan dengan Klien : Anak
ASSESMENT
Keluhan Utama
Keluhan Saat Masuk RS :
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data, pasien mengeluh sakit pada lengan atas sebelah kiri
Keluhan saat Pengkajian :
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data, sakit pada lengan kiri atas dan tidak bisa digerakkan..
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan pasien terjatuh dari tangga dengan posisi tangan kiri menjadi tumpuan. Kemudian tidak lama pasien mengeluh nyeri pada bagian lengan kiri atas dan tidak bisa digerakkan. Lengan atas kiri pasien nampak membengkak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit tekanan darah tinggi dan penyakit gula. Keluarga pasien pun tidak ada yang menderita penyakit tersebut. Pasien hanya mengatakan bahwa pasien menderita asam urat.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit DM dan Hipertensi.
PRIMARY SURVEY
Airway
Jalan nafas pasien paten, tidak ada sumbatan pada jalan nafas. Tidak ada bunyi nafas tambahan saat pasien bernafas.
Breathing
Gerakan dada simetris, irama nafas teratur dengan frekuensi nafas 19x/ menit. Tidak terdapat pergerakan retraksi dada saat pasien bernafas
Circulation
Nadi : 64x/menit
TD : 150/80 mmHg
T : 36,7o c
CRT : 2 detik
Tidak ada perdarahan pada anggota tubuh. Hanya bengkak pada daerah lengan atas kiri pasien.
Disability
GCS : E4 V5 M5
E4 : membuka mata spontan
V5: terorientasi
M5 : pasien tidak dapat menggerakkan lengan kiri pasien
Kesadaran Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : TD : 150/80 mmHg
N : 87 x/ menit
T : 36,7o c
RR : 19 x/ menit
GCS : 13
Exprosure
Terdapat edema pada lengan kiri atas akibat pasca jatuh dari tangga
SECONDARY SURVEY
Kepala
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan data, bahwa bentuk kepala pasien mesosefal, kebersihan tidak terkaji karena pasien mengenakan kerudung. Tidak ada tanda perdarahan pada kepala pasien. Pasien mengatakan tidak pusing maupun nyeri yang dirasakan pada kepala pasien.
Mata
Kebersihan mata pasien baik, tidak ada kotoran pada mata. Mata nampak putih jernih, tidak ada tanda ikterik pada mata. Pupil mata pasien bereaksi terhadap rangsangan cahaya. Lapang pandang dan ketajaman penglihatan tidak terkaji.
Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Hidung
Kebersihan hidung pasien baik, tidak ada tanda peradangan dan tidak ada polip pada rongga hidung. Tidak ada perdarahan antara hidung. Fungsi penciuman baik pasien dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayu putih.
Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak ada cairan yang keluar dari telinga pasien. Fungsi pendengaran pasien sudah mulai menurun akibat faktor usia. Pasien tidak teralu mendengar apabila tidak keras saat berbicara.
Mulut
Kebersihan baik, pasien menggosok gigi 2x sehari. Tidak ada problem menelan. Fungsi bicara masih baik. Fungsi mengunyah dan mengecap sudah mulai menurun. Pasien mengatakan bahwa pasien menggunakan gigi palsu.
Leher
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pada leher pasien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar limfe.
Dada
Bentuk dada pasien simetris antara kiri dan kanan. Tidak ada suara bunyi tambahan. Tidak ada nyeri pada dada. Bunyi napas vesikuler dengan irama regular 19 x/ menit
Abdomen
Keadaan permukaan abdomen normal, tidak terdapat lesi maupun pembengakakan pada daerah abdomen. Fungsi pencernaan dan eliminasi bagus. Bunyi peristaltik normal. Saat dilakukan perkusi abdomen terdengar bunyi tympani, dan tidak ada nyeri tekan.
Genetalia
Pada pengkajian genetalia tidak terkaji
Ektremitas atas dan bawah
Pasien tidak dapat menggerakkan tangan kiri pasien, dan pasien mengatakan nyeri pada lengan atas
5
1
5
5
Ket :
5 : Mampu melawan tahanan penuh
4 : Mampu melawan dengan sedikit tahan
3 : mampu melawan gravitasi
2 : mampu melawan gravitasi dengan sokongan
1 : teraba adanya kontraksi
DATA PENUNJANG
Rontgen :
ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS : Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pasien mengatakan nyeri pada lengan kiri atas dan tidak bisa digerakkan
Discuntinoitas Jaringan
Nyeri akut
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
Data
Rencana
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Nyeri Akut b.d Discuntinoitas Jaringan
Setelah dilakukakn tindakan keperawatan selama 15 menit , nyeri yang dirasakan pasien berkurang dengan kriteria hasil :
Klien tampak tidak meringis lagi.
Klien tampak rileks.
Kaji skala nyeri
Berikan posisi relaks pada pasien.
Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifi tas hiburan.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Kolaborasi pemberian analgesik.
Mengetahui intensitas nyeri.
Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.
Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
Meningkatkan relaksasi pasien.
Analgesik mengurangi nyeri
CATATAN IMPLEMENTASI
No
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
1
Nyeri Akut b.d Discuntinoitas Jaringan
Mengkaji skala nyeri ( skala nyeri 4 dari 5)
Memberikan posisi relaks pada pasien. (posisi fowler )
Memberikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan. ( menutup sampiran)
Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi ( dengan cara nafas dalam dan distraksi imaginary)
Mengolaborasikan pemberian analgesik. ( pemberian obat anti nyeri suppositoria profenid ketoprofen)
S : Pasien mengatakan nyeri nya berkurang saat beberapa saat setelah diberikan obat anti nyeri
O : Posisi pasien fowler
Pasien diberikan obat anti nyeri
TD : 150 / 80
N : 86x/ menit
RR : 19x/menit
T : 36,7O
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi diruangan